Anda di halaman 1dari 81

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian air susu ibu (ASI) atau menyusui memberikan manfaat besar bagi
ibu dan bayinya. Pemberian ASI eksklusif merupakan strategi utama dalam
menurunkan angka kematian neonatal (Alifariki et al., 2020; Juanda et al., 2022).
Masalah menyusui berkembang pada fase postnatal dan berakibat negatif pada
periode menyusui (Wardhani et al., 2021). Ibu yang tidak menyusui efektif dapat
menimbulkan masalah saat menyusui seperti puting susu lecet, bayi terus menangis
karena masih lapar dan akhirnya ibu tertarik mencoba memberikan susu formula
pada bayi. Sedangkan menurut Awaliyah et al., (2019) menyatakan bahwa masalah
menyusui terkait dengan perasaan puas pada ibu saat menyusui bayinya. Kurangnya
dukungan keluarga terutama suami, kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya
ASI bagi bayi, serta kurangnya keterampilan teknik menyusui ibu yang
menyebabkan tidak bersemangat untuk menyusui. Hal yang sangat berpengaruh
terhadap kepuasan ibu menyusui adalah kepercayaan ibu terhadap kemampuan
menyusui bayinya, atau biasa disebut breastfeeding self-efficacy (Brockway et al.,
2019; Putri, 2021).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2022 angka
pemberian ASI ekslusif di dunia sekitar 38%. Secara nasional di Indonesia, cakupan
bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33% telah mencapai target rencana strategi
(Renstra) tahun 2017 yaitu 44%. Data Kementerian Kesehatan (2022) mencatat
angka Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Indonesia meningkat dari 51,8 % pada tahun
2021 menjadi 57,8 % pada tahun 2022. Walaupun mengalami peningkatan, tetapi
angka tersebut masih jauh dari target 90 % mengingat pentingnya peran ASI bagi
kehidupan anak (Manalu & Sutarlia, 2022).
2

Berdasarkan data pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia <6 bulan bulan
menurut provinsi Jawa Timur pada tahun 2022 yang bersumber dari Profil
Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa timur (2022) adalah sebesar 61%.
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2022, pemberian ASI
Eksklusif pada bayi <6 bulan di Kabupaten Gresik sebesar 78,9% (Dinkes Provinsi
Jawa Timur, 2022). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri
angka capaian ASI Eksklusif Kota Kediri tahun 2022 mencapai 62,8 persen. Angka
tersebut melampaui terget nasional yakni 45 persen. Capaian tersebut juga
meningkat dari tahun 2021 dengan angka 51,9 persen (Dinkes Kab Kediri, 2022).
Teknik menyusui yang salah dapat mengakibatkan bayi rewel dan terjadinya
pemberian makanan tambahan selain ASI (susu formula). Penyebab ibu tidak
menyusui bayi dengan benar antara lain teknik menyusui yang salah, puting susu
nyeri atau lecet yang disebabkan oleh kesalahan memposisikan dan melekatkan
bayi. Sementara untuk ibu sendiri akan beresiko mengalami kanker payudara,
mengeluarkan biaya lebih mahal apabila bayi maupun ibu terkena penyakit, karena
memang beresiko rentan terhadap penyakit (Meilitha et al, 2023). Dampak
kurangnya keterampilan menyusui ibu nifas adalah bisa menyebabkan bendungan
ASI, bayi dapat menangis terus menerus karena kelaparan.Solusi untuk menangani
masalah kurangnya keterampilan menyusui yang terjadi pada ibu nifas adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui yang benar dan
tepat (Yosefina & Betanuari, 2022).
3

Rendahnya pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dan tidak


terpaparnya ibu dengan intervensi terkait menyusui, secara signifikan menjadi
prediktor dari rendahnya breastfeeding self-efficacy ibu (Titaley et al., 2021).
Breastfeeding self-efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan diri ibu untuk
menyusui anaknya, dimana kemampuan ibu untuk menyusui anaknya ditentukan
berdasarkan pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman keberhasilan
menyusui ibu lain, adanya nasehat dorongan menyusui dan keadaan fisiologis yang
dialami ibu breastfeding self-efficacy merupakan faktor yang dapat dimodifikasi
untuk meningkatkan angka menyusui pada ibu yang memiliki bayi lahir cukup
bulan. Intervensi dapat dilakukan untuk meningkatkan breastfeeding self-efficacy
ibu yang dapat berdampak pada peningkatan angka pemberian ASI eksklusif (De
Roza et al., 2019).
Prinsip dasar menyusui yaitu membuat bayi dapat melekat dengan baik agar
bayi mendapatkan ASI. Pada dasarnya, di awal kehamilan produksi ASI sedikit
jumlahnya adalah hal yang normal (Mulyani Sri & Sulistiawan Andika, 2021).
Teknik menyusui yang baik dan benar yaitu dengan cara memberikan ASI kepada
bayi secara langsung dimana bayi didekatkan dengan ibu dan posisi ibu juga sesuai
pada saat menyusui. Pengetahuan yang baik akan mencapai target keberhasilan
menyusui. Hal tersebut juga diperlukan langkah-langkah yang harus diperhatikan
dan mampu mengetahui manfaat teknik menyusui yang baik dan benar (Mayasari et
al., 2021). Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Dalam meningkatkan
keberhasilan untuk mencapai cara menyusui yang benar diperlukan pengetahuan
mengenai teknik-teknik menyusui yang benar (Keni, 2020).
4

Peran petugas kesehatan dan kader dapat memberikan dukungan informasi


dan praktik menyusui agar ibu dapat menyusui eksklusif, sehingga dibutuhkan
edukasi, informasi dan latihan persiapan menyusui. Ibu paska melahirkan dapat
diberikan komukasi informsi dan pendidikan kesehatan, tentang keterampilan cara
menyusui yang benar (Wenny, Kurniati & Yenni, 2022). Keterampilan teknik
menyusui merupakan keterampilan yang menerapkan seseorang bisa menjadi
konselor serta motivator untuk ibu, sampai mau dan mampu menyusui anaknya
dengan tepat. Penempatan dan pelekatan bayi pada payudara memerlukan teknik
menyusui yang baik. Membantu ibu tentang teknik meyusui yang tepat adalah
salah salah satu dari 10 Langkah Mencapai Keberhasilan Menyusui (LMKM)
dalam menyukseskan menyusui dengan mengedukasi orang lain tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif dan praktik menyusui dapat membantu ibu menyusui
menjadi lebih mahir dengan teknik yang benar (Adinda et al, 2023).
Target LMKM dengan peningkatan keterampilan cara menyusui yang benar,
yaitu mencari posisi meyusui yang nyaman saat menyusui sangat penting karena
posisi tidak nyaman ketika menyusui dapat menyebabkan ibu menjadi cemas dan
mengurangi atau menghentikan aliran susu, sehingga bayi tidak mendapatkan
cukup susu dan menyedot dengan keras dan menyebabkan sakit pada putting ibu.
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar. Hal ini meliputi posisi badan bayi
dan ibu, posisi mulut bayi dan putting susu ibu, sserta cara menyendawakan bayi
setelah menyusui (Adrestia et al, 2022).
Berdasarkan studi pendahuluan di ruang nifas RSU Amelia Parepada tanggal
26 Juli 2023 menunjukkan data 3 bulan terakhir dari bulan mei sampai bulan juli
2023 terdapat 98 ibu bersalin diruang nifas, sehingga rata-rata setiap bulan antara
30-32 ibu bersalin di ruang tersebut, baik dengan persalinan normal dan patologis.
Peneliti memberikan wawancara pada 5 ibu yang berada di ruang nifas tersebut
menyatakan bahwa belum memehami teknik atau cara menyusui yang benar,
karena rata-rata masih baru pertama kali melahirkan anak pertama.
5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik meneliti ”Pengaruh


Information Education and Communication (IEC) Cara Menyusui yang Benar
Terhadap Keterampilan dan Efikasi Diri pada Ibu Nifas di RSU Amelia Pare”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini, yaitu ;
“Apakah Information Education and Communication (IEC) cara menyusui yang
benar terhadap keterampilan dan efikasi diri pada ibu nifas di RSU Amelia Pare
tahun 2023?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Information Education and Communication
(IEC) cara menyusi yang benar terhadap keterampilan dan efikasi diri pada ibu
nifas di RSU Amelia Pare.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi keterampilan pada ibu nifas sebelum pemberian Information
Education and Communication (IEC) cara menyusi
2. Mengidentifikasi efikasi diri pada ibu nifas sebelum pemberian Information
Education and Communication (IEC) cara menyusui
3. Mengidentifikasi keterampilan pada ibu nifas sesudah pemberian Information
Education and Communication (IEC) cara menyusui
4. Mengidentifikasi efikasi diri pada ibu nifas sesudah pemberian Information
Education and Communication (IEC) cara menyusui
5. Menganalisa keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas sebelum dan
sesudah Information Education and Communication (IEC) cara menyusui di
RSU Amelia Pare.
6. Menganalisa efikasi diri pada ibu nifas sebelum dan sesudah Information
Education and Communication (IEC) cara menyusui di RSU Amelia Pare.
7. Menganalisa perbedaan keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri pada ibu
nifas sesudah Information Education and Communication (IEC) cara menyusui
di RSU Amelia Pare.
6

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi konsep information
education and communication tentang cara menyusui yang benar dengan
indikator peningkatan keterampilan dan efikasi diri pada ibu nifas dalam
pemberian ASI dengan teknik menyusui yang benar pada bayi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Ibu Nifas
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pada ibu terhadap
teknik cara menyusui yang benar pada bayi sejak dini, sehingga ibu dapat
meningkatkan keterampilannya dalam memberikan ASI pada bayinya dan
meningkatkan efikasi diri untuk tetap patuh terhadap cara memberikan
ASI yang benar pada bayinya.
2. Bagi RSU Amelia Pare
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan pengelola RS di ruang nifas
dalam meningkatkan program edukasi bagi ibu nifas dalam meningkatkan
pengetahuan cara menyusui yang baik, sehingga kualitas produksi ASI
tetap terjada dan bayi tumbuh sesuai dengan normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memberikan peningkatan program kegiatan
pengabdian kepada masyarakat dengan kegiatan IEC bagi ibu nifas dalam
memberikan pengetahuan cara menyusi yang benar bagi bayi. Selian itu
dapat dijadikan bahan kajian dalam mata kuliah asuhan kebidanan post
partum atau masa nifas dengan memberikan program KIE cara menyusui
bagi ibu nifas.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan peneliti
selanjutnya dengan pengembangan desain penelitian melalui wawancara
7

tentang dampak IEC dengan menggunakan variabel lain yang dapat


mempengaruhi peningkatan keterampilan cara menyusui yang benar.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Landasan Teori


2.1.1 Konsep Masa Nifas
A. Pengertian Masa Nifas
Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak disebut
dengan puerperium yang berasal dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous
yang artinya melahirkan. Jadi, puerperium merupakan masa setelah melahirkan
bayi dan masa pulih kembali mulai kala IV selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti saat sebelum hamil. Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2
8

jam setelah lahirnya plasenta hingga dengan 6 Minggu atau 42 hari setelah
(Aprilianti, 2019).
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil,
yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan
tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang
bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
B. Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan pada masa nifas, yaitu sebagai berikut : (Aprilianti,
2019):
1. Puerperium dini merupakan masa pemulihan awal dimana ibu yang
melahirkan spontan tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV
dianjurkan untuk mobilisasi dini atau segera. Ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam
setelah melahirkan. ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan.
2. Puerperium intermedial merupakan masa pemulihan yang berlangsung
selama kurang lebih 6 Minggu atau 42 hari, dimana organ-organ reproduksi
secara berangsurangsur akan kembali ke keadaan saat sebelum hamil. Early
puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan.
7
3. Remote puerperium merupakan waktu yang diperlukan ibu untuk dapat
pulih kembali terutama saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Pada tahap ini rentang waktu yang dialami setiap ibu akan
berbeda tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama
hamil ataupun persalinan. Pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi
berlangsung selama 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang
diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa
bermingguminggu, bulan dan tahun.
C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
9

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan


kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan
setelah melahirkan, antara lain (Yuliana & Hakim, 2020):
1. Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU). Berikut tabel perubahan
uterus pada masa nifas.
Tabel 2.1 Perubahan Uterus
Waktu TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uteri lahir 2 jari diatas pusat 750 gram
1 Minggu ½ setinggi pusat 500 gram
2 Minggu Tidak teraba 350 gram
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Normal 30 gram

2. Lokhea Lokhea
Ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea
dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
a. Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi), dan mekonium.
b. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c. Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke14.
10

Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada
awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan
sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput
plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya
endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam.
Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut
dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut
“lokhea statis”.
3. Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara
labia menjadi lebih menonjol.

4. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Post partum
hari ke-5, perinium sudah kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih
kendur dari pada keadaan sebelum hamil.
5. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan, disebabkan
karena waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan
pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya
aktivitas tubuh.
11

6. Perubahan Sistem Perkemihan


Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan
menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia
yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi
ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tibatiba. Volume darah
bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
9. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji pada ibu nifas,
antara lain (Yuliana & Hakim, 2020):
a. Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik
sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu
badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik
lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
12

b. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi
atau perdarahan post partum.
c. Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya preeklampsi
post partum.
d. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok (Yuliana & Hakim, 2020).
D. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Perubahan psikologis masa nifas merupakan suatu proses adaptasi yang
sebenarnya sudah terjadi pada saat kehamilan. Menjelang persalinan, perasaan
senang karena akan berubah peran menjadi seorang ibu dan segera bertemu
dengan bayi yang dikandungnya selama berbulan-bulan dan telah lama
dinantikan. Perubahan psikologis ibu nifas akan timbul perasaan cemas karena
khawatir terhadap calon bayi yang akan dilahirkannya nanti, apakah lahir
dengan sempurna atau tidak (Mulyani & Sulistiawan, 2021).
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting karena
pada masa ini ibu nifas menjadi lebih sensitif. Tentunya pada ibu primipara dan
multipara memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Multipara akan lebih mudah
dalam mengantipasi keterbatasan fisiknya dan lebih mudah beradaptasi
terhadap peran dan interaksi sosialnya. Sedangkan pada ibu primipara mungkin
kebingungan dan frustasi karena merasa tidak kompeten dalam merawat bayi
dan tidak mampu mengontrol situasi. Maka dari itu ibu primipara lebih
memerlukan dukungan yang lebih besar (Aprilianti, 2019).
1. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas
13

Pada primipara, menjadi orangtua merupakan pengalaman tersendiri


dan dapat menimbulkan stress bila tidak ditangani dengan segera.
Perubahan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu memerlukan
adaptasi sehingga ibu dapat melakukan perannya dengan baik. Perubahan
hormonal yang sangat cepat setelah proses melahirkan juga ikut
mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas.
Fase-fase yang dialami oleh ibu pada masa nifas adalah sebagai berikut
(Sutanto, 2019) :
a. Fase Taking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu berfokus
padadirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses
persalinan yang baru saja dilaluinya
1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
2) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
4) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
5) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal.
6) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi.
7) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi
tubuh tidak berlangsung normal.
8) Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini
adalah: kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat
perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa
menyusui bayinya dan kritikan suami atau keluarga tentang perawatan
bayinya.
b. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)
14

Fase taking hold merupakan fase yang berlangsung antara 3 – 10 hari


setelah melahirkan yang ditandai sebagai berikut:
1) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi,
muncul perasaan sedih (baby blues).
2) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkatkan
teng gung jawab akan bayinya.
3) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,
BAB dan daya tahan tubuh.
4) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi.
5) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi
6) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak
mampu membesarkan bayinya.
7) Ibu pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat
tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan
sebagai teguran.
Hal diatas yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,
dukungan dan pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
perawatan diri dan bayinya. Penuhi kebutuhan ibu tentang cara
perawatan bayi, cara menyusui yang baik dan benar, cara perawatan luka
jalan lahir, mobilisasi postpartum, senam nifas, nutrisi, istirahat,
kebersihan diri, dan lain-lain.
c. Fase Letting Go (Hari ke-10 sampai akhir masa nifas)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Berikut kondisi yang dialami ibu pada fase ini:
1) Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan bayinya dan siap
menjadi pelindung bagi bayinya.
2) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu
pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga.
15

3) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan


memahami kebutuhan bayi
4) Kebutuhan akan istirahat dan nutrisi yang cukup masih sangat
diperlukan untuk ibu menjaga kondisi fisiknya.
2. Postpartum Blues (Baby Blues)
Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang
ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2
minggu sejak kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran
bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa
lelah yang dirasakan. Selain itu juga karena perubahan fisik dan emosional
selama beberapa bulan kehamilan. Perubahan hormone yang sangat cepat
antara kehamilan dan setelah proses persalinan sangat berpengaruh dalam
hal bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda (Manalu &
Sutarlia, 2022).
Ibu setalah melahirkan dan terlepasnya plasenta dari dinding rahim,
tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik,
hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan ibu
dalam hubungannya dengan suami, orangtua, maupun anggota keluarga lain.
Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu menyesuaikan diri
dengan pera barunya dan akan hilang dengan sendirinya sekitar 10 – 14 hari
setelah melahirkan. Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami
perubahan perasaan, menangis, cemas, kesepian, khawatir yang berlebihan
mengenai bayi, penurunan gairah seks, dan kurang percaya diri terhadap
kemampuan seorang ibu (Manalu & Sutarlia, 2022).
3. Depresi Postpartum
Kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu pada masa nifas
merupakan hal yang normal. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan yang
terjadi dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan dan setelah bayi lahir.
16

Seorang ibu primipara lebih beresiko mengalami kesedihan atau


kemurungan postpartum karena ia belum mempunyai pengalaman dalam
merawat dan menyusui bayinya. Kesedihan atau kemurungan yang terjadi
pada awal masa nifas merupakan hal yang umum dan akan hilang sendiri
dalam 2 minggu setelah ibu melahirkan dan setelah melewati proses
adaptasi. Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi,
interaksi sosial, kemandiriannya berkurang setelah mempunyai bayi. Hal ini
akan mengakibatkan depresi postpartum. Ibu yang mengalami hal ini akan
menunjukkan tanda-tanda seperti : sulit tidur, tidak ada nafsu makan,
perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol, terlalu cemas atau tidak
perhatian sama sekali pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi,
pikiran yang menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian
terhadap penampilan diri, gejala fisik seperti sulit bernafas atau perasaan
berdebar-debar (Adrestia et al, 2022).
E. Kebutuhan Masa Nifas
Menururt Wahyuningsih (2019) kebutuhan masa nifas sebagai berikut:
1. Nutrisi dan Cairan
Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang
baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi
susunan air susu. Kebutuhan gizi iba saat menyusui adalah sebagai berikut:
1) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari; 2) Diet berimbang
protein, mineral dan vitamin; 3) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8
gelas); 4) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan; 5) Kapsul
Vit. A 200.000 unit (Wahyuningsih, 2019).
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar secepatnya
tenaga kesehatan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidur
membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu post partum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 - 48 jam postpartum. Hal
ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post
17

partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung penyakit paru-


paru, demam dan sebagainya. Keuntungan dari ambulasi dini: 1) Ibu merasa
lebih sehat 2) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik. 3) Memungkinkan
kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya. 4) Tidak ada pengaruh buruk
terhadap proses pasca persalinan, tidak memengaruhi penyembuhan luka,
tidak menyebabkan perdarahan dan kemungkinan prolapsus atau retrotexto
uteri (Wahyuningsih, 2019).
3. Eliminasi
Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika
kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih disarankan
melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan berkemih
(predlo urine) pada post partum: Berkurangnya tekanan intra abdominal. 1)
Otot-otot perut masih lemah. 2) Edema dan uretra 3) Dinding kandung
kemih kurang sensitif. 4) Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau
buang air besar setelah hari kedua post partum jika hari ketiga belum
delekasi bisa diberi obat pencahar oral atau rektal (Wahyuningsih, 2019).
4. Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut: 1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum 2)
Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan air dari
depan ke belakang 3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali
sehari 4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan alat kelamin 5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi luka jahit pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh
daerah tersebut (Wahyuningsih, 2019).
F. Perawatan Ibu Nifas
1. Tujuan Perawatan Nifas
18

Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari
rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah (Mastikana et
al., 2021):
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk mendeteksi adanya
kemungkinan adanya pendarahan post partum, dan infeksi, sekurang-
kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi persalinan. Wanita sangat lemah setelah
melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
harus diberikan oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga
kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva
dahulu, dari depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan ibu
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudahnya. Jika ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi
masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang
meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV,
pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan
permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar
pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
19

sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan pentingnya di antara


lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu; 1) Mengkonsumsi tambahan 500
kalori tiap hari. 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral dan vitamin yang cukup 3) Minum sedikitnya 3 liter air
setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui).
e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara, antara
lain : 1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering 2) Menggunakan BH
yang menyokong payudara. 3) Apabila puting susu lecet, oleskan
kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali
selesai menyusui Menyusui tetap dilakukan mulai dan putting susu yang
tidak lecet. 4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya
bendungan (Mastikana et al., 2021).
2. Kunjungan Masa Nifas
a. Kunjungan I (6 - 8 jam setelah persalinan) : 1) Mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri 2) Mendeteksi dan merawat penyebab
lainperdarahan rujuk jika perdarahan belanjut 3) Memberikan konseling
pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
pedarahan masa nifas karena atonia uteri 4) Pemberian ASI awal 5)
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6) Menjaga bayi
tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi.
b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan) : 1) Memastikan involusi uterus
berjalan normal yaitu uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau 2) Menilai tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal 3) Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan, dan istirahat 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit 5) Memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat menjaga bayi tetap
hangat dan merawat.
c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan) : 1) Memastikan involusi
uterus berjalan normal yaitu uterus berkontraksi, fundus di bawah
20

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau 2) Menilai


adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal 3)
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat 4)
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit 5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) : 1). Menanyakan pada ibu
tentang penyulit yang ibu atau bay. 2). Memberikan konseling untuk KB
secara dini (Mastikana et al., 2021)
2.1.2 Konsep Teknik Menyusui (Laktasi)
A. Pengertian Menyusui (Laktasi)
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari oleh ibu dan bayi, dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada
bayi selama 6 bulan (Banowati, 2019). Teknik menyusui yang benar adalah
cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar (Rini dan Kumala, 2017). Manfaat dari teknik menyusui yang
benar yaitu putting susu tidak lecet, perlekatan menyusu pada bayi kuat, bayi
menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh (Wahyuningsih, 2019). Menyusui
merupakan proses memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir
sampai usia 2 tahun. Proses memberikan ASI ini akan membuat bayi
mendapatkan asupan gizi yang optimal untuk perkembangannya (Siti, Suryati
& Darmayanti, 2022).
B. Fisiologi Menyusui (Laktasi)
Laktasi merupakan proses menyusui mulai dari proses ASI diproduksi
hingga proses bayi menghisap dan menelan bayi. Laktasi atau yang biasanya
disebut dengan menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan
pengeluaran ASI. Payudara terbentuk sejak embrio umur 18-19 minggu, dan
selesai ketika seseorang mulai menstrusi. Hormone estrogen dan progesterone
berfungsi untuk maturase alveoli, sedangkan hormone prolaktin berfungsi untk
memproduksi ASI. Pada saat masa kehamilan hormone prolaktin dari plasenta
21

mengalami peningkatan tetapi ASI biasanya masih belum bisa keluar. Hal ini
dikarenakan adanya hormone estrogen yang tinggi sehingga mengahambat
pengeluaran ASI. Hari kedua dan ketiga pasapersalinan, kadar estrogen dan
progesterone akan turun secara drastic sehingga mempengaruhi prolaktin lebih
dominan dan saat inilah mulai terjadi sekresi ASI (Ani, 2021).
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI
(prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai
sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi.
Hormon yang berperan adalah hormone estrogen dan progesterone yang
membantu maturase alveoli, sedangkan hormone prolaktin berfungsi untuk
produksi ASI (Imaniar, 2020).
1. Produksi ASI (Reflek Prolaktin)
Hormon prolaktin distimulasi oleh PRH (prolaktin Releasing Hormon),
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior yang ada di dasar otak.
Hormon ini merangsang sel-sel alveolus yang berfungsi merangsang air
susu.Pengeluaran prolaktin sendiri dirangsang oleh pengeluaran Air Susu
Ibu (ASI) dari sinus laktiferus . Semakin banyak ASI yang dikeluarkan dari
payudara maka semakin banyak ASI diproduksi, sebaliknya bila tidak ada
hisapan bayi atau bayi berhensi menghisap maka payudara akan berhenti
memproduksi ASI. Rangsangan payudara sampai pengeluaran ASI disebut
dengan refleks produksi ASI (refleks prolaktin). Kadar prolaktin pada ibu
menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walau ada hisapan bayi (Imaniar, 2020).
2. Pengeluaran ASI (Oksitosin) atau Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Pengeluaran ASI (Oksitosin) adalah refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan hisapan bayi. Bersamaan dengan
mekanisme pembentukan prolaktin pada hipofisis anterior, rangsangan yang
disebabkan oleh hisapan bayi pada puting susu tersebut dilanjutkan ke
hipofisis posterior sehingga keluarlah hormon oksitosin. Hal ini
22

menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveolus agar berkontraksi dan


mendorong ASI yang telak diproduksi masuk ke dalam ductus lactiferus
kemudian masuk ke mulut bayi. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi
oleh hisapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus laktiferus.
Bila duktus laktiferus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan
oleh hipofisis (Imaniar, 2020).
Selama trimester ketiga kehamilan, hormon plasenta masuk sirkulasi
janin dan ini merangsang pembentukan kanalisasi dari jaringan cabang-
cabang epitel (canalization stage) dan proses ini berlangsung dari minggu ke-
20 sampai dengan minggu ke-32 kehamilan, dan terbentuklah 15 - 25 ductus
mammary. Diferensiasi parenkimal terjadi pada minggu ke-32 sampai dengan
ke-40 dan terbentuk alveolus dan lobulus yang berisi kolostrum (end vesicle
stage). Pertumbuhan kelenjar payudara yang cepat terjadi pada periode ini
sampai 4 kali lipat dan nipple areola complex juga tumbuh dan menjadi lebih
berpigmen. Pada neonatus, perangsangan jaringan payudara menghasilkan
sekresi colestrol milk = witch's milk yang dapat keluar pada hari ke-4 sampai
dengan 7 neonatus (postpartum) (Imaniar, 2020).
C. Teknik Menyusui
Menurut Lakhsmi dan Eka (2019) teknik menyusui, meliputi:
1. Waktu Menyusui
Bayi yang baru lahir rata-rata menyusu 10-12 kali tiap 24 jam, atau
bahkan 18 kali. Sebaiknya dalam menyusu bayi tidak dijadwal (on demand),
sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi
membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Hal
terpenting yang perlu diperhatikan adalah bahwa sebaiknya setiap kalinya
menyusui dengan durasi yang cukup lama dan tidak terlalu sebentar,
sehingga bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk secara seimbang
(Lakhsmi dan Eka, 2019).
Cara menyusui bayi dalam minggu minggu pertama stelah kelahiran,
bayi perlu diberikan ASI setiap 150-180 menit atau sekitar 2,5-3 jam.
23

Menjelang akhir minggu ke 6, kebutuhan ASI bayi diberikan 4 jam sekali.


Hal itu efektif digunakan hingga bayi berusia 10-12 bulan. pada usia 10-12
bulan, bayi cenderung tidur sepanjangmalam, sehingga tidak lagi diberikan
ASI ketika malam hari. Pemberian ASI dapat dilakukan sesering mungkin
sesuai dengan keinginan bayi atau sesuai keinginan ibu, bayi sehat mampu
mengosongkan satu payudara dengan waktu sekitar 5-7 menit, dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong setelah 2 jam. Menyusui tidak perlu
dijadwalkan, bayi lah yang paling mengerti kebutuhan ASI (Lakhsmi dan
Eka, 2019).
2. Pelekatan
Pelekatan untuk mengetahui apakah mulut bayi melekat dengan benar
atau tidak, dimana: (1) Jika bayi melekat dengan benar, bibir bawah akan
terlipat ke bawah dan dagu akan mendekat ke payudara. Lidah seharusnya
ada di bawah payudara, areola, dan puting menempel pada langit-langit
mulut bayi. Posisi ini memungkinkan bayi mengisap secara efisien. (2)
Seluruh puting dan areola berada dalam mulut bayi. Posisi ini mengeluarkan
ASI dari puting. Jika hanya puting yang masuk ke mulut bayi, maka jumlah
ASI yang dikeluarkan akan lebih sedikit dan bayi harus menghisap lebih
keras dan lebih lama untuk memuaskan rasa laparnya (Lakhsmi dan Eka,
2019).
3. Posisi Menyusui
Menurut Astuti (2018), posisi menyusui terdapat enam macam posisi
yaitu:
a. Posisi Berbaring
Ibu dipastikan merasa nyaman dan relaks, maka ibu berbaring pada
sisi yang ibu bisa tidur. Rasa nyaman bias dibantu dengan menempatkan
satu bantal di bawah kepala dan bantal yang lain di bawah dada. Tubuh
bayi diletakkan dekat dengan ibu dan kepalanya berada setinggi
payudara, sehingga bayi tidak perlu menarik putting. Ibu dapat
memegang bayi dengan lengan atas.
24

Gambar 2.1 Posisi Menyusui Berbaring


b. Posisi menyusui sambal duduk
Ibu dipastikan duduk dengan nyaman dan santai pada kursi yang
rendah, biasanya kursi yang disertaisandaran lebih baik. Apabila kursinya
agak tinggi, maka diperlukan kursi untuk meletakkan kaki ibu.

Gambar 2.2 Posisi menyusui sambal duduk


c. Posisi Menyusui dengan ASI yang Memancar (penuh)
Bayi diterlungkapkan diatas dada ibu dengan tangan ibu sedikit
menahan kepala bayi. Pada posisi ini bayi tidak akan tersendak.

Gambar 2.3 Posisi Menyusui dengan ASI yang Memancar


d. Posisi Ibu Menyusui Sambil Berdiri
Penting bagi ibu untuk merasa nyaman dan relaks, dan untuk bayi
perlekatannya benar sehingga bayi menyusui dengan efektif.
25

Gambar 2.4 Posisi Ibu Menyusui Sambil Berdiri


e. Posisi Ibu Menyusui Sambil Berdiri
Posisi lainnya yang dapat digunakan yaitu memgang bayi pada
lengan dengan posisi lengan bawah (underarm position). Posisi ini
berguna untuk bayi kembar/ jika ada kesulitan meletakkan bayi.

