BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia <6 bulan bulan
menurut provinsi Jawa Timur pada tahun 2022 yang bersumber dari Profil
Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa timur (2022) adalah sebesar 61%.
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2022, pemberian ASI
Eksklusif pada bayi <6 bulan di Kabupaten Gresik sebesar 78,9% (Dinkes Provinsi
Jawa Timur, 2022). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri
angka capaian ASI Eksklusif Kota Kediri tahun 2022 mencapai 62,8 persen. Angka
tersebut melampaui terget nasional yakni 45 persen. Capaian tersebut juga
meningkat dari tahun 2021 dengan angka 51,9 persen (Dinkes Kab Kediri, 2022).
Teknik menyusui yang salah dapat mengakibatkan bayi rewel dan terjadinya
pemberian makanan tambahan selain ASI (susu formula). Penyebab ibu tidak
menyusui bayi dengan benar antara lain teknik menyusui yang salah, puting susu
nyeri atau lecet yang disebabkan oleh kesalahan memposisikan dan melekatkan
bayi. Sementara untuk ibu sendiri akan beresiko mengalami kanker payudara,
mengeluarkan biaya lebih mahal apabila bayi maupun ibu terkena penyakit, karena
memang beresiko rentan terhadap penyakit (Meilitha et al, 2023). Dampak
kurangnya keterampilan menyusui ibu nifas adalah bisa menyebabkan bendungan
ASI, bayi dapat menangis terus menerus karena kelaparan.Solusi untuk menangani
masalah kurangnya keterampilan menyusui yang terjadi pada ibu nifas adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui yang benar dan
tepat (Yosefina & Betanuari, 2022).
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
jam setelah lahirnya plasenta hingga dengan 6 Minggu atau 42 hari setelah
(Aprilianti, 2019).
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil,
yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan
tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang
bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
B. Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan pada masa nifas, yaitu sebagai berikut : (Aprilianti,
2019):
1. Puerperium dini merupakan masa pemulihan awal dimana ibu yang
melahirkan spontan tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV
dianjurkan untuk mobilisasi dini atau segera. Ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam
setelah melahirkan. ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan.
2. Puerperium intermedial merupakan masa pemulihan yang berlangsung
selama kurang lebih 6 Minggu atau 42 hari, dimana organ-organ reproduksi
secara berangsurangsur akan kembali ke keadaan saat sebelum hamil. Early
puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan.
7
3. Remote puerperium merupakan waktu yang diperlukan ibu untuk dapat
pulih kembali terutama saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Pada tahap ini rentang waktu yang dialami setiap ibu akan
berbeda tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama
hamil ataupun persalinan. Pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi
berlangsung selama 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang
diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa
bermingguminggu, bulan dan tahun.
C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
9
2. Lokhea Lokhea
Ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea
dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
a. Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi), dan mekonium.
b. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c. Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke14.
10
Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada
awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan
sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput
plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya
endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam.
Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut
dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut
“lokhea statis”.
3. Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara
labia menjadi lebih menonjol.
4. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Post partum
hari ke-5, perinium sudah kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih
kendur dari pada keadaan sebelum hamil.
5. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan, disebabkan
karena waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan
pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya
aktivitas tubuh.
11
b. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi
atau perdarahan post partum.
c. Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya preeklampsi
post partum.
d. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok (Yuliana & Hakim, 2020).
D. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Perubahan psikologis masa nifas merupakan suatu proses adaptasi yang
sebenarnya sudah terjadi pada saat kehamilan. Menjelang persalinan, perasaan
senang karena akan berubah peran menjadi seorang ibu dan segera bertemu
dengan bayi yang dikandungnya selama berbulan-bulan dan telah lama
dinantikan. Perubahan psikologis ibu nifas akan timbul perasaan cemas karena
khawatir terhadap calon bayi yang akan dilahirkannya nanti, apakah lahir
dengan sempurna atau tidak (Mulyani & Sulistiawan, 2021).
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting karena
pada masa ini ibu nifas menjadi lebih sensitif. Tentunya pada ibu primipara dan
multipara memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Multipara akan lebih mudah
dalam mengantipasi keterbatasan fisiknya dan lebih mudah beradaptasi
terhadap peran dan interaksi sosialnya. Sedangkan pada ibu primipara mungkin
kebingungan dan frustasi karena merasa tidak kompeten dalam merawat bayi
dan tidak mampu mengontrol situasi. Maka dari itu ibu primipara lebih
memerlukan dukungan yang lebih besar (Aprilianti, 2019).
1. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas
13
Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari
rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah (Mastikana et
al., 2021):
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk mendeteksi adanya
kemungkinan adanya pendarahan post partum, dan infeksi, sekurang-
kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi persalinan. Wanita sangat lemah setelah
melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
harus diberikan oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga
kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva
dahulu, dari depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan ibu
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudahnya. Jika ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi
masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang
meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV,
pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan
permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar
pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
19
mengalami peningkatan tetapi ASI biasanya masih belum bisa keluar. Hal ini
dikarenakan adanya hormone estrogen yang tinggi sehingga mengahambat
pengeluaran ASI. Hari kedua dan ketiga pasapersalinan, kadar estrogen dan
progesterone akan turun secara drastic sehingga mempengaruhi prolaktin lebih
dominan dan saat inilah mulai terjadi sekresi ASI (Ani, 2021).
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI
(prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai
sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi.
Hormon yang berperan adalah hormone estrogen dan progesterone yang
membantu maturase alveoli, sedangkan hormone prolaktin berfungsi untuk
produksi ASI (Imaniar, 2020).
1. Produksi ASI (Reflek Prolaktin)
Hormon prolaktin distimulasi oleh PRH (prolaktin Releasing Hormon),
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior yang ada di dasar otak.
Hormon ini merangsang sel-sel alveolus yang berfungsi merangsang air
susu.Pengeluaran prolaktin sendiri dirangsang oleh pengeluaran Air Susu
Ibu (ASI) dari sinus laktiferus . Semakin banyak ASI yang dikeluarkan dari
payudara maka semakin banyak ASI diproduksi, sebaliknya bila tidak ada
hisapan bayi atau bayi berhensi menghisap maka payudara akan berhenti
memproduksi ASI. Rangsangan payudara sampai pengeluaran ASI disebut
dengan refleks produksi ASI (refleks prolaktin). Kadar prolaktin pada ibu
menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walau ada hisapan bayi (Imaniar, 2020).
