Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memelihara kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting

untuk dijaga, diperhatikan dan dilakukan dalam membangun unsur manusia agar

memiliki kualitas hidup yang baik seperti yang diharapkan dan dapat memberikan

pengaruh ke berbagai aspek kehidupan masyarakat (UNICEF, 2018). Salah satu

kebiasaan masyarakat yang kurang dalam menjaga kesehatan adalah kebiasaan

merokok yang sering dianggap tidak masalah padahal dapat menimbulkan banyak

kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian.

Kebiasaan merokok merugikan kesehatan karena dapat mengakibatkan banyak

penyakit, diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

respirasi, kanker dan masalah kesehatan yang lainnya seperti impotensi,

kehamilan premature, bayi baru lahir rendah (Kemenkes, 2016).

Merokok adalah satu tindakan yang merusak kesehatan pelakunya juga

orang-orang disekitarnya (aktif maupun pasif). Berdasarkan data dari hasil laporan

WHO (2018) dengan statistik jumlah perokok lebih dari 1,35 miliar orang. Daftar

5 negara perokok terbesar di dunia China sebanyak 395 juta perokok atau 32% per

penduduk, India sebanyak 154 juta perokok atau 12,5% per penduduk, Indonesia

sebanyak 65 juta perokok atau 28% per penduduk (225 miliar batang per tahun),

Rusia sebanyak 61 juta perokok atau 43% per penduduk, Amerika Serikat

sebanyak 58 juta perokok atau 19% per penduduk.

1
2

Indonesia merupakan Negara ketiga dengan konsumsi rokok terbesar di

dunia setelah China dan India. Konsumsi tembakau di Indonesia terus meningkat

walaupun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, karena faktor - faktor

meningkatnya pendapatan rumah tanga, pertumbuhan penduduk, rendahnya harga

rokok dan mekanisasi industri kretek (TCSC, 2018). Provinsi Jawa Barat adalah

salah satu provinsi dengan provinsi perokok terbanyak di Indonesia yang

mengalami peningkatan dari tahun ketahun. proporsi perokok di Jawa Barat

adalah 62,9 laki-laki dan 4,8 perempuan 4,8% menggunakan tembakau

(Riskesdas, 2018).

Kebiasaan merokok memiliki dampak negatif bagi kesehatan, lebih dari 90%

menyebabkan kanker paru pada pria. Selain itu 70% menyebabkan kanker paru

pada wanita. Lebih lanjut 60%-80% menyebabkan penyakit pernafasan kronis.

dan 53,5% menyebabkan bronchopneumonia pada balita serta 47% dan 30%

menyebabkan penyakit kardiovaskuler, sedangkan sebanyak 43 juta anak

merupakan perokok pasif (Kemenkes, 2019)

Merokok adalah suatu kebiasaan yang sering kita lihat di dalam kehidupan

sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik, dan tanpa kita sadari sebagai

suatu masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai suatu faktor resiko dari

berbagai macam penyakit termasuk infeksi saluran pernafasan. Tidak jarang

kebiasaan merokok sering dilakukan oleh orang tua dan anak di rumah, padahal

terkang ruangan rumah sempit dan ventilasi kurang baik. Asap rokok dengan

segala yang dikandungnya akan merusak epitel saluran nafas, menyebabkan

hiperplasi metaplasi dan displasi epitel hingga merusak silia menyebabkan


3

hipersekresi dengan sekret terkumpul pada lumen saluran nafas. Perokok pasif

mempunyai resiko tinggi terhadap kanker paru, jantung dan pernafasan. Bagi anak

dibawah umur terdapat resiko kematian mendadak akibat terpapar asap rokok

(Kusuma, 2015).

Rokok juga sebagai salah satu penyebab timbulnya Bronchopneumonia

merupakan masalah yang sangat sulit untuk diminimalisir (Kusuma, Sri, &

Sukini, 2015). Sementara itu berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik

Indoensia, jumlah perokok dalam suatu keluarga cukup tinggi, dan orang yang

berada di sekitar seorang perokok atau perokok pasif justru mempunyai resiko

kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan perokok aktif. Pusat Komunikasi Publik

Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, memberitakan sebanyak 62 juta

perempuan dan 30 juta laki-laki Indonesia menjadi perokok pasif dan yang paling

menyedihkan adalah anak-anak usia 0-4 tahun yang terpapar asap rokok

berjumlah 11,4 juta anak.

Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2018, jumlah penderita

Bronchopneumonia di Indonesia ada sebanyak 480.033 meninggal, Sedangkan di

Jawa Barat prevalensi Bronchopneumonia adalah 1,4 dengan cakupan penemuan

Bronchopneumonia sebesar 46,25% dimana pada tahun 2018 tercatat lebih dari

1,75 juta kasus broncho pneumonia (Dinkes Jabar, 2018). Data di Kabupaten

Garut tahun 2021 penderita Bronchopneumonia yang ditangani sebanyak 12.257

kasus dari jumlah yang diperkirakan sebanyak lebih dari 27.200 kasus (Dinkes

Jabar, 2018).
4

Penelitian yang telah dilakukan mengenai kejadian Bronchoepneumonia

seperti dilakukan oleh Budihardjo (2020), faktor intrinsik resiko kejadian

pneumonia seperti antara lain jenis lantai, lingkungan rumah, kondisi lantai,

ventilasi rumah dan asap dapur. Berdasarkan penelitian Sarmia dan Suhartatik

(2014), menyimpulkan bahwa faktor dominan penyebab pneumonia berasal dari

faktor intrinsik seperti status gizi, imunisasi lengkap dan riwayat BBLR dengan

kejadian pneumonia pada balita.

Rokok tidak hanya berdampak buruk pada perokok akif, ternyata perokok

pasif juga merasakan dampak asap pembakaran tembakau ini, bahkan dampak

lebih buruk daripada perokok aktif. Menurut WHO (2016) satu jam sehari

disebuah ruangan dengan perokok adalah hampir seratus kali lebih mungkin untuk

menyebabkan kanker paru-paru pada perokok aktif (Kemenkes, 2018). Menurut

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, riset kesehatan dasar (2018)

angka kejadian perokok memiliki angka kejadian penyakit saluran napas lebih

tinggi darpada orang tua yang tidak merokok. Penyakit saluran napas tersering

adalah Bronchoepneumonia, brochitis dan asma (Kemenkes, 2018).

Peneliti melakukan pengamatan dan pendataan awal di Dinas Kesehatan

Kabupaten Garut (2022), diperoleh data kasus Bronchoepneumonia di setiap

Puskesmas Kabupaten Garut dan ditemukan Puskesmas dengan angka tertinggi

Bronchopneumia berada di Puskesmas Sindangratu, data kejadian tahun 2021

sebanyak 264 orang, naik dibandingkan dengan tahun 2020 yaitu sebanyak 253

orang, sehingga peneliti mengambil tempat penelitian disini .


5

Bronchoepenumonia berada pada peringkat 1 dan setiap tahun angka kejadian

cenderung terus mengalami kenaikan, sehingga peneliti memilih untuk melakukan

penelitian mengenai Bronchoepenumonia. Kemudian peneliti melakukan studi

pendahuluan dengan mewawancarai kepada 12 orang ibu diperoleh informasi

bahwa 7 orang mengatakan keluarga di rumah banyak yang merokok, pintu

rumah sering di tutup, sehingga sirkulasi udara kurang baik. Sedangkan 5 orang

lainnya mengatakan di rumah tidak ada yang merokok, ventilasi udara cukup baik.

Dari 12 orang yang diwawancarai 7 orang mengatakan mengalami

bronchopneumonia.Usia responden antara 25-60 tahun, laki-laki 7 orang dan

perempuan 5 orang.

Melihat fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Hubungan Kejadian Bronchopnemonia dengan Kebiasaan Merokok

Orang Tua di Wilayah Kerja Puskesmas Sindangratu Garut.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, peneliti

merumuskan masalah yaitu : “Adakah hubungan kejadian Bronchopnemonia

dengan Kebiasaan Merokok Orang Tua di Wilayah Kerja Puskesmas Sindangratu

Garut”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


6

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian

Bronchopnemonia Dengan Kebiasaan Merokok Orang Tua di Wilayah Kerja

Puskesmas Sindangratu Garut.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran Kejadian Bronchopnemonia di Wilayah

Kerja Puskesmas Sindangratu Garut.

2. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok orang tua di Wilayah

Kerja Puskesmas Sindangratu Garut.

3. Untuk mengidentifikasi hubungan kejadian Bronchopnemonia dengan

Kebiasaan Merokok Orang Tua di Wilayah Kerja Puskesmas

Sindangratu Garut.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah di

bidang keperawatan dalam pengembangan ilmu penyakit

khususnya dalam mencegah penyakit Bronchopneumonia.

2. Bagi Peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu dan teori-teori yang diperoleh selama

di bangku perkuliahan dan lebih memahami hubungan kebiasaan

merokok pada keluarga dengan kejadian Bronhoepneumonia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


7

Penelitian ini dapat dipakai sebagai data awal untuk penelitian

selanjutnya mengenai pengetahuan dan sikap penderita

Bronchopneumonia dalam penanganan ataun perawatan dan

pecegahan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang

kebiasaan orang tua atau keluarga merokok dengan kejadian

Bronhoepneumonia, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan kesehatan selanjutnya terutama dalam program

edukasi penanggulangan dan pengendalian Bronchopneumonia.

2. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi

untuk meningkatkan asuhan keperawatan khususnya pada penderita

Bronchopneumonia, sehingga penyakit ini dapat ditangani dan dicegah

dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai