Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen laktasi salah satu bagian dari upaya yang dilakukan untuk

membantu ibu menyusui bayinya cukup signifikan, tindakan ini sebaiknya

diaplikasikan dari awal kehamilan sampai menyusui, frekuensi menyusui, yaitu

sekitar 8-12 kali dalam 24 jam, terutama selama masa laktasi eksklusif, yaitu 0-6

bulan pertama setelah melahirkan. Manajemen laktasi tidak selalu mudah, dan

membutuhkan proses yang perlu dikerjakan dengan hati-hati. Namun, itu bisa

dipelajari dan dipersiapkan (Herry & Evi Nurafiah, 2020).

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizatiton/ WHO) dan

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF)

merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sejak lahir selama 4-6 bulan

pertama kehidupan, dan menyusui berkelanjutan bersama dengan makanan

pendamping yang memadai hingga usia 2 tahun atau lebih. Namun sebagian

besar ibu di sebagian besar negara mulai memberikan makanan atau minuman

buatan kepada bayinya sebelum 4 bulan, dan banyak yang berhenti menyusui

jauh sebelum anak berusia 2 tahun. Alasan umum untuk ini adalah bahwa ibu

percaya bahwa mereka tidak memiliki cukup ASI, atau bahwa mereka

mengalami kesulitan menyusui lainnya. Kadang-kadang karena seorang ibu

bekerja di luar rumah, dan dia tidak tahu bagaimana menyusui sambil

melanjutkan pekerjaannya. Kadang-kadang karena tidak ada yang memberi ibu

1
2

bantuan yang dia butuhkan, atau karena praktik perawatan kesehatan dan saran

yang dia terima dari petugas kesehatan tidak mendukung menyusui (WHO 2021).

Menurut World Health Organization (WHO, 2021), pembemberian

ASI secara eksklusif di dunia hanya sebesar 44%. Target ASI eksklusif yang

dicanangkan dalam rencana strategis (Renstra) Indonesia tahun 2020 adalah

sebesar 40%. Di Indonesia, berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia diketahui

persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif sepanjang tahun 2020 tertinggi di

Provinsi Papua sebesar 87.3% dan terendah di Provinsi Papua Barat yaitu sebesar

34,0% (Kemenkes 2021) sedangkan menurut Profil Kesehatan Kota Jayapura

persentase tertinggi terdapat di Kabupaten Kaur yaitu sebesar 90.6% dan

terendah di Kota Bengkulu yaitu sebesar 60.5%, sedangkan di Kabupaten

Bengkulu Selatan persentasenya sebesar 77.3% (Dinas Kesehatan Provinsi Papua

2021).

Kemenkes RI menyebutkan bahwa cakupan bayi yang telah

mendapatkan ASI di Indonesia tahun 2021 sebesar 69,62% namun berdasakran

data dari profil badan pusat statistik persentase tersebut meningkat ditahun 2022

yaitu mencapai 71,58 dengan target pencapaian 80%. Sedangkan di Provinsi

Papua memiliki cakupan ASI sebesar 69, 61 % pada tahun 2022 (Dinkes Prov

Papua) dan di Kabupaten Jayapura sendiri terdapat 73,7% ibu menyusui secara

eksklusif (Dinkes Kab Jayapura).

Manajemen laktasi dalam Menyusui seringkali dapat menyebabkan

nyeri payudara, luka puting susu, ASI tersumbat, mastitis dan abses payudara,
3

jika ini terjadi, disarankan agar mengunjungi dokter kandungan secara teratur

untuk pencegahan dan pengobatan masalah sejak dini (Herry & Evi Nurafiah,

2020). Pemberian ASI eksklusif banyak faktor yang mempengaruhi, termasuk

kurangnya pemahaman ibu tentang keuntungan menyusui, dapat membuat sulit

untuk menyusui secara eksklusif, minimnya pemahaman dan adat istiadat turun-

temurun salah satu unsur yang mungkin berdampak pada pengetahuan ibu terkait

anggapan bahwa ASI itu belum cukup, tingkat pendidikan yang rendah,

kurangnya keahlian dalam menyusui, ibu yang memiliki pengetahuan tinggi

tetapi perilaku pemberian nutrisi pada bayinya kurang baik, tidak memberikan

ASI eksklusif pengaruh body image, khawatir bentuk tubuh menjadi jelek,

terlihat gemuk sehingga ibu menjadi tidak percaya diri, kurangnya pelayanan

konseling laktasi, dukungan keluarga, suami dan juga tenaga kesehatan, faktor

ibu bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil atau pegawai swasta (Herry &

Evi Nurafiah, 2020).