2. Pengeluaran ASI (Oksitosin) atau Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Pengeluaran ASI (Oksitosin) adalah refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan hisapan bayi. Bersamaan dengan
mekanisme pembentukan prolaktin pada hipofisis anterior, rangsangan yang
disebabkan oleh hisapan bayi pada puting susu tersebut dilanjutkan ke
hipofisis posterior sehingga keluarlah hormon oksitosin. Hal ini
22
Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menompang di bawah dan jangan menekan putting susu atau areolanya
saja.
dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu menghasikan sesuatu
yang lebih bernilai dengan lebih cepat.
Keterampilan adalah keahlian, kemampuan berlatih, fasilitas dalam
melakukan sesuatu, ketangkasan dan kebijaksanaan. Keterampilan mencakup
pengalaman dan praktek, dan memperoleh keterampilan mengarah ke tindakan
sadar dan otomatis Keterampilan merupakan praktik atau tindakan yang
dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang
diberikan (Kemenkes, 2022)
B. Kategori Keterampilan
Keterampilan dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Basic literacy skill yaitu keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh
setiap orang seperti membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan.
2. Technical skill yaitu keahlian secara teknis yang didapat melalui
pembelajaran dalam bidang teknik seperti mengoperasikan kompter dan alat
digital lainnya.
3. Interpersonal skill yaitu keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi
satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan
bekerja secara tim.
4. Problem solving yaitu keahlian seseorang dalam memecahkan masalah
dengan menggunakan logika atau perasaanya.
C. Macam-macam Keterampilan
Macam macam keterampilan Sekarang ini, keterampilan itu menjadi hal
yang sangat penting terutama bagi seseorang yang ingin bisa mencari
pekerjaan. Beragam keterampilan dan pengalaman kerja juga turut menjadi
sebuah penilaian keterampilan Beberapa keterampilan menurut Singer (dalam
Notoadmodjo, 2019) sebagai berikut : 1). Kesadaran komersial 2). Komunikasi
3). Kerja tim 4). Negosisasi serta persuasi 5). Memecahkan masalah 6).
Kepemimpinan 7). Organisasi 8). Ketekunan dan juga motivasi. 9).
Kemampuan untuk dapat bekerja dibawah tekanan serta dapat tetap tenang
dalam menghadapi krisis. 10). Kepercayaan diri.
33
Upaya mewujudkan segala sesuatu agar menjadi goals yang besar maka
keterampilan dalam diri sangatlah penting adanya untuk kelangsungan tersebut,
Thebalancesmb (2018) memiliki pendapat akan macam macam keterampilan
yang ada antara lain : 1). Komunikasi; 2). Personal branding; 3). Keterampilan
menyusun strategi menejemen finansial; 4). Kepemimpinan; 5). Kemampuan
pemasaran; 6). Menejemen stress; 7). Kepercaytaan diri.
D. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan
Menurut Notoadmodjo (2019) mengatakan keterampilan merupakan
aplikasi dari pengetahuan, sehingga tingkat keterampilan seseorang berkaitan
dengan tingkat pengetahuan, dan pengetahuan yang dapat dipengaruhi oleh:
1. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pengetahuan yang
dimiliki. Sehingga, seseorang tersebut akan lebih mudah dalam menerima
dan menyerap hal-hal baru. Selain itu, dapat membantu mereka dalam
menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
2. Umur
Ketika umur seseorang bertambah maka akan terjadi perubahan pada
fisik dan psikologi seseorang. Semakin cukup umur seseorang, akan
semakin matang dan dewasa dalam berfikir dan bekerja.
3. Pengalaman
Pengalaman dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya dan sebagai sumber pengetahuan untuk memperoleh suatu
kebenaran. Pengalaman yang pernah didapat seseorang akan mempengaruhi
kematangan seseorang dalam berpiki dalam melakukan suatu hal
(Notoadmodjo, 2019).
2.1.5 Konsep Efikasi Diri
A. Pengertian Efikasi Diri
Self-efficacy merupakan sebagian didasarkan pada pengalaman, beberapa
harapan kita terkait dengan orang lain, harapan yang terutama berfungsi bagi
34
respons pola pikir, reaksi emosional, usaha dan kegigihan, serta keputusan
yang akan diambil (Susilawati, 2019).
Efikasi diri menyusui atau Bre astfe eding Se lf E fficacy adalah keyakinan
i i i i
diri seorang ibu pada kemampuannya u ntuk menyusui atau memberikan ASI
i
20 tahun ke atas atau yang lebih tua cenderung memiliki efikasi diri
menyusui yang lebih tinggi, yang dapat menjadi alasan tidak ditemu kannya i
hubungan antara usia dengan efikasi menyusu i ibu yaitu rerata usia ibu
i i
dalam penelitian ini yaitu 21-40 tahun, u sia tersebut masuk pada tahap usia
i
mereka berupaya menguasai diri mereka sehingga dapat menimbu lkan stres i
2. Pendidikan
Dukungan pe ndidikan kesehatan, dukungan suami, dukungan keluarga,
i
hadir atau menemani saat ibu menyusui. Se lain itu dibu tuhkan dukungan
i i i
3. Pekerjaan
Pene litian yang dilakukan ole h Dahlan, Mubin, dan Mustika, 2019
i i
status ibu yang tidak bekerja dikarenakan ibu bekerja memiliki sedikit
i
2019).
E. Fungsi Efikasi Diri ibu Menyusui
Efikasi diri ibu menyusui berhubungan dengan ke yakinan ibu dalam
i
dengan efikasi diri me nyu sui yang tinggi diprediksi ibu akan le bih memilih
i i i
sui. Meskipun banyak kesulitan dan hambatan dalam me nyu sui, seperti
i i
adanya nyeri atau kelelahan, bagi ibu yang memiliki keyakinan tinggi
diprediksi akan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap me nyu sui i i
situasi disaat sekarang maupun mengantisipasi situasi yang akan datang dan
akan tetap menyusui bayinya meskipun banyak hambatan yang dihadapi.
dari berbagai tindakan yang berbeda dan menciptakan kontrol terhadap hal-
hal yang mempengaruhi kehidupannya, dan ketrampilan dalam proses
proble m solving).
i
2. Proses Motivasional
Kemampuan seseorang untuk memotivasi dirinya dan melakukan suatu i
nilai yang diraih di masa depan dan menolak ha-hal yang tidak diinginkan.
3. Proses Afektif
Keyakinan seseorang mengenai kemampuannya dipe ngaruhi seberapa i
perbuatan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui peru bahan i
jalan pikiran. Orang pe rcaya bahwa dirinya dapat mengatasi situasi yang
i
4. Proses Seleksi
Proses seleksi menyebabkan seorang ibu mempu nyai ke ku asan untu k
i i i i
tidak, baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Pilihan
terse bu t dipengaruhi oleh keyakinan kemampuan personalnya (Su silawati,
i i i
2019).
