Oleh :
A. Latar Belakang
Menyusui adalah suatu proses yang terjadi secara alami. Namun demikian menyusui
juga perlu dipelajari terutama oleh ibu yang baru pertama kali mempunyai anak karena
mereka belum mengetahui bagaimana cara memberikan ASI kepada bayinya dengan baik
dan benar. Mungkin bayinya menghisap dengan reflek namun tidak sampai ke daerah areola
mammae. Wanita sering diposisikan sebagai orang yang paling bertanggung jawab dan
disalahkan apabila tidak bisa menyusui bayinya dengan baik dan benar.
ASI merupakan makanan ideal untuk bayi karena memenuhi syarat gizi dan
kesehatan. ASI mengandungsemua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energy yang
diperlukan oleh bayi. Bahkan ASI yang diberikan sedini mungkin akan mengurangi
terjadinya gangguan pencernaan dan penyakit lain yang selanjutnya dapat menurunkan angka
kematian bayi. Keunggulan ASI yang bersih, selalu segar, warna, bau, rasa dan komposisi
yang yang tidak dapat ditiru oleh susu lain bukan hanya merupakan sumber zat gizi bagi bayi
tapi juga zat anti kuman yang kuat karena adanya system imologi. Studi badan kesehatan
dunia (WHO) di Negara-negara berkembang menunjukkan bahwa pada bayi yang diberi ASI
mendapat lebih dari dua kali perlindungan terhadap mortalitas disbanding bayi yang tidak
Organisasi wanita melaporkan bahwa ibu yang kurang memenuhi ASI atau menyusui
pada enam bulan pertama adalah ibu-ibu muda, mereka yang menjadi anggota program
penambahan makanan pada wanita-bayi dan anak, mereka yang berpendidikan Sekolah
dukungan petugas kesehatan, keadaan ibu (fisik dan psikologis), perubahan social budaya,
tata laksana di BPS, kesehatan bayi, pengetahuan ibu, lingkungan keluarga dan peraturan
pemasaran pengganti ASI. Factor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI adalah
paritas, dimana ibu-ibu yang pernah melahirkan dan memberikan ASI kepada bayinya akan
lebih memiliki pengalaman dalam hal pemberian ASI. Dari factor pengetahuan ibu, dimana
pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pengalaman dan pekerjaan.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menemukan informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
Baby Friendly Initiative merupakan sebuah program yang dibentuk oleh WHO dan
UNICEF untuk memastikan bahwa semua ibu mampu untuk membuat keputusan dalam hal
pemberian makanan (ASI) dan perawatan bayi mereka. Namun pada kenyataannya tidaklah
demikian, pada tahun 2000 pemberian ASI eksklusif selama 4-6 bulan di perkotaan antara 4-
Hasil study pendahuluan di BPS Ny.Rai didapati data dari 10 ibu menyusui 50% ibu
berpendidikan dasar, 30% berpendidikan menengah dan 20% yang berpendidikan tinggi.
Selanjutnya ditinjau dari paritas, primipara 60% (9 orang) dan multipara 40% (4 orang),
Berdasarkan uraian di atas bisa dilihat bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan ibu
menyusui (50% berpendidikan dasar) dan masih rendahnya tingkat pemberian ASI (30%)
sehingga perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan paritas
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : “apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan paritas ibu menyusui
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan paritas ibu menyusui dengan
2. Tujuan Khusus
pemberian asi.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi serta dapat
kuliah dan memperluas cara berpikir peneliti dalam mempelajari hubungan antara
tingkat pendidikan dan paritas ibu menyusui dengan keberhasilan pemberian asi.
pemberian asi.
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah dipelajari serta