Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium merupakan serangkaian tindakan dan prosedur

khusus melalui pengambilan sampel dari pasien dengan tujuan untuk untuk skrining

suatu penyakit, menegakkan diagnosis penyakit, pemberian pengobatan, evaluasi hasil

pengobatan dan pemantauan pengobatan pasien (Safitri et al., 2020). Hasil pemeriksaan

laboratorium dikeluarkan oleh bagian laboratorium harus melalui berbagai tindakan

atau penanganan untuk mencegah hasil tidak sesuai dengan keadaan pasien (Ayupia,

2020).

Pemeriksaan laboratorium terdiri dari serangkaian proses yang saling terkait dan

berperan penting dalam menentukan kualitas sampel dan hasil pemeriksaan. Proses

pemeriksaan di laboratorium tersebut dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu tahap pra analitik,

analitik dan pasca analitik (Putra et al., 2020). Tahap pra analitik merupakan seluruh

kegiatan yang dilakukan sebelum sampel dianalisis. Tahap pra analitik meliputi

permintaan pemeriksaan oleh klinisi, persiapan pasien, pengambilan spesimen dan

transportasi spesimen. Tahap pra analitik dilakukan untuk menilai kualitas sampel yang

akan diperiksa (Wahyu Wijayati & Ayuningtyas, 2021). Tahap analitik meliputi

persiapan reagen atau media, pipetasi reagen dan sampel, inkubasi, pemeriksaan serta

pembacaan hasil. Tahap pasca analitik meliputi pencatatan dan pelaporan hasil

(Rohmah, 2022). Ketiga proses pemeriksaan laboratorium tersebut harus diperhatikan

agar mendapat hasil pemeriksaan yang tepat akurat sesuai dengan kondisi pasien. Salah

satu tahapan dalam proses laboratorium yang harus diperhatikan adalah tahapan

praanalitik dalam pemilihan jenis sampel pemeriksaan, termasuk sampel dalam

pemeriksaan imunologi rapid anti HIV (Kurniawati & Ayuningtyas, 2018).


Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menyerang

sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (semua sel yang memiliki penenda CD 4+

dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T sel), dan menghancurkan atau

mengganggu fungsinya, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan sistem

kekebalan tubuh (Gunawan et al., 2016). Virus ini menyebabkan penyakit Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yaitu sebuah gejala penyakit yang disebabkan

menurunnya daya imunitas tubuh. Kondisi ini menyebabkan tubuh mudah terserang

penyakit dan berakhir pada AIDS. Infeksi HIV dapat ditularkan melalui 3 cara utama

yaitu hubungan seksual, paparan produk darah yang terinfeksi virus HIV dan penularan

selama masa perinatal termasuk pada saat menyusui. Jenis penularan mana yang mudah

terjadi pada suatu kelompok masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor sosial, kultural

dan lingkungan yang sangat berbeda antar beberapa negara (Ratih, 2018).

Prevalensi HIV/AIDS di seluruh dunia terus mengalami peningkatan. Menurut

data United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) tahun 2020 sekitar 1,5

juta orang baru terinfeksi penyakit HIV, 37,7 juta orang hidup dengan penyakit HIV

dan 680 ribu orang meninggal karena AIDS. Data lain yang ditunjukkan oleh UNICEF

2021 dalam Novita et al. (2022) menyebutkan bahwa sekitar 38,0 juta orang hidup

dengan HIV di seluruh dunia pada tahun 2020, sekitar 2,78 juta anak-anak berusia 0-19

tahun, serta tiap harinya sekitar 850 anak terinfeksi dan 330 anak meninggal karena

AIDS dari 680.000 orang yang meninggal 120.000 (18%). Sedangkan, kasus

HIV/AIDS yang ada di Indonesia memasuki kolom ke-3 di dunia dan menduduki

tingkat pertama di benua Asia Pasifik.

Data yang diperoleh dari Kemenkes RI tahun 2020 ditemukan jumlah HIV di

Indonesia sebanyak 32.293 orang dengan pengobatan ARV sebanyak 25.119 orang.

Dari data tersebut diperoleh jumlah HIV terbanyak berada di Jawa Timur dengan
jumlah HIV sebanyak 5.216 kasus. Jumlah kasus HIV komulatif yang dilaporkan

sampai bulan Desember 2020 yaitu sebanyak 409.857 orang sedangkan jumlah AIDS

dilaporkan sebanyak 127.873 orang (Novita et al., 2022). Berdasarkan laporan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021), persentase infeksi HIV tertinggi

dilaporkan pada

kelompok umur 25-49 tahun (69,6%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (15.6%), dan

kelompok umur ≥50 tahun (8,3%). Proporsi penderita HIV/AIDS menurut jenis

kelamin selama periode Oktober hingga Desember 2018 untuk rasio HIV positif antara

laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Persentase HIV menurut faktor resiko selama

periode Oktober hingga Desember 2018 sebesar 20% disebabkan oleh LSL (laki-laki

seks dengan laki-laki), heteroseksual sebanyak 19%, dan pengguna narkoba suntik

(penasun) sebanyak 1%.

Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia masih perlu diperhitungkan kembali,

karena masih banyak terdapat penolakan untuk melakukan pemeriksaan HIV. Dirumah

sakit pemeriksaan anti HIV biasanya dilakukan untuk tujuan diagnostik. Baku emas

dalam menegakkan diagnosis infeksi HIV adalah kombinasi Enzyme-linked

immunosorbent assay (ELISA) dan Westerndan Western Blot (WB). Kedua pemeriksaan

tersebut mempunyai sensitivitas dan spesifisitas tinggi, namun memerlukan waktu

hingga dua minggu untuk memperoleh hasil serta memerlukan tenaga dan alat

laboratorium khusus. Berdasarkan kenyataan tersebut, diperlukan pemeriksaan yang

dapat mendiagnosis infeksi HIV secara cepat, akurat, mudah, dan murah dengan

menggunakan rapid tes anti HIV (Mukoromah et al., 2007).

Metode pemeriksaan rapid, sudah banyak digunakan. Pemakaian metode

rapid ini hanya membutuhkan waktu yang relative singkat, yaitu 10-20 menit serta

sampel yang digunakan bisa menggunakan darah whole blood dan serum, sehingga
pemeriksaan ini sering dilakukan pada klinik Voluntary Counseling Test (VCT ) untuk

tujuan menegakkan diagnosis infeksi HIV. Ketepatan pemeriksaan anti HIV dengan

suatu metode ditentukan oleh karakteristik seperti sensitifitas, spesifitas dan nilai

prediksi. Dasar pemilihan reagen ini berdasarkan pada strategi pemeriksaan yang

bersifat serial dengan waktu pemeriksaan yang telah ditentukan sesuai prosedur

(Mukoromah et al., 2007).

Pemeriksaan harian anti HIV di laboratorium, terkadang menggunakan

pemeriksaan rapid anti HIV ini dengan sampel whole blood dan sampel serum. Whole

blood lebih mudah di dapatkan .definis whole blood atau darah lengkap adalah suatu

cairan yang terdapat dalam pembuluh darah yang berbentuk yang berwarna merah

terdiri dari dua bagian yaitu serum darah yang merupakan bagian yang cair, dan sel- sel

darah yang terdiri dari eritrosit, lekosit dan trombosit (Mukoromah et al., 2007). Serum

adalah cairan di atas bekuan darah yang tidak mengandung sel –sel darah dan tidak

mengandung unsur pembekuan darah. Serum mengandung zat penting dalam tubuh

seperti glukosa, lemak, elektrolit, enzim dan protein yang bertindak sebagai antibodi

terhadap adanya benda asing (Mukoromah et al., 2007).

Kedua jenis sampel tersebut memiliki perbedaan sensitifitas. Berdasarkan

Boadu et al (2016), sampel whole blood dari seseorang memiliki spesifisitas dan nilai

prediktif positif dan negatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel serum.

Namun penelitian mengenai perbandingan kedua jenis sampel tersebut pada

pemeriksaan anti HIV masih tergolong sedikit, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti

“Perbedaan Jenis Sampel Whole Blood dan Serum Terhadap Hasil Pemeriksaan Anti-

HIV di Puskesmas Babakan”.


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

apakah terdapat perbedaan hasil dengan menggunakan sampel darah whole blood dan

serum terhadap hasil pemeriksaan rapid tes anti HIV di Puskesmas Babakan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui perbedaan hasil uji dengan menggunakan sampel darah

whole blood dan serum terhadap hasil pemeriksaan rapid tes anti HIV di Puskesmas

Babakan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui hasil pemeriksaan anti HIV dengan metode Rapid tes menggunakan

sampel whole blood di Puskesmas Babakan.

2. Mengetahui hasil pemeriksaan anti HIV dengan metode rapid tes menggunakan

sampel serum di Puskesmas Babakan.

3. Menganalisis perbedaan hasil pemeriksaan rapid anti HIV dengan menggunakan

sampel whole blood dan serum pada rapid tes anti HIV di Puskesmas Babakan

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Instansi Kesehatan

Untuk memberikan informasi dan manfaat kepada instansi kesehatan agar

lebih meningkatkan penyuluhan, skrining, dan pengetahuan lebih pada usia remaja

maupun dewasa untuk menghindari factor pencetus HIV dan selalu melakukan

pemeriksaan di laboratorium.
1.4.2. Bagi Universitas

Untuk memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu Kesehatan masyarakat

dan diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya dalam pengerjaan tugas serta

untuk menambah pengetahuan tentang penggunaan jenis sampel pada pemeriksaan

rapid anti HIV.

