PENDAHULUAN
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berupa makanan
padat atau cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan
pencernaan bayi. Pada usia 6-24 bulan ASI hanya menyediakan 1/2 kebutuhan
gizi bayi. Dan pada usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan
gizinya. Sehingga MP-ASI harus diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan
17% atau 98 juta anak di bawah lima tahun di negara berkembang mengalami
kurang gizi. Prevalensi tertinggi berada di wilayah Asia Selatan sebesar 30%,
diikuti Afrika Barat 21%, Osceania dan Afrika Timur 19%, Asia Tenggara dan
Afrika Tengah 16%, dan Afrika Selatan 12%. Status gizi kurang terus menjadi
permasalahan yang belum dapat diatasi dengan maksimal, prevalensi balita yang
mengalami gizi kurang karena berat badan anak tidak sesuai dengan tinggi
Jangka Menengah Daerah (RPJMN) dan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
1
2
untuk mendukung sasaran tersebut. Gerakan perbaikan gizi dengan fokus terhadap
kelompok 1000 hari pertama kehidupan pada tataran global disebut Scaling Up
Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan (Bappenas, 2022).
dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1% dan 6,4% tahun 2021 dan 2020.
(SDGs) sudah dicapai atau hampir dicapai, yaitu sasaran untuk mengakhiri
Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 prevalensi status gizi
balita stunted sebesar 27,7%, wasted sebesar 7,4% dan underweight sebesar
16,3%, sedangkan masalah gizi balita umur 0-23 bulan stunted sebesar 20,8%,
wasted sebesar 7,8% dan underweight sebesar 13,6% dan umur 0-59 bulan stunted
sebesar 24,4%, wasted sebesar 7,1% dan underweight sebesar 17,0% (SSGI,
2022).
Provinsi Aceh memiliki angka prevalensi keluarga gizi buruk dan kurang
pada tahun 2022 sebesar 22,4% yang terdiri dari 8,3% gizi buruk dan 14,1% gizi
kurang. Angka ini lebih tinggi 2,8% dengan angka prevalensi gizi berat dan
kurang secara nasional, yaitu 19,6%. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
sebesar 22,4% di Provinsi Aceh masih termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan
3
berdasarkan sasaran SDG’s 2022 prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita
sedangkan gemuk sebesar 2,9% (Dinkes Bireuen, 2022). Sedangkan paparan data
Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen tahun 2022 pada underweight sebesar
12,8%, stunting sebesar 11,2%, wasting sebesar 6,7%, sedangkan gemuk sebesar
Salah satu yang menjadi penyebab terjadinya kurang gizi pada balita
terutama pada anak usia 6-20 bulan adalah kurangnya pengetahuan tentang cara
pemeliharaan gizi dan mengatur makanan anak yang dalam hal ini terkait dengan
rendahnya mutu dan jumlah Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-
ASI merupakan makanan atau minuman yang diberikan kepada bayi dalam proses
transisi dari ASI menuju ke makanan semi padat. Pemberian MP-ASI yang cukup
dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak. Hal ini dikarenakan setelah bayi berusia 6 bulan,
ASI hanya mampu memenuhi dua pertiga kebutuhan bayi (60%). Selanjutnya
sepertiganya didapatkan dari makanan lain yang adekuat baik dari segi jumlah
Risiko pemberian MP-ASI sebelum usia enam bulan adalah kenaikan berat
badan yang terlalu cepat (risiko obesitas), alergi terhadap salah satu zat gizi yang
terdapat dalam makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan
nitrat yang dapat merugikan. Asupan makanan/minuman selain ASI kepada bayi
4
sebelum usia 6 bulan juga dapat mengakibatkan bayi sering sakit dan memicu
saat ini tidak bisa dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Video
visual secara bersama sehingga menghasilkan suatu tayangan yang dinamis dan
menarik. Media video memiliki fungsi sebagai media pembelajaran yaitu fungsi
atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi
yaitu media video dapat menarik perhatian dan mengarahkan konsentrasi audient
pada materi video. Media audio visual memiliki peningkatan yang signifikan
terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang pemberian MP-
ASI, media ini dapat dijadikan acuan sebagai bahan untuk melakukan pembuatan
membuahkan hasil yang lebih baik, karena semakin banyak alat indra yang
pendamping ASI harus tepat waktu, artinya semua bayi harus mulai menerima
makanan selain ASI sejak 6 bulan, nilai gizi makanan pendamping harus
memenuhi kebutuhan anak yang tumbuh cepat; dan sesuai, artinya makanan harus
beragam, dari tekstur yang sesuai dan diberikan dalam jumlah yang cukup
(Supariasa, 2020).
5
tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia 6-12 Bulan. Hasil
pengetahuan partisipan masuk dalam kategori baik (100%). Dilihat dari hasil post
melalui media audio visual yang pada awalnya tingkat pengetahuan partisipan
100% (5 partisipan).
pendidikan kesehatan dengan media video dan e-booklet tidak berbeda secara
pendidikan kesehatan dengan media video lebih efektif dibanding media e-booklet
dinilai dari mean rank selisih nilai pre dan post test 37,33 lebih tinggi dari 33,93.
Nutrisi dengan Audiovisual terhadap Perilaku Pemberian MP-ASI Oleh Ibu dan
Dari hasil survei awal yang telah peneliti lakukan di Gampong Geudong-
wawancara terhadap 11 ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan, didapatkan 7 ibu
didapatkan kurang paham tentang pola pemberian MP-ASI pada bayi, jenis MP-
ASI yang cocok bagi bayi dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
MP-ASI dan usia yang tepat dalam pemberian MP-ASI pada bayi, hal ini
dikarenakan minimnya informasi yang didapatkan oleh ibu baik secara visual
maupun non visual. Sedangkan 4 ibu mengatakan paham tentang pola pemberian
MP-ASI pada bayi 6-12 bulan, karena ibu mendapatkan edukasi tentang MP-ASI
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan
Kabupaten Bireuen.
7
a. Bagi Peneliti
memecahkan suatu masalah baik, bagi para peneliti maupun orang-orang atau
b. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan dapat menambah pengetahuan
Kabupaten Bireuen.
referensi bagi pembacanya dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan ilmu
Kabupaten Bireuen.
melakukan penelitian dengan topik yang beda mengenai hubungan media audio
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Media adalah manusia, benda, atau suatu kejadian yang dapat menciptakan
Media juga merupakan guru, buku, alat peraga, ataupun lingkungan yang terdapat
di sekitar kelas dan lain sebagainya. Istilah media secara khusus sering digunakan
untuk menyebutkan alat yang dapat dilihat dan yang dapat didengar, alat yang
dapat didengar (audio), alat yang dapat dilihat (visual) dan alat elektronik lainnya
(Yusfita, 2020).
melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat
pesan yang dapat disalurkan baik berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat
seperti media audio visual, juga pesan verbal dan non verbal yang seperti media
audio diatas.
Media audio visual yaitu media yang audible dan visible yang
audio dan media visual. Media audio visual adalah alat untuk berkomunikasi yang
dapat digunakan untuk mendengar dan melihat. Media ini menyajikan informasi
yang dapat didengar serta dilihat secara langsung oleh individu. Penggunaan
9
Media audio visual murni adalah media yang dilengkapi dengan alat yang
berisikan suara dan gambar dalam satu unit, seperti dibawah ini:
masyarakat diantaranya:
10
3) Dalam batasan tertentu media audio visual dapat berfungsi sebagai sumber
tempat.
a. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada saat persiapan yaitu, 1) membuat
b. Pelaksanaan/Penyajian
telah lengkap dan siap digunakan, 2) menjelaskan tujuan yang akan dicapai, 3)
konsentrasi masyarakat.
c. Tindak Lanjut
itu aktivitas ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah
diketahui dan diperoleh seseorang dari persentuhan panca indera terhadap objek
mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan
terjadi di alat untuk melakukan indera penginderaan jauh pada objek tertentu.
