PENDAHULUAN
ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang
memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, produktif
serta memiliki kecerdasan yang tinggi. Peningkatan kualitas SDM ini sangat
terkait dengan peningkatan status gizi nasional, dimana rendahnya status gizi akan
pendidikan) termasuk salah satu upaya perbaikan maupun peningkatan status gizi
makanan yang ditunjukkan pada kondisi tubuh (Putri dan Mahmudiono, 2020).
Salah satu faktor yang memengaruhi tingkat kesehatan individu adalah status gizi
yang baik. Penilaian status gizi ini memiliki peran untuk mengetahui ada tidaknya
masalah pada status gizi seseorang, yang dilakukan melalui pengukuran dari
rujukan yang telah ditentukan (Ariani et al., 2021). Penilaian status gizi ini
Asupan gizi yang cukup sangat penting pada lima tahun pertama (usia
balita) untuk dapat memastikan pertumbuhan anak yang sehat, terbentuknya organ
tubuh dengan fungsi yang tepat, terciptanya sistem kekebalan tubuh yang kuat,
dan berkembangnya sistem neurologis dan kognitif kearah yang lebih baik (Putri
dan Mahmudiono, 2020). Gizi pada masa lima tahun pertama akan mempengaruhi
kembang sel-sel otak anak begitu pesat sehingga membutuhkan asupan nutrisi dan
kekurangan gizi rawan terjadi pada kelompok usia balita sehingga perhatian perlu
diberikan pada kelompok usia ini. Hal ini dikarenakan balita sangat peka terhadap
2020).
Dampak yang dapat timbul akibat kekurangan gizi pada lima tahun
sebagai dampak jangka pendek, sedangkan dampak jangka panjang yang dapat
timbul adalah risiko tinggi munculnya penyakit tidak menular pada usia dewasa
(Ekayanthi dan Suryani, 2019). Seseorang dengan tinggi badan, berat badan, dan
IMT di bawah rata-rata pada awal kehidupannya yang diikuti dengan peningkatan
mencapai 104 juta anak dan keadaan gizi kurang masih menjadi penyebab
sepertiga dari seluruh penyebab kematian anak di seluruh dunia (Yanti et al.,
2022). Asia Selatan merupakan daerah yang memiliki prevalensi gizi kurang
terbesar di dunia, yaitu sebesar 46 %, diikuti dengan daerah sub Sahara Afrika
Organization, 2016) sekitar 7,7% atau 52 juta anak di bawah 5 tahun secara
global mengalami kejadian gizi kurang, persentasi anak di bawah 5 tahun dengan
status gizi kurang tertinggi terdapat di Asia Selatan yakni sebesar 15,4%, di
osceania sebesar 9,4%, di Asia Tenggara sebesar 8,9%, di Afrika Barat sebesar
8,5% dan persentasi anak di bawah 5 tahun dengan status gizi kurang terendah
terdapat di Amerika Utara sebesar 0,5%. Keadaan gizi kurang pada anak balita
kurus dan sangat kurus pada balita sebesar 10,2%, prevalensi gizi kurang sebesar
13,8%, prevalensi balita dengan berat badan kurang dan sangat kurang adalah
sebesar 17,7%, serta prevalensi balita pendek dan sangat pendek sebesar 30,8%
(Monika et al., 2021). Menurut standar WHO, suatu wilayah bisa dikatakan
kategori baik apabila prevalensi balita pendek kurang dari 20% dan prevalensi
balita kurus kurang dari 5%. Sedangkan suatu wilayah dikatakan mengalami
masalah gizi akut jika prevalensi balita pendek kurang dari 20% dan prevalensi
balita kurus lebih dari sama dengan 5%. Sehingga apabila ditinjau dari data
tersebut membuktikan bahwa posisi status gizi balita di Indonesia masih termasuk
dalam masalah kesehatan masyarakat apabila dilihat dari ambang batas masalah
gizi nasional. Oleh karena itu, dibutuhkan program peningkatan kualitas gizi
balita agar dapat menurunkan jumlah balita gizi kurang, salah satunya melalui
program intervensi yang dilaksanakan oleh pemerintah pada kelompok usia balita
yang ditujukan sebagai tambahan asupan selain makanan pokok sehari-hari untuk
untuk membantu proses pemenuhan kecukupan gizi pada masa balita khususnya
balita kurus berupa biskuit MT balita yang termasuk dalam jenis PMT pabrikan.