Gambar 2.5 Posisi dibawah Lengan


f. Posisi Menyusui Bayi Kembar
Ibu dapt menyusui sekaligus dua bayi, yaitu dengan posisi seperti
memegang bola (football position). Ibu menyusui bersama-sama, maka
bayi sebaiknya menyusu pada payudara secara bergantian, jangan
menetap pada satu payudara. Walaupun football position merupakan cara
yang baik, namun ibu sebaiknya mencoba posisi lainnya secara berganti-
ganti, dan yang penting adalah menyusui bayi lebih sering.
26

Gambar 2.6 Posisi Menyusui Bayi Kembar


4. Langkah-langkah Menyusui yang Benar
Menurut Astuti (2018), langkah-langkah menyusui yang benar meliputi:
yaitu :
a. Cuci tangan, tangan dicuci dengan air bersih dan sabun, kemudian
dikeringkan. Dalam bulan pertama kehidupan, bayi sangat rentan karena
penyakit infeksi salah satu penularannya adalah tangan.
b. Langkah sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola. Cara ini mempunyai manfaat yang baik
sebagai disinfektan dan menjaga kelembapan putting susu ibu.
c. Memegang bayi.
1) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara
2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lekung
siku ibu, dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak
boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan menggunakan
telapak tangan ibu.
3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan satu lagi
berada di depan.
4) Perut bayi menempel badan ibu dan kepala bayi menghadap kearah
payudara.
5) Teling dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
d. Menyangga payudara
27

Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menompang di bawah dan jangan menekan putting susu atau areolanya
saja.

Gambar 2.7 Cara Meyangga Payudara

e. Perlekatan yang benar


1) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rotting reflex) dengan
menyentuh pipi dengan puting susu, menyentuh ke sisi mulut bayi.
2) Setelah mulut bayi terbuka lebar, dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
3) Sebagian besar areola diusahakan dapat masuk ke dalam mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi
menekan ASI keluar dari penampungan di bawah areola.
4) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak dipegang/ disangga.
f. Melepas isapan bayi
Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
atau dagu bayi ditekan ke bawah. Menyusui berikutnya dari payudara
yang terakhir dikosongkan. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan
sedikit, kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya.
Biarkan kering dengan sendirinya.
28

Gambar 2.8 Melepas Isapan Bayi


g. Menyedawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara Dari lubang
supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusu. Cara menyendawakan
bayi yaitu dengan berikut:
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan.
2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk
perlahan.

Gambar 2.9 Menyendawakan Bayi


2.1.3 Konsep Information Education and Communication (IEC)
A. Pengertian IEC/ KIE
Information Education and Communication (IEC) yang dikenal dengan
beberapa konsep komunikasi, informasi dan eduksi (KIE). Komunikasi adalah
penyampaian pesan secara langsung atau tidak langsung melalui saluran
komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan tanggapan. Tanggapan
29

(respon) diperoleh karena telah terjadi penyampaian pesan yang dimengerti


oleh masing-masing pihak. Informasi adalah keterangan, gagasan maupun
kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang disampaikan) dan
dimanfaatkan seperlunya. Edukasi adalah: sesuatu kegiatan yang mendorong
terjadinya penambahan pengetahuan, perubahan sikap, perilaku dan
ketrampilan seseorang/kelompok secara wajar (Sitepu, 2022).
B. Kategori IEC/ KIE
KIE dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian : a) KIE individu : Suatu
proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan individu sasaran
program, misalnya terjadi meditasi, refleksi diri, berdoa. Media KIE yang
digunakan bisa merupakan alat peraga, bahan bacaan. b) KIE kelompok : Suatu
proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan kelompok (2-
15) orang, misalnya melalui diskusi kelompok (FGD). Media yang digunakan
bisa berupa alat peraga, video, buku panduan, modul, film-film pendek. C) KIE
massa : Suatu proses KIE tentang sesuatu program yang dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar.
Penyampaian Pesan Kepada Kelompok besar/ sebagian besar populasi. Bisa
dalam bentuk seminar, kempanye akbar, seruan moral/pernyataan sikap, Media
yang digunakan bisa melalui; stiker, poster, siaran radio, TV, surat kabar,
leaflet/brosur, media sosial, dan lain-lain (Sitepu, 2022).
C. Tujuan dan Sasaran IEC/KIE
1. Menambah Pengetahuan, mengubah sikap, kepercayaan, nilainilai dan
perilaku individu atau kelompok.
2. Secara aktif mendukung suatu masalah/issu dan mencoba untuk
mendapatkan dukungan dari pihak lain
3. Meletakan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan masyarakat terhadap isu kesehatan ibu
dan anak.
4. KIE mendidik individu dan masyarakat tentang keberadaan dan manfaat
kesehatan bagi ibu dan aak (Sitepu, 2022).
30

D. Penentuan Pilihan Media IEC/KIE yang Efektif


1. Melakukan Identifikasi terkait isu yang sedang dikembangkan
2. Memetakan segmentasi terhadap kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat
3. Menentukan kelompok sasaran yang menjadi target kerja atau kempanye
4. Melakukan penelitian untuk memperjelas masalah
5. Membuat strategi dan pesan yang akan dikemas
6. Monitoring dan evaluasi, memastikan bahwa bahan KIE yang
dikembangkan bisa sesuai dengan kebutuhan masyarakat sasaran,
bermanfaat serta sejauh mana berdampak pada perubahan perilaku dalam
masyarakat sasaran (Sitepu, 2022).

E. Proses Pelaksanaan IEC/ KIE


1. Saluran, sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan KIE
2. Pesan, informasi yang disampaikan
3. Penerima, ada audiens atau kelompok masyarakat yang mendapatkan
informasi
4. Gangguan, hambatan dalam penyampaian informasi/pesan
5. Pengirim, pihak yang memberikan informasi/komunkator
6. Umpan Balik, ada respon atau tanggapan balik dari masyarakat tentang
informasi yang disampaikan (Sitepu, 2022).
F. Prinsip Pelaksanaan IEC/ KIE
Prinsip yang harus dipilih dalam penggunaan/pelaksanaan KIE adalah
(Sitepu, 2022):
1. Jelas, menggunakan alat peraga yang menarik perhatian dan atau mengambil
contoh dari kehidupan sehari-hari
2. Lengkap, informasinya lengkap dan utuh, menyesuaikan materi KIE dengan
latar belakang kelompok sasaran
3. Singkat/Sederhana,memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana dan
mudah dipahami
31

4. Benar/Tepat; memahami, menghargai dan menerima kedaan kelompok


sasaran (status pendidikan, sosial ekonomi dan situasi emosional)
sebagaimana adanya
5. Sopan ; memperlakukan kelompok sasaran dengan sopan, baik dan ramah.
G. Langkah-langkah Menggunakan IEC/LIE
1. Mempertajam analisa sasaran, difokuskan pada sasaran yang akan
mendapatkan informasi (apakah kelompok anak, kelompok orang tua, guru,
masyarakat, atau aparat desa, dll)
2. Penetapan Strategi, cara yang tepat dalam penyampaian pesan
3. Memperbesar arus komunikasi, mengefektifkan semua jenis media KIE
untuk memperbesar arus komunikasi ke semua pihak
4. Penyusunan Isi Pesan, menyusun materi dan isi terkait pesan yang akan
disampaikan
5. Desain Media, media yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sasaran dengan memilih penentuan gambar, cover dan memperhatikan
estetika yang menarik perhatian masyarakat.
6. Pelaksanaan KIE, KIE yang sudah disusun dan didesain dengan tepat
didistribusikan ke kelompok masyarakat sasaran.
7. Evaluasi, melihat/mengamati, menilai kembali bahan KIE yang sudah
dihasilkan dan yang sudah didistribusikan. Sejauh mana memberi manfaat
bagi masyarakat serta berdampak pada perubahan sikap dan perilaku pada
masyarakat (Sitepu, 2022).
2.1.4 Konsep Keterampilan Ibu
A. Pengertian Keterampilan
Keterampilan berasal dari kata terampil berari cakap, mampu dan cekatan.
Iverson dalam Sartika et al (2018), mengatakan keterampilan membutuhkan
pelatihan dan kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih
membantu menghasilkan sesuatu yang bernilai dan lebih cepat. Menurut
Notoatmodjo (2019), keterampilan membutuhkan pelatihan dan kemampuan
32

dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu menghasikan sesuatu
yang lebih bernilai dengan lebih cepat.
Keterampilan adalah keahlian, kemampuan berlatih, fasilitas dalam
melakukan sesuatu, ketangkasan dan kebijaksanaan. Keterampilan mencakup
pengalaman dan praktek, dan memperoleh keterampilan mengarah ke tindakan
sadar dan otomatis Keterampilan merupakan praktik atau tindakan yang
dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang
diberikan (Kemenkes, 2022)
B. Kategori Keterampilan
Keterampilan dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Basic literacy skill yaitu keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh
setiap orang seperti membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan.
2. Technical skill yaitu keahlian secara teknis yang didapat melalui
pembelajaran dalam bidang teknik seperti mengoperasikan kompter dan alat
digital lainnya.
3. Interpersonal skill yaitu keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi
satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan
bekerja secara tim.
4. Problem solving yaitu keahlian seseorang dalam memecahkan masalah
dengan menggunakan logika atau perasaanya.
C. Macam-macam Keterampilan
Macam macam keterampilan Sekarang ini, keterampilan itu menjadi hal
yang sangat penting terutama bagi seseorang yang ingin bisa mencari
pekerjaan. Beragam keterampilan dan pengalaman kerja juga turut menjadi
sebuah penilaian keterampilan Beberapa keterampilan menurut Singer (dalam
Notoadmodjo, 2019) sebagai berikut : 1). Kesadaran komersial 2). Komunikasi
3). Kerja tim 4). Negosisasi serta persuasi 5). Memecahkan masalah 6).
Kepemimpinan 7). Organisasi 8). Ketekunan dan juga motivasi. 9).
Kemampuan untuk dapat bekerja dibawah tekanan serta dapat tetap tenang
dalam menghadapi krisis. 10). Kepercayaan diri.
33

Upaya mewujudkan segala sesuatu agar menjadi goals yang besar maka
keterampilan dalam diri sangatlah penting adanya untuk kelangsungan tersebut,
Thebalancesmb (2018) memiliki pendapat akan macam macam keterampilan
yang ada antara lain : 1). Komunikasi; 2). Personal branding; 3). Keterampilan
menyusun strategi menejemen finansial; 4). Kepemimpinan; 5). Kemampuan
pemasaran; 6). Menejemen stress; 7). Kepercaytaan diri.
D. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan
Menurut Notoadmodjo (2019) mengatakan keterampilan merupakan
aplikasi dari pengetahuan, sehingga tingkat keterampilan seseorang berkaitan
dengan tingkat pengetahuan, dan pengetahuan yang dapat dipengaruhi oleh:

1. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pengetahuan yang
dimiliki. Sehingga, seseorang tersebut akan lebih mudah dalam menerima
dan menyerap hal-hal baru. Selain itu, dapat membantu mereka dalam
menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
2. Umur
Ketika umur seseorang bertambah maka akan terjadi perubahan pada
fisik dan psikologi seseorang. Semakin cukup umur seseorang, akan
semakin matang dan dewasa dalam berfikir dan bekerja.
3. Pengalaman
Pengalaman dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya dan sebagai sumber pengetahuan untuk memperoleh suatu
kebenaran. Pengalaman yang pernah didapat seseorang akan mempengaruhi
kematangan seseorang dalam berpiki dalam melakukan suatu hal
(Notoadmodjo, 2019).
2.1.5 Konsep Efikasi Diri
A. Pengertian Efikasi Diri
Self-efficacy merupakan sebagian didasarkan pada pengalaman, beberapa
harapan kita terkait dengan orang lain, harapan yang terutama berfungsi bagi
34

kepribadian, persepsi terhadap efikasi diri secara kausal memengaruhi perilaku


seseorang (Nelyanawatiet al., 2021). E fikasi diri ibu menyusu i adalah
i i

keyakinan diri seorang ibu pada kemampuannya u ntuk menyusui atau


i i

memberikan ASI pada bayinya. Efikasi diri menyusui berpengaru h pada i

respons pola pikir, reaksi emosional, usaha dan kegigihan, serta keputusan
yang akan diambil (Susilawati, 2019).
Efikasi diri menyusui atau Bre astfe eding Se lf E fficacy adalah keyakinan
i i i i

diri seorang ibu pada kemampuannya u ntuk menyusui atau memberikan ASI
i

pada bayinya (Muchtar et al., 2021). Breastfeeding Self-Efficacy (BSE)


merupakan keyakinan diri seorang ibu pada kemampuannya untuk menyusui
atau memberikan ASI pada bayinya untuk memprediksikan apakah ibu
memilih menyusui atau tidak, berapa banyak usaha yang dilakukan ibu untuk
menyusui bayinya, bagaimana pola pikir ibu untuk menyusui bayinya,
peningkatan atau justru menyerah, dan bagaimana menanggapi secara
emosional kesulitan ibu untuk menyusui bayinya (Rahmayantiet et al., 2021).
B. Aspek-aspek Efikasi Diri
Menurut Bandura mengungkapkan ada tiga aspek/komponen yang menjadi
aspek perbedaan efikasi diri pada setiap individu, yait derajat kesulitan tugas
(magnitude), kekuatan keyakinan (strength), dan generalitas
(generality).Komponen tersebut masing-masing memiliki implikasi yang
penting. Adapun rinciannya dipaparkan sebagai berikut (Fadhila, 2021):
1. Derajat kesukaran tugas (magnitude), yakni permasalahan yang
berhubungan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi oleh individu.
Aspek ini mempengaruhi individu dalam memilih perilaku dan tindakan
yang kemungkinan dicoba individu yang didasarkan pada harapan efikasi
pada tingkat kesulitan tugas.
2. Kekuatan keyakinan (strength), yakni berhubungan dengan kekuatan
kepercayaan individu terhadap capability atau kemampuannya. Harapan dan
keyakinan yang mantap dan kuat akan mendorong individu untuk berusaha
dengan gigih dalam upaya meraih tujuan. Sebaliknya, harapan dan
35

keyakinan yang lemah akan mudah terpengaruh pengalaman dan kondisi-


kondisi yang tidak mendukung, misalnya kegagalan. Pengalaman dan
kondisi yang mendukung akan mempengaruhi individu untuk tetap gigih
dan berusaha bertahan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Generalitas (generality), yaitu berhubungan dengan luasnya bidang dan
cakupan perilaku atau tindakan yang dipercaya oleh individu untuk dapat
dilakukannya. Individu dapat merasa yakin dan percaya terhadap
kemampuannya pada situasi dan aktivitas tertentu ataupun situasi yang
bervariasi (Fadhila, 2021).

C. Sumber Pembentuk Efikasi Diri


Menurut Nelyanawati et al (2021), sumber yan menjadi faktor
pembentukan self efficacy, meliputi:
1. Pencapaian prestasi (performance accomplishment)
Pencapaian prestasi merupakan pengalaman keberhasilan ibu sendiri
dalam menyusui. Pengalaman keberhasilan menyusui dapat meningkatkan
rasa percaya diri, keyakinan, serta keinginan kuat ibu untuk menyusui
bayinya.
2. Pengalaman orang lain (vicarious experiences)
Pengalaman dari orang lain didapatkan dari mengamati orang lain
menyusui. Keyakinan ibu untuk menyusui bayinya akan meningkat terutama
jika ibu yakin bahwa ia dapat menyusui seperti orang lain dan keyakinan ibu
meningkat bila melihat orang lain berhasil menyusui.
3. Persuasi verbal (verbal persuasion)
Persuasi verbal merupakan dukungan dari orang lain yang berpengaruh
seperti teman, keluarga, konsultan laktasi, dan praktisi kesehatan. Penguatan
atau saran yang diberikan oleh orang-orang yang berpengaruh menjadi
sumber kekuatan ibu untuk menyusui bayinya.
4. Respon fisiologis (physiological responses)
36

Respon fisiologis dapat berupa kecemasan, stress, dan kelelahan.


