OLEH:
KELOMPOK III
WA MELI J1A118072
SULFIYANI J1A118187
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
WASTING (BB/TB)
Wasting disebut juga dengan kurus atau gizi kurang. Yaitu kondisi gizi
yang tidak sesuai dengan umur anak. Balita kurus (Wasting) Ditandai dengan
kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi badan anak (BB/TB). Panjang
badan digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan tinggi badan
digunakan untuk anak berumur 24 bulan ke atas. Balita kurus disebabkan karena
kekurangan makan atau terkena penyakit infeksi yang terjadi dalam waktu yang
singkat. Karakteristik masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita kurus adalah
masalah gizi akut.
1. PLANNING
Planning atau perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai
dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk mencapai
tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem
perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengkordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya
tujuan (Robbins dan Coulter, 2002).
Adapun perencanaan program perbaikan gizi berdasarkan prinsip
fungsi manajemen (POACE) untuk wasting yang terjadi pada Provinsi
Sulawesi Tenggara ialah sebagai berikut:
a. Identifikasi Masalah
Bila melihat data sekunder dari Dinas Kesehatan persentase
balita kurus (BB/TB) menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi
Tenggara pada tahun 2018 mencapai 5,34% hampir sama dengan
angka Riskesdas yaitu 5,37%. Hal ini sudah menunjukan gambaran
yang lebih baik terutama dalam pelacakan kasus sudah meningkat,
pencatatan dan pelaporan sudah terupdate. Jika dilihat dari tahun
2019 presentase balita kurus untuk Provinsi Sulawesi Tenggara
mencapai 4,83%, angka ini menurun di bandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar 5,34%, dimana Kabupaten Buton Selatan
dengan penemuan kasus tertinggi yaitu 30,57% dan kabupaten
Kolaka dengan penemuan kasus terendah yakni sebesar 0,90%. Jika
dilihat pada tahun 2018-2019 di Sulawesi Tenggara persentase
kejadian wasting mengalami perunanan dimana pada tahun 2018
kejadian wasting dengan angka 5,34% dan pada tahun 2019 kejadian
wasting menurun sebesar 4,83%.
a. Penentuan Sasaran
e. Pelaksanaan program
Actuating pada pelaksanan Program Makanan Tambahan (PMT)
untuk mengatasi gizi kurang yaitu :
1) pemberian makanan tambahan diberikan ditempat dilaksanakannya
posyandu. Pemberian makanan tambahan dilakukan oleh petugas
puskesmas dan kader, bersamaan dengan kegiatan posyandu yang
dilakukan setiap bulannya saat pengecekan, imunisasi, serta
penimbangan balita di posyandu.
2) Kemudian pada kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT) KLB
gizi buruk, kegiatan ini dilakukan dinas kesehatan, dan puskesmas,
serta kader ketika terjadi penemuan kasus.
3) Selain itu ada kegiatan pendampingan kasus gizi kurang.
Pendampingan kasus gizi kurang pada kegiatan ini yang lebih banyak
terlibat juga puskesmas dan kader, karena petugas puskesmas yang
akan selalu melakukan pemantauan secara langsung terhadap
terhadap gizi kurang mulai dari kasus ditemukan hingga
perkembangan ketika kasus ditangani
4) Kemudian untuk kegiatan berikutnya adanya pelatihan keluarga sadar
gizi, pelatihan ini dilakukan kepada kader-kader yang telah ditunjuk di
setiap wilayah yang ada , pada pelatihan itu selain tentang gizi kurang
(Wasting), juga sekaligus membahas tentang kelompok pendukung
ASI. Pelatihan biasanya dilakukan di Dinas Kesehatan. Kemudian
dibentuknya Kelompok Pendukung ASI, kelompok ini melalui kader
dilakukan pelatihan dan bimbingan, kemudian mereka melakukan
sharing di masyarakat tentang ASI, kelompok ini dibentuk agar
pemberian ASI lebih meningkat, karena apabila ASI terpenuhi maka
gizi pada anak akan tercukupi.
5) Ibu PKK atau kader posyandu dibawah bimbingan petugas kesehatan
dapat memberikan penyuluhan tentang gizi seimbang.
6) Kegiatan lain dilakukan yaitu melakukan konseling gizi. Konseling
adalah kegiatan penyuluhan yang diarahkan agar ibu balita pengasuh
sadar akan masalah gizi buruk anaknya serta membimbing dan
berpartisipasi dalam pelaksanaan PMT.. Kegiatan konseling dapat
dilakukan pada saat pemberian PMT atau pada kunjungan balita ke
puskesmas atau dengan mengunjungi rumah keluarga balita.
