Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulisan pada bab pembahasan ini akan membahas tentang asuhan keperawatan

mulai dari pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, dan evaluasi dengan

maksud untuk memuat keseluruhan hasil yang telah dilaksanakan dan selanjutnya

dibuat pembahasan sesuai dengan kaidah pembahasan.

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Gatoel

Mojokerto di Ruang Jasmin Silver., peneliti mengambil data studi

kasus pada satu partisipan yaitu Ny. N Terdapat 20 kamar dengan 8

kelas 1, 6 kelas 2 dan 6 kelas 3, tampak bersih.

4.1.2 Pengkajian

1) Identitas klien

Tabel 4. 1 Data pengkajian identitas


Keterangan Pasien 1

Nama Pasien Ny. N

Usia 33 tahun

Jenis kelamin Perempuan

Suku/Bangsa Jawa /Indonesia

Pendidikan Sarjana 1

Status Menikah

Alamat Kanigoro RT.002/RW.008 Pungging

43
Agama Islam

Pekerjaan Guru

DX Medis Typoid

No. Rm 242653

Tanggal pengkajian 21 juni 2021

2) Riwayat Kesehatan

Tabel 4. 2 Data Pengkajian Riwayat Penyakit Pada Pasien

Riwayat penyakit Pasien 1

Keluhan utama Pasien mengeluh badanya panas, disentai nyeri perut


dan mual muntah

Riwayat penyakit sekarang Ny. N mengeluh badannya panas pada malam hari
namun pagi hari panasnya menurun disentai nyeri perut
dan mual muntah setiap makan, demam dirasakan sejak
± 4 hari yang lalu, pasien terlihat menggigil. Kemudian
keluarga klien membawa klien ke Rs Gatoel Mojokerto
pada tanggal 17 juni 2021 karena suhu tubuhnya tidak
kunjung turun.

Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit


kronik maupun menular, klien juga tidak memeiliki
riwayat operasi maupun alergi

Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak


memiliki riwayat penyakit DM maupun HT

3) Pola fungsi kesehatan

Tabel 4. 3 pola fungsi kesehatan

Keterangan Pasien 1
1. Pola Manajemen kesehatan Pasien mengatakan mengetahui apa itu pola
hidup sehat namun tidak menerapkannya dengan
baik.
1. Pola Nutrisi Metabolik Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang
semenjak sakit. Saat MRS pasien hanya makan 4
sendok dan sering dimuntahkan dan hanya
minum 4 gelas sehari
2. Pola Eliminasi Pasien mengatakan BAK saat MRS sekitar 5x
sehari berwarna kuning kecoklatan, bau khas,
dan BAB 1x sehari
44
3. Pola Aktivitas Pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas
namun terbatas karena masih lemah
4. Pola Istirahat Tidur Pasien mengeluh tidak bisa tidur dengan nyaman
dan sering terbangun karena badannya menggigil
dan terasa sakit di bagian abdomen, pasien
hanya tidur 5 jam saat malam dan 2 jam saat
siang
5. Pola Kognitif pasien tidak memiliki gang guan pada indera dan
perserpsinya
6. Pola Persepsi diri dan Konsep Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya
Diri saat ini karena baru pertama kali masuk rumah
sakit
7. Pola Peran Hubungan Hubungan pasien dengan teman dan masyarakat
sekitar rumah terganggu. Pasien semenjak sakit
tidak keluar rumah lagi. Pasien sebagai istri dan
ibu dari 1 anak perempuan
8. Pola Reproduksi dan Seksualitas Pasien dalam masa produktif dan masih mampu
berhubungan suami istri.
9. Pola Koping dan Toleransi Klien tidak mau dengan suasana yang ramai
karena membutuhkan istirahat penuh
10. Pola Nilai dan Kepercayaan Pasien sering beribadah.

4) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4. 4 Pemeriksaan Fisik (head to toe)

No. Pemeriksaan Pasien 1


1. Keadaan Umum Lemah
2. Kesadaran Composmentis
3. GCS E : 4, V: 5, M: 6
Tanda-Tanda Vital (TTV):
TD
Nadi 110/70 mmHg
4.
Suhu 103 x/mnt
RR 38,8˚C
20 x/mnt
Kepala - Inspeksi : Bentuk kepala normal, rambut
berwarna hitam, Tidak ada ketombe, tidak ada
lesi, tidak ada bekas operasi
- Palpasi : Tidak ada benjolan
Mata - Inspeksi : mata simetris,pupil isokor, sclera
normal, konjugtiva anemis, pergerakan bola
mata normal,
- Palpasi : Tidak oedem
Hidung - Inspeksi : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada
sputum, terdapat bulu halus, nafas spontan.
Telinga - Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat
serumen
Mulut & Gigi - Inspeksi : Gigi berwarna putih, tidak terdapat
caries, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir
kering
45
Leher - Inspeksi : Tidak ada benjolan, lesi.
- Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
Thorax & Jantung - Inspeksi : Bentuk dada simetris, Tidak ada
bekas luka operasi, ictus cordis tidak terlihat,
tidak terdapat pembesaran dada kanan dan kiri
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah
dada.
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Tidak ada
suara tambahan, suara jantung S1S2 bunyi
tunggal
Abdomen - Inspeksi : Bentuk datar, umbilicus tidak
keluar, Tidak ada bekas luka operasi, tidak
ada pembesaran pada abdomen
- Aukultasi : bising usus 15x/mnt
- Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian
epigastrium
- Perkusi : timpani
Extremitas
Akral teraba panas, CRT : < 2 detik
Integument - Inspeksi : tidak terdapat bintik-bintik
kemerahan pada punggung dan ekstremitas
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Genetalia Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit
atau masalah pada daerah genetalia

5) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4. 5 Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien

Pemeriksaan Hasil Normal


Hematologi
Darah lengkap
Leukosit 16,2 g/dL 3,7-10,1 g/dL
Neutrofil H 85,2 % 39,3-73,7 %
Limfosit L 5,3 % 18,0-48,3 %
Monosit 6,5 % 4,40-12,7 %
Eosinofil L 0,3 % 0,600-7,30 %
Gula Darah Acak
Glukosa Acak 97mg/dL 70-125mg/dL
Imunoserologi
Widal
O 1/320
H 1/320 NEGATIF
PA Negatif
PB 1/80

46
6) Terapi

Tabel 4. 6 Terapi pada pasien Tifoid

Terapi Pasien 1
Infus RL 20 tetes/ menit
Injeksi antrain 2 x 1 amp/iv
Injeksi ranitidin 2 x 1 amp
Injeksi ondancentron 2 x 1 amp
Injeksi ceftriaxone 2 x 1 gr
Injeksi OMZ 1 x 40 gr
p.o paracetamol 500 mg

4.1.2 Analisa Data

Tabel 4. 7 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. Data Subyektif : Infeksi salmonella typhi Hipertermia
Pasien mengatakan badannya
panas
Masuk ke RES hati dan
Data Obyektif limpa
- Keadaan umum : lemah
- GCS : 456
- TD : 110/70 mmHg
Masuk peredaran darah
- Nadi : 103 x/mnt
- Suhu : 38,8˚C
- RR : 20 x/mnt
- Akral teraba panas Mengeluarkan endotoksin
- Px tampak Menggigil
- Imunoserologi widal
1) O : 1/320
2) H : 1/320 Terjadinya kerusakan sel
3) PB :1/80
- Leukosit : 16,2 g/dL
Pelepasan zat pirogen
oleh leukosit

Mempengaruhi pusat
termogulasi di
hipotalamus

Hipertermia

47
4.1.3 Diagnosa

Tabel 4. 8 Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan TTD


Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi (Salmonella Thypi) dengan
ditandai dengan Pasien mengatakan badannya panas disentail dengan
1. keadaan umum lemah, S : 38,8°C, Akral teraba panas, pasien tampak
menggigil dan hasil laboratorium Tes Widal O : 1/320, H : 1/320,PB : 1/80,
Leukosit : 16,2 g/dL

4.1.4 Intervensi

Tabel 4. 9 Daftar intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan dan


No. Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Hipertermia Tujuan jangka Observasi
1. berhubungan pendek : a) Identifikasi penyebab hipertermia a) Untuk mengetahui status
dengan Setelah dilakukan (mis. Dehidrasi, terpapar hipertermia
proses tindakan kepera lingkungan panas, penggunaan b) Agar tidak terjadi dehidrasi
penyakit watan selama 4x1 incubator) c) Untuk mengetahui adakah
(infeksi) jam diharapkan b) Monitor suhu tubuh komplikasi dari demam yang
(Tim Pokja pasien c) Monitor komplikasi akibat timbul
SDKI DPP menunjukkan suhu hipertermia
PPNI, 2016) tubuh dalam batas Terapeutik
normal dengan a) Kompres pasien pada lipat paha a) Untuk membantu menurunkan
kriteria hasil : dan aksila suhu tubuh melalui proses
1. Menggigil b) Berikan anti piretik evaporasi
menurun b) Untuk mengatai penyebab
2. Takipnea terjadinya demam akibat bakteri
menurun Edukasi
3. Takikardi a) Anjurkan tirah baring a) Untuk mencegah komplikasi
menurun perforasi usus atau perdarahan
4. suhu tubuh usus. (Rahmasari et al., no date)
dalam rentang Kolaborasi
normal a) Kolaborasi pemberian cairan dan a) Untuk mencegah terjadinya
elektrolit intravena, jika perlu dehidrasi dan syok
(Tim Pokja SLKI (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
DPP PPNI, 2019)

48
4.1.5 Implementasi

Tabel 4. 10 Implementasi Keperawatan Penderita Thypoid Fever

Diagnose
22 juni 2021 23 juni 2021 24 juni 2021 25 juni 2021
keperawatan

Pasien 1

Hipermia b.d Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
proses
penyakit 15.10 Membina hubungan 15.1 Memonitor suhu 15.25 Memonitor 14.30 Memonitor suhu
(salmonella saling percaya tubuh suhu tubuh tubuh
tiphy) dengan pasien Hasil : Hasil : Hasil :
Hasil : 38,2˚C 37,5˚C 37,1˚C
Pasien bersedia
bekerja sama 15.15 Memberikan 15.30 Memberikan 14.45 Memberikan
dengan peneliti kompres hangat kompres hangat kompres hangat
pada lipatan pada lipatan pada lipatan tubuh
15.15 Memonitor suhu tubuh (aksila) tubuh (aksila) (aksila)
tubuh Hasil : Hasil : Hasil :
Hasil : Setelah Setelah Setelah dilakukan
38,8˚C dilakukan dilakukan pemberian kompres
pemberian pemberian hangat selama 30
15.25 Memberikan kompres hangat kompres hangat menit pasien
kompres hangat selama 30 menit selama 30 mengatakan
pada lipatan tubuh pasien pasien badanya tidak panas
(aksila) mengatakan mengatakan dan tidak menggigil
Hasil : badannya masih badanya masih
Setelah dilakukan panas tetapi sedikit panas Menganjurkan
pemberian kompres sudah tidak dan tidak pasien tirah baring
hangat selama 30 menggigil mengigil 14.50 Hasil :