Seorang ibu menyusui tidak lepas dari respon fisiologis dan psikologis
terhadap hal yang dirasakan. Ibu akan merasa aman, nyaman, dan yakin
dapat menyusui jika selama menyusui ibu bebas dari tekanan baik fisik atau
emosional.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri Ibu Menyusui
1. Usia
Faktor usia dengan efikasi diri menyusui di mana wanita yang be ru sia i i

20 tahun ke atas atau yang lebih tua cenderung memiliki efikasi diri
menyusui yang lebih tinggi, yang dapat menjadi alasan tidak ditemu kannya i

hubungan antara usia dengan efikasi menyusu i ibu yaitu rerata usia ibu
i i

dalam penelitian ini yaitu 21-40 tahun, u sia tersebut masuk pada tahap usia
i

dewasa awal, dimana dewasa awal menghadapi be rbagai tantangan saat


i

mereka berupaya menguasai diri mereka sehingga dapat menimbu lkan stres i

(Sjöbe rg & Bertilsdotter-Rosqvist, 2019).


i

2. Pendidikan
Dukungan pe ndidikan kesehatan, dukungan suami, dukungan keluarga,
i

menambahkan bahwa dukungan yang berdampak pada durasi menyusui


antara lain menyatakan apresiasi terhadap ibu yang menyusui, mempunyai
pengetahuan tentang menyusu i sehingga mendukung pengetahuan ibu, dan
i

hadir atau menemani saat ibu menyusui. Se lain itu dibu tuhkan dukungan
i i i

pendidikan kesehatan yang be rkualitas dan intens untuk mengubah efikasi


i

diri menyusui pada ibu (Mizrak et al., 2019).

3. Pekerjaan
Pene litian yang dilakukan ole h Dahlan, Mubin, dan Mustika, 2019
i i

dikatakan bahwa ibu yang memiliki status bekerja me miliki kemungkinan


i

be sar tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya dibandingkan dengan


i

status ibu yang tidak bekerja dikarenakan ibu bekerja memiliki sedikit
i

waktu untuk merawat bayinya walaupun dengan menggunakan teknik


37

memompa atau memerah ASI. Dalam memberikan ASI kepercayaan


merupakan modal penting yang haru s diketahui dan dipahami oleh ibu
i i

dalam kebe rhasilan terlaksananya pe mberian ASI (Abdullah & Ayubi,


i i

2019).
E. Fungsi Efikasi Diri ibu Menyusui
Efikasi diri ibu menyusui berhubungan dengan ke yakinan ibu dalam
i

menentukan kemampuannya untuk menyusui bayinya dan memiliki peran


untuk (Muchtar et al., 2021):
1. Menentukan tingkah laku ibu dalam memilih antara menyusui atau tidak, i

dengan efikasi diri me nyu sui yang tinggi diprediksi ibu akan le bih memilih
i i i

menyusui bayinya dari pada memberikan su su formu la.


i i

2. Menapilkan usaha dan kegigihan ibu dalam mencapai keberhasilan me nyu i i

sui. Meskipun banyak kesulitan dan hambatan dalam me nyu sui, seperti
i i

adanya nyeri atau kelelahan, bagi ibu yang memiliki keyakinan tinggi
diprediksi akan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap me nyu sui i i

bayinya sampai berhasil.


3. Menentukan pola pikir, dengan efikasi diri menyusuiyang tinggi diprediksi
ibu akan mampu mene ntukan pola pikir positif bahwa me nyu sui merupakan
i i i

pilihan yang terbaik dibanding dengan me mberikan susu formu la.


i i

4. Merespon emosi terhadap hambatan menyusui. Ibu yang memiliki


keyakinan diri yang tinggi dalam hal menyusui akan dapat me ngendalikan i

situasi disaat sekarang maupun mengantisipasi situasi yang akan datang dan
akan tetap menyusui bayinya meskipun banyak hambatan yang dihadapi.

F. Proses Efikasi Diri Menyusui


Menurut Sulistyawati (2019), proses teradinya efikasi diri pada i bu
menyusui sebagai berikut
1. Proses Kognitif
Efikasi diri menyusui dapat mempengaruhi proses berfikir yang dapat
meningkatkan atau mempengaruhi performa dan bisa muncul dalam
38

berbagai bentuk, antara lain kontruksi kognitif (bagaimana seseorang me i

nafsirkan situasi) dan infe rential thinking (kemampuan memprediksi hasil


i

dari berbagai tindakan yang berbeda dan menciptakan kontrol terhadap hal-
hal yang mempengaruhi kehidupannya, dan ketrampilan dalam proses
proble m solving).
i

2. Proses Motivasional
Kemampuan seseorang untuk memotivasi dirinya dan melakukan suatu i

tindakan yang memiliki tujuan berdasarkan pada aktivitas kognitif. Orang


akan me motivasi dirinya dan membimbing tindakannya melalui
i

pemikirannya. Motivasi akan membentuk keyakinan bahwa diri mereka bisa


dan mengantisipasi berbagai kemungkinan positif dan ne gatif, me netapkan
i i

tujuan dan merencanakan tindakan yang dibuat untu k me realisasikan nilai-


i i

nilai yang diraih di masa depan dan menolak ha-hal yang tidak diinginkan.
3. Proses Afektif
Keyakinan seseorang mengenai kemampuannya dipe ngaruhi seberapa i

banyak tekanan yang dialami ketika menghadapi situasi- situasi yang


me ngancam. Reaksi-reaksi emosional tersebut dapat mempe nbgaruhi
i i

perbuatan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui peru bahan i

jalan pikiran. Orang pe rcaya bahwa dirinya dapat mengatasi situasi yang
i

mengancam, menunjukkan kemampuan oleh karena itu tidak merasa cemas


i

atau terganggu oleh ancaman- ancaman yang dihadapinya, sedangkan orang


yang merasa dirinya tidak dapat me ngontrol situasi yang mengancam maka
i

akan mengalami kecemasan yang tinggi.

4. Proses Seleksi
Proses seleksi menyebabkan seorang ibu mempu nyai ke ku asan untu k
i i i i

me netukan pilihannya dalam perilaku, yaitu antara memilih menyusui atau


i

tidak, baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Pilihan
terse bu t dipengaruhi oleh keyakinan kemampuan personalnya (Su silawati,
i i i

2019).
39

G. Klasifikasi Efikasi Diri Menyusui


1. Efikasi diri tinggi
Tingkatan efikasi diri setiap individu dapat mempengarui dalam
menjalankan tugas yang ia lakukan. Memiliki tingkat eifikasi diri yang
tinggi, dapat mendorong individu memiliki minat intrinsik, gigih dalam
berusaha dan menyelesaikan masalah, ketertarikan lebih terhadap tugas
yang ia kerjakan, serta mei miliki rasa percaya terhadap kemampuian. Segi
efikasi diri pada ibu menyusui yakni bagaimana usaha ibu dalam
memberikan ASI yang optimal untuk mengurangi resiko kegagalan.
2. Efikasi diri rendah
Efikasi diri yang rendah yaitu individu yang merasa tidak memiliki
kemampuian yang optimal serta cenderung menjaui h dari tugas dan
masalah yang ia ke rjakan. Tujuan dari tugas yang telah disusun tidak
i

dijalankan sesuai komitmen yang telah disepakati. (Badura, 2019).


H. Pengukuran Efikasi Diri dalam Menyusui
Efikasi diri menyusui merupakan instrumen u ntuk melakukan pengkajian
i

mengenai efikasi diri menyusui. Instrumen ini dirancang berdasarkan teori self-
eficacy. Tiga dimensi efikasi diri me nyu sui yang berkaitan dengan menyusui
i i

yaitu dime nsi teknik, dimensi pemikiran intrapersonal, dan dimensi dukungan
i

(Jamaludim et al., 2022). Dimensi teknik merupakan semua yang berhubungan


dengan aktifitas fisik seseorang dan tindakan untuk mencapai keberhasilan
dalam me nyu sui. Dimensi kepercayaan intrapersonal meliputi keyakinan,
i i

persepsi dan sikap ibu terhadap pe rilaku menyusui. Selanjutnya dimensi


i

dukungan meliputi semua hal yang mendukung ibu untuk menyusui dengan
baik yang melibatkan emosional maupun fisik (Susilawati, 2019).
BSES terdiri atas tiga dimensi yang berkaitan dengan durasi dan masalah
yang sering dihadapi saat menyusui yaitu teknik, pemikiran interpersonal serta
40

adanya dukungan. Aspek teknik pada BSES ini diartikan sebagai semua yang
berhubungan dengan aktivitas fisik seseorang dan tindakan yang dibutuhkan
untuk mencapai keberhasilan dalam menyusui. Sedangkan keyakinan
interpersonal adalah mengenai sikap, keyakinan serta persepsi ibu mengenai
pengalaman menyusui dengan baik. Selanjutnya yaitu dimensi dukungan yang
mencakup semua hal yang membantu ibu untuk melakukan aktivitas menyusui
dengan adekuat, seperti informasi, bantuan instrumental dan emosional (Vani
Oktaviani et al, 2022).
Pada hasil penelitian di Vietnam oleh (Ngo et al., 2019) menunjukkan
bahwa usia ibu, pekerjaan, cara persalinan, skin to skin, pengalaman menyusui,
lamanya menyusui di rumah sakit, depresi postpartum, dan dukungan sosial
mempengaruhi breastfeeding self-efficacy. Penelitian lain yang dilakukan
(Ariyanti, 2021) juga menunjukkan bahwa pengetahuan menyusui dan stress
menjadi faktor yang berhubungan dengan breastfeeding self-efficacy pada ibu
postpartum. Dukungan keluarga terutama orang tua (nenek, kakek bayi) dan
juga suami juga menjadi faktor yang mempengaruhi ibu menyusui untuk
meningkatkan self-efficacy sehingga ibu dapat menguatkan kepercayaan diri
dan motivasi untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Timiyatun &
Oktavianto, 2021).
Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
Breastfeeding Self Efficacy Scale-Short Form (BSES- SF). BSES-EF sudah
divalidasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia dengan reliabilitas
cukup baik dengan nilai Cronbach alfa 0,77, validitas tersebut diuji dengan
korelasi Pearson (r), dari 14 item pertanyaan ada 12 item pertanyaan valid dan
2 item pertanyaan tidak valid (no 7 dan no 10) sehingga 2 nomer tersebut tidak
dipakai. BSES-SF yang di Indonesia menggunakan 12 pertanyaan tentang
keyakinan diri menyusui dan 5 pilihan jawaban dalam bentuk skala likert yang
memiliki rentang mulai tidak yakin sampai yakin, dengan total skor terendah
12 dan total skor tertinggi 60. Hasil pengukuran adalah berdasar nilai rata-rata
dari total keseluruhan skor responden, kemudian dibandingkan dengan nilai
41

tengah (median) dari nilai minimum sampai maksimum seluruh responden, bila
nilai rata-rata BSES-EF lebih besar dari median maka BSES-EF dikategorikan
tinggi, dan bila rata-rata BSES-EF kurang dari median maka BSES-EF
dikategorikan rendah (Machmudah et al., 2021)

2.2. Jurnal Pendukung


Berikut ini adalah jurnal-jurnal yang relevan untuk mendukung referensi
penelitian, antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yosefina Angelina Ghunu dan Betanuari Sabda
Nirwana (2018), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan tenang Teknik Menyusui terhadap Keterampilan Menyusui pada Ibu
Nifas 3-7 Hari”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode
preexperimen design dengan pendekatan one group prepost test design.
Intervensi yang akan dilakukan pada penelitian ini support edukasi teknik
menyusui berupa demonstrasi dan pendampingan menyusui pada responden.
Hasil penelitian ini terdapat perbedaan terhadap jumlah keterampilan ibu
menyusui, sebelum diberikan pendidikan kesehatan terdapat 12 (75%) responden
dalam kategori kurang dan setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat 16
(100%) responden dalam kategori baik. hasil penelitian didapatkan hasil bahwa
terjadi perubahan keterampilan menyusui sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan. Penelitian ini dari Jurnal Kesehatan UNIK, Vol 9 No 1, Vol.3 (2),
Hal 115-128, P- ISSN: 2714-5409, E-ISSN: 2686-5300
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Suryanti, Ajeng Galuh W, dan Pauline
Kusmaryati (2022) dengan judul penelitian “Bimbingan Teknis Menyusui
Terhadap Pengetahuan, Keterampilan dan Efikasi Diri Ibu Menyusui”.
Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan pendekatan yang
digunakan adalah one group pretestposttest. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bimbingan teknik menyusui sangat berpengaruh dalam meningkatkan
42

pengetahuan, keterampilan dan efikasi diri menyusui dengan nilai = 0,000 (p <
0,05). Simpulan, pemberian edukasi tentang teknik menyusui efektif dalam
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan efikasi diri dalam menyusui.
Penelitian ini dari Jurnal Keperawatan Silampari, Vol. 5 (2), Hal. 1021-1027, p-
e-ISSN: 2581-1975 dan p-ISSN: 2597-7482.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Desty Maryani et al (2022), melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Kecemasan dengan Breastfeeding Self
Efficacy Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di RSUD Dr. Soedirman
Kebumen”. Metode penelitian adalah korelasional dengan pendekatan cross-
sectional. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu nifas post Sectio
caesarea (SC) sejumlah sejumlah 1.032 orang. Sampel penelitian adalah 91
responden yang diambil secara purposive sampling. Alat dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif dan korelatif. Hasil: Ibu nifas
Post Sectio Caesarea (SC) di RSUD Dr. Soedirman Kebumen dalam kategori
kecemasan sedang (81.3%). Ibu nifas Post Sectio Caesarea (SC) di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen dalam kategori Breastfeeding Self Efficacy tinggi (52.7%).
Ada hubungan kecemasan dengan breastfeeding self efficacy pada ibu nifas post
Sectio caesarea (SC) di RSUD Dr. Soedirman Kebumen (p = 0.006). Penelitian
ini dari Proseding 15th URICOL Universitas Muhammadiyah Gombong, Hal. 43-
50, e-ISSN: 2621-0584.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anik Karya Setiarini, Harnanik Nawangsari,
dan Dhita Yuniar Kristianingrum (2022), melakukan penelitian dengan judul
“Penyuluhan Teknik Menyusui yang Benar”. Metode yang digunakan dalam
pengabdian masyarakat ini adalah metode pendekatan survey yaitu pengumpulan
data pada bayi yang berjumlah 20 bayi di PMB Ruliati, SST., M.Kes Jogoroto
Jombang secara Prospectif Study selama 1 bulan. Analisis data yang digunakan
data kualitatif dan statistik deskriptif. Hasil pengabdian masyarakat ini adalah
Setelah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan 16 (80 %) ibu menyusui
dengan kategori baik dalam melakukan posisi menyusui yang benar. Setelah
dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan 18 (90 %) ibu menyusui dengan
43

kategori baik dalam melakukan perlekatan menyusui yang benar. Dalam


memberikan edukasi/informasi kepada ibu menyusui sangat membantu dan
efektif dilakukan secara berkesinambungan dan penting sekali dukungan dari
keluarga dan tenaga kesehatan untuk memberikan motivasi untuk memberikan
ASI kepada bayinya dengan memperhatikan teknik menyusui yang benar
sehingga tingkat keberhasilan ibu menyusui dalam memberikan ASI saja mulai
dari umur bayi 0-6 bulan.Penelitian ini dari Jurnal Pengabdian Masyarakat Abdi
Medika, Vol.2 (2), Hal.53-58, E-ISSN : 2827-8410 dan P-ISSN : 2828-1454.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Dyeri Susanti, Ryka Juaeriah, Yuliana, Widya
Putriastuti, dan Yosi Oktri (2022), melakukan penelitian dengan judul
“Penyuluhan Keterampilan Teknik Menyusui Menggunakan Video Animasi
Pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-6 Bulan”. Metode pelaksanaan kegiatan
pengabdian ini adalah mengajarkan teknik menyusui yang benar menggunakan
video animasi. Hasil penyuluhan didapatkan sebelum dilakukan penyuluhan
keterampilan teknik menyusui (73,3%) 11 orang dengan keterampilan kurang
dan keterampilan cukup sebanyak (26,7%) atau 4 orang. Setelah diberikan
penyuluhan menggunakan video animasi teknik menyusui keterampilan ibu
meningkat menjadi (93,3%) 14 orang menjadi baik dan 1 orang dengan
keterampilan cukup. Penyuluhan teknik menyusui dengan memanfaatkan video
animasi dapat diberikan kepada ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan agar lebih
terampil dalam menyusui bayi dan sebagai media konseling bagi kader di
posyandu. Penelitian ini dari Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara
(JPkMN), Vol.4(2), Hal.812818, e-ISSN : 2745 4053.