12
Semakin banyak aspek positif dari objek diketahui maka menimbulkan sikap
pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai dengan
terjadi di alat untuk melakukan indera penginderaan jauh pada objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek diketahui maka menimbulkan sikap
berikut:
a. Tahu (Know)
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “Tahu” ini
b. Memahami (Comprehension)
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
c. Aplikasi (Application)
di pelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi diartikan aplikasi atau
situasi yang lain. Misalnya dapat merumuskan statistik dalam perhitungan hasil
d. Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
e. Sintesis (Synthesis)
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
f. Evaluasi (Evaluation)
telah ada. Misalnya dapat dibandingkan antara anak-anak yang kurang gizi dan
sebagainya.
a. Pendidikan
upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan bahwa
b. Pekerjaan
c. Pengalaman
d. Usia
Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada aspek fisik
e. Minat
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
f. Paparan informasi
g. Media
Contoh media yang didesain secara khusus untuk mencapai masyarakat luas
baik, sudah matang dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan
dengan orang tersebut (face to face) tentang objek pengetahuan yang mau diukur,
a. Tinggi, bila responden dapat menjawab dengan benar (76-100%) dari seluruh
b. Sedang, bila responden dapat menjawab dengan benar (56-75%) dari seluruh
c. Rendah, bila responden dapat menjawab dengan benar (<56%) dari seluruh
diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
Jadi selain Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), ASI-pun harus tetap diberikan
kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya
untuk melengkapi ASI jadi dalam hal ini Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
berbeda dengan makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi
diberikan pada bayi setelah usia 6 bulan. Jika Makanan Pendamping ASI (MP-
konsumsi ASI dan bayi bisa mengalami gangguan pencernaan. Namun sebaliknya
mengakibatkan bayi kurang gizi, bila terjadi dalam waktu panjang (Hendra,
2020).
asupan susu menuju ke makanan semi padat. Hal ini dilakukan karena bayi
membutuhkan lebih banyak gizi. Bayi juga ingin berkembang dari refleks
17
menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk cairan semi padat dengan
Pendamping ASI (MP-ASI) akan memberikan manfaat yang baik untuk bayi,
berikut:
sehingga ibu tinggal menyajikan atau mengolah sedikit untuk diberikan kepada
bayi.
(MP-ASI) buatan rumah tangga atau hasil olahan posyandu, dibuat dari bahan-
Sering juga disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dapur ibu, karena
18
sendiri.
benar. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI kepada bayi
a. Diare
Sebelum usia 6 bulan, fungsi saluran pencernaan bayi belum siap atau mampu
akan mengalami gangguan yang ditandai dengan diare atau susah buang air
besar. Diare yang dialami oleh bayi dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi.
b. Obesitas
19
Ketika bayi lebih dini diperkenalkan dengan MP-ASI, maka selanjutnya bisa
jadi bayi memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan tubuhnya kebutuhan
energinya. Bayi akan terbiasa dengan makan banyak atau berlebihan. Inilah
c. Alergi
Pada saat bayi berusia di bawah 6 bulan, sel-sel di sekitar usus bayi belum siap
Sebaliknya, bayi yang diberikan MPASI setelah usia bayi 6 bulan risiko alergi
d. Kram Usus
Sebelum sistem pencernaan bayi matang dan optimal maka pada saat itu
saluran pencernaan bayi belum siap untuk mencerna makanan, namun dipaksa
untuk mengolah MP-ASI maka menyebabkan kram usus. Saat terjadi kram
usus atau biasa disebut kolik usus, bayi mungkin akan menangis lama, menjerit
mempunyai sifat fisik yang baik yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu,
dilihat dari segi kepraktisan, makanan bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan
memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi
20
seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral dan zat-zat tambahan lainnya
b. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral
yang cocok.
g. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang
sedikit kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu
pencernaan bayi.