Manajemen laktasi harus menjaga kesehatan dan menjalani gaya hidup

sehat sangat penting agar proses berjalan lancar, termasuk makan makanan yang

seimbang dan kaya nutrisi, mejaga pola istirahat, minum yang cukup, dan

mengendalikan stres. (Herry & Evi Nurafiah, 2020). Menyusui dilakukan dengan

proses memerah ASI, memberikan ASI perah, dan menyimpan ASI dilakukan

dalam tiga tahap: selama kehamilan (antenatal), saat ibu melahirkan sampai

keluar dari rumah sakit (perinatal), dan tahap menyusui yang berlangsung sampai

bayi berusia dua tahun (postnatal). Laktasi merupakan bagian dari efisiensi para
4

ibu untuk memberikan ASI pada bayi, tenaga kesehatan harus memberikan

penyuluhan kepada orang tua tentang ASI eksklusif untuk bayi guna

meningkatkan pengetahuan mereka tentang manajemen laktasi, manfaat

menyusui bagi ibu dan bayi, maksud dari hal ini agar dengan mempelajari semua

yang perlu diketahui tentang laktasi, serta strategi pendukung selama fase

menyusui, para ibu akan dapat menyusui anaknya dengan mudah. Menyusui

tidak selalu berjalan dengan baik karena itu adalah keterampilan yang harus

diperoleh dan dipersiapkan, pemberian ASI pada bayi berbeda–beda harus

mempersiapkan mental dan ASI pada ibu juga harus lancar supaya bisa diberikan

dengan baik pada bayinya (Rahmawati, 2021).

Pemberian ASI eksklusif dapat dihambat oleh beberapa hal seperti

rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat ASI, cara menyusui

yang benar, gencarnya pemasaran susu formula, adanya mitos yang kurang baik,

serta ibu bekerja dan singkatnya cuti melahirkan merupakan alasan yang

diungkapkan oleh ibu yang tidak menyusu secara eksklusif. Rendahnya

pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif karena kurangnya

informasi mengenai keunggulan dan manfaat ASI, juga dipengaruhi oleh

munculnya promosi produk-produk susu formula dan makanan tambahan (Woja,

2022).

Berdasarkan pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 25 Februari 2023 di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Harapan

didapatkan ibu yang mempunyai bayi umur 1-2 tahun sebanyak 38 orang dan
5

saat dilakukan wawancara kepada 10 orang ibu, 7 orang ibu mengatakan selalu

memberikan ASI kepada anaknya dan tidak memberikan susu formula dn 3 ibu

lainya mengatakan tidak memberikan ASI kepada anaknya karena ASI tidak

lancar. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dan perilaku

pemberian ASI di Posyandu Puskesmas Harapan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dan perilaku ibu dalam

pemberian ASI di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Harapan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dan

perilaku ibu dalam pemberian ASI di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

Harapan ?

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden

b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi

c. Untuk mwngetahui perilaku ibu dalam pemberian ASI


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan literatur dalam

pendidikan dan pengajaran tentang pengetahuan ibu terhadap manajemen

laktasi dan perilaku ibu dalam pemberian ASI.

1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan

masukan terhadap program penyuluhan dan pelayanan kesehatan terkait

dengan manajemen laktasi dan perilaku ibu dalam pemberian ASI.

1.4.3 Bagi Ibu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan ibu

tentang manajemen laktasi dan perilaku ibu dalam pemberian ASI.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi dalam peningkatan dan

pengembangan pengetahuan ibu tentang mamajemen laktasi dan perilaku ibu

dalam pemberian ASI.

Anda mungkin juga menyukai