2.3. Kerangka Konsep

Kurang pengetahuan
tentang teknik menyusui

Pemberian Information
Education and
Communication (IEC)
44

Ibu Nifas

Cara Menyusui pada Bayi Teknik Menyusui yang Benar

Kemampuan dan Konsep Diri Ibu Nifas

Keterampilan Menyusui Efikasi Diri

Kategori keterampilan: Aspek efikasi diri:


1. Basic literacy skill 1. Derajat kesukaran tugas
2. Technical skill (magnitude)
3. Interpersonal skill 2. Kekuatan keyakinan
4. Problem solving (strength)
3. Generalitas (generality)

Peningkatan Keterampilan dan Efikasi Diri Ibu Nifas

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Hubungan

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Information Education and


Communication (IEC) Cara Menyusui Terhadap Keterampilan dan
Efikasi Diri pada Ibu Nifas di RSU Amelia Pare Tahun 2023

2.4. Hipotesis Penelitian


Hipotesis suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan diduga
atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar atau salah, dapat diterima atau
ditolak (Hardani, et al. 2020). Hipotesis penelitian ini adalah :
45

H1 : ada pengaruh Information Education and Communication (IEC) cara menyusi


terhadap keterampilan dan efikasi diri pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun
2023.
H0 : tidak ada pengaruh Information Education and Communication (IEC) cara menyusi
terhadap keterampilan dan efikasi diri pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun
2023.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


46

Rancangan atau desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Hardani et.al, 2020), sedagkan desain
penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian (Adiputra et al, 2021). Desain penelitian yang digunakan
adalah desain pra eksperimental, yaitu ; dengan pendekatan one group pretest -
posttest design. Pada penelitian ini peneliti melakukan kegiatan observasi yang
dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-test, sedangkan observasi sesudah
sesudah ekperimen disebut post-test untuk menilai variabel keterampilan dan
efikasi diri pada ibu menyusui. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 One Group Pre-test and Post-test Design
Kelompok Pre-test Perlakukan Post-test
OA1 OA2
Ekperimen X
OB1 OB2

Keterangan :
OA1 = Keterampilan teknik menyusui sebelum pemberian Information Education
and Communication (IEC) tentang cara menyusui yang benar pada ibu
menyusui.
OB1 = Efikasi diri sebelum pemberian Information Education and Communication
(IEC) tentang cara menyusui yang benar
X = Perlakuan pemberian Information Education and Communication (IEC)
tentang cara menyusui yang benar.
OA1 = Keterampilan teknik menyusui setelah pemberian Information Education
and Communication (IEC) tentang cara menyusui yang benar
OB1 = Efikasi diri setelah pemberian Information Education and Communication
(IEC) tentang cara menyusui yang benar
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja penelitian ini disajikan dalam bagan di bawah.
Populasi : semua ibu dengan masa nifas di ruang nifas RSU Amelia Pare
sebanyak 30-32 ibu nifas setiap bulan
47

Teknik purposive sampling

Sampel : sebagian semua ibu dengan masa nifas di ruang nifas RSU
Amelia Pare minimal sebanyak 20 ibu nifas

Pre-test keterampilan dan efikasi diri sebelum perlakuan IEC

Pelakuan information education and


communication (IEC) cara menyusui

Post-test keterampilan dan efikasi diri sesudah perlakuan IEC

Pengolahan Data: Editting, Coding, Scoring, Tabulating

Uji normalitas dan homogenitas

Analisa data :
Uji Paired/Wilcoxon Sampel Test
SPSS versi 20
Penyajian Hasil Penelitian

Kesimpulan

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Pengaruh Information Education and Communication


(IEC) Cara Menyusui yang Benar Terhadap Keterampilan dan Efikasi Diri
pada Ibu Nifas di RSU Amelia Pare Tahun 2023

3.3 Desain Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2018).
Populasi penelitian ini adalah semua ibu dengan masa nifas di ruang nifas RSU
Amelia Pare sebanyak 30-32 ibu nifas setiap bulan.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2019). sebagian semua ibu dengan masa nifas di ruang nifas RSU
48

Amelia Pare minimal sebanyak 20 ibu nifas yang disesuaikan jumlah ibu nifas pada
bulan Agustus tahun 2023. Sampel yang dipilih harus memenuhi persyaratan
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan peneliti.
1. Kriteria Inklusi
Dalam hal ini kriteria inklusinya adalah:
a. Ibu dalam masa nifas yang berada di ruang nifas RSU Amelia Pare
b. Ibu masa nifas dengan persalinan fisiologis dan patologis
c. Ibu nifas menjadi responden penelitian
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu nifas dalam keadaan penurunan
kesadaran.
3.3.3 Besar Sampel
Besar sampel adalah besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh
desain dan kesediaan subyek dari penelitian itu sendiri (Sugiyono, 2019). Besar
dalam penelitian ini adalah 20 respondem.
3.3.4 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dengan
memperhatikan sifat penyebaran populasi agar diperoleh sampel representatif
(Adiputra et al, 2021). Teknik pengambilan sampel (sampling) dalam penelitian
ini dengan menggunakan purposive sampling (sampel bertujuan) yang didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang ditentukan peneliti menurut tujuan
(purpose) penelitian (Sugiyono, 2019). Penelitian menggunakan teknik tersebut
bertujuan untuk mengetahui jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi
penelitian dan sesuai proses pemilihan pada kondisi tenpat penelitian. Peneliti
menetapkan responden dengan prediksi pada bulan Agustus – September tahun
2023 minimal sebanyak 20 responden (ibu nifas sesuai kriteria inklusi) yang
dikumpukan secara bertahap sesuai jumlah ibu bersalin yang berada di ruang nifas
RSU Amelia Pare.
49

3.4 Identifikasi Variabel


Variabel adalah segala suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari,
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya
(Notoatmodjo, 2018).
3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependent (Notoatmodjo, 2018). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah perlakuan Information Education and Communication (IEC)
cara menyusui yang benar.
3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel independent (Notoatmodjo, 2018). Variabel terikat
penelitian ini adalah ketarampilan teknik menyusui dan efikasi diri pada ibu nifas.

3.5 Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca mengartikan makna penelitian (Sugiyono, 2019).
Tabel 3.2 Definisi Operasional Pengaruh Information Education and
Communication (IEC) Cara Menyusui Terhadap Keterampilan dan
Efikasi Diri pada Ibu Nifas di RSU Amelia Pare Tahun 2023

Definisi Alat Skala Skor dan


No. Variabel Parameter
Operasional Ukur Kriteria
1. Variabel bebas : Pemberian 1) Media (sarana) SOP - -
Information komunikasi, 2) Audien IEC
education and informasi dan 3) Pengirim
communica-tion edukasi (KIE) pesan
(IEC) cara pada ibu nifas 4) Pesan (teknik
menyusi yang tetang cara menyusui
benar menyusui yang yang benar)
benar 5) Umpan balik
6) Evalusi
50

Definisi Alat Skala Skor dan


No. Variabel Parameter
Operasional Ukur Kriteria
(hambatan)
2. Variabel Tindakan yang 1) Cuci tangan Kuesioner O Nilai Skor :
Terikat 1 : dilakukan oleh 2) Bersihkan Teknik R  1 = Tidak
Keterampilan ibu sehubungan puting dan Menyusui D dilakukan
teknik dengan materi areola I  2 = Jarang
menyusui pada teknik menyusui 3) Memegang N dilakukan
ibu nifas yang benar bayi A  3 = Sering
4) Menyangga L dilakukan
payudara Kriteria Hasil :
5) Perlekatan  Baik = 76 –
6) Melepas 100%
isapan  Cukup = 56 –
7) Menyendawa 75%
 Kurang =
<56%
Variabel Keyakinan diri 1) Menentukan Kuesione O Nilai Skor :
Terikat 2 : seorang ibui pola pikir Breast- R  1 = Sangat
Efikasi diri dengan dalam feeding D tidak yakin
pada ibu nifas kemampuannya menyusui Self I  2 = Tidak
uintuk menyusui 2) Reaksi Efficacy N yakin
atau emosional Scale A  3 = Kurang
memberikan menghadapi Short L yakin
ASI pada kesulitan Form  4 = Yakin
bayinya menyusui (BSES-  5 = Sangat
3) Usaha SF) yakin
kegigihan Kriteria Hasil :
dilakukan  Rata - rata
mencapai BSES-SF ≥
keberhasilan Median =
menyusui (Tinggi)
4) Memilih
 Rata - rata
perilaku
BSEF-SF <
untuk
Median =
menyusui
(Rendah)
atau tidak

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini direncanakan pada bulan Agustus tahun 2023. Tempat penelitian
di ruang nifas RSU Amelia Pare Kediri yang akan dilaksanakan secr bertahap
dengan kebutuhan responen di ruang tersebut.
51

3.7 Teknik Pengumpulan Data


3.7.1 Instrumen
Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan
data dalam penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat
ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. Alat ukur
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, adalah
teknik pengumpulan data dengan menggunakan panca indra (melihat, mendengar,
mencium, mengecap dan meraba) (Hardani et al, 2020). Instrumen penelitian
adalah alat yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Darwin, Muhammad et al, 2021).
Berikut ini terdiri dari data umum dan data khusus
1. Data Umum
Data umum terdiri dari pertanyaan yang meliputi nomor responden, umur,
pendidikan, pekerjaan, riwayat paritas, status ekonomi, dan sumber informasi.
Semua jawaban sudah disediakan dan tinggal memilih. Kuesioner diisi dengan
tanda check list (√) pada salah satu jawaban.
2. Standar Operasional Prosedur
Peneliti dalam memberikan perlakuan information education and
communication (IEC) tentang cara menyusui yang benar menggunakan standar
operasional prosesur yang disusun berdasarkan parameter : 1) Media (sarana),
2) Audien (ibu nifas), 3) Pengirim pesan (peneliti), 4) Pesan (teknik menyusui
yang benar), 5) Umpan balik (diskusi), 6) Evalusi (hambatan). Tahapan
tersebut disesuaikan dengan materi langkah-langkah cara menyusui yang
benar.
3. Data Khusus
Data khusus yang terdiri dari instrumen yang dibutuhkan pda variabel
dependen (terikat) yang berisi tentang instrumen keterampilan teknik menyusui
52

dan efikasi diri pada ibu nifas. Berikut ini instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini.
a. Instrumen keterampilan teknik menyusui
Pada instrumen keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas
menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan pengalaman ibu untuk
melakukan ketarampilan memberikan ASI pada bayinya. Parameter yang
digunakan pada kuesiner ini dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1)
Cuci tangan, 2) Bersihkan puting dan areola, 3) Memegang bayi, 4)
Menyangga payudara, 5) Perlekatan, 6) Melepas isapan, 7) Menyendawakan
bayi. Parameter tersebut dikembangkan menjadi 16 item pernyataan.
Jawaban dari kuesioner tersebut bersifat positif dengan jenis jawaban; 1)
Sering dilakukan, 2) Jarang dilakukan, 3) Tidak dilakukan.
b. Instrumen efikasi diri
Pada instrumen efikasi diri pada ibu nifas menggunakan kuesioner
Breastfeeding Self Efficacy Scale-Short Form (BSES- SF) yang terdiri dari
12 pertanyaan tentang keyakinan diri menyusui dan 5 pilihan jawaban
dalam bentuk skala likert yang memiliki rentang mulai tidak yakin sampai
yakin. Parameter yang digunakan pada kuesiner ini 4 indikator ; 1)
Menentukan pola pikir negatif atau positif dalam menyusui, 2) Reaksi
emosional dalam menghadapi kesulitan menyusui, 3) Usaha kegigihan yang
dilakukan untuk mencapai keberhasilan menyusui, dan 4) Memilih perilaku
untuk menyusui atau tidak. Jawaban dari kuesioner tersebut bersifat positif
dengan jenis jawaban; 1) Sangat tidak yakin, 2) Tidak yakin, 3) Kurang
yakin, 4) Yakin, dan 5) Sangat yakin.
3.7.2 Prosedur Penelitian
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
1. Pengajuan ijin penelitian kepada litbang penelitian di Prodi DIII Kebidaanan
STIKes Bhakti Mulia Pare.
2. Pengajuan ijin penelitian di ruang nifas RSU Amelia Pare.
3. Menentukan responden sesuai dengan kriteria sampel.
53

4. Mendatangi responden di ruang nifas RSU Amelia Pare.


5. Menjelaskan kepada responden tentang penelitian yang akan dilaksanakan serta
meminta kesediaannya untuk mengijinkan diadakan penelitian, bila bersedia
dipersilahkan untuk menandatangani informed consent
6. Memberikan penilaian ketarampilan teknik menyusui dan efikasi diri pada ibu
nifas sebelum dilakukan pemberian Information Education and
Communication (IEC) tentang cara menyusui yang benar.
7. Melaksanakan pemberian Information Education and Communication (IEC)
tentang cara menyusui yang benar
8. Memberikan penilaian ketarampilan teknik menyusui dan efikasi diri pada ibu
nifas sebelum dilakukan pemberian Information Education and
Communication (IEC) tentang cara menyusui yang benar.
9. Melakukan pengecekan kembali kelengkapan dari pengisian lembar kuesioner

3.7.3 Teknik Pengolahan Data


1. Editing
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain : a) Mengecek kelengkapan
identitas pengisian lembar pengumpulan data, b) Mengecek kelengkapan data,
c) Mengecek macam isian data.
2. Coding
Pemberian kode pada data umum dan khusus, sebagai berikut :
a. Koding umur ibu:
1) Kode 1 : <20 tahun
2) Kode 2 : 20 – 30 tahun
3) Kode 3 : 31 – 40 tahun
4) Kode 3 : >40 tahun
b. Koding pendidikan ibu:
1) Kode 1 : SD
2) Kode 2 : SMP
54

3) Kode 3 : SMA
4) Kode 4 : PT
c. Koding pekerjaan ibu :
1) Kode 1 : Ibu Rumah Tangga (IRT)
2) Kode 2 : Buruh
3) Kode 3 : Petani
4) Kode 4 : Swasta
5) Kode 5 : Wiraswasta
6) Kode 6 : PNS
d. Koding paritas ibu :
1) Kode 1 : Primipara
2) Kode 2 : Multipara
e. Koding Status Ekonomi
1) Kode 1 : Tinggi (> 3.000.000/ bulan)
2) Kode 2 : Sedang (1.000.000-3.000.000/ bulan)
3) Kode 3 : Rendah (< 1.000.000/ bulan)
f. Koding sumber informasi
1) Kode 1 : Televisi
2) Kode 2 : Handphone (internet)
3) Kode 3 : Radio
4) Kode 4 : Koran/ Majalah
5) Kode 5 : Tenaga kesehatan
g. Koding ketarampilan teknik menyusui
1) Kode 1 : Kurang
2) Kode 2 : Cukup
3) Kode 3 : Baik
h. Koding ketarampilan teknik menyusui
1) Kode 1 : Rendah
2) Kode 2 : Tinggi
3. Scoring
55

a. Scoring keterampilan teknik menyusui


Skor untuk penilaan pengukuran keterampilan teknik menyusui pada
ibu nifas dengan menjawab pernyataan yang diberikan skor 1 = tidak
melakukan, skor 2 = jika jarang melakukan dan skor 3 = sering melakukan.
Kemudian Hasil di atas dihitung frekuensinya dan diprosentasekan dengan
rumus. Rumus yang digunakan dalam analisa deskriptif ini sebagai berikut :

Keterangan :
S = Prosentase
f = Skor yang di dapat
N = Skor maksimal
Dari prosentase diatas dapat ditentukan kriteria keteraampilam teknik
menyusui pada ibu nifas :
1) Keterampilan kurang = < 56%
2) Keterampilan cukup = 56 – 75%
3) Keterampilan baik = 76 – 100%
b. Scoring efikasi diri (BSES-SF)
Skor untuk penilaan pengukuran efikasi diri pada ibu nifas dengan
menjawab pernyataan yang diberikan skor 1 = Sangat tidak yakin, skor 2 =
Tidak yakin, skor 3 = Kurang yakin, skor 4 = Yakin, dan skor 5 = Sangat
yakin. Kemudian scoring jawaban ibu dilakukan perhitungan setiap
pernyataan tersebut dijumlahkan dan dicari skor Z dan kemudian skor-T
dari masing-masing ibu. Ibu nifas mendapatkan Skor T > T mean adalah ibu
yang memiliki efikasi diri tinggi dan nilai Skor T < T mean adalah ibu yang
memiliki efikasi diri rendah.