39
mengenai efikasi diri menyusui. Instrumen ini dirancang berdasarkan teori self-
eficacy. Tiga dimensi efikasi diri me nyu sui yang berkaitan dengan menyusui
i i
yaitu dime nsi teknik, dimensi pemikiran intrapersonal, dan dimensi dukungan
i
dukungan meliputi semua hal yang mendukung ibu untuk menyusui dengan
baik yang melibatkan emosional maupun fisik (Susilawati, 2019).
BSES terdiri atas tiga dimensi yang berkaitan dengan durasi dan masalah
yang sering dihadapi saat menyusui yaitu teknik, pemikiran interpersonal serta
40
adanya dukungan. Aspek teknik pada BSES ini diartikan sebagai semua yang
berhubungan dengan aktivitas fisik seseorang dan tindakan yang dibutuhkan
untuk mencapai keberhasilan dalam menyusui. Sedangkan keyakinan
interpersonal adalah mengenai sikap, keyakinan serta persepsi ibu mengenai
pengalaman menyusui dengan baik. Selanjutnya yaitu dimensi dukungan yang
mencakup semua hal yang membantu ibu untuk melakukan aktivitas menyusui
dengan adekuat, seperti informasi, bantuan instrumental dan emosional (Vani
Oktaviani et al, 2022).
Pada hasil penelitian di Vietnam oleh (Ngo et al., 2019) menunjukkan
bahwa usia ibu, pekerjaan, cara persalinan, skin to skin, pengalaman menyusui,
lamanya menyusui di rumah sakit, depresi postpartum, dan dukungan sosial
mempengaruhi breastfeeding self-efficacy. Penelitian lain yang dilakukan
(Ariyanti, 2021) juga menunjukkan bahwa pengetahuan menyusui dan stress
menjadi faktor yang berhubungan dengan breastfeeding self-efficacy pada ibu
postpartum. Dukungan keluarga terutama orang tua (nenek, kakek bayi) dan
juga suami juga menjadi faktor yang mempengaruhi ibu menyusui untuk
meningkatkan self-efficacy sehingga ibu dapat menguatkan kepercayaan diri
dan motivasi untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Timiyatun &
Oktavianto, 2021).
Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
Breastfeeding Self Efficacy Scale-Short Form (BSES- SF). BSES-EF sudah
divalidasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia dengan reliabilitas
cukup baik dengan nilai Cronbach alfa 0,77, validitas tersebut diuji dengan
korelasi Pearson (r), dari 14 item pertanyaan ada 12 item pertanyaan valid dan
2 item pertanyaan tidak valid (no 7 dan no 10) sehingga 2 nomer tersebut tidak
dipakai. BSES-SF yang di Indonesia menggunakan 12 pertanyaan tentang
keyakinan diri menyusui dan 5 pilihan jawaban dalam bentuk skala likert yang
memiliki rentang mulai tidak yakin sampai yakin, dengan total skor terendah
12 dan total skor tertinggi 60. Hasil pengukuran adalah berdasar nilai rata-rata
dari total keseluruhan skor responden, kemudian dibandingkan dengan nilai
41
tengah (median) dari nilai minimum sampai maksimum seluruh responden, bila
nilai rata-rata BSES-EF lebih besar dari median maka BSES-EF dikategorikan
tinggi, dan bila rata-rata BSES-EF kurang dari median maka BSES-EF
dikategorikan rendah (Machmudah et al., 2021)
pengetahuan, keterampilan dan efikasi diri menyusui dengan nilai = 0,000 (p <
0,05). Simpulan, pemberian edukasi tentang teknik menyusui efektif dalam
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan efikasi diri dalam menyusui.
Penelitian ini dari Jurnal Keperawatan Silampari, Vol. 5 (2), Hal. 1021-1027, p-
e-ISSN: 2581-1975 dan p-ISSN: 2597-7482.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Desty Maryani et al (2022), melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Kecemasan dengan Breastfeeding Self
Efficacy Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di RSUD Dr. Soedirman
Kebumen”. Metode penelitian adalah korelasional dengan pendekatan cross-
sectional. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu nifas post Sectio
caesarea (SC) sejumlah sejumlah 1.032 orang. Sampel penelitian adalah 91
responden yang diambil secara purposive sampling. Alat dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif dan korelatif. Hasil: Ibu nifas
Post Sectio Caesarea (SC) di RSUD Dr. Soedirman Kebumen dalam kategori
kecemasan sedang (81.3%). Ibu nifas Post Sectio Caesarea (SC) di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen dalam kategori Breastfeeding Self Efficacy tinggi (52.7%).
Ada hubungan kecemasan dengan breastfeeding self efficacy pada ibu nifas post
Sectio caesarea (SC) di RSUD Dr. Soedirman Kebumen (p = 0.006). Penelitian
ini dari Proseding 15th URICOL Universitas Muhammadiyah Gombong, Hal. 43-
50, e-ISSN: 2621-0584.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anik Karya Setiarini, Harnanik Nawangsari,
dan Dhita Yuniar Kristianingrum (2022), melakukan penelitian dengan judul
“Penyuluhan Teknik Menyusui yang Benar”. Metode yang digunakan dalam
pengabdian masyarakat ini adalah metode pendekatan survey yaitu pengumpulan
data pada bayi yang berjumlah 20 bayi di PMB Ruliati, SST., M.Kes Jogoroto
Jombang secara Prospectif Study selama 1 bulan. Analisis data yang digunakan
data kualitatif dan statistik deskriptif. Hasil pengabdian masyarakat ini adalah
Setelah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan 16 (80 %) ibu menyusui
dengan kategori baik dalam melakukan posisi menyusui yang benar. Setelah
dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan 18 (90 %) ibu menyusui dengan
43
Kurang pengetahuan
tentang teknik menyusui
Pemberian Information
Education and
Communication (IEC)
44
Ibu Nifas
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Hubungan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan atau desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Hardani et.al, 2020), sedagkan desain
penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian (Adiputra et al, 2021). Desain penelitian yang digunakan
adalah desain pra eksperimental, yaitu ; dengan pendekatan one group pretest -
posttest design. Pada penelitian ini peneliti melakukan kegiatan observasi yang
dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-test, sedangkan observasi sesudah
sesudah ekperimen disebut post-test untuk menilai variabel keterampilan dan
efikasi diri pada ibu menyusui. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 One Group Pre-test and Post-test Design
Kelompok Pre-test Perlakukan Post-test
OA1 OA2
Ekperimen X
OB1 OB2
Keterangan :
OA1 = Keterampilan teknik menyusui sebelum pemberian Information Education
and Communication (IEC) tentang cara menyusui yang benar pada ibu
menyusui.