49
menit pasien Pasien bersedia
mengatakan 15.45 Menganjurkan 16.00 Menganjurkan melakukan tirah
badanya masih pasien tirah banyak minum baring
panas, menggigi. baring air
Hasil : Hasil : Berkolaborasi
15. 45 Menganjurkan Pasien bersedia Pasien minum 2 pemberian obat
pasien tirah baring melakukan tirah gelas antipiretik
Hasil : baring 16.00 Hasil :
Pasien bersedia 16.05 Berkolaborasi - Infus RL 20 tpm
melakukan tirah 15.55 Menganjurkan pemberian obat - Inj antrain 2x1
baring banyak minum antipiretik amp/iv
air Hasil : - Inj ranitidine 2x1
15.50 Menganjrkan pasien Hasil : - Infus RL 20 amp
memakai pakaian Pasien minum 2 tpm - Inj ondancentron
longgar gelas - Inj antrain 2x1 amp
Hasil : 2x1 amp/iv - Inj ceftriaxone
Pasien sudah 16.00 Berkolaborasi - Inj ranitidine 2x1 gr
memakai pakaian pemberian obat 2x1 amp - Inj OMZ 1x40 gr
longgar antipiretik - Inj - P.O paracetamol
Hasil : ondancentron 500 gr
15.55 Menganjurkan - Infus RL 20 2x1 amp
banyak minum air tpm - Inj
Hasil : - Inj antrain ceftriaxone
Pasien minum 2 2x1 amp/iv 2x1 gr
gelas - Inj ranitidine - Inj OMZ
2x1 amp 1x40 gr
- Inj - P.O
16.00 Berkolaborasi ondancentron paracetamol
pemberian obat 2x1 amp 500 gr
antipiretik - Inj
Hasil : ceftriaxone
- Infus RL 20 tpm 2x1 gr
- Inj antrain 2x1 - Inj OMZ
amp/iv 1x40 gr
50
- Inj ranitidine 2x1 - P.O
amp paracetamol
- Inj ondancentron 500 gr
2x1 amp
- Inj ceftriaxone
2x1 gr
- Inj OMZ 1x40 gr
- P.O paracetamol
500 gr

4.1.6 Evaluasi

Tabel 4. 11 Evaluasi pasien

Diagnose Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4


keperawatan 22 juni 2021 23 juni 2021 24 juni 2021 25 juni 2021
Pasien 1 S: S: S: S:
Dx 1 Pasien mengatakan Pasien mengatakan Pasien mengatakan demam Pasien mengatakan
demam masih tinggi demam belum menurun sedikit menurun demam menurun

O: O: O: O:
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik :
- Akral teraba panas - Akral teraba panas - Akral teraba hangat - Akral teraba dingin
- S : 38,8˚C - S : 38,2˚C - S : 37,5˚C - S : 37,1˚C
- TD : 110/70 mmHg - TD : 110/90 mmHg - TD : 120/60 mmHg - TD : 125/90 mmHg
- N : 103 x/mnt - N : 98 x/mnt - N : 99 x/mnt - N : 88 x/mnt
- RR : 21x/mnt - RR : 20x/mnt - RR : 20x/mnt - RR : 18x/mnt

51
- Pasien terlihat - Pasien terlihat - Pasien tidak terlihat - Pasien tidak terlihat
menggigil menggigil menggigil menggigil

A: A: A: A:
Masalah hipertermi Masalah hipertermi Masalah hipertermi teratasi Masalah hipertermi
belum teratasi teratasi sebagian sebagian teratasi

P: P: P: P:
Lanjutkan intervensi : - Lanjutkan intervensi : - Lanjutkan intervensi : Intervensi dihentikan
- Monitor suhu tubuh - Monitor suhu tubuh - Monitor suhu tubuh
- Memberikan kompres - Memberikan kompres - Memberikan kompres
hangat jika demam hangat jika demam pada hangat jika demam pada
pada lipatan lipatan lipatan tubuh(aksila,lipatan
tubuh(aksila,lipatan tubuh(aksila,lipatan paha,leher)
paha,leher) paha,leher) - Berkolaborasi pemberian
- Menganjurkan tirah - Menganjurkan tirah obat antipiretik
baring baring
- Menganjurkan - Menganjurkan
memperbanyak minum memperbanyak minum
air air
- Berkolaborasi - Berkolaborasi
pemberian obat pemberian obat
antipiretik antipiretik

52
4.2 Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang pembahasan asuhan keperawatan melalui

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi dengan maksut

memperjelas karena tidak semua yang ada pada teori dapat diterapkan dengan

mudah pada kasus nyata.