4. Tabulating
Tabulating adalah menyusun dan mengorganisir data, sehingga akan dapat
denganmudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam
56

bentuk tabel atau grafik. Pelaksanaan tabulasi data dilakukan dengan


menggunakan program SPPS versi 22.
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2019), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis untuk mengetahui sebaran
karakteristik subjek penelitian atau distribusi frekuensi data dan proporsi masing-
masing kelompok. Karakteristik sampel data katagorial dideskripsikan dalam
parameter f (frekuensi) dan % (prosentase). Selanjutnya interpretasi data
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.3 Interpretasi Prosentase Data
Prosentase Interpretasi Data
 100%  Seluruhnya
 76 – 99 %  Hampir seluruhnya
 51 – 75 %  Sebagian besar
 50 %  Setengahnya
 26 – 49 %  Hampir setengahnya
 1 – 25 %  Sebagian kecil
 0%  Tidak satupun

3.8.2 Prasyarat Uji Normalitas dan Homogenitas


Uji prasyarat pada penelitian ini menggunaka uji normalitas dan homogenitas.
Uji prasyarat tersebut dapat menentukan jenis uji yang digunakan untuk mencari
pengaruh antara 2 variabel, yaitu ; variabel independen dan dependen pada
penelitian ini (Hardani et.al, 2020). Validitas dan reliabilitas instrumen dapat nilai
salah satunya melalui uji statistik. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas ini akan
dijadikan sebagai dasar keyakinan peneliti untuk menggunakan instrumen
penelitian tersebut. Penilaian ini membuat peneliti akan merasa yakin bahwa
instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dan
57

mampu menunjukkan konsistensi dalam pengukuran (Notoatmodjo, 2018).


Berikut ini akan ditentukan uji prayarat pada tabel 3.5 dibawah ini.
Tabel 3.4 Uji Prasayarat
No. Uji Perlakuan Uji Prayarat
1 Normalitas Pre IEC Keterampilan teknik menyusui Shapiro-Wilk
Pre IEC Efikasi diri Shapiro-Wilk
2 Homogenitas Pre-Post IEC terhadap keterampilan
Levene’s Test
teknik menyusui
Pre-Post IEC terhadap efikasi diri Levene’s Test
Post IEC terhadap keterampilan teknik
Levene’s Test
menyusui dan efikasi diri

Uji normalitas pada variabel dependen ini menggunakan Shapiro Wilk, karena
sampel yang digunakan peneliti <50 responden. Sedangkan pada uji homogenitas
sebagai prasyarat analisis menggunakan levene’s test, karena terdapat dua
kelompok intervensi yang digunakan untuk menguji kesamaan dari kedua
kelompok (Notoatmodjo, 2018).

3.8.3 Analisis Bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh antara 2 variabel, yaitu :
variabel independen dan dependen, serta perbedaan hasil dari kedua kelompok
dependen (Adiputra et.al, 2021). Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan analisa uji beda menggunakan uji paired sample t test (jika data
berdistribusi normal dan homogen).
Analisa perbedaan pada kedua variabel dependent setelah perlakuan
menggunakan uji indepemdet sample t test apabila data berdistribusi sama
(homogen), sedangkan apabila berdistribusi tidak sama (tidak homogen) maka
menggunakan uji mann withney. Hasil uji beda diatas tersebut dengan kemaknaan
 = 0,05 dengan hasil pembacaan sebaagau berikut.
1. Variabel keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas (pre dan post)
58

Jika nilai ρ < 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya ada pengaruh
Information Education and Communication (IEC) cara menyusui terhadap
keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023
2. Variabel efikasi diri pada ibu nifas (pre dan post)
Jika nilai ρ < 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya ada pengaruh
Information Education and Communication (IEC) cara menyusui terhadap
keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023.
3. Variabel keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri pada ibu nifas
Jika nilai ρ < 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya ada perbedaan
antara keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri sesudah Information
Education and Communication (IEC) cara menyusui pada ibu nifas di RSU
Amelia Pare tahun 2023.
3.9 Etika Penelitian
Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi. Etika
penelitian menurut Notoadmojo (2018), menyatakan bahwa subyek akan diteliti
dengan menekankan kepada permasalahan etik yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)


Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden
mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan terjadi
selama dalam penggumpulan data. Jika responden bersedia harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas pasien, peneliti tidak akan mencantumkan
nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek.
Lembar tersebut hanya akan diberi kode tertentu untuk menggantikan nama
aslinya.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
59

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin


kerahasiaannya. Hanya kelompok tertentu saja yang akan disajikan atau
dilaporkan pada hasil riset.
4. Keikhlasan (Voluntary)
Dalam penelitian ini tidak ada unsur pemaksaan sedikitpun untuk menjadi
responden. Responden tidak dapat menentukan biaya dari penelitian, melainnkan
kesediaan dan keikhlasan dalam menjalani proses penelitian.

BAB IV
60

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Amelia Pare. Terletak dengan alamat
Jl. Pahlawan 25A Pare-Kediri, Jawa Timur, Indonesia. Sekitar tahun 1993 didirikan
Rumah Bersalian Amelia oleh Yayasan Amelia dengan Ketua Dr. H. Soepriyo.
Batas dusun Puhrejo Pare adalah sebagai berikut : 1) Sebelas selatan, yaitu ;
berbatas dengan dusun Gedangsewu, 2) Sebelah timur, yaitu ; berbatas dengan
dusun Kepung, 3) Sebelah barat, yaitu ; berbatas dengan dusun Pelem, dan 4)
Sebelah utara, yaitu berbatas dengan dusun Tulungrejo. Adapun visi, misi dan
motto Rumah Sakit Amelia adalah sebagai berikut :
1. Visi : Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat
2. Misi : Memberikan palayanan yang bermutu serta optimal dan dapat dijangkau
masyarakat
3. Motto : Kepuasan pasien dan keluarganya adalah kebanggaan kami
4. Fasilitas dan Layanan :
a. Pelayanan Medik
1) Instalasi Gawat Darurat yang memberikan pelayanan 24 jam
2) Instalasi Rawat Jalan yang meliputi Poliklinik Umum, Bedah Umum,
Bedah Urologi, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam, Jantung,
Syaraf, Paru, Mata, Kesehatan Jiwa.
3) Instalasi rawat Inap dengan ruangan VIP, Kelas I, II dan III
4) RR (Recovery Room)
b. Pelayanan Penunjang Medik
1) Instalasi Laboratorium
2) Apotek
3) Instalasi Farmasi
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Pemelihara Sarana

53
61

c. Pelayanan Administrasi dan Umum : pelayanan ambulance pasien dan


ambulance jenazah
d. Pelayanan atau Fasilitas Lain
Musholla, Kantin, Wartel, Incenerator, Instalasi Pengolah Air Limbah,
Ambulan dan Mobil Jenazah

4.2 Karakteristik Responden


Hasil pengumpulan data karakteristik responden berdasarkan data demografi
ibu nifas di RSU Amelia Pare disajikan pada table dibawah ini.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Hasil Tabulasi Data
Karakteristik
n %
Umur Ibu
<20 tahun 0 0
20-30 tahun 10 50
31-40 tahun 10 50
>40 Tahun 0 0
Total 20 100
Pendidikan Ibu
SD 0 0
SMP 1 5
SMA 15 75
PT 4 20
Total 20 100
Pekerjaan Ibu
IRT 5 25
Buruh 1 5
Petani 1 5
Swasta 5 25
Wiraswasta 6 30
PNS 2 10
Total 20 100
Paritas
Primipara 6 30
Multipara 14 70
Total 20 100
Status Ekonomi Keluarg
Rendah 4 20
Sedang 13 65
62

Hasil Tabulasi Data


Karakteristik
n %
Tinggi 3 15
Total 20 100
Sumber Informasi
Televisi (TV) 6 30
Hp (Internet) 12 60
Radio 0 0
Koran/Majalah 0 0
Tenaga kesehatan 2 10
Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, pada kelompok eksperimen menunjukkan data


bahwa dari 20 responden setengah ibu nifas berusia 20-40 tahun sebanyak 10
(50%), sebagian besar ibu nifas memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 15
(75%), hampir setengah ibu nifas bekerja sebagai wiraswasta (pedagang) sebanyak
6 (30%), sebagian besar ibu nifas dengan paritas multipara sebanyak 14 (70%),
sebagian besar ibu nifas memiliki status ekonomi sedang sebanyak 13 (65%), dan
sebagian besar ibu mendapatkan sumber informasi keluarga melalui Hp (internet)
sebanyak 12 (60%).

4.3 Hasil Penelitian


4.3.1 Hasil Identifikasi Keterampilan Teknik Menyesui pda Ibu Nifas
Hasil identifikasi data distribusi keterampilan teknik menyusui pada ibu
nifas di RSU Amleia Pare sebelum dan sesudah diberikan Information
Education and Communication (IEC) cara menyusui pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keterampilan Teknik Menyusui pada Ibu
Nifas Sebelum dan Sesudah Pemberian IEC Cara Menyusui

No. Keterampilan Teknik Kategori Distribusi


Menyusui pada Ibu Nifas n %
1 Pre (Sebelum) IEC Cara Kurang 4 20
Menyusui Cukup 14 70
Baik 2 10
Total 20 100
2 Post (Sesudah) IEC Cara Kurang 0 0
63

Menyusui Cukup 13 65
Baik 7 35
Total 20 100
Berdasarkan tabel 4.2, pada variabel keterampilan teknik menyusui pada
ibu nifas sebelum pemberian IEC cara menyusui menunjukkan data bahwa
dari 20 responden sebagian besar ibu memiliki keterampilan teknik menyusui
dengan kategori cukup sebanyak 14 responden (70%). Sedangkan sesudah
pemberian IEC cara menyusui menunjukkan data sebagian besar ibu nifas
memiliki keterampilan teknik menyusui dengan kategori cukup sebanyak 13
responden (65%) dan penambahan kategori baik sebanyak 7 responden
(35%).
4.3.2 Hasil Identifikasi Efikasi Diri pda Ibu Nifas
Hasil identifikasi data distribusi efikasi diri pada ibu nifas di RSU
Amleia Pare sebelum dan sesudah Diberikan Information Education and
Communication (IEC) cara menyusui pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Efikasi Diri pada Ibu Nifas Sebelum dan
Sesudah Pemberian IEC Cara Menyusui

No. Efiksi Diri pada Ibu Nifas Kategori Distribusi


n %
1 Pre (Sebelum) IEC Cara Rendah 11 55
Menyusui Tinggi 9 45
Total 20 100
2 Post (Sesudah) IEC Cara Rendah 5 25
Menyusui Tinggi 15 75
Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.3, pada variabel efikasi diri pada ibu nifas sebelum
pemberian IEC cara menyusui menunjukkan data bahwa dari 20 responden
sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri dengan kategori rendah
sebanyak 11 responden (55%). Sedangkan sesudah pemberian IEC cara
menyusui menunjukkan data sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri
dengan kategori tinggi sebanyak 15 responden (75%).
64

4.4 Hasil Analisis


4.4.1 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas
Peneliti melakukan uji normalitas dan homoginitas terhadap variabel
ketermpilan teknik menyusui dan efikasi diri. Uji normalitas menggunakan
Shapiro-Wilk dan uji homogenitas menggunakan Levene Statistic, karena
sampel berjumlah <20responden.
A. Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Sebelum dan Sesudah Pemberian IEC Cara
Menyusui Terhadap Keterampilan Teknik Menyusui dan
Efikasi Diri pada Ibu Nifas Menggunakan Shapiro-Wilk

Tindakan Variabel Shapiro-Wilk


Dependent p-value Hasil
Sebelum dan Sesudah Keterampilan Tidak
0,000
IEC Cara Menyusui teknik menyusui Normal
Efikasi diri Tidak
0,000
Normal
Sesudah IEC Cara Keterampilan
Tidak
Menyusui teknik menyusui- 0,000
Normal
Efikasi diri
*Uji shaphiro-wilk dengan > α 0,05 dan n = 20

B. Hasil Uji Homogenitas


Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Sebelum dan Sesudah Pemberian IEC
Cara Menyusui Terhadap Keterampilan Teknik Menyusui dan
Efikasi Diri pada Ibu Nifas Menggunakan Levene’s Statistic

Tindakan Variabel Levene’s Statistic


Dependent p-value Hasil
Sebelum dan Sesudah Keterampilan Tidak
0,036
IEC Cara Menyusui teknik menyusui Homogen
Efikasi diri Tidak
0,024
Homogen
Sesudah IEC Cara Keterampilan
Tidak
Menyusui teknik menyusui- 0,017
Homogen
Efikasi diri
*Uji levene statistic dengan > α 0,05 dan n = 20
65

Berdasarkan tabel 4.4 dan tabel 4.5 diatas, hasil uji normalitas dan
homogenitas pada variabel dependent keterampilan teknik menyusui dan
efikasi diri menunjukkan adanya nilai -value lebih dari 0,05 menunjukkan
hasil analisa uji prasyarat pada data seluruh variabel berdistribusi tidak
normal dan tidak homogen. Penggunaan jenis uji dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Uji pengaruh sebelum dan sesudah pemberian IEC cara menyusui terhadap
keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas menggunakan uji wilcoxon.
2. Uji pengaruh sebelum dan sesudah pemberian IEC cara menyusui terhadap
efikasi diri pada ibu nifas menggunakan uji wilcoxon.
3. Uji beda kterampilan teknik menyusui dan efikasi diri sesudah pemberian
IEC cara menyusui pada ibu nifas menggunakan uji mann-withney.
4.4.2 Hasil Uji Pengaruh Sebelum dan Sesudah Pemberian IEC Cara
Menyusui
Hasil analisa uji pengaruh antara sebelum dan sesudah pemberian IEC
cara menyusui terhadap keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri pada
ibu nifas dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Pengaruh Pemberian IEC Cara Menyusui Terhadap
Keterampilan Teknik Menyusui dan Efikasi Diri pada Ibu Nifas

Variabel Variabel Ranks


- value
Independent Dependent Category N
Sebelum dan Keterampilan Negative 0
sesudah teknik Positive 9
0,003
pemberian menyusui Ties 11
IEC cara Total 20
menyusui Efikasi diri Negative 0
Positive 6
0,014
Ties 14
Total 20
*Uji wilcoxon test dengan < α 0,05 dan n = 20