Konseling dilakukan setiap bulan yaitu pada saat selesai dilakukan
pengukuran berat badan.
Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan ini melibatkan Kepala
Puskesmas, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) puskesmas atau bidan di
desa kepada ibu Kader pelaksana PMT ,tokoh. masyarakat yang ada
seperti penggerak PKK dan kader kader kesehatan dengan pengawasan
tenaga kesehatan setempat (puskesmas).
f. Pendistribusian PMT
Pendistribusian paket makanan tambahan untuk balita gizi kurang di
wilayah kerja Puskesmas dilakukan oleh tenaga gizi puskesmas dan
bidan desa. Petugas kesehatan yang bertugas mengambil paket
makanan tambahan di Puskesmas kemuadian selanjutnya orang tua
balita penerima paket makanan tambahan (PMT) akan mengambil saat
kegiatan posyandu berlangsung. Lama waktu pemberian paket makanan
tambahan merupakan salah satu bagian dalam pendistribusian paket
makanan tambahan pemulihan. pemberian makanan tambahan dilakukan
selama tiga bulan atau 90 hari secara berturut-turut.
g. Pemantauan PMT
Kegiatan pemantauan merupakan proses untuk mengamati secara
terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman atau
rencana yang sudah disusun sebelumnya. Dengan dilakukan
pemantauan nantinya akan diketahui jika terjadi penyimpangan. Semua
kebijakan publik, baik itu peraturan, larangan, kebijakan retribusi atau
apapun kebijakannya pastilah mengandung unsur kontrol (pengawasan)
(Agustino, 2014:166).
Pemantauan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan pemberian
makanan tambahan (PMT). Pemantauan meliputi pengukuran berat
badan, panjang/tinggi badan dan memastikan bahwa paket makanan
benar-benar dikonsumsi oleh balita gizi kurang. kegiatan penimbangan
dan pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dilakukan setiap
pemberian paket makanan (PMT) atau pada saat posyandu, minimal
dalam satu bulan dilakukan pengukuran satu kali.
h. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dari bidan desa ke puskesmas dan
puskesmas ke dinas kesehatan dilakukan setiap satu bulan sekali.
Pencatatan dan pelaporan meliputi penggunaan dana, perkembangan
balita gizi kurang dan kendala dalam pelaksanaan program . Pencatatan
hanya dilakukan oleh bidan desa setiap bulan yaitu pencatatan
perkembangan balita. Selanjutnya, hasil akan dilaporakan ke puskesmas.
Tenaga gizi puskesmas melakukan pencatatan kembali dan melaporkan
hasilnya ke dinas kesehatan. Pencatatan dan pelaporan meliputi
penggunaan dana, perkembangan balita gizi kurang dan kendala yang
ada.
Pencatatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
bagaimana berjalannya program apakah dapat terlaksana dan dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pencatatan dapat
dilakukan siapa saja yang ikut terlibat dalam pelaksanaan program atau
petugas pelaksana program. Sedangkan pelaporan adalah pemberian
hasil pencatatan yang telah dilakukan oleh petugas kepada pihak yang
berada diatasnya. Fungsi dari pencatatan dan pelaporan adalah untuk
mengetahui keberhasilan program dan sebagai bahan evaluasi program.
Evaluasi program akan digunakan sebagai masukan untuk elaksanaan
program yang akan datang supaya nantinya program dapat berjalan lebih
baik dari sebelumnya.
4. CONTROLING
Pengawasan dilakukan satu kali sebulan secara berjenjang dari
propinsi ke kabupaten oleh bidang kesehatan masyarakat melalui seksi
gizi dan kesga berupa kegiatan monitoring dan evaluasi. Pengawasan
untuk intervensi gizi dilakukan berjenjang mulai dari pusat ke propinsi,
propinsi ke kabupaten, kabupaten ke puskesmas atau langsung dari
kabupaten ke nagari yang dilakukan secara rutin. Pengawasan dilakukan
satu kali sebulan oleh dinas kesehatan melalui bidang kesehatan
masyarakat melalui Seksi gizi dan Kesehatan keluarga (Kesga).
Pengawasan untuk kegiatan intervensi gizi spesifik melibatkan seluruh
pemegang program di puskesmas dan lintas sektoral dengan melakukan
monitoring per bulan sehingga kegiatan yang belum dilaksanakan atau
mengalami kendala dapat diketahui sejak awal dan segera dilakukan
upaya untuk mengatasinya.
Sumber Referensi
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi tenggara. 2021. Data Sekunder Bayi kurus
(BB/TB). Kendari.
Moehji, Sjahmen. 2007. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Penerbit Papas
Sinar Sinanti. Jakarta