Anda di halaman 1dari 23

B.

Asuhan Keperawatan
1. Gambaran Kasus
Pasien Ny.M (61th), datang ke Ugd pada tanggal 14/5/23 dengan keluhan nyeri lutut
kiri sudah dialami Ny .M sekitar 3 minggu terakhir dan sulit digerakkan secara aktif.
direncanakan untuk operasi TKR dari poli Bedah Ortopedi pada tanggal 15/5/23
pukul 09.00WIB. Tanda-tanda vital GCS : E : 4 V : 5 M : 6 TD: 130/80 mmHg N:
80 X/Menit Suhu : 36,6 C Pernapasan : 20 X/ Menit SPO2: 99 %

2. Clinical Pathway di lapangan


3. Proses Keperawatan
a. Pengkajian

Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Parit Padang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Tgl MRS : 14 Mei 2023
Pendidikan : SD

Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medis: Osteoartritis

2. Keluhan Utama: Nyeri lutut kiri

3. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke Rumah Sakit dengan


keluhan nyeri dibagian lutut dan keterbatasan gerak pada area lutut.
Semakin hari nyeri pada area lutut semakin meningkat sehinga tidak
bisa melakukan aktifitas sehari hari seperti berjalan akibat rasa nyeri
yang tidak tertahankan

4. Riwayat kesehatan terdahulu:

a. Penyakit yang pernah dialami:


-

b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):


-

c. Imunisasi
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Pasien merupakan perokok dan peminum kopi aktif, ketika bekerja
pasien jarang minum, pola makan tidak teratur, pasien sering
memaksakan berolahraga lari, pasien sering membungkuk dalam waktu
yang lama.
e. Obat-obat yang digunakan:
Pasien sering mengkonsumsi obat-obatan pegel linu
yang dijual di warung.

5. Riwayat penyakit keluarga:

Ayah dan ibu pasien menderita darah tinggi

Genogram:

Keterangan :

: Laki-laki

:Perempuan

: Menikah

: Anak kandung

: Anak angkat

: Anak kembar

: Pasien

: Meninggal

: Tinggal serumah
 Pengkajian Pola Gordon

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan

Pasien mengalami adanya perubahan presepsi dan tata laksana hidup sehat

karena kurangnya pengetahuan akan pola aktivitas fisik yang baik. Pasien

sering memaksakan aktivitas secara berlebihan, contohnya pasien sering

melakukan aktivitas lari berjam-jam melebihi batas normal.

2. Pola nutrisi/ metabolik (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Antropometry :

Tabel 1 Antropometry

Sebelum MRS Saat di Rumah Sakit


BB = 59 BB = 65 kg
TB = 165 cm TB = 165 cm

BMI = 22.038 (normal) BBI = 55 kg

Interpretasi :
pertahankan asupan nutrisi agar BMI tetap normal.

Biomedical sign :

Terlihat turgor kulit normal. Interpretasi:


Kebutuhan nutrisi dan cairan normal. Sediakan nutrisi dan cairan sesuai
dengan kebutuhan tubuh pasien.
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):

Tabel 2 Diet

Pola makan Sebelum sakit Saat di RS


Sarapan 500 kkal 500 kkal
Makan siang 800 kkal 500 kkal
Makan malam 500 kkal 500 kkal
Kudapan - 75 kkal
Interpretasi :

Intake makanan dan cairan adekuat, intake harus


dipertahankan untuk mempertahankan BMI
3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Pola eliminasi BAK dan BAB saat sakit dan saat di rumah sakit normal,
tidak ada masalah.