160 kalori, 3,2-4,8 gram protein, dan 4-7,2 gram lemak setiap 40 gram biskuit.
pemberian makanan tambahan adalah balita usia 6-59 bulan, dikategorikan balita
dengan lama waktu pemberian adalah 90 hari makan sesuai aturan konsumsi.
yang efektif dalam upaya penanggulangan permasalan gizi kurang pada usia
balita. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rini et al (2017)
yang menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan pada perubahan status gizi
pemberian PMT Pemulihan, prevalensi balita yang sangat kurus menurun dari
100% mejadi 40,9%, sedangkan berdasarkan indeks BB/U dari 86.4% balita
dengan berat badan sangat kurang menurun menjadi 59,1%. Penelitian yang
dilakukan Fitriyanti dan Mulyanti (2012) juga menunjukkan hasil yang serupa
yaitu terdapat perbedaan status gizi balita sebelum dan sesudah pemberian
yang semula 100% setelah pemberian PMT menjadi balita normal sebesar 18,2%,
Kurang di Puskemas”.
1.2. Rumusan Masalah
biskuit di Puskesmas.
di Puskesmas.
1. Bagi Peneliti
dan
gambaran
kekurangan gizi.
2. Bagi Instansi atau Puskesmas
program PMT pada balita dan dapat menjadi bahan acuan perencanaan
pada balita
4. Bagi Pendidikan
gambaran
sangat pesat dan disertai dengan perubahan fisik dan fungsi tubuh sehingga
yang tinggi. Selain itu, balita termasuk kelompok individu yang rentan gizi
2013).
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu
tahun atau juga dapat disebut sebagai kelompok individu yang berusia di
adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra sekolah
(3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang kembali (irreversible), oleh karena itu sering disebut golden age
2022).
2.1.2. Karakteristik Balita
dapat dikatakan bahwa bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk ke
dalam golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang yang dikenal
dengan balita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang
yaitu:
makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih
besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan
2021).
usia 6-11 bulan dengan rata-rata berat badan 9,0 kg dan tinggi badan 72 cm;
anak usia 1-3 tahun dengan rata-rata berat badan 13,0 kg dan tinggi badan
92 cm dan anak usia 4-6 tahun dengan rata-rata berat badan 19,0 kg dan
tinggi badan 113 cm. Angka kecukupan energi untuk anak usia 1-3 tahun
adalah sebesar 1.350 kkal/orang/hari dan usia 4-6 tahun adalah sebesar 1400
RI, 2019; Aria, 2022). AKG anak dapat dilihat pada Tabel 2.1.
1. Energi
jumlah dan komposisi jaringan tubuh yang aktif secara metabolic serta
oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan zat sisa dari tubuh
2. Karbohidrat
Karbohidrat-zat tepung / pati-gula adalah makanan yang
Kecukupan Gizi (2019) sehari bagi anak usia 6-11 bulan sebesar
105gram, anak usia 1-3 tahun sebesar 215 gram, dan untuk usia anak
3. Protein
umur satu tahun menjadi 18-19% pada umur empat tahun, yang sama
Angka Kecukupan Gizi (2019), untuk anak usia 6-11 bulan sebesar 15
gram, anak usia 1-3 tahun sebesar 20 gram, dan anak usia 4-6 bulan
4. Lemak
mereka. Angka kecukupan lemak untuk anak usia 6-11 bulan sebesar
35 gram, usia 1-3 tahun sebesar 45 gram, dan anak usia 4-6 tahun
5. Serat
tidak dipecah dalam usus kecil dan penting untuk mencegah sembelit,
serta gangguan usus lainnya. Serat dapat membuat perut anak menjadi
anak usia 1-3 tahun adalah 19 gram/hari, sedangkan anak 4-6 tahun
anorganik
al.,2018).
status gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Beberapa faktor
gizi. Penyebab masalah gizi yang pokok di tempat paling sedikit dua
dapat menurunkan status gizi. Apabila status gizi tidak cukup maka
2. Infeksi
berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain
2012).
3. Pengetahuan Gizi
2012).
antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang
asupan zat gizi yang berbeda antara individu, hal ini tergantung pada usia
orang tersebut, jenis kelamin, aktifitas tubuh dalam sehari, berat badan dan
gizi, pada hakikatnya harus dimulai sedini mungkin pada usia anak
sekolah, karena pada usia ini anak berada pada masa awal belajar yang
dapat mempengaruhi proses belajar pada masa yang akan datang. Status
gizi anak sekolah perlu diperhatikan untuk menunjang kondisi fisik otak
Menurut Supariasa dan Bakri (2014), penilaian status gizi dapat dilakukan
2.2.2.1. Antropometri
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter yang diukur antara
lain Berat Badan, Tinggi Badan, LILA, Lingkar Kepala dan Lingkar
berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB).
untuk mengukur berat badan sesuai dengan usia anak. Penilaian BB/U
dipakai untuk mencari tahu kemungkinan seorang anak mengalami berat
berat badan sesuai dengan tinggi badan anak. Pengukuran ini yang
adalah umur, berat badan, dan tinggi badan (Supariasa dan Bakri, 2014).
2.2.2.2. Klinis
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel, seperti kulit, mata,
rambut dan mukosa oral pada organ-organ yang dekat dengan tubuh,
secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat
2.2.2.3. Biokimia
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan, antara lain darah,
urin, tinja dan beberapa jaringan tubuh yang lainnya, seperti hati dan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang
kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong
2.2.2.4. Biofisik
(Supariasa, 2012).
ekologi.
2.2.2.5. Survey Konsumsi Makanan
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
dinilai lebih tepat dan efisien dalam menentukan balita gizi kurang
(Supariasa, 2012).
2.3. Konsep Gizi Buruk
2.3.1. Definisi Gizi Kurang
kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses
tidak sesuai dengan usia yang disebabkan oleh karena konsumsi gizi
gizi baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Jenis penyakit
masalah gizi kurang berdasarkan jenis zat gizi apa yang kurang
1. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh cukup tidaknya
memilih menu makanan yang baik untuk keluarga. Untuk itu ibu
2. Perekonomian
makanan yang bergizi seperti tempe, tahu, dan telur sebagai pengganti
ikat dan daging. Karena kadar gizi didalamnya sama. Oleh karena itu,
tidak hanya makanan yang mahal yang memiliki gizi yang baik,
3. Jarak Kelahiran
terjadinya gizi kurang pada balita. Untuk tidak terjadinya balita gizi
dan kesakitan serta penyakit terutama pada kelompok usia rawan gizi
yaitu balita. Dampak lain akibat gizi kurang pada balita adalah penurunan
dan minuman, agar gizi yang baik dan seimbang untuk tubuh terpenuhi
dengan sempurna. Hal itu dimulai dengan anjuran memberikan asupan ASI
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
tahun adalah masa yang paling di butuhkan seorang anak dalam proses
pemenuhan nutrisi yang ada dalam ASI melalui kegiatan menyusui. Hal ini
selain menjadi kemaslahatan bagi anak juga memiliki keuntungan bagi ke dua
orangtua. Dalam ayat ini juga di tuliskan bahwa “seorang ayah berkewajiban
memberi makan dan pakaian pada ibu dengan cara ma'ruf, artinya seorang