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, hasil uji pengaruh sebelum dan sesudah
pemberian IEC cara menyusui terhadap keterampilan teknik menyusui dan
66

efikasi diri pada ibu nifas di RSU Amelia Pare menunjukkan hasil analisa :
1. Hasil keterampilan teknik menyusui sebelum dan sesudah pemberian IEC
cara menyusui dengan nilai -value (0,003) < α (0,05), yang artinya
artinya ada pengaruh Information Education and Communication (IEC)
cara menyusui terhadap keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas di
RSU Amelia Pare tahun 2023.
2. Hasil efikasi diri sebelum dan sesudah pemberian IEC cara menyusui
dengan nilai -value (0,014) < α (0,05), yang artinya artinya ada pengaruh
Information Education and Communication (IEC) cara menyusui terhadap
efikasi diri pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023.
4.4.3 Hasil Uji Beda Sesudah Pemberian IEC Cara Menyusui
Hasil analisa uji beda keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri
sesudah pemberian IEC cara menyusui pada ibu nifas di RSU Amelia Pare
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Uji Beda Motivasi Ibu dalam Pemberian ASI Setelah
Tindakan AMT dan Setelah Penkes

Variabel Variabel
Mean Z - value
Independent Dependent
Sesudah Keterampilan
63,78
pemberian teknik menyusui
-3,439 0,001
IEC cara
Efikasi diri 61,92
menyusui
*Uji mann-withney test dengan < α 0,05 dan n = 20

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, menunjukkan nilai -value (0,001) < α 0,05
yang artinya ada perbedaan antara keterampilan teknik menyusui dan efikasi
diri sesudah Information Education and Communication (IEC) cara menyusui
pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023.
67

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Keterampilan Teknik Menyusui Sebelum Pemberian IEC Cara


Menyusui pada Ibu Nifas
Hasil identifikasi keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas sebelum
pemberian IEC cara menyusui menunjukkan data bahwa dari 20 responden
sebagian besar ibu nifas memiliki keterampilan teknik menyusui dengan kategori
cukup sebanyak 14 responden (70%).
Menurut Astuti (2018) bahwa Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui
mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Proses memberikan ASI ini akan
membuat bayi mendapatkan asupan gizi yang optimal untuk perkembangannya
(Siti, Suryati & Darmayanti, 2022). Keterampilan adalah keahlian, kemampuan
berlatih, fasilitas dalam melakukan sesuatu, ketangkasan dan kebijaksanaan
(Kemenkes, 2022). Keterampilan teknik menyusui merupakan keterampilan yang
menerapkan seseorang bisa menjadi konselor serta motivator untuk ibu, sampai
mau dan mampu menyusui anaknya dengan tepat (Adinda, Agrina & Ade, 2023).
Peneliti berpendapat bahwa keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas
sebelum pemberian IEC cara menyusui dengan kategori cukup yang disebabkn
karena beberapa faktor data demografi ibu yang tergolong usia dewasa awal sampai
akhir (diatas 20-40 tahun). Pada usia antara usia 20 dan 35 tahun dengan kisaran
aman untuk hamil, melahirkan, dan menyusui, serta ibu nifas memiliki pengalaman
yang cukup karena sudah melahirkan yang kedua (multipara). Keterampilan ibu
nifas sebelum IEC yang cukup juga dapat dipengaruhi faktor pendidikan yang rata-
rata tingkat SMA. Ibu dengan pendidikan yang jauh lebih tinggi akan
berpengetahuan luas dan merespons secara logis dalam teori terhadap informasi
yang masuk dan memikirkan seberapa besar manfaat yang akan mereka peroleh
darinya.

67
68

Peneliti juga berpendapat bahwa kurangnya pengetahuan ibu tentang


pentingnya ASI bagi bayi, serta kurangnya keterampilan teknik menyusui ibu yang
menyebabkan tidak bersemangat untuk menyusui. Hal yang sangat berpengaruh
terhadap kepuasan ibu menyusui adalah kepercayaan ibu terhadap kemampuan
menyusui bayinya. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Yosefina &
Betanuari (2022) menyatakan bahwa faktor kurangnya pengetahuan ibu tentang
keterampilan menyusui , ibu bekerja, kurangnya dukungan dan perhatian dari
keluarga dan lingkungan yang menyebabkan rendahnya keterampilan ibu dalam
memberikan ASI pada bayinya.

5.2 Identifikasi Keterampilan Teknik Menyusui Sesudah Pemberian IEC Cara


Menyusui pada Ibu Nifas
Hasil identifikasi keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas sesudah
pemberian IEC cara menyusui menunjukkan data sebagian besar ibu nifas memiliki
keterampilan teknik menyusui dengan kategori cukup sebanyak 13 responden
(65%), namun terdapat penambahan dengan kategori baik sebanyak 7 responden
(35%).
Pemberian informasi, edukasi dan komunikasi pada ibu tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif dan praktik menyusui, kami dapat membantu ibu
menyusui menjadi lebih mahir dalam apa yang mereka lakukan dalam teknik
menyusui bayi yang benar (Adinda, Agrina & Ade, 2023). Menurut Wenny,
Kurniati, & Yenni Yusniarita (2022) menyatakan ada pengaruh keikutsertaan ibu
hamil dalam kelas ibu hamil akan keterampilan menyusui. Ibu hamil yang
diberikan pendidikan kesehatan dan keterampilan teknik menyusui yang benar
dapat meningkatkan keterampilan pemberian ASI pada bayi.
Peneliti berpendapat bahwa setelah pemberian IEC cara menyusui terdapat
penambahan keterampilan teknik menyusui dengan kategori cukup menjadi baik,
karena denganadanya pemberian IEC cara menyusui dapat menyebarkan
pesan,menanamkan keyakinan,sehingga masyarakat tidak saja sadara, tahu dan
mengerti,tetapi mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan
69

cara melakukan teknik menyusui pada bayinya. Pemberian IEC yang dilakukan
peneliti mendapatkan respon yang baik serta ada komunikasi yang adaptif antara
peneliti dan responden dengan adanya umpan balik yang positif dalam
meningkatkan keterampilan ibu nifas dalam menyusui byinya, sehingga ibu dapat
meningkatkan keteramilannya.
Selain itu, peneliti beranggapan bahwa sesudah pemerian IEC cara menyusui
ibu nifas lebih hafal dan menunjukkan kemampuannya dengan memberikan contoh
terhadap cara menyusui sesuai anjuran yang diberikan oleh peneliti. Responden
yang sebagian besar adalah multipara lebih mudah mengemukakan pendapat saat
pemberian IEC sehingga lebih cepat dalam meningkatkan keteramilannya dalam
melakukan teknik menyusui yang benarpada bayinya. Hal tersebut dapat mengatasi
masalah pada ibu nifas yang memiliki pengalaman dengan seringkali membuat ibu
beralasan untuk tidak menyusui karena tidak mau merasakan sakit, jika masalah ini
tidak segera diatasi maka akan muncul masalah berikutnya yaitu payudara bengkak.
Alasan tersebut yang membuat ibu nifas sebagian besar enggan melanjutkan
memberikan ASI pada bayinya.
Hal tersebut diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti and
Anggarawati (2021) menemukan hasil bahwa kemampuan ibu menyusui meningkat
sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan memberikan
informasi, edukasi dan komunikasi tentang cara menyusui yang baik dan benar,
tebukti bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam menyusui. Perubahan perilaku
yang baik dan benar serta pengalaman menyusui yang positif dapat mempengaruhi
perubahan perilaku tentang teknik menyusui yang benar pada bayinya

5.3 Identifikasi Efikasi Diri Sebelum Pemberian IEC Cara Menyusui pada Ibu
Nifas
Hasil identifikasi efikasi diri pada ibu nifas sebelum pemberian IEC cara
menyusui menunjukkan data sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri dengan
kategori rendah sebanyak 11 responden (55%).
70

E fikasi diri pada ibu menyusu i adalah keyakinan diri seorang ibu pada
i i i

kemampuannya u ntuk menyusui atau memberikan ASI pada bayinya. Efikasi diri
i

pada ibu menyusui berpengaru h pada respons pola pikir, reaksi emosional, usaha
i

dan kegigihan, serta keputusan yang akan diambil (Susilawati, 2019). Kepercayaan
dalam memberikan ASI merupakan modal penting yang haru s diketahui dan
i

dipahami oleh ibu dalam kebe rhasilan terlaksananya pe mberian ASI (Abdullah &
i i i

Ayubi, 2019).
Peneliti berpendapat bahwa ibu nifas yang memiliki efikasi diri yaang rendah
harus melakukan persiapan mental dan psikologi karena sangat penting untuk
dilakukan. Hal ini penting dalam keberlangsungan pemberian ASI, dikarenakan
saat ibu bersikap dan mulai memberikan keyakinan yang baik akan sangat
mempengaruhi saat menyusui. Ibu nifas dengan efikasi rendah karena faktor usia
diatas 20 sampai 30 tahun yang sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta dengan
berbgagai sumber informasi yang didapatkan ibu dari teman maupun keluarga
membuat ibu kurang yakin terhadap cara menyusui dengan pemberian ASI yang
benar.
Peneliti juga berpendapat bahwa cara menyusui yang kurang tepat karena ibu
yang merasa kelelahan dan stress, serta ibu beranggapan bahwa dapat merasa
terbantu jika ada yang mendukungnya, sehingga efikasi diri ibu saat menyusui
menjadi rendah. Ibu nifas perlu mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan untuk
berbagi pendapat dan informasi kesehatan tentang teknik cara menyusui yang
benar, agar persepsi yang salah terhadap masalah yang pernah dialami ibu dapat
teratasi dengan adanya peningkatan pemahaman ibu. Jika persepsi ibu tidak sesuai
semasa menyusui dengan apa yang diharapkan maka akan muncul rasa kecewa dan
tidak meyakini diri bahwa drinya tidak dapat memberikan ASI terbaik untuk
bayinya. Pentingnya sumber informasi yang didapatkan ibu nifas yang sebagiab
besar dari Hp (internet) dapat dikolaborasikan dan dikonsultasikan kepada tenaga
kesehatan yang memiliki pemahaman yang baik dan terarah dalam cara menyusui
yang benar.
71

5.4 Identifikasi Efikasi Diri Sesudah Pemberian IEC Cara Menyusui pada Ibu
Nifas
Hasil identifikasi efikasi diri pada ibu nifas sesudah pemberian IEC cara
menyusui menunjukkan data sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri dengan
kategori tinggi sebanyak 15 responden (75%).
Edukasi postnatal yang diberikan berisi materi inisiasi menyusui dini, manfaat
ASI, bahaya formula, tehnik menyusui, kunci keberhasilan menyusui dan cerita
pengalaman dari orang yang telah berhasil menyusui eksklusif. Pengalaman
menyusui dari orang yang telah berhasil menyusui eksklusif dapat memberikan
inspirasi bagi ibu untuk berjuang menyusui bayinya, tidak mudah menyerah dan
meningkatkan motivasi ibu dalam menyusui yang akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaan diri ibu dalam menyusui (Fata & Rahmawati, 2018).
Peneliti berpendapat bahwa efikasi diri sesudah pemberian IEC cara menyusui
yang diberkan peneliti yang tergolong tinggi, karena ibu cenderung lebih sedikit
mengalami permasalahan menyusui dan memiliki persepsi yang baik tentang
menyusui. Efikasi diri tinggi membuat seorang yakin untuk memantapkan diri dan
melakukan berbagai usaha untuk dapat terus menyusui, sehingga efikasi diri yang
tinggi sangat dapat membantu meningkatkan angka cakupan ASI Eksklusif dengan
teknik menyusui yang benar oleh ibu pada bayinya.
Peneliti juga berpendapat bahwa efikasi diri menyusui yang tinggi dipengaruhi
oleh faktor usia dan tingkat pendidikan, yaitu responden yang berusia 22-30 tahun
dan berstatus pendidikan terakhir sebagian besar responden yaitu SMA. Efikasi diri
yang tinggi dikarenakan ibu tidak terlalu khawatir, berfikir positif, cemas dan tidak
percaya diri dalam cara menyusui yang benar supaya pemberian ASI eksklusif pada
bayinya dapat terpenuhi dan anak menjadi sehat sesuai tumbuh kembangnya. Ibu
dapat mengelola emosi, kecemasan, dan ekspektasi dengan positif sehingga ibu
lebih bersemangat dan optimis menyusui bayinya berharap bahwa bayinya akan
puas, bayinya akan tumbuh besar dan sehat.
72

5.5 Analisa Keterampilan Teknik Menyusui Sebelum dan Sesudah Pemberian


IEC Cara Menyusui pada Ibu Nifas
Hasil keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas sebelum dan sesudah
pemberian IEC cara menyusui dengan nilai -value (0,003) < α (0,05), yang artinya
artinya ada pengaruh information education and communication (IEC) cara
menyusui terhadap keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas di RSU Amelia
Pare tahun 2023.
Pengetahuan dan kemampuan atau keterampilan ibu nifas dalam merawat
bayinya dan memenuhi kecukupan ASI dengan teknik pemberian ASI yang benar
akan berubah menjadi lebih baik setelah mendapat pendidikan kesehatan. Para ibu
yang memiliki bayi baru lahir perlu memiliki keahlian dalam menyusui dan
mengetahui teknik pemberian ASI yang benar kepada bayi mereka (Adinda,
Agrina, & Ade, 2023).
Peneliti berpendapat adanya pengaruh pemberian IEC terhadap keterampilan
teknik menyusui ibu nifas dengan peningkatan jumlah responden dengan
keterampilan teknik menyusui yang cukup menjadi baik, karena responden dengan
berbagai permasalah yang dialami ibu saat menyusui bayinya membutuhkan
pengarahan yang baik, sehingga ibu dapat mengatasi permasalahan dalam
menyusui bayinya dengan mandiri dan lebih senang berkonsultasi saat pemberian
IEC cara menyusui. Ibu dapat memahami cara menyusui dengan apa yang
diberikan peneliti baik berupa pengetahuan dan praktik secara langsung yang
dilakukan oleh peneliti.
Peneliti juga berpendapat bahwa keterampilan teknik menyusui pada ibu nifas
sebeum dan sesudah pemberian IEC cara menyusui yang dilakukan peneliti
membuat ibu memiliki pemahaman yang baik terhadap perubahan teknik menyusui
yang benar dan akan mempraktikkan sesuai yang diajarkan dalam menyusui
bayinya.Pemberian IEC teknik menyusui sangat penting untuk mengurangi
kegagalan pemberian ASI ekslusif karena pada saat IEC, ibu diberikan contoh dan
teknik cara menyusui yang benar dan sering memberikan umpan balik yang positif
dengan mengutarakan permasalahan yang muncul saat memiliki pengalaman
73

menyusui bayinya.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adinda,
Agrina & Ade (2023), bahwa keterampilan akan meningkat jika diasah dan dilatih
sehingga meningkatkan kemampuannya menjadi lebih mahir. Untuk menjadi orang
yang memiliki keahlian luas dalam bidang tertentu, orang itu harus melalui
pelatihan dan belajar keras untuk bisa memahaminya. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian dari Riyanti et al., (2019) mengenai pengaruh konseling dan edukasi
keterampilan teknik menyusui yang benar terhadap pengetahuan dan sikap pada ibu
post partum dengan hasil p-value < 0,005 yang artinya ada pengaruh dari
pemberian informasi, edukasi dan komunikasi tentang teknik menyusui yang benar
terhadap pengetahuan ibu post partum dalam meningkatkan keterampilan teknik
menyusui pada bayi.