4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)

Sebelum masuk rumah sakit pasien masih mampu bergerak walaupun

sangat terbatas sebab nyeri pada area lututnya dan terkadang dalam aktivitasnya

ia dibantu oleh anaknya. Setelah masuk rumah sakit pasien masih mampu

bergerak sangat terbatas. Untuk pemenuhan kebutuhan diri pasien masih mampu

melakukan secara mandiri namun harus dalam pengawasan keluarga maupun

petugas.
Tabel 3.5 Tabel aktivitas harian

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan / minum V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V

Ambulasi / ROM V
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas,
3: dibantu alat, 4: mandiri
5. Status Oksigenasi: berfungsi secara normal
Interpretasi : monitor gerak pasien baik dalam berpindah, ambulasi,
maupun mobilitas diatas tempat tidur. Posisikan pasien sims di atas tempat
tidur selama di rumah sakit.
6. Pola persepsi diri
Gambaran diri: klien merasa dirinya sekarang merupakan anugrah dari
Allah SWT sehingga apapun yang terjadi pada dirinya sekarang harus
diterima dan disyukuri
Ideal diri: klien menerima dirinya sebagai seorang perempuan
7. Pola peran dan hubungan
Klien dihormati oleh anggota keluarganya sebagai Ibu rumah tangga
Interpretasi : -
8. Pola manajemen koping-stress
Pasien merasa khawatir karena ini merupakan pengalaman pertama
operasinya. Namun ia berusaha untuk percaya bahwa semuanya akan
berjalan dengan lancar, sehingga ia mampu mengatasi kekhawatirannya.
Semua itu juga tak lepas dari dukungan keluarga.
Interpretasi :
Pola manejemen koping yang dilakukan pasien sangat bagus terbukti
dengan dia berusaha untuk percaya bahwa semuanya akan berjalan
dengan lancar sehingga hal tersebut mampu menjadi pertahanan bagi
pasien dari mengalami stress. Tidak hanya pasien keluarga pun ikut
mendukung pasien sehingga semakin baik menejemen koping klien.
9. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien ingin segera sembuh karena pasien merasa telah lama menderita
penyakit ini. Pasien meyakini bahwa sakit yang sedang diderita saat ini
merupakan takdir dari Allah SWT. Pasien pun meyakin akan sembuh
dengan ijin Allah SWT. Pasien selalu berdo’a agar segera diberikan
kesembuhan.
Interpretasi :
Pasien memiliki nilai spiritual dan keyakinan yang baik terbukti dengan
pasien meyakini bahwa sakit yang sedang diderita saat ini merupakan
takdir dari Allah SWT. Pasien pun meyakin akan sembuh dengan ijin
Allah SWT. Pasien selalu berdo’a agar segera diberikan kesembuhan.
 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum :

Pasien tampak lemas, kulit tampak pucat, sesekali pasien meringis


kesakitan, pasien sering menyentuh lutut.
2. Tanda vital :

Tekanan Darah : 130/80 mm/Hg

Nadi : 80 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Suhu : 36,6 ˚C
Nyeri : skala 7
Interpretasi :
Pasien dalam keadaan tekanan darah dibawah normal dan
merasakan nyeri dengan skala tujuh.

 Pengkajian Fisik Head to toe


1 Kepala
Inspeksi : Rambut tampak tersebar rata, rambut
kusam dan berminyak, kepala
Palpasi simetris.
: tidak terdapat nyeri tekan pada
kepala dan tidak ada benjolan
maupun cekungan saat dilakukan
palpasi
2. Mata
Inspeksi : terdapat sedikit katarak pada mata
bagian kiri
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan pada bagian
bola mata
3. Telinga