OB1 = Efikasi diri sebelum pemberian Information Education and Communication
(IEC) tentang cara menyusui yang benar
X = Perlakuan pemberian Information Education and Communication (IEC)
tentang cara menyusui yang benar.
OA1 = Keterampilan teknik menyusui setelah pemberian Information Education
and Communication (IEC) tentang cara menyusui yang benar
OB1 = Efikasi diri setelah pemberian Information Education and Communication
(IEC) tentang cara menyusui yang benar
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja penelitian ini disajikan dalam bagan di bawah.
Populasi : semua ibu dengan masa nifas di ruang nifas RSU Amelia Pare
sebanyak 30-32 ibu nifas setiap bulan
47
Sampel : sebagian semua ibu dengan masa nifas di ruang nifas RSU
Amelia Pare minimal sebanyak 20 ibu nifas
Analisa data :
Uji Paired/Wilcoxon Sampel Test
SPSS versi 20
Penyajian Hasil Penelitian
Kesimpulan
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2019). sebagian semua ibu dengan masa nifas di ruang nifas RSU
48
Amelia Pare minimal sebanyak 20 ibu nifas yang disesuaikan jumlah ibu nifas pada
bulan Agustus tahun 2023. Sampel yang dipilih harus memenuhi persyaratan
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan peneliti.
1. Kriteria Inklusi
Dalam hal ini kriteria inklusinya adalah:
a. Ibu dalam masa nifas yang berada di ruang nifas RSU Amelia Pare
b. Ibu masa nifas dengan persalinan fisiologis dan patologis
c. Ibu nifas menjadi responden penelitian
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu nifas dalam keadaan penurunan
kesadaran.
3.3.3 Besar Sampel
Besar sampel adalah besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh
desain dan kesediaan subyek dari penelitian itu sendiri (Sugiyono, 2019). Besar
dalam penelitian ini adalah 20 respondem.
3.3.4 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dengan
memperhatikan sifat penyebaran populasi agar diperoleh sampel representatif
(Adiputra et al, 2021). Teknik pengambilan sampel (sampling) dalam penelitian
ini dengan menggunakan purposive sampling (sampel bertujuan) yang didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang ditentukan peneliti menurut tujuan
(purpose) penelitian (Sugiyono, 2019). Penelitian menggunakan teknik tersebut
bertujuan untuk mengetahui jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi
penelitian dan sesuai proses pemilihan pada kondisi tenpat penelitian. Peneliti
menetapkan responden dengan prediksi pada bulan Agustus – September tahun
2023 minimal sebanyak 20 responden (ibu nifas sesuai kriteria inklusi) yang
dikumpukan secara bertahap sesuai jumlah ibu bersalin yang berada di ruang nifas
RSU Amelia Pare.
49
dan efikasi diri pada ibu nifas. Berikut ini instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini.
a. Instrumen keterampilan teknik menyusui
Pada instrumen keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas
menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan pengalaman ibu untuk
melakukan ketarampilan memberikan ASI pada bayinya. Parameter yang
digunakan pada kuesiner ini dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1)
Cuci tangan, 2) Bersihkan puting dan areola, 3) Memegang bayi, 4)
Menyangga payudara, 5) Perlekatan, 6) Melepas isapan, 7) Menyendawakan
bayi. Parameter tersebut dikembangkan menjadi 16 item pernyataan.
Jawaban dari kuesioner tersebut bersifat positif dengan jenis jawaban; 1)
Sering dilakukan, 2) Jarang dilakukan, 3) Tidak dilakukan.
b. Instrumen efikasi diri
Pada instrumen efikasi diri pada ibu nifas menggunakan kuesioner
Breastfeeding Self Efficacy Scale-Short Form (BSES- SF) yang terdiri dari
12 pertanyaan tentang keyakinan diri menyusui dan 5 pilihan jawaban
dalam bentuk skala likert yang memiliki rentang mulai tidak yakin sampai
yakin. Parameter yang digunakan pada kuesiner ini 4 indikator ; 1)
Menentukan pola pikir negatif atau positif dalam menyusui, 2) Reaksi
emosional dalam menghadapi kesulitan menyusui, 3) Usaha kegigihan yang
dilakukan untuk mencapai keberhasilan menyusui, dan 4) Memilih perilaku
untuk menyusui atau tidak. Jawaban dari kuesioner tersebut bersifat positif
dengan jenis jawaban; 1) Sangat tidak yakin, 2) Tidak yakin, 3) Kurang
yakin, 4) Yakin, dan 5) Sangat yakin.
3.7.2 Prosedur Penelitian
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
1. Pengajuan ijin penelitian kepada litbang penelitian di Prodi DIII Kebidaanan
STIKes Bhakti Mulia Pare.
2. Pengajuan ijin penelitian di ruang nifas RSU Amelia Pare.
3. Menentukan responden sesuai dengan kriteria sampel.
53
3) Kode 3 : SMA
4) Kode 4 : PT
c. Koding pekerjaan ibu :
1) Kode 1 : Ibu Rumah Tangga (IRT)
2) Kode 2 : Buruh
3) Kode 3 : Petani
4) Kode 4 : Swasta
5) Kode 5 : Wiraswasta
6) Kode 6 : PNS
d. Koding paritas ibu :
1) Kode 1 : Primipara
2) Kode 2 : Multipara
e. Koding Status Ekonomi
1) Kode 1 : Tinggi (> 3.000.000/ bulan)
2) Kode 2 : Sedang (1.000.000-3.000.000/ bulan)
3) Kode 3 : Rendah (< 1.000.000/ bulan)
f. Koding sumber informasi
1) Kode 1 : Televisi
2) Kode 2 : Handphone (internet)
3) Kode 3 : Radio
4) Kode 4 : Koran/ Majalah
5) Kode 5 : Tenaga kesehatan
g. Koding ketarampilan teknik menyusui
1) Kode 1 : Kurang
2) Kode 2 : Cukup
3) Kode 3 : Baik
h. Koding ketarampilan teknik menyusui
1) Kode 1 : Rendah
2) Kode 2 : Tinggi
3. Scoring
55
Keterangan :
S = Prosentase
f = Skor yang di dapat
N = Skor maksimal
Dari prosentase diatas dapat ditentukan kriteria keteraampilam teknik
menyusui pada ibu nifas :
1) Keterampilan kurang = < 56%
2) Keterampilan cukup = 56 – 75%
3) Keterampilan baik = 76 – 100%
b. Scoring efikasi diri (BSES-SF)
Skor untuk penilaan pengukuran efikasi diri pada ibu nifas dengan
menjawab pernyataan yang diberikan skor 1 = Sangat tidak yakin, skor 2 =
Tidak yakin, skor 3 = Kurang yakin, skor 4 = Yakin, dan skor 5 = Sangat
yakin. Kemudian scoring jawaban ibu dilakukan perhitungan setiap
pernyataan tersebut dijumlahkan dan dicari skor Z dan kemudian skor-T
dari masing-masing ibu. Ibu nifas mendapatkan Skor T > T mean adalah ibu
yang memiliki efikasi diri tinggi dan nilai Skor T < T mean adalah ibu yang
memiliki efikasi diri rendah.
