TUGAS AKHIR
Oleh:
NIM. 205070209111046
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan generasi penerus bangsa pada masa yang akan datang,
dimana kualitas anak yang baik merupakan salah satu aspek yang penting untuk
menentukan kondisi sebuah masa dimasa depan. Kualtas anak salah satunya
ditentukkan pada usia balita karena pada periode ini akan terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan akan menjadi dasar pada periode berikutnya
Maka dari itu pada saat balita beurumur 6 bulan, selain ASI balita juga mulai
diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) agar kebutuhan balita dapat
terpenuhi dengan syarat harus sesuai frekuensi, porsi pemilihan bahan makanan dan
cara pemberian yang tepat waktu. Beberapa fakta menyatakan bahwa pendampingan
pemberian MP-ASI oleh orang tua menunjukkan variasi yang cukup besar dinegara
yang berpenghasilan tinggi tetapi masih sering kali menyimpang dari rekomendasi
WHO seperti waktu pemberian dan nilai gizi yang diberikan. Seperti salah satu survei
di Brazil menyatakan bahwa balita dengan usia 4 bulan sudah dikenalkan makanan
padat dan asupan dengan kekurangan Fe (Zat Besi) (Spyreli et al., 2021).
pada balita disebabkan oleh gizi kurang dan perilaku pemberian makanan pada balita
yang tidak sesuai dengan umurnya (Gulo & Nurmiyati, 2015). Pada tahun 2018
Afrika dan Asia menjadi wilayah dengan prevelensi tertinggi dengan balita
kekurangan gizi sebesar 62% sedangkan sebesar 47% mengalami obesitas (WHO,
2019). Sehinga dalam hal ini WHO dan UNICEF menyatakan bahwa kekurangan gizi
Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (6%) dan Singapura
Berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) dari hasil (Kemenkes RI, 2018)
prevelensi pada balita gizi kurang di indonesia sebesar 13,8% dan balita dengan gizi
buruk sebesar 3,9%. Di provinsi Jawa Timur sendiri, angka kejadian dengan kasus
gizi buruk mulai dari tahun 2013 (19,6%) sampai 2018 (17,68%) terus mengalami
penurunan sebesar 5.663 kasus, meskipun mengalami penurunan tetapi hasil tersebut
masih belum memenuhi target dari WHO. Sedangkan pada tahun 2020 di Jawa Timur
angka kejadian gizi kurang sebesar 9,8% dan gizi buruk sebesar 8,0% (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur., 2020). Permasalahan yang masih banyak dialamai
pendamping ASI yang baik bagi balita yang dapat memenuhi unsur gizi yang cukup.
dalam memberikan MP-ASI yang baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
pengendalian susu formula. Berdasarkan hal tersebut ibu merupakan salah satu faktor
balita, sehingga faktor tersebut antara lain pengetahuan, kesehatan dan pekerjaan ibu.
Namun, masih banyak ibu yang kurang memiliki pengetahuan tentang jenis, jumlah,
waktu dan cara pemberian MP-ASI yang tepat. Sebuah studi pendahuluan
mengatakan bahwa masih terdapat beberapa ibu yang menganggap bahwa memberi
makan bayi dengan nasi dan pisang tumbuk sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi dan budaya seperti pantangan makan ikan karena dapat menyebababkan
MP-ASI karena terdapat dugaan penyedap rasa dan pengawet makanan. Dalam
memberikan MP-ASI yang baik harus mencangkup makanan beragam antara lain
dilakukan secara bertahap mulai dari jumlah maupun betuk sesuai dengan
bervariasi mulai dari bentuk bubur cair ke kental, sari buah, buah segar, makanan
lumat, makanan lembek dan akhirnya ke padat (Mufida et al., 2015). Namun, dampak
negatif pemberian MP-ASI yang tidak optimal antara lain balita akan kehilangan
nutrisi, diare, obesitas, arterosklerosis dan alergi. Beberapa alasan yang dapat
menyebakan pemberian MP-ASI yang tidak optimal yaitu karena ibu bekerja dan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI yang tepat. Pendidikan kesehatan dapat
berupa penyuluhan pemberian MP-ASI dan variasi makanan yang baik dalam
ibu tentang tujuan, macam-macam makanan, kapan dan manfaat dalam memberikan
masih terdapat ibu dengan pengetahuan kurang baik yakni 26 responden dari 39
responden yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih terdapat ibu yang
masih minim pengetahuan mengenai pemberian MP-ASI yang baik. Hasil penelitia ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan (WHO, 2012) di negara china dengan
praktik pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan masih kurang. Karena pemahaman
ibu mengenai frekuesi, jenis makanan dan usia anak yang diberikan MP-ASI.