4.2.1 Pengkajian

Hasil pengkajian dari study kasus ini dilakukan dengan cara

pengambilan pada 1 partisipan yaitu Ny. N adalah , berusia 33 tahun,

pendidikan terakhir Sarjana1, beralamat di Kanigoro 002/008

pungging. Ny. N mengeluh badannya panas pada malam hari namun

pagi hari panasnya menurun disentai nyeri perut dan mual muntah

setiap makan, demam dirasakan sejak ± 4 hari yang lalu, pasien terlihat

menggigil.

Menurut teori Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang

disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica khususnya

turunannya, Salmonella typhi . Demam tifoid merupakan penyakit

menular yang mempengaruhi tubuh manusia secara umum yang

disebabkan oleh agen biologi. Penyebab tersering penyakit ini adalah

bakteri Salmonella typhi yang masuk melalui pencernaan makanan

atau air yang terkontaminasi. Setelah masuk ke sistem pencernaan

bakteri ini akan menginvasi kemudian berkembang di dalam darah dan

53
menimbulkan gejala-gejala seperti demam, sakit kepala, lemas, nyeri

perut dan gejala sakit perut lainnya. (Rahmasari et al., no date).

Hasil pengkajian studi kasus menunjukkan pasien memiliki

keluhan demam pada sore dan malam hari, nyeri pada bagian abdomen

mual muntah dan pasien terlihat menggigil. Keluhan – keluhan

tersebut sesuai dengan teori menurut (Nurarif and Kusuma 2015) yang

menjelaskan bahwa keluhan penderita Thypoid Fever akan mengalami

peningkatan suhu tubuh dari batas normal dan mual muntah. Menurut

peneliti pengkajian studi kasus tersebut menunjukkan adanya keluhan

utama yang sesuai teori yaitu mengalami peningkatan suhu tubuh dari

batas normal dan mual muntah sesuai dengan fakta yang ada.

4.2.2 Diagnosa

Berdasarkan analisa data yang didapatkan, penulis dapat

mengangkat diagnosa keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan

proses infeksi salmonella typhi di tandai dengan suhu tubuh diatas

normal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan

tersebut berdasarkan hasil pengkajian dari data subjek dan data objek

yang digunakan untuk menentukan diagnosa.

Menurut teori, Menurut SDKI (2016) penyebab hipertermia yaitu

dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit

(mis.infeksi,kanker), ketidaksesuaian pakaian dengan lingkungan,

54
peningkatan laju metabolisme, respon trauma, aktivitas berlebihan, dan

penggunaan incubator. Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu

lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi

dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Selain itu juga dapat

disebabkan oleh gangguan otak atau akibat bahan toksik yang dapat

mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan

efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga

menyebabkan demam. (Pratamawati, 2019).

Menurut peneliti, pasien dapat ditegakkan diagnosa keperawatan

tersebut karena hasil pengkajian dari data subjektif dan obyektif yang

digunakan untuk menentukan diagnosa, pasien mengalami hipertermia

berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi, hal ini sudah

sesuai dengan teori. Dan dari hasil uji laboratorium menunjukkan

bahwa pasien mengalami penyakit Thypoid Fever adalah dengan

pemeriksaan widal pasien dengan hasil pemeriksaan widal Salmonella

H Positif 1/320, Salmonella O : 1/320, Salmonella PB :1/80, dan Leukosit :

16,2 g/dL menunjukkan adanya infeksi.

4.2.3 Intervensi

Pada pasien Ny. N, setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 4x1 jam diharapkan masalah hipertermia dapat berkurang.

Sehingga didapatkan hasil suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik,

55
takikardi menurun, menggigil menurun, (Tim Pokja SLKI DPP PPNI

2018).

Didalam memberikan intervensi keperawatan harus sesuai

dengan diagnosa yang muncul baik actual maupun resiko. Untuk

intervensi yang diberikan pada pasien dengan diagnosa hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit, intervensi tersebut sesuai teori.

Diantaranya kreteria hasil partisipan menggigil menurun, suhu tubuh

membaik, suhu kulit membaik, takikardi menurun.(Tim Pokja SLKI

DPP PPNI, 2019).