4. Tabulating
Tabulating adalah menyusun dan mengorganisir data, sehingga akan dapat
denganmudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam
56
Uji normalitas pada variabel dependen ini menggunakan Shapiro Wilk, karena
sampel yang digunakan peneliti <50 responden. Sedangkan pada uji homogenitas
sebagai prasyarat analisis menggunakan levene’s test, karena terdapat dua
kelompok intervensi yang digunakan untuk menguji kesamaan dari kedua
kelompok (Notoatmodjo, 2018).
Jika nilai ρ < 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya ada pengaruh
Information Education and Communication (IEC) cara menyusui terhadap
keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023
2. Variabel efikasi diri pada ibu nifas (pre dan post)
Jika nilai ρ < 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya ada pengaruh
Information Education and Communication (IEC) cara menyusui terhadap
keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023.
3. Variabel keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri pada ibu nifas
Jika nilai ρ < 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya ada perbedaan
antara keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri sesudah Information
Education and Communication (IEC) cara menyusui pada ibu nifas di RSU
Amelia Pare tahun 2023.
3.9 Etika Penelitian
Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi. Etika
penelitian menurut Notoadmojo (2018), menyatakan bahwa subyek akan diteliti
dengan menekankan kepada permasalahan etik yang meliputi :
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
59
BAB IV
60
HASIL PENELITIAN
53
61
Menyusui Cukup 13 65
Baik 7 35
Total 20 100
Berdasarkan tabel 4.2, pada variabel keterampilan teknik menyusui pada
ibu nifas sebelum pemberian IEC cara menyusui menunjukkan data bahwa
dari 20 responden sebagian besar ibu memiliki keterampilan teknik menyusui
dengan kategori cukup sebanyak 14 responden (70%). Sedangkan sesudah
pemberian IEC cara menyusui menunjukkan data sebagian besar ibu nifas
memiliki keterampilan teknik menyusui dengan kategori cukup sebanyak 13
responden (65%) dan penambahan kategori baik sebanyak 7 responden
(35%).
4.3.2 Hasil Identifikasi Efikasi Diri pda Ibu Nifas
Hasil identifikasi data distribusi efikasi diri pada ibu nifas di RSU
Amleia Pare sebelum dan sesudah Diberikan Information Education and
Communication (IEC) cara menyusui pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Efikasi Diri pada Ibu Nifas Sebelum dan
Sesudah Pemberian IEC Cara Menyusui
Berdasarkan tabel 4.3, pada variabel efikasi diri pada ibu nifas sebelum
pemberian IEC cara menyusui menunjukkan data bahwa dari 20 responden
sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri dengan kategori rendah
sebanyak 11 responden (55%). Sedangkan sesudah pemberian IEC cara
menyusui menunjukkan data sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri
dengan kategori tinggi sebanyak 15 responden (75%).
64
Berdasarkan tabel 4.4 dan tabel 4.5 diatas, hasil uji normalitas dan
homogenitas pada variabel dependent keterampilan teknik menyusui dan
efikasi diri menunjukkan adanya nilai -value lebih dari 0,05 menunjukkan
hasil analisa uji prasyarat pada data seluruh variabel berdistribusi tidak
normal dan tidak homogen. Penggunaan jenis uji dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Uji pengaruh sebelum dan sesudah pemberian IEC cara menyusui terhadap
keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas menggunakan uji wilcoxon.
2. Uji pengaruh sebelum dan sesudah pemberian IEC cara menyusui terhadap
efikasi diri pada ibu nifas menggunakan uji wilcoxon.
3. Uji beda kterampilan teknik menyusui dan efikasi diri sesudah pemberian
IEC cara menyusui pada ibu nifas menggunakan uji mann-withney.
4.4.2 Hasil Uji Pengaruh Sebelum dan Sesudah Pemberian IEC Cara
Menyusui
Hasil analisa uji pengaruh antara sebelum dan sesudah pemberian IEC
cara menyusui terhadap keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri pada
ibu nifas dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Pengaruh Pemberian IEC Cara Menyusui Terhadap
Keterampilan Teknik Menyusui dan Efikasi Diri pada Ibu Nifas
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, hasil uji pengaruh sebelum dan sesudah
pemberian IEC cara menyusui terhadap keterampilan teknik menyusui dan
66
efikasi diri pada ibu nifas di RSU Amelia Pare menunjukkan hasil analisa :
1. Hasil keterampilan teknik menyusui sebelum dan sesudah pemberian IEC
cara menyusui dengan nilai -value (0,003) < α (0,05), yang artinya
artinya ada pengaruh Information Education and Communication (IEC)
cara menyusui terhadap keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas di
RSU Amelia Pare tahun 2023.
2. Hasil efikasi diri sebelum dan sesudah pemberian IEC cara menyusui
dengan nilai -value (0,014) < α (0,05), yang artinya artinya ada pengaruh
Information Education and Communication (IEC) cara menyusui terhadap
efikasi diri pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023.
4.4.3 Hasil Uji Beda Sesudah Pemberian IEC Cara Menyusui
Hasil analisa uji beda keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri
sesudah pemberian IEC cara menyusui pada ibu nifas di RSU Amelia Pare
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Uji Beda Motivasi Ibu dalam Pemberian ASI Setelah
Tindakan AMT dan Setelah Penkes
Variabel Variabel
Mean Z - value
Independent Dependent
Sesudah Keterampilan
63,78
pemberian teknik menyusui
-3,439 0,001
IEC cara
Efikasi diri 61,92
menyusui
*Uji mann-withney test dengan < α 0,05 dan n = 20
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, menunjukkan nilai -value (0,001) < α 0,05
yang artinya ada perbedaan antara keterampilan teknik menyusui dan efikasi
diri sesudah Information Education and Communication (IEC) cara menyusui
pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023.
67
BAB V
PEMBAHASAN
67
68
cara melakukan teknik menyusui pada bayinya. Pemberian IEC yang dilakukan
peneliti mendapatkan respon yang baik serta ada komunikasi yang adaptif antara
peneliti dan responden dengan adanya umpan balik yang positif dalam
meningkatkan keterampilan ibu nifas dalam menyusui byinya, sehingga ibu dapat
meningkatkan keteramilannya.