Maka dari itu berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Menu MP-
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “
Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Menu MP-ASI Terhadap
Mengetahui ada atau tidaknya Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Variasi
3. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang variasi menu MP-
1. Bagi Responden
Di harapkan memberi manfaat bagi ibu balita agar lebih mengerti variasi menu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi dalam keterkaitan antara pengetahuan ibu tentang variasi
menu MP-ASI dalam pemberian MP-ASI pada balita sehingga dapat digunakan sebagai
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukkan
dalam upaya peningkatan angka stunting atau gizi kurang di Wilayah Kerja Puskesmas
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
menjelaskan secara benar suatu objek yang kita ketahui dan dapat
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
Evaluasi ini dapat berkaitaan dengan kemapuan untuk melakukan
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan oleh sendiri atau norma
meliputi:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses atas sikap maupun tingah laku seseorang
informasi.
2. Informasi/Media massa
Informasi ialah suatu yang dapat kita ketahui dan dapat kita peroleh
dengan baik dari pendidikan forml maupun non formal yang dapat
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lainnya yang dapat membentuk
opini seseorang.
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Den gan demikian ,
orang tersebut akan bertambah pengetahuan meskipun tidak melakukan.
4. Lingkungan
terhadap individu yang ada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik antara individu dan direspon sebagai
pengetahuan.
5. Pengalaman
6. Usia
Usia akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
tua umur seseoran akan semakin bekembang pula daya tangkap dan pola
2.2 Menu
akan zat gizi. Kekurangan gizi pada salah satu makanan dengan pemberian menu
seimbang dapat dicukupi oleh makanan lain. Untuk pemberian menu seimbang
kecukupan gizi. Makanan yang baik tentunya makanan yang harus mempunyai
kandungan berbagai zat gizi yang sangat penting dan diperlukan didalam tubuh,
Menurut (Syafrizar & Welis, 2009) Dalam penyusun menu, perlu diperhatikan
Sedangkan dalam hal kuantitas menu harus sesuai dengan umur, jenis
syarat kesehatan.
makanan.
Dari penjelasan prinsip dan syarat menu di atas dapat disimpulkan bahwa
menu yang baik adalah menu dengan pola gizi yang seimbang, di mana cukup
mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan tubuh, menu penting tersebut harus
di sesuaikan dengan umur dan adanya perlu pergantian menu agar menu tidak
membosankan.
Variasi menu dalam MP-ASI sendiri menurut WHO pada umur 6 bulan sistem
sehingga bayi telah mampu mengolah, mencerna dan menyerap berbagai jenis
bahan makanan seperti protein, lemak dan karbohidrat. Berikan aneka ragam
dijangkau.
a. Bintang pertama : makanan hewani, seperti daging, ayam, hati dan telur.
Semua makanan tersebut mengandung zat besi tinggi. Selain itu ada ikan
dan susu (jika balita sudah tidak mendapatkan ASI). Kita dapat
tersebut.
b. Bintang kedua : kacang-kacangan seperti kacang polong, buncis dan biji-
c. Bintang ketiga : buah-buahan atau sayuran, terutama buah yang akan kaya
d. Bintang keempat : makanan pokok tidak hanya padi atau beras tapi juga
instan dan minuman yang mengandung teh dan kopi karena tidak cocok untuk
balita. Selain itu juga hindari minuman yang manis karena banyak
mengandung gula. Karena variasi rasa yang alami akan membuat balita tidak
tambahan yang diberikan pada bayi usia 6-24 bulan guna memenuhi kebtuhan
gizinya selain ASI. Pada masa itu produksi ASI sudah mulai menurun
bayi tidak mencukupi hanya dari ASI saja. Oleh karena itu diberikan tambahan
MP-ASI adalah makanan dan minuman yang diberikan pada anak usia
6-4 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Aktivitas bayi setelah 6 bulan
erlukan asupan gizi yang banyak. Aktivitas banyak bayi semakin banyak
2020).
gerakan mengunyah.
Pada usia 12 bulan sampai 24 bulan ASI hanya diberikan sepertiga dari
mulai dari satu sendok hingga tiga perempat mangkuk berukuran 250
1. Makanan Lumat
saring.
2. Makanan lunak
dan tampak berair, contohnya seperti bubur nasi, bubur ayam, nasi
3. Makanan padat
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair
pengetahuan. Jika kemampuan gizi ibu baik, maka diharapkan status gizi ibu
dengan makanan dan pemberian MP-ASI terlalu dini. Sehingga sulit menerima
informasi baru tentang gizi yang dibutuhkan pada balita (Artini, 2018).
bahwa bagaimanapun bekerja merupakan suatu hal yang sangat penting dan
ibu setiap harinya untuk menambah penghasilan dan pendapatan yang akan
Pekerjaan ibu bisa saja dilakukan dirumah, ditempat kerja baik yang dekat
Praktek pemberian makanan pada balita dari ibu yang bekerja dirumah
sama dengan ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja meninggalkan rumah 2
dalam waktu dini dibandingkan ibu yang bekerja tidak meninggalkan rumah.