5.6 Analisa Efikasi Diri Sebelum dan Sesudah Pemberian IEC Cara Menyusui
pada Ibu Nifas
Hasil efikasi diri pada ibu nifas sebelum dan sesudah pemberian IEC cara
menyusui dengan nilai -value (0,014) < α (0,05), yang artinya artinya ada
pengaruh Information Education and Communication (IEC) cara menyusui
terhadap efikasi diri pada ibu nifas di RSU Amelia Pare tahun 2023.
Breastfeeding selfefficacy berhubungan erat dengan keberhasilan praktik
menyusui sebagai upaya untuk meningkatkan breastfeeding self-efficacy dapat
dilakukan dengan memberikan bimbingan atau konseling pada ibu menyusui
(Awaliyah et al., 2019). Hal yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan ibu
menyusui adalah kepercayaan ibu terhadap kemampuan menyusui bayinya, atau
biasa disebut breastfeeding self-efficacy (Brockway et al., 2019; Putri, 2021).
Peneliti berpendapat bahwa adanya pengaruh pemberian IEC cara menyusui
dengan peningkatan efikasi diri pada ibu nifas, karena ibu memiliki respon yang
adaptif terhadap sumber informasi tentang cara menyusui yang benar, sehingga
dapat memberikan keyakinan yang lebih dalam mengatasi keraguan atau
permasalah yang dialami ibu saat menyusui bayinya. Adanya perubahan efikasi diri
74

dari rendah menjadi tinggi karena ibu sangat memerlukan pengetahuan bahkan
demintrasi secara langsung terhadap cara menyusui yang benar yang telah
diperagakan oleh peneliti dan membantu ibu memberikan gambaran yang baik
dalam perubahan keterampilan yang selama ini telah dipraktikkan sebelum
mendapatkan IEC dari peneliti.
Peneliti juga berpendapat bahwa kepercayaan ibu terhadap tenaga kesehatan
sebagai pengarah sekaligus sebagai sumber informasi yang terpercaya membuat ibu
memiliki keyakinan yang tinggi, khususnya saat menjalani perawatan di rumah
sakit setelah post partm dan penting sekali dalam meningkatkan pengetahuan
sebagai bekal dalam mempraktikkan teknik menyusui yang benar pada bayinya. Ibu
akan lebih yakin dan percaya diri lagi, apabila mendapatkan dukungan dari
keluarga untuk sering berkonsultasi ke bidan terdekat maupun tenaga kesehatan
setempat apabila mendapatkan permasalahan selama menyusui bayinya, sehingga
kualitas produksi ASI sangat lancar dan baik untuk pertumbuhan bayinya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Tahitu (2022) mengatakan bahwa Ibu dengan
tingkat kepercayaan diri yang tinggi cenderung berhasil mencapai target menyusui
dan membuat ibu menjadi lebih rileks saat menyusui. Sejalan juga dengan
penelitian Citra (2021) menunjukan bahwa keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
tidak lepas dari faktor psikologis ibu yaitu optimisme dan ekskpektasi ibu untuk
memberikan ASI. Kepercayaan diri ibu nifas yang tinggi dan dukungan keluarga
yang kuat pada ibu nifas akan meningkatkan pemberian ASI.

5.7 Analisa Perbedaan Keterampilan Teknik Menyusui dan Efikasi Diri Sesudah
Pemberian IEC Cara Menyusui pada Ibu Nifas
Hasil analisa uji beda menunjukkan nilai -value (0,001) < α 0,05 yang artinya
ada perbedaan antara keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri sesudah
Information Education and Communication (IEC) cara menyusui pada ibu nifas di
RSU Amelia Pare tahun 2023.
Keberhasilan menyusui dapat dipengaruhi oleh ketepatan dalam keterampilan
teknik menyusui yang dilakukan ibu yaitu dengan memperhatikan perlekatan yang
75

tepat antara bayi dengan payudara ibu sehingga bayi dapat menghisap secara
optimal (Dwi , Harnanik, Dhita, & 2022). Breastfeeding self efficacy akan
menentukan respon individu berupa pilihan atas perilaku menyusui upaya dan
kesanggupan menghadapi tantangan menyusui, pola pemikiran dan tindakan,
reaksi emosional ibu. Konsekuensi ini menentukan performa inisiasi menyusui, dan
durasi menyusui (Asrianti et al, 2021).
Peneliti berpendaat bahwa adanya perbedaan antara keterampilan teknik
menyusui dan efikasi diri sesudah pemberian IEC cara menyusui, karena
keterampilan memiliki keterkaitan dengan efikasi diri pada ibu menyusui. Apabila
ibu yang memiliki keteramilanteknik menyusui yang baik akan memberikan
dampak yang positif kepercayaan dan keyakinannya bagi ibu saat menyusui,
sehingga efikasi dirinya akan tinggi. Begitu juga sebaliknnya, apabila ibu nifas
memiliki keterampilan teknik menyusui yang kurang maka akan berdampak buruk
bagi keyakinannya dalam menyusui bayinya, sehingga efikasi ibu akan rendah saat
menyusui bayinya.
Peneliti juga berpendapat bahwa peran petugas kesehatan bidan dalam
memberikan pengetahuan dengan informasi, edukasi dan komunikasi tentang cara
menyusui yang benar terutama saat IMD paska melahirkan sangat penting karena
ibu dibimbing dalam melakukan teknik menyusui yang benar sehingga bayi
berhasil menemukan areola ibunya dan menghisap putting susu serta posisi
menyusui yang benar. Apabila ibu tidak dibimbing dengan benar maka akan
muncul beberapa komplikasi bukan hanya pada ibu tetapi juga pada bayinya. Oleh
karena itu, pengetahuan dan kemampuan responden dalam perawatan bayi
meruapakan faktor penting dalam membentuk sikap dan tindakan positif dalam
pemberian ASI dengan tujuan bayi dan ibu sehat. Nilai yang tinggi menunjukan ibu
postpartum berhasil dalam melakukan proses menyusui, sedangkan nilai yang
rendah menunjukan kurang berhasilnya ibu postpartum dalam melakukan proses
menyusui pada bayinya.
76

5.8 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini memiliki keterbatasan saat melaksanakan penelitian khususnya
dalam memberikan Information Education and Communication tentang cara
menyusui tidak dilakukan bersamaan satu kelompok, namun dilaksanakan setiap
responden dengan waktu yang berbeda dan berada diruang nifas sesuai kelas yag
dotempati responden.

BAB VI
PENUTUP
77

6.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar ibu nifas memiliki keterampilan teknik menyusui sebelum
pemberian IEC cara menyusui dengan kategori cukup sebanyak 14 responden
2. Sebagian besar ibu nifas memiliki keterampilan teknik menyusui sesudah
pemberian IEC cara menyusui dengan kategori cukup sebanyak 13 responden
dan penambahan kategori baik sebanyak 7 responden.
3. Sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri sebelum pemberian IEC cara
menyusui dengan kategori rendah sebanyak 11 responden.
4. Sebagian besar ibu nifas memiliki efikasi diri sesudah pemberian IEC cara
menyusui dengan kategori tinggi sebanyak 15 responden.
5. Ada pengaruh pemberian IEC cara menyusui terhadap keterampilan teknik
menyusui pada ibu nifas
6. Ada pengaruh pemberian IEC cara menyusui terhadap efikasi diri pada ibu nifas
7. Ada perbedaan antara keterampilan teknik menyusui dan efikasi diri sesudah
pemberian IEC cara menyusui cara menyusui pada ibu nifas.

6.2 Penutup
1. Bagi Ibu Nifas
Ibu nifas harus memiliki pengetahuan tentang keterampilan teknik menyusui
pada bayi, sehingga dengan teknik menyusui yang benar ibu dapat meningkatkan
produksi ASI dan ASI yang dikeluarkan lancar dan berkualitas. Ibu nifas yang
memiliki pengalaman dalam menyusui yang benar akan meningkatkan efikasi
diri dengan adanya keyakinan diri ibu pada kemampuannya u ntuk menyusui
i i

bayinya sampai usia 2 tahun.

2. Bagi Rumah Sakit


Tenaga kesehatan khususnya bidan di ruang nifas dapat melakukan program
78

Information Education and Communication (IEC) cara menyusui yang benar


pada ibu nifas sebagai dischar planning dalam meningkatkan keterampilan
teknik menyusui dan efikasi diri pada ibu nifas, sehingga ibu memiliki bekal
yang cukup untuk melakukan teknik menyusui yang benar dan memiliki
keyakinan cara memberikan ASI yang benar pada bayinya.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Pengelola instansi pendidikan dapat mengembangkan program Information
Education and Communication (IEC) cara menyusui dalam kegiatan pengabdian
kepada masyarakat pada ibu nifas paska perawatan dirumah sakit dan evaluasi
pemantauan keberhasilan program ASI bagi bayi dengan mengukur status gizi
paad abayi sebagai tindak lanjut program tumbuh kembang pada bayi dan balita.

DAFTAR PUSTAKA
79

Adiputra, S., W. Trisnadewi., W. Oktavia., et.al. (2021). Metodologi Penelitian


Kesehatan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Ahmad, M. (2020). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Bandung: Media Sains Indonesia.
Asih, Y., & Nurlaila. (2022). Breastfeeding Self-Efficcacy pada Ibu Hamil Trimester III
Hingga Menyusui Breastfeeding Self-Efficacy in Third-Trimester Pregnant Women
Until Breastfeeding. Jurnal Kesehatan, Vol.13(3), Hal.562–569.
Austutik, RY. (2018). Payudara dan Laktasi. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Bahiyatun. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Darwin, Muhammad, et.al. (2021). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif.
Bandung: CV. Media Sains Indonesia.
Desty Maryani, et.al. (2022). Hubungan Kecemasan dengan Breastfeeding Self Efficacy
Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Proseding
15th URICOL Universitas Muhammadiyah Gombong, Hal. 43-50, e-ISSN: 2621-
0584.
Dina & Idayati. (2022). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Efikasi Diri
Menyusui. Jurnal Bidan Cerdas, Vol.4 (4), Hal.214-223, e-ISSN: 2654-9352 dan
p-ISSN: 2715-9965
Dwi Anik Karya Setiarini, Harnanik Nawangsari, dan Dhita Yuniar Kristianingrum
(2022). Penyuluhan Teknik Menyusui yang Benar. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Abdi Medika, Vol.2 (2), Hal.53-58, E-ISSN : 2827-8410 dan P-ISSN : 2828-1454.
Dyeri Susanti, Ryka Juaeriah, Yuliana, Widya Putriastuti, dan Yosi Oktri (2022).
Penyuluhan Keterampilan Teknik Menyusui Menggunakan Video Animasi Pada
Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-6 Bulan. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Nusantara (JPkMN), Vol.4(2), Hal.812818, e-ISSN : 2745 4053.
Elizabeth,et.al (2017). Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Baru
Fidora, I. (2019). Ibu Hamil dan Nifas dalam Ancaman Depresi, Banyuman : CV. Prna
Persada.
Fitramaya Maritalia, D. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Hairil, A., Q. Muhammad., W. R. Hidayani, dan A. Sri. (2021). Teori Kesehatan
Reproduksi. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Hardani, et.al. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:
CV. Pustaka Ilmu.
Kemenkes. (2022). Kurikulum Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta: Kementrian
Kesehatan republik Indonesia.
80

Khotimah, S. K., Rahmawati, E., & Susmarini, D. (2019). Efektivitas Metode Video
dan Demonstrasi terhadap Kangaroo Mother Care Self Efficacy. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia, 5(2), 136–145.
https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/19048
Kuswanti, I., & Malo, H. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Teknik
Menyusui terhadap Keterampilan Menyusui pada Ibu Nifas. 10(1), 710–
718.https://doi.org/Https://doi.org/10.47317/jkm.v10i1.78
Laksono, A. D., Wulandari, R. D., Ibad, M., & Kusrini, I. (2021). The Effects of
Mother’s Education on Achieving Exclusive Breastfeeding in Indonesia. BMC
Public Health, 21(1). https://doi.org/10.1186/s12889-020-10018-7
Lubbe, W., Botha, E., Niela-Vilen, H., & Reimers, P. (2020). Breastfeeding during the
COVID-19 Pandemic - A Literature Review for Clinical Practice. International
Breastfeeding Journal, 15(1). https://doi.org/ 10.1186 /s13006-020-00319-3
Machfoedz I. (2018). Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Fitramaya.
Mubarak, Zaki. (2021). Penelitian Kuantitatif Dan Statistik Pendidikan: Cara Praktis
Meneliti Berbasis Contoh Aplikasi dengan SPSS. Tasikmalaya: CV. Pustaka Turats
Press.
Mulyana, T. S., & Irmayani, I. (2019). Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap
Keterampilan Teknik Menyusui pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSUD Kota
Mataram Tahun 2018. Jurnal Midwifery Update (MU), 1(1), 80.
https://doi.org/10.32807/jmu.v1i1.43
Natia, Rizki. 2017. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi
5. Jakarta: Salemba Medika.
Pamuji,S.E (2020). Hypnolactation meningkatkan keberhasilan laktasi dan pemberian
ASI ekslusif. Magelang: Rumah Cinta
Pandegirot, J. S., Posangi, J., & Masi, G. N. M. (2019). Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan tentang Penanganan Tersedak terhadap Pengetahuan Ibu Menyusui.
Jurnal Keperawatan, 7(2), 1–6. https://doi.org/Https://doi.org/
10.35790/jkp.v7i2.27473
Pramanik, Y.R., & Sumbara, S. R. (2018). Hubungan Self-Efficacy Ibu Menyusui
dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Kota
Bandung. Jurnal Ilmiah Kesehatan IQRA, 8(1), 39–44.
https://doi.org/Https://doi.org/10.1234/jiki.v8i1.169
81

Putri, H. S. (2021). Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Efikasi Diri dalam Pemberian Asi
Eksklusif. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific
Journal), 6(2), 44–53. https://jurnal.unar.ac.id/index.php/ health/article/view/503
Rahayu, D. (2018). Hubungan Breastfeeding Self Efficacy dengan Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(1), 247.
https://doi.org/10.32831/jik.v7i1.191
Riyanti, E., Nurlaila, N., & Astutiningrum, D. (2019). Pengaruh Edukasi Breastfeeding
IbuPost Partum terhadap Breasfeeding Self Efficacy. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 14(3), 96–104. http://ejournal.unimugo.ac.id/
JIKK/article/view/350/0
Sitepu, Pribudiarta Nur. (2022). Buku Saku Penggunaan Media KIE. Jakarta :
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Siti MF., Suryati, & Darmayanti W. (2022). Edukasi tentang Teknik Menyusui yang
Benar Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu Nifas di Desa Sungai Tabuk
Kabupaten Banjar. Jurnal Pengabdian Mandiri, Vol.1(2), Hal. 265-270, Jurnal
Pengabdian Mandiri
Sugiyono. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung. Alfabeta.
Wahyuningsih. (2019). Buku Ajar ASuhan Keperawatan Post Partum. Yogyakarta:
Deepublish.
Wardhani, R. K., Dinastiti, Vi. B., & Fauziyah, N. (2021). Pendidikan Kesehatan untuk
Meningkatkan Asi Eksklusif. Journal of Community Engagement in Health, 4(1),
149–154. https://doi.org/Https://doi.org/10.30994/jceh.v4i1.129
World Health Organization. (2021). Joint statement by UNICEF Executive Director
Henrietta Fore and WHO Director-General Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus on
the occasion of World Breastfeeding Week. WHO
Yosefina Angelina Ghunu dan Betanuari Sabda Nirwana (2018). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan tenang Teknik Menyusui terhadap Keterampilan Menyusui pada Ibu
Nifas 3-7 Hari. Jurnal Kesehatan UNIK, Vol 9 No 1, Vol.3 (2), Hal 115-128, P-
ISSN: 2714-5409, E-ISSN: 2686-5300
Yuli Suryanti, Ajeng Galuh W, dan Pauline Kusmaryati (2022). Bimbingan Teknis
Menyusui Terhadap Pengetahuan, Keterampilan dan Efikasi Diri Ibu Menyusui.
Jurnal Keperawatan Silampari, Vol. 5 (2), Hal. 1021-1027, p-e-ISSN: 2581-1975
dan p-ISSN: 2597-7482.

Anda mungkin juga menyukai