Selain itu, peneliti beranggapan bahwa sesudah pemerian IEC cara menyusui
ibu nifas lebih hafal dan menunjukkan kemampuannya dengan memberikan contoh
terhadap cara menyusui sesuai anjuran yang diberikan oleh peneliti. Responden
yang sebagian besar adalah multipara lebih mudah mengemukakan pendapat saat
pemberian IEC sehingga lebih cepat dalam meningkatkan keteramilannya dalam
melakukan teknik menyusui yang benarpada bayinya. Hal tersebut dapat mengatasi
masalah pada ibu nifas yang memiliki pengalaman dengan seringkali membuat ibu
beralasan untuk tidak menyusui karena tidak mau merasakan sakit, jika masalah ini
tidak segera diatasi maka akan muncul masalah berikutnya yaitu payudara bengkak.
Alasan tersebut yang membuat ibu nifas sebagian besar enggan melanjutkan
memberikan ASI pada bayinya.
Hal tersebut diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti and
Anggarawati (2021) menemukan hasil bahwa kemampuan ibu menyusui meningkat
sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan memberikan
informasi, edukasi dan komunikasi tentang cara menyusui yang baik dan benar,
tebukti bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam menyusui. Perubahan perilaku
yang baik dan benar serta pengalaman menyusui yang positif dapat mempengaruhi
perubahan perilaku tentang teknik menyusui yang benar pada bayinya
5.3 Identifikasi Efikasi Diri Sebelum Pemberian IEC Cara Menyusui pada Ibu
Nifas
Hasil identifikasi efikasi diri pada ibu nifas sebelum pemberian IEC cara
menyusui menunjukkan data sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri dengan
kategori rendah sebanyak 11 responden (55%).
70
E fikasi diri pada ibu menyusu i adalah keyakinan diri seorang ibu pada
i i i
kemampuannya u ntuk menyusui atau memberikan ASI pada bayinya. Efikasi diri
i
pada ibu menyusui berpengaru h pada respons pola pikir, reaksi emosional, usaha
i
dan kegigihan, serta keputusan yang akan diambil (Susilawati, 2019). Kepercayaan
dalam memberikan ASI merupakan modal penting yang haru s diketahui dan
i
dipahami oleh ibu dalam kebe rhasilan terlaksananya pe mberian ASI (Abdullah &
i i i
Ayubi, 2019).
Peneliti berpendapat bahwa ibu nifas yang memiliki efikasi diri yaang rendah
harus melakukan persiapan mental dan psikologi karena sangat penting untuk
dilakukan. Hal ini penting dalam keberlangsungan pemberian ASI, dikarenakan
saat ibu bersikap dan mulai memberikan keyakinan yang baik akan sangat
mempengaruhi saat menyusui. Ibu nifas dengan efikasi rendah karena faktor usia
diatas 20 sampai 30 tahun yang sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta dengan
berbgagai sumber informasi yang didapatkan ibu dari teman maupun keluarga
membuat ibu kurang yakin terhadap cara menyusui dengan pemberian ASI yang
benar.
Peneliti juga berpendapat bahwa cara menyusui yang kurang tepat karena ibu
yang merasa kelelahan dan stress, serta ibu beranggapan bahwa dapat merasa
terbantu jika ada yang mendukungnya, sehingga efikasi diri ibu saat menyusui
menjadi rendah. Ibu nifas perlu mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan untuk
berbagi pendapat dan informasi kesehatan tentang teknik cara menyusui yang
benar, agar persepsi yang salah terhadap masalah yang pernah dialami ibu dapat
teratasi dengan adanya peningkatan pemahaman ibu. Jika persepsi ibu tidak sesuai
semasa menyusui dengan apa yang diharapkan maka akan muncul rasa kecewa dan
tidak meyakini diri bahwa drinya tidak dapat memberikan ASI terbaik untuk
bayinya. Pentingnya sumber informasi yang didapatkan ibu nifas yang sebagiab
besar dari Hp (internet) dapat dikolaborasikan dan dikonsultasikan kepada tenaga
kesehatan yang memiliki pemahaman yang baik dan terarah dalam cara menyusui
yang benar.
71
5.4 Identifikasi Efikasi Diri Sesudah Pemberian IEC Cara Menyusui pada Ibu
Nifas
Hasil identifikasi efikasi diri pada ibu nifas sesudah pemberian IEC cara
menyusui menunjukkan data sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri dengan
kategori tinggi sebanyak 15 responden (75%).
Edukasi postnatal yang diberikan berisi materi inisiasi menyusui dini, manfaat
ASI, bahaya formula, tehnik menyusui, kunci keberhasilan menyusui dan cerita
pengalaman dari orang yang telah berhasil menyusui eksklusif. Pengalaman
menyusui dari orang yang telah berhasil menyusui eksklusif dapat memberikan
inspirasi bagi ibu untuk berjuang menyusui bayinya, tidak mudah menyerah dan
meningkatkan motivasi ibu dalam menyusui yang akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaan diri ibu dalam menyusui (Fata & Rahmawati, 2018).
Peneliti berpendapat bahwa efikasi diri sesudah pemberian IEC cara menyusui
yang diberkan peneliti yang tergolong tinggi, karena ibu cenderung lebih sedikit
mengalami permasalahan menyusui dan memiliki persepsi yang baik tentang
menyusui. Efikasi diri tinggi membuat seorang yakin untuk memantapkan diri dan
melakukan berbagai usaha untuk dapat terus menyusui, sehingga efikasi diri yang
tinggi sangat dapat membantu meningkatkan angka cakupan ASI Eksklusif dengan
teknik menyusui yang benar oleh ibu pada bayinya.
Peneliti juga berpendapat bahwa efikasi diri menyusui yang tinggi dipengaruhi
oleh faktor usia dan tingkat pendidikan, yaitu responden yang berusia 22-30 tahun
dan berstatus pendidikan terakhir sebagian besar responden yaitu SMA. Efikasi diri
yang tinggi dikarenakan ibu tidak terlalu khawatir, berfikir positif, cemas dan tidak
percaya diri dalam cara menyusui yang benar supaya pemberian ASI eksklusif pada
bayinya dapat terpenuhi dan anak menjadi sehat sesuai tumbuh kembangnya. Ibu
dapat mengelola emosi, kecemasan, dan ekspektasi dengan positif sehingga ibu
lebih bersemangat dan optimis menyusui bayinya berharap bahwa bayinya akan
puas, bayinya akan tumbuh besar dan sehat.
