Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

AIDS didefinisikan sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit dengan

karateristik difensiasi kekebalan tubuh yang berat dan merupakan manifestasi stadium

akhir dari infeksi virus HIV. Definisi AIDS adalah sebagai berikut : suatu penyakit yang

menunjukan adanya difisiensi imun seluler, misalnya sarkoma kaposi atau, satu atau

lebih infeksi oportunistik yang didignostik dengan cara yang dapat dipercaya atau tidak

adanya sebab-sebab lain imuno defisiensi seluler yang diketahui berikan dengan

penyakit tersebut. (Notoatmodjo, 2014)

Di lihat dari masalah dan penyebaran penderita penyakit HIV/AIDS berdasarkan gender,

laki-laki 57,71% dan pada perempuan 42,29%. Sedangkan penyebaran berdasarkan

umur, HIV/AIDS terbanyak mengenai pada kelompok umur produktif 15-60 tahun

dengan jumlah terbesar pada kelompok umur 29-29 tahun, HIV 55,09% dan AIDS

24,58%. Ada tiga Cara penularan virus HIV atau AIDS yaitu : hubungan seksual,

kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik, dan secara vertikal dari

ibu hamil dengan pengidap HIV kepada bayinya. (Notoatmodjo, 2014)

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) hingga November 2011

Terdapat 34 juta orang dengan HIV/AIDS di Seluruh dunia dan menurut data World

Health Organization (WHO) terbaru sampai tahun 2016 sebanyak 36,6 juta orang

1
dengan HIV/AIDS secara global. (World Health Organization, 2016). HIV/AIDS adalah

masalah dunia, Asia Pasifik merupakan wilayah dengan jumlah tertinggi kedua orang

yang hidup dengan HIV/AIDS. Di dunia diperkirakan sebanyak 5,1 juta orang. Tiga

negara China, India, Indonesia mencapai sekitar tiga perempat dari jumlah orang yang

hidup dengan HIV/AIDS. (UNAIDS, 2016).

Di Indonesia, jumlah penderita dengan HIV/AIDS menurut data Ditjen Pengendalian

Lingkungan Departemen Kesehatan jumlah HIV/AIDS yang dilaporkan 1 Oktober s.d

31 Desember 2016 yaitu HIV sebanyak 41,250 orang dan AIDS sebanyak 7,491 orang.

Secara kumulatif kasus HIV/AIDS data dari 1 april 1987 s.d 31 Desember 2016 yaitu

HIV Sebanyak 232,323 orang, AIDS Sebanyak 86,725 orang dengan angka kematian

sebanyak 14,604 orang. Tiga Provinsi dengan angka penderita HIV tertinggi Di

indonesia yaitu DKI Jakarta menempati posisi pertama dengan julah kumulatif kasus

HIV 45,355 orang, Jawa Timur sebanyak 31,429 orang dan Papua sebanyak 24,725 dan

Tiga Provinsi di Indonesia dengan penderita AIDS terbanyak yaitu Jawa Timur

sebanyak 16,911 orang, DKI Jakarta sebanyak 8,648 orang dan Bali sebanyak 6,803

orang, sedangkan provinsi Sulawesi Barat menempati posisi terakhir dengan penderita

HIV sebanyak 96 orang dan AIDS sebanyak 19 orang (Kemkes, 2016)

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan bahan

Adiktif lainnya (NAPZA) yang di lakukan tidak untuk maksud untuk pengobatan tetapi

karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebihan yang secara kurang

2
teratur dan berlanggsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,

mental dan kehidupan sosisal. (Harlian & Joewana, 2009).

Angka prevelensi pernah dan setahun pakai penyalahgunaan narkoba menurut provinsi

tahun 2016 ada tiga provinsi dengan jumlah pengguna narkoba yaitu D.I Yogyakarta

6,6 %, DKI Jakarta 5,3 % dan Sumatra Barat 4 %. Meningkatnya populasi penyalah

guna narkotika membuat pemerintah perlu mengambil langkah yang tepat untuk

menurunkan jumlah penyalah guna dan menyelamatkan penyalahguna narkotika. Upaya

tersebut di tindaklanjuti dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika yang mengamanat kan pencegahan, perlindungan, dan

penyelamatan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika serta menjamin

pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu

narkotika, pada Pasal 54 disebutkan bahwa “korban penyalah guna dan pecandu

narkotika wajib direhabilitasi”.