21
Skema 2.1
Kerangka Teori
Modifikasi dari Darmayanti (2021) dan Mubarak (2019).
Keterangan:
: Yang diteliti
: Yang tidak diteliti
22
BAB III
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan.
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang hubungan
permasalahan yang ingin di capai dan dari kerangka konsep yang ada maka dapat
Pengetahuan Ibu
Media Audio Visual
Tentang MP-ASI
Skema 3.1.
Kerangka Konsep Penelitian
belum dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan pengujian
Ha : Ada hubungan media audio visual dengan pengetahuan ibu tentang MP-
Bireuen.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 6-12
3.5.2. Sampel
24
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan (Masturoh, 2018).
sampling yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di Gampong
2023.
a. Otonomi (autonomy)
terkait penelitian kepada responden, seperti tujuan penelitian, asal dan identitas
25
dalam penelitian ini tidak ada resiko apapun yang akan terjadi pada responden.
c. Keadilan (justice)
perlakuan yang sama tidak membedakan suku, kasta, miskin dan kaya, baik
d. Tidak merugikan
Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan secara langsung maupun
tidak langsung dari peneliti kepada calon responden yang akan diteliti.
26
e. Kejujuran (veracity)
responden bahwa peneliti ini dilakukan untuk menambah ilmu bagi peneliti dan
f. Kerahasiaan (confideanlity)
g. Akuntabilitas
Bireuen.
kuesioner tidak baku yang diadopsi oleh peneliti dari teori-teori berdasarkan
tinjauan pustaka. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagian A
27
Identitas responden adalah yang terdiri dari inisial responden, umur ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, umur bayi dan jenis kelamin bayi.
b. Bagian B
Kuesioner yang digunakan pada media audio visual dengan jumlah pernyataan
1) Pernah, bila ibu pernah menggunakan media audio visual tentang pemberian
MP-ASI.
2) Tidak Pernah, bila ibu tidak pernah menggunakan media audio visual
c. Bagian C
Untuk setiap pernyataan penulis membuat skor, jika menjawab “Benar” diberi
nilai 1 dan jika menjawab “Salah” diberi nilai 0. Kriteria penilaian pengetahuan
3) Rendah, bila responden dapat menjawab dengan benar (<56%) dari seluruh
a. Tahap Persiapan
Kabupaten Bireuen.
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang ingin dilakukan dan peneliti
responden.
kepada responden yang dibantu oleh dua orang enumerator yang telah
penting dalam penelitian. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar.
dari pertanyaan yang ada sehingga tidak ada kuesioner yang terbuang.
Kuesioner diurutkan sesuai dengan nomor responden yang ada didalam kertas
kuesioner. Proses ini untuk melihat apakah semua data sudah diisi sesuai
petunjuk serta tidak ada kesalahan dalam pengisian kuesioner saat penelitian
berlangsung.
b. Pengkodean (Coding)
Setelah semua data yang ada pada kuesioner lengkap, peneliti melakukan
memberikan kode jawaban secara angka atau kode sehingga lebih mudah dan
Dalam proses ini, peneliti memasukkan data kedalam master tabel. Semua data
dimasukkan secara cermat sampai nomor responden terakhir. Entri data ini
d. Tabulasi (Tabulating)
untuk variabel yang diukur dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Peneliti
f
P = x100%
N
Keterangan :
P : Presentase
Keterangan :
X2 : NilaiChi-Square
a. Jika hasil uji statistik p > 0,05, maka dapat disimpulkan hasil pengujian tidak
ada hubungan .
b. Jika hasil uji statistik p ≤ 0,05, maka dapat disimpulkan hasil pengujian ada
hubungan.
a. Bila pada tabel 2×2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji yang
b. Bila pada tabel 2×2, dan tidak dijumpai nilai E kurang dari 5, maka uji yang
c. Bila pada tabel lebih dari 2×2, misalnya 2×3, 3×3, dan lain-lain, maka uji yang
d. Bila pada tabel contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e)
contingency 2x2.