72
menyusui bayinya.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adinda,
Agrina & Ade (2023), bahwa keterampilan akan meningkat jika diasah dan dilatih
sehingga meningkatkan kemampuannya menjadi lebih mahir. Untuk menjadi orang
yang memiliki keahlian luas dalam bidang tertentu, orang itu harus melalui
pelatihan dan belajar keras untuk bisa memahaminya. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian dari Riyanti et al., (2019) mengenai pengaruh konseling dan edukasi
keterampilan teknik menyusui yang benar terhadap pengetahuan dan sikap pada ibu
post partum dengan hasil p-value < 0,005 yang artinya ada pengaruh dari
pemberian informasi, edukasi dan komunikasi tentang teknik menyusui yang benar
terhadap pengetahuan ibu post partum dalam meningkatkan keterampilan teknik
menyusui pada bayi.
5.6 Analisa Efikasi Diri Sebelum dan Sesudah Pemberian IEC Cara Menyusui
pada Ibu Nifas
Hasil efikasi diri pada ibu nifas sebelum dan sesudah pemberian IEC cara
menyusui dengan nilai -value (0,014) < α (0,05), yang artinya artinya ada
pengaruh Information Education and Communication (IEC) cara menyusui
terhadap efikasi diri pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023.
Breastfeeding selfefficacy berhubungan erat dengan keberhasilan praktik
menyusui sebagai upaya untuk meningkatkan breastfeeding self-efficacy dapat
dilakukan dengan memberikan bimbingan atau konseling pada ibu menyusui
(Awaliyah et al., 2019). Hal yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan ibu
menyusui adalah kepercayaan ibu terhadap kemampuan menyusui bayinya, atau
biasa disebut breastfeeding self-efficacy (Brockway et al., 2019; Putri, 2021).
Peneliti berpendapat bahwa adanya pengaruh pemberian IEC cara menyusui
dengan peningkatan efikasi diri pada ibu nifas, karena ibu memiliki respon yang
adaptif terhadap sumber informasi tentang cara menyusui yang benar, sehingga
dapat memberikan keyakinan yang lebih dalam mengatasi keraguan atau
permasalah yang dialami ibu saat menyusui bayinya. Adanya perubahan efikasi diri
74
dari rendah menjadi tinggi karena ibu sangat memerlukan pengetahuan bahkan
demintrasi secara langsung terhadap cara menyusui yang benar yang telah
diperagakan oleh peneliti dan membantu ibu memberikan gambaran yang baik
dalam perubahan keterampilan yang selama ini telah dipraktikkan sebelum
mendapatkan IEC dari peneliti.
Peneliti juga berpendapat bahwa kepercayaan ibu terhadap tenaga kesehatan
sebagai pengarah sekaligus sebagai sumber informasi yang terpercaya membuat ibu
memiliki keyakinan yang tinggi, khususnya saat menjalani perawatan di rumah
sakit setelah post partm dan penting sekali dalam meningkatkan pengetahuan
sebagai bekal dalam mempraktikkan teknik menyusui yang benar pada bayinya. Ibu
akan lebih yakin dan percaya diri lagi, apabila mendapatkan dukungan dari
keluarga untuk sering berkonsultasi ke bidan terdekat maupun tenaga kesehatan
setempat apabila mendapatkan permasalahan selama menyusui bayinya, sehingga
kualitas produksi ASI sangat lancar dan baik untuk pertumbuhan bayinya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Tahitu (2022) mengatakan bahwa Ibu dengan
tingkat kepercayaan diri yang tinggi cenderung berhasil mencapai target menyusui
dan membuat ibu menjadi lebih rileks saat menyusui. Sejalan juga dengan
penelitian Citra (2021) menunjukan bahwa keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
tidak lepas dari faktor psikologis ibu yaitu optimisme dan ekskpektasi ibu untuk
memberikan ASI. Kepercayaan diri ibu nifas yang tinggi dan dukungan keluarga
yang kuat pada ibu nifas akan meningkatkan pemberian ASI.
5.7 Analisa Perbedaan Keterampilan Teknik Menyusui dan Efikasi Diri Sesudah
Pemberian IEC Cara Menyusui pada Ibu Nifas
Hasil analisa uji beda menunjukkan nilai -value (0,001) < α 0,05 yang artinya
ada perbedaan antara keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri sesudah
Information Education and Communication (IEC) cara menyusui pada ibu nifas di
RSU Amelia Pare tahun 2023.
Keberhasilan menyusui dapat dipengaruhi oleh ketepatan dalam keterampilan
teknik menyusui yang dilakukan ibu yaitu dengan memperhatikan perlekatan yang
75
tepat antara bayi dengan payudara ibu sehingga bayi dapat menghisap secara
optimal (Dwi , Harnanik, Dhita, & 2022). Breastfeeding self efficacy akan
menentukan respon individu berupa pilihan atas perilaku menyusui upaya dan
kesanggupan menghadapi tantangan menyusui, pola pemikiran dan tindakan,
reaksi emosional ibu. Konsekuensi ini menentukan performa inisiasi menyusui, dan
durasi menyusui (Asrianti et al, 2021).
Peneliti berpendaat bahwa adanya perbedaan antara keterampilan teknik
menyusui dan efikasi diri sesudah pemberian IEC cara menyusui, karena
keterampilan memiliki keterkaitan dengan efikasi diri pada ibu menyusui. Apabila
ibu yang memiliki keteramilanteknik menyusui yang baik akan memberikan
dampak yang positif kepercayaan dan keyakinannya bagi ibu saat menyusui,
sehingga efikasi dirinya akan tinggi. Begitu juga sebaliknnya, apabila ibu nifas
memiliki keterampilan teknik menyusui yang kurang maka akan berdampak buruk
bagi keyakinannya dalam menyusui bayinya, sehingga efikasi ibu akan rendah saat
menyusui bayinya.
Peneliti juga berpendapat bahwa peran petugas kesehatan bidan dalam
memberikan pengetahuan dengan informasi, edukasi dan komunikasi tentang cara
menyusui yang benar terutama saat IMD paska melahirkan sangat penting karena
ibu dibimbing dalam melakukan teknik menyusui yang benar sehingga bayi
berhasil menemukan areola ibunya dan menghisap putting susu serta posisi
menyusui yang benar. Apabila ibu tidak dibimbing dengan benar maka akan
muncul beberapa komplikasi bukan hanya pada ibu tetapi juga pada bayinya. Oleh
karena itu, pengetahuan dan kemampuan responden dalam perawatan bayi
meruapakan faktor penting dalam membentuk sikap dan tindakan positif dalam
pemberian ASI dengan tujuan bayi dan ibu sehat. Nilai yang tinggi menunjukan ibu
postpartum berhasil dalam melakukan proses menyusui, sedangkan nilai yang
rendah menunjukan kurang berhasilnya ibu postpartum dalam melakukan proses
menyusui pada bayinya.