1.4.3. Bagi Peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat pada saat perkuliahan serta

merupakan syarat tugas akhir mahasiswa untuk lulus.

1.4.4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada

masyarakat, khususnya kepada penderita HIV, mengenai perbedaan hasil

pemeriksaan dari sampel darah whole blood dan serum terhadap hasil pemeriksaan

rapid tes anti HIV di Puskesmas Babakan.


DAFTAR PUSTAKA

Ayupia, N. (2020). Hubungan Perilaku Konsumen Dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan Di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar Tahun 2020.
Universitas Hasanuddin.
Boadu, R., Darko, G., Nortey, P., Akweongo, P., & Sarfo, B. (2016). Assessing the
sensitivity and specificity of First Response HIV-1-2 test kit with whole blood and
serum samples: A cross-sectional study. AIDS Research and Therapy, 13(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12981-016-0092-0
Gunawan, Y. T., Prasetyowati, I., & Ririanty, M. (2016). Hubungan Karakteristik ODHA
Dengan Kejadian Loss To Follow Up Terapi ARV Di Kabupaten Jember. Jurnal
IKESMA, 12(1), 53–64. https://doi.org/10.15900/j.cnki.zylf1995.2018.02.001
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). PERKEMBANGAN HIV AIDS DAN
PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL (PIMS) TRIWULAN I TAHUN 2021.
Kurniawati, E. D., & Ayuningtyas, D. (2018). Kinerja Pemeriksaan Hiv Pada Layanan
Konseling Dan Tes Hiv Provinsi Dki Jakarta: Analisis Hasil Pemantapan Mutu
Eksternal Imunologi Tahun 2016. ETHOS (Jurnal Penelitian Dan Pengabdian), 6(2),
321–327. https://doi.org/10.29313/ethos.v6i2.3173
Mukoromah, Darmawati, S., & Santosa, B. (2007). Variasi Sampel Terhadap Hasil Tes Rapid
Anti HIV. Pengantar Kuliah Obstetri, 456.
Novita, D. I., Karo, M. B., Tambaip, T., & Ekawati, E. A. (2022). Prevalensi dan
Karakteristik Pasien Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency
Syndrome (HIV/AIDS) Di Kabupaten Merauke Periode Tahun 1992-2021. 165–172.
Putra, I. G. P. A. F. S., Prihatiningsih, D., & Subhaktiyasa, P. G. (2020). Analisis
Pemantapan Mutu Internal Pemeriksaan Trombosit Di Laboratorium Klinik Uptd.
Puskesmas Abiansemal I. Jurnal Analis Laboratorium Medik, 5(2), 28–34. http://e-
journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/2152
Ratih, W. U. (2018). Strategi Pemeriksaan Laboratorium Antihiv. Jurnal Farmasi Sains Dan
Komunitas, 9(2), 98–103. https://docplayer.info/31289597-Strategi-pemeriksaan-
laboratorium-antihiv-woro-umi-ratih-balai-laboratorium-kesehatan-yogyakarta.html
Rohmah, H. N. F. (2022). Pemeriksaan Penunjang Pada Ibu Bersalin. In Oktavianis & R. M.
Sahara (Eds.), Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir (pp. 14–19). PT
Global Eksekutif Teknologi. https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=oJOhEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA11&dq=Tahap+analitik+meliputi+p
ersiapan+reagen+atau+media,+pipetasi+reagen+&ots=Xje99Ic7-
C&sig=6XHa7NaDaN4eiz7LdYhvvSMN61c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
Safitri, Y., Suryanto, A. A., Muqtadir, A., Amaluddin, F., Nurlifa, A., Arifia, A., & Basuki,
D. K. (2020). Sistem Pakar Penentuan Pemeriksaan Laboratorium Metode Case Base
Reasoning. Saintekbu:Jurnal Sains Dan Teknologi, 12(1), 18–30.
https://doi.org/10.32764/saintekbu.v12i1.809
Wahyu Wijayati, R. P., & Ayuningtyas, D. (2021). Identifikasi Waste Tahap Pra Analitik
dengan Pendekatan Lean Hospital di Laboratorium Patologi Klinik RS XYZ Depok
Jawa Barat Tahun 2021. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 9(2), 101–112.
https://doi.org/10.14710/jmki.9.2.2021.101-112

Anda mungkin juga menyukai