Hasil survei yang dilakukan oleh BNN (Badan Narkotika Nasional) dan Puslitkes

(Pusat Penelitian Kesehatan) UI tahun 2008 diperoleh angka prevalensi mencapai 1,9%

dan pada tahun 2011 meningkat hingga 2,2% atau lebih kurang 4 juta penduduk

Indonesia usia 10 sampai dengan 60 tahun sebagai penyalah guna narkotika. Pada

tahun 2011 data dari UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime) di

perkirakan bahwa antara 167 juta sampai 315 juta atau 3,6% sampai dengan 6,9%

penduduk dunia usia 15-64 tahun menggunakan narkotika minimal sekali dalam

setahun.

3
Berbagai istilah terminologi sering digunakan dalam pembahasan gangguan berkaitan

dengan penggunaan NAPZA. Kementrian Kesehatan dan Kementrian Sosial

menggunakan istilah NAPZA sebagai istilah penganti drugs atau subtances. Prosedur

dan Penatalaksanaan narkoba memiliki program khusus bagi penderita narkotika, zat

adiktif dan psikotropika. Tidak semua gangguan penggunaan NAPZA terkait dengan

masalah ketergantungan atau adiksi. Banyak masalah gangguan penguna NAPZA

berkaitan dengan pola penggunaan yang tidak berada dalam taraf ketergantungan tetapi

mempunyai resiko untuk menjadi ketergantungan intervensi yang diberikan harus sesuai

dengan masalah, pengalaman dan faktor resiko yang ada pada seseorang.

Berdasarkan data dari bulan Januari sampai agustus 2017 di Lembaga Permasyarakatan

Cipinang Narkotika Jakarta dalam kurun waktu terakhir terdapat 3.417 orang penguna

narkoba sudah perna melakukan tes HIV dan 2 % dari jumlah dari yang sudah

melakukan test HIV dan 54 orang dinyatakan positif HIV. Angka prevelensi narkoba

suntik adalah 1,4 % atau dari 100 orang hanya ada 1 orang yang menggunakan narkoba

suntik. Tahun 2017 presentase infeksi HIV yang di laporkan menurut faktor resiko

sebanyak 2% atau sebanyak 200 orang terinfeksi HIV akibat penggunaan narkoba suntik

(Penasut). (Poliklink Lapas Cipinang)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Pengguna Narkoba Suntik Dengan Kejadian HIV/AIDS

Di Lembaga Permasyarakatan Cipinang Jakarta Tahun 2017”

4
1.2. MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diketahui bahwa warna

binaan cipinang belum banyak mengetahui bahwa pengunaan jarum suntik dapat

menyebabkan HIV/AIDS.

1.3. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan peneliti adalah

apakah ada “Hubungan Pengguna Narkoba Suntik Dengan Kejadian HIV/AIDS Di

Lembaga Permasyarakatan Cipinang Jakarta Tahun 2017”

1.4. TUJUAN PENELITIAN

1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Pengguna Narkoba Suntik Dengan Kejadian HIV/AIDS

Di Lembaga Permasyarakatan Cipinang Jakarta Tahun 2017.

1.4.2. Tujuan Khusus

1.4.1.2. Mengidentifikasi Pasien Pengguna Narkoba Suntik Di Lembaga

Permasyarakatan Cipinang Jakarta Tahun 2017.

1.4.1.3. Mengidentifikasi penderita HIV/AIDS Di Lembaga Permasyarakatan

Cipinang Jakarta Tahun 2017

1.4.1.3. Mengidentifikasi hubungan pengguna Pengguna Narkoba Suntik

Dengan Kejadian HIV/AIDS Di Lembaga Permasyarakatan Cipinang

Jakarta Tahun 2017.

5
1.5. MANFAAT PENELITIAN

1.5.1. Teoritis

1.4.1.1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam penelitian dan

sebagai sarana meningkatkan daya berfikir dan implementasi teori

dalam bentuk nyata.

1.4.1.2. Bagi Peneliti Lain

Dapat digunakan sebagai referensi dan bahan perbandingan bagi peneliti

selanjutnya.

1.5.2. Praktis

1.4.2.1. Bagi Petugas Kesehatan

Penelitian ini dapat menggambarkan keberhasilan petugas kesehatan

dalam meminimalisir pasien yang terkena penyakit HIV akibat

pengguna narkoba suntik.

1.5.2.2. Bagi Akademik

Penelitian ini di jadikan bahan referensi untuk pengembang lembaga

secara keilmuan (Akademis) dimana hasil penelitian ini bisa di jadikan

bahan penelitian lebih lanjut.

1.5.2.3. Bagi Profesi/Pelayanan Kesehatan

Agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat lebih mengembangkan

kemampuan yang dimilikinya, dalam penatalaksanaan tindakan untuk

meminimalisir penyakit HIV akibat penggunaan narkoba suntik.

Anda mungkin juga menyukai