76
BAB VI
PENUTUP
77
6.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar ibu nifas memiliki keterampilan teknik menyusui sebelum
pemberian IEC cara menyusui dengan kategori cukup sebanyak 14 responden
2. Sebagian besar ibu nifas memiliki keterampilan teknik menyusui sesudah
pemberian IEC cara menyusui dengan kategori cukup sebanyak 13 responden
dan penambahan kategori baik sebanyak 7 responden.
3. Sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri sebelum pemberian IEC cara
menyusui dengan kategori rendah sebanyak 11 responden.
4. Sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri sesudah pemberian IEC cara
menyusui dengan kategori tinggi sebanyak 15 responden.
5. Ada pengaruh pemberian IEC cara menyusui terhadap keterampilan teknik
menyusui pada ibu nifas
6. Ada pengaruh pemberian IEC cara menyusui terhadap efikasi diri pada ibu nifas
7. Ada perbedaan antara keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri sesudah
pemberian IEC cara menyusui cara menyusui pada ibu nifas.
6.2 Penutup
1. Bagi Ibu Nifas
Ibu nifas harus memiliki pengetahuan tentang keterampilan teknik menyusui
pada bayi, sehingga dengan teknik menyusui yang benar ibu dapat meningkatkan
produksi ASI dan ASI yang dikeluarkan lancar dan berkualitas. Ibu nifas yang
memiliki pengalaman dalam menyusui yang benar akan meningkatkan efikasi
diri dengan adanya keyakinan diri ibu pada kemampuannya u ntuk menyusui
i i
DAFTAR PUSTAKA
79
Khotimah, S. K., Rahmawati, E., & Susmarini, D. (2019). Efektivitas Metode Video
dan Demonstrasi terhadap Kangaroo Mother Care Self Efficacy. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia, 5(2), 136–145.
https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/19048
Kuswanti, I., & Malo, H. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Teknik
Menyusui terhadap Keterampilan Menyusui pada Ibu Nifas. 10(1), 710–
718.https://doi.org/Https://doi.org/10.47317/jkm.v10i1.78
Laksono, A. D., Wulandari, R. D., Ibad, M., & Kusrini, I. (2021). The Effects of
Mother’s Education on Achieving Exclusive Breastfeeding in Indonesia. BMC
Public Health, 21(1). https://doi.org/10.1186/s12889-020-10018-7
Lubbe, W., Botha, E., Niela-Vilen, H., & Reimers, P. (2020). Breastfeeding during the
COVID-19 Pandemic - A Literature Review for Clinical Practice. International
Breastfeeding Journal, 15(1). https://doi.org/ 10.1186 /s13006-020-00319-3
Machfoedz I. (2018). Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Fitramaya.
Mubarak, Zaki. (2021). Penelitian Kuantitatif Dan Statistik Pendidikan: Cara Praktis
Meneliti Berbasis Contoh Aplikasi dengan SPSS. Tasikmalaya: CV. Pustaka Turats
Press.
Mulyana, T. S., & Irmayani, I. (2019). Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap
Keterampilan Teknik Menyusui pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSUD Kota
Mataram Tahun 2018. Jurnal Midwifery Update (MU), 1(1), 80.
https://doi.org/10.32807/jmu.v1i1.43
Natia, Rizki. 2017. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi
5. Jakarta: Salemba Medika.
Pamuji,S.E (2020). Hypnolactation meningkatkan keberhasilan laktasi dan pemberian
ASI ekslusif. Magelang: Rumah Cinta
Pandegirot, J. S., Posangi, J., & Masi, G. N. M. (2019). Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan tentang Penanganan Tersedak terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui.
Jurnal Keperawatan, 7(2), 1–6. https://doi.org/Https://doi.org/
10.35790/jkp.v7i2.27473
Pramanik, Y.R., & Sumbara, S. R. (2018). Hubungan Self-Efficacy Ibu Menyusui
dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Kota
Bandung. Jurnal Ilmiah Kesehatan IQRA, 8(1), 39–44.
https://doi.org/Https://doi.org/10.1234/jiki.v8i1.169
81
Putri, H. S. (2021). Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Efikasi Diri dalam Pemberian Asi
Eksklusif. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific
Journal), 6(2), 44–53. https://jurnal.unar.ac.id/index.php/ health/article/view/503
Rahayu, D. (2018). Hubungan Breastfeeding Self Efficacy dengan Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(1), 247.
https://doi.org/10.32831/jik.v7i1.191
Riyanti, E., Nurlaila, N., & Astutiningrum, D. (2019). Pengaruh Edukasi Breastfeeding
IbuPost Partum terhadap Breasfeeding Self Efficacy. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 14(3), 96–104. http://ejournal.unimugo.ac.id/
JIKK/article/view/350/0
Sitepu, Pribudiarta Nur. (2022). Buku Saku Penggunaan Media KIE. Jakarta :
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Siti MF., Suryati, & Darmayanti W. (2022). Edukasi tentang Teknik Menyusui yang
Benar Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu Nifas di Desa Sungai Tabuk
Kabupaten Banjar. Jurnal Pengabdian Mandiri, Vol.1(2), Hal. 265-270, Jurnal
Pengabdian Mandiri
Sugiyono. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung. Alfabeta.
Wahyuningsih. (2019). Buku Ajar ASuhan Keperawatan Post Partum. Yogyakarta:
Deepublish.
Wardhani, R. K., Dinastiti, Vi. B., & Fauziyah, N. (2021). Pendidikan Kesehatan untuk
Meningkatkan Asi Eksklusif. Journal of Community Engagement in Health, 4(1),
149–154. https://doi.org/Https://doi.org/10.30994/jceh.v4i1.129
World Health Organization. (2021). Joint statement by UNICEF Executive Director
Henrietta Fore and WHO Director-General Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus on
the occasion of World Breastfeeding Week. WHO
Yosefina Angelina Ghunu dan Betanuari Sabda Nirwana (2018). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan tenang Teknik Menyusui terhadap Keterampilan Menyusui pada Ibu
Nifas 3-7 Hari. Jurnal Kesehatan UNIK, Vol 9 No 1, Vol.3 (2), Hal 115-128, P-
ISSN: 2714-5409, E-ISSN: 2686-5300
Yuli Suryanti, Ajeng Galuh W, dan Pauline Kusmaryati (2022). Bimbingan Teknis
Menyusui Terhadap Pengetahuan, Keterampilan dan Efikasi Diri Ibu Menyusui.
Jurnal Keperawatan Silampari, Vol. 5 (2), Hal. 1021-1027, p-e-ISSN: 2581-1975
dan p-ISSN: 2597-7482.