2.4.3 Pendidikan
perawatan dan pemberian gizi yang baik pada balita dari pada orang tua
tambahan pada balita atau tidak. Petugas kesehatan sangat berperan dalam
memotivasi ibu untuk memberikan makanan pendamping ASI sesuai dengan
2. Informasi/media
massa Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian MP-
3. Sosial, Budaya dan ASI :
Ekonomi
1. Pengetahuan Ibu
4. Lingkungan
2. Pekerjaan Ibu
5. Pengalaman
3. Pendidikan
6. Usia
4. Keaktifan Petugas
Kesehatan
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak di teliti
3.2 Deskripsi Kerangka Konsep
Tingkat pengetahuan ibu tentang variasi makanan pada MP-ASI merupakan salah
satu yang dapat mempengaruhi indikator keberhasilan pemberian MP-ASI pada balita. Pada
penelitian ini akan membahas tingkat pengetahuan ibu mengenai variasi menu dalam
menggantikan ASI. Prinsip penyusunan menu juga harus diketahui ibu. Karena salah satu
prinsip penyusunan menu ialah merasa kenyang dan juga harus mencukupi gizi pada balita
tersebut. Pemberian MP-ASI harus bertahap, disesuai dengan sistem pencernaan pada balita.
Pemberian MP-ASI yang tidak tepat waktu sesuai dengan usianya dapat menyebabkan balita
kekurangan gizi ataupun dapat mengalami konstipasi. Ibu juga harus mengetahui variasi
menu apa saja yang dapat diberikan pada balita, hal ini agar balita dapat mendapatkan gizi
tingkat pengetahuan ibu tentang variasi menu terhadap keberhasilan pemberian makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Kota
Malang.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian
yang belum dibuktikan dalam data atau fakta (Nursalam, 2015). Dalam hal ini rumusan
masalahnya ialah :
H1 : Terdapat hubungan antara tingkat pengethuan ibu tentang variasi menu terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Artini, B. (2018). Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pemberian MPASI Dini. Jurnal
Ayu Galih Puspitasari. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi
Seimbang Anak Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun (Toddler) di Posyandu Desa
Beka, R., Mz, S., Simanjuntak, B. Y., & Suryani, D. (2018). PEMBERIAN MP-ASI DINI
nutritional status ( Height for Age index ) 4-7 month in Districts Ratu Samban Bengkulu
Budiman, & Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Dalam
Dian Indah. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahun Ibu dengan Pemberian MP-ASI pada
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.,. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2019.
Gulo, M. J., & Nurmiyati, T. (2015). Hubungan Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Bayi
Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang. Jurnal Bina Cendekia
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI,
53(9), 1689–1699.
Lestiarini, S., & Sulistyorini, Y. (2020). Perilaku Ibu pada Pemberian Makanan Pendamping
https://doi.org/10.20473/jpk.v8.i1.2020.1-11
RI.
Mufida, L., Widyaningsih, T. D., & Maligan, J. M. (2015). Prinsip Dasar Makanan
Pendamping Air Susu Ibu ( MP-ASI ) untuk Bayi 6 – 24 Bulan : Kajian Pustaka. Basic
Munjidah, A., & Rahayu, E. P. (2020). Perbedaan Pemberian MP-ASI Menu Tunggal dan 4
(Empat) Kwadran terhadap Status Pertumbuhan Anak. Jurnal Ners Dan Kebidanan
https://doi.org/10.26699/jnk.v7i1.art.p059-064
Nurmalasari, Y., Anggunan, A., & Febriany, T. W. (2020). Hubungan Hubungan Tingkat
Pendidikan Ibu Dan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-
59 Bulantingkat Pendidikan Ibu Dan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Stunting
Pada Anak Usia 6-59 Bulan Di Desa Mataram Ilir Kecamatan Seputih Sur. Jurnal
Pradanie, R., Rachmawati, P. D., & Cahyani, M. D. (2020). Factors associated with mothers’
Prof. Dr. Soekidjo Notoadmojo. (2017). Metode Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.
Prof. Dr. Soekidjo Notoadmojo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (ke 3). Rineka
Cipta.
Safitri, Y. (2017). Makanan Pendamping Asi. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 15(2), 87–93.
https://doi.org/10.24114/jkss.v15i2.8778
https://books.google.co.id/books?id=QPhFDwAAQBAJ&printsec=frontcov
%0Aer&hl=id#v=onepage&q&f=false
Spyreli, E., McKinley, M. C., & Dean, M. (2021). Parental considerations during
https://doi.org/10.1017/S1368980021001749
Sumiatun, Koesmadi, D. P., & Wijayanti, A. (2021). Peningkatan Gizi Seimbang Melalui
Syafrizar, & Welis, W. (2009). Gizi Olahraga. Ilmu Gizi:Teori & Aplikasi, 1–441.
http://www.who.int/nutrition/topics/WHA65.6_resolution_en.pdf?ua=1
Widodo R. (2009). Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat Pada Anak. penerbit buku
kedokteran EGC.
Widyawati, W., Febry, F., & Destriatania, S. (2016). Analysis Complementary Feeding and
Nutritional Status Among Children Aged 12-24 Months in Puskesmas Lesung Batu,
https://doi.org/10.26553/jikm.2016.7.2.139-149