Perencaan keperawatan pada pasien dilakukan selama 4x

kunjungan dalam waktu 1 jam dengan tujuan masalah hipertemi dapat

teratasi, adapun intervensi yang dilakukan yaitu monitor suhu tubuh

pasien, Berikan kompres hangat jika demam pada lipatan tubuh (aksila,

lipatan paha, leher), Anjurkan tirah baring, Anjurkan penggunaan

pakaian yang dapat menyerap keringat, Anjurkan memperbanyak

minum, dan Kolaborasi pemberian obat antipiretik. Menurut peneliti

pasien dapat diberikan intervansi tersebut karena kriteria hasil

partisipan dengan kriteria hasil dalam SLKI sama dengan yang dialami

oleh partisipan.

56
4.2.4 Implementasi

Setelah membuat perencanaan. Peneliti melakukan suatu

tindakan yang di lakukan selama 4 hari dengan melakukan

memberikan kompres hangat pada lipatan tubuh pasien(aksila lipatan

paha, leher), menganjurkan tirah baring, menganjurkan penggunaan

pakaian yang dapat menyerap keringat, menganjurkan memperbanyak

minum, dan berkolaborasi pemberian obat antipiretik sesuai dengan

kebutuhan pasien.

Menurut teori, implementasi adalah tindakan yang sudah

direncanakan dalam rencana keperawatan. Implementasi digunakan

untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan

melalui rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi

(Tarwoto&Wartonah, 2011).

Tahapan lanjutan setelah tahap perencanaan atau intervensi dari

masalah keperawatan yang muncul pada pasien adalah

implementasi/tindakan keperawatan yang bertujuan agar masalah

keperawatan yang dialami pasien dapat menurun atau teratasi dari

jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya yaitu selama 4x

kunjungan diharapkan suhu tubuh dalam batas normal. Pada kasus

yang dialami pasien Ny. N semua tindakan telah dilakukan. Tindakan

keperawatan yang telah dilakukan yaitu monitor suhu tubuh pasien,

Berikan kompres hangat jika demam pada lipatan tubuh (aksila, lipatan

57
paha, leher), Anjurkan tirah baring, Anjurkan penggunaan pakaian

yang dapat menyerap keringat, Anjurkan memperbanyak minum, dan

Kolaborasi pemberian obat antipiretik. Respon pasien sama pada saat

diberikan tindakan keperawatan yaitu pasien tampak koopertaif,

menerima dengan baik semua intervensi yang diberikan. Menurut

peneliti Hal ini menunjukkan bahwa implementasi keperawatan pada

pasien tidak ada kesenjangan antara teori dengan fakta.

4.2.5 Evaluasi

Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan selama 4 kali

pertemuan. Pada pasien 1 di hari perawatan ke satu dan dua evaluasi

masih belum memenuhi standar, Pasien mengatakan demam masih

tinggi dan terlihat menggigil. Dihari ke tiga Pasien mengatakan

demam sedikit menurun, dan di hari keempat pasien mengatakan

bahwa demam sudah menurun, sehingga didapatkan hasil dari evaluasi

pasien hipertemia teratasi.

Menurut teori, untuk mencapai tujuan yang sudah disesuaikan

dengan kriteria hasil selama tahap perencanaan yang dapat dilihat

melalui kemampuan klien untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi,

2012). Kriteria hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada saat evaluasi menurut (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,

2018) yaitu kriteria hasil menggigil menurun, suhu tubuh membaik,

suhu kulit membaik, takikardi menurun.

58
Menurut peneliti, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4

kali pertemuan tiap 1 jam, pasien didapatkan hasil assessment

masalah hipertermi dengan dicapainya 4 kriteria hasil yang telah

ditetapkan yakni menggigil menurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit

membaik, takikardi menurun dengan Pasien mengatakan demam

sudah menurun dan pasien tidak terlihat menggigil. Hal ini disebabkan

karena pasien dan keluarga kooperatif dalam menjalani perawatan

kompres hangat tiap 2 jam sekali.

59

Anda mungkin juga menyukai