ASI nya kepada anaknya dengan cara atau jalan yang di rasa baik. Dengan
jumlah yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Karena Jika terlalu
banyak maka di khawatirkan membebani sang ayah, dan jika terlalu sedikit
islam sejak dini. Karena dengan asupan ASI yang secara konsisten diberikan
oleh Ibunya kepada anaknya selama dua tahun. Maka seorang anak pun
ASI yang kaya akan lemak dan nutrisi bukan hanya membuat bayi lebih cepat
kenyang tetapi juga menjadi cerdas dan sehat. Selain itu, ASI yang halal dan
pendidikan yang baik, akhlak yang baik dan juga jasmani yang baik dan kuat
mengonsumsi makanan yang halal dan bergizi. Hal ini tercantum dalam ayat
diharuskan makan makanan yang halal. Makanan yang halal adalah yang
didapat dan diolah sesuai dengan syariat Islam serta bahan makanan itu
sendiri dari bahan-bahan yang halal dan toyyib (baik). Selain halal, makanan
yang
Bagi muslim, hukum memakan makanan halal merujuk pada Al-Qur'an surat
Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam Alquran surat Al-
Baqarah ayat 168 agar manusia tidak mengikuti langkah setan untuk
makanan yang halal dan lagi baik di bumi (Mardianto dan Lubis, 2022).
Artinya : "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik
mengkonsumsi makanan yang tidak halal. Salah satunya adalah doa yang tak
dikabulkan.
Artinya : Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
dirinya kusut
baik, maka gizi yang baik akan terpenuhi dan pendidikan yang baik juga akan
yang membutuhkan zat gizi. Konsumsi zat gizi yang berlebihan juga
2022)..
vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-
59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24 bulan,
makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan
anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak
4,8 gram protein, 4-7,2 gram lemak. Makanan Tambahan Balita diperkaya
dengan 10 macam vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B3, B6, B12, Asam Folat)
dan tujuh macam mineral yaitu, Besi, Iodium, Seng, Kalsium, Natrium,
bulan, karena pada usia ini otot dan syaraf di dalam mulut anak sudah
cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, menelan makanan
mulutnya dan suka terhadap rasa yang baru. Dan faktor – faktor yang
orang tua, sosial, ekonomi dan budaya keluarga (Munjidah dan Rahayu,
2020).
adalah untuk memenuhi kecukupan gizi agar mencapai berat badan sesuai
Sd.
seimbang.
baik.
8. Biskuit dapat langsung dikonsumsi atau terlebih dahulu ditambah air
menggunakan sendok.
2018).
Krisis Ekonomi,
Politik dan Sosial
Kurang Pendidikan,
pengetahuan, dan ketrampilan
Gizi Kurang
Sumber : UNICEF 1998 dalam Suhri 2014
DAFTAR PUSTAKA
Mardianto, M., & Lubis, F. M. (2022). Makanan dan Gizi Dalam Pendidikan
Islam.
Meikasari, L., & Mustikawati, N. (2021, December). Literature Review:
Gambaran Status Gizi Pada Anak Usia 0 Sampai 5 Tahun Di Masa Pandemi
Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional Kesehatan (Vol. 1, pp. 1660-
1668).
Melsi, R., Sudarman, S., & Syamsul, M. (2022). Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Status Gizi Kurang Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Panambungan Kota Makassar. Jurnal Promotif Preventif, 5(1),
23-31.
Monika, A., Simbolon, D., & Wahyu, T. (2021). Hubungan Cakupan Imunisasi
Dasar dan Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita di Indonesia (Analisis
data Riskesdas 2018). Journal of Nutrition College, 10(4), 335-342.
Munjidah, A., & Rahayu, E. P. (2020). Perbedaan Pemberian MP-ASI Menu
Tunggal dan 4 (Empat) Kwadran terhadap Status Pertumbuhan Anak.
Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 7(1), 059-064.
Nursyamsi, N., Nurlinda, A., & Ikhtiar, M. (2022). Karakteristik Balita Stunting
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pakkae Kabupaten Barru. Journal of
Muslim Community Health, 4(3), 165-175.
Podungge, Y., & Rasyid, P. S. (2018). Pengaruh Pemberian Bubur Labu Kuning
dan Daging Ayam Terhadap Peningkatan BB pada Bayi Gizi Kurang.
Gorontalo Journal of Public Health, 1(1), 046-052.
Popang, C. T. (2022). Analisis Kenaikan Berat Badan Balita Selama Pandemi
Covid-19 Di Puskesmas Sanoba Kabupaten Nabire Tahun 2022. Jurnal
Ilmiah Obsgin: Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan P-ISSN: 1979-
3340 e-ISSN: 2685-7987, 14(4), 124-131.
Purnamasari, D. U., Dardjito, E., & Kusnandar, K. (2016). Hubungan Jumlah
Anggota Keluarga, Pengetahuan Gizi Ibu Dan Tingkat Konsumsi Energi
Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar. Kesmas Indonesia, 8(2), 49-56.
Putri, A. S. R., & Mahmudiono, T. (2020). Efektivitas pemberian makanan
tambahan (PMT) Pemulihan pada status gizi balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Simomulyo, Surabaya. Amerta Nutrition, 4(1), 58-64.
Rahman N,, Hermiyanty, Lilis Fauziah. (2016). Faktor Risiko Kejadian Gizi
Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Taipa Kota Palu.
Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 6-6.
Rini, I., Pangestuti, D. R., & Rahfiludin, M. Z. (2017). Pengaruh pemberian
makanan tambahan pemulihan (PMT-P) terhadap perubahan status gizi
balita gizi buruk tahun 2017 (Studi di Rumah Gizi Kota Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(4), 698-705
S R Widya Areta Humaniora Justisia, 101411223005 (2016) Mutu Organoleptik,
Kadar Protein, Dan Nilai Ekonomi Nugget Substitusi Ikan Lele (Clarias
batrachus) Dan Kacang Merah (Vigna angularis) Sebagai Snack Batita.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Buku ajar dasar ilmu gizi kesehatan
masyarakat. Deepublish.
Simanungkalit, H. M., & Wilianti, G. (2021). Aromaterapi citronella oil terhadap
peningkatan nafsu makan pada balita usia 1-5 tahun di Posyandu Tulip
Kelurahan Pahandut Palangka Raya. Jurnal Skala Kesehatan, 12(1), 59-64.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Suantari, N., Marhaeni, G., & Lindayani, K. (2022). Hubungan Pemberian
Makanan Tambahan dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 6-12
Bulan. Jurnal Ilmiah Kebidanan (The Journal Of Midwifery), 10(2), 101-
108.
Suhri, Putri Amalia Alyani. "The Effect Of Supplement Feeding’s To Nutritional
Status Of Children 6–59 Months In Working Area Of Andoolo Utama
Public Health Centres Buke Subdistric South Of Konawe Regency
November–December 2014.
Supariasa, I D.N., Bachyar Bakri., & Ibnu F. (2014). Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wirjatmadi, B., & Andriani, M. (2012). Peranan gizi dalam siklus kehidupan.
Prenadamedia Group, Jakarta.
Yanti, E., Apriyeni, E., Rahayuningrum, D. C., & Ibrahim, I. (2022). Status Gizi
Bayi (6-12 bulan) Ditinjau Dari Berat Badan Lahir Di Posyandu Bougenvile
I Wilayah Kerja Puskesmas Andalas. Jurnal Kesehatan Medika Saintika,
13(1), 88-93.
Yeni Febrianti, P031713411040 (2020) Gambaran Status Ekonomi Keluarga
Terhadap Status Gizi Balita (BB/U) di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota
Pekanbaru. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Riau.