Inspeksi : telinga kiri dan kanan simetris, tidak


ada luka atau lesi pada bagian luar
maupun di saluran telinga
: tidak terdapat nyeri tekan maupun
Palpasi
massa
4. Hidung
: hidung simetris, tidak ada luka atau
Inspeksi lesi, tidak ada adanya kemerahan
dan cairan yang keluar dari hidung
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada
hidung bagian luar atau benjolan,
dan tidak ada pergeseran tulang
kartlago, devkliensi septum nasi.
Tidak ada nyeri tekan pada sinus
paranasalis.
5. Mulut
Inpeksi : gigi berwarna kuning
Palpasi : pada lidah dan dasar mulut tidak
terdapat nodul atau benjolan
6. Leher
Inspkesi : tidak ada luka atau lesi, bentuk leher
simestris tidak ada benjolan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran nodus limfe mapun kelenjar
tiroid
7. Toraks dan paru-paru
Inspkesi : pengembangan dada simetris, bentuk
dada klien normal
Palpasi : fremitus taktil kanan dan kiri sama
Perkusi : pulmo kanan dan kiro sonor
Auskultasi : vesikuler pada pulmo kanan dan kiri
8. Jantung
Inspeksi : ictus cordis terdapat pada ICS V
Palpasi : tidak adanya pulsasi pada dinding
Perkusi toraks
a. batas kiri jantung
Atas : ICS II kiri di linea parastrenalis
kiri
Bawah : ICS V kiri agak ke
medial linea midklavikularis kiri.
b. batas kanan jantung
Atas : ICS II kanan linea
parasternalis kanan
Bawah : ICS III-IV kanan, di linea
parasternalis kanan
Auskultasi : aukultasi jantung terdengar normal
bunyi S1 & S2, S1 terjadi karena
penutupan katup mitral &
trikuspidalis, dan S2 terjadi karena
penutupan katup semilunar aorta dan
arteri pulmonal
9. Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar, tidak terdapat luka
maupun memar
Palpasi : tidak terdapat hepatomegaly
Perkusi : abdomen berbunyi normal yaitu suara
timpani, dan hati berbunyi redup/dullness
Auskultasi : bising usus 5x dalam 1 menit
10. Genitalia dan Anus
a) Genitalia
Inspeksi : penyebaran dan pertumbuhan rambut
pubis merata, tidak adanya lesi atau
kemerahan pada daerah genitalia.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan dan tidak
adanya benjolan/ massa pada daerah
genitalia
b) Anus , prostat dan rectum
: tidak adanya kemerahan atapun lesi pada
Inspeksi
daerah anus maupun prostat
: prostat di daerah anterior rectum
Palpasi
berukuran tidak lebih dari 4cm teraba
kenyal seperti balon karet, tidak adanya
pembesaran vena varicose yang
menyebabkan hemoroid dan tidak adanya
massa pada dinding rektum
11. Ekstremitas & Muskuloskeletal
a) Ekstremitas atas
Ispeksi : Struktur rangka normal, tidak adanya
kelainan, dan pasien masih mampu
melakukan mobilisasi
Palpasi : Tidak adanya kelainan otot
b) Ektremitas bawah
Inspeksi : pasien masih mampu melakukan
mobilisasi, Pasien tampak membatasi
gerak pada area lutut, adanya oedema di
area lutut
Palpasi : pasien merasa nyeri pada area lutut
12. Kulit dan kuku (integument)
a) Kulit
Inspeksi : tidak adanya lesi atau edema, kulit
tampak pucat Palpasi
Palpasi : kelembapan kulit menurun dan turgor
kulit menurun
b) Kuku
Inspeksi : kuku kaki berwarna kuning
Palpasi :-

b. Analisa Data
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Klien mengatakan nyeri lututnya Nyeri Kronis SDKI
sering terasa kaku , nyeri dan linu- Kategori Psikologis
linu saat melakukan aktivitas yang Subkategori Nyeri dan
berlebihan dan terlalu lama misalnya Kenyamanan D.0078
menyapu terlalu lama, mencuci Hal 17
piring terlalu lama, dan menekuk
kedua lutut saat sholat.
P : Aktivitas yang berlebihan dan
terlalu lama.
Q : Rasanya nut-nut
R : Kedua lututnya
S : 7 (Rentang 1-10)
T : Hilang timbul (muncul saat
melakukan aktivitas berlebih
dan hilang saat istirahat)
DO :
1. Klien tampak tidak tenang
2. Saat linu, nyeri dan kaku di
lututnya muncul ekspresi klien
tampak meringis kesakitan
3. TTV : TD : 130/90 mmHg RR :
21x/menit Nadi : 90x/menit Suhu :
36,6 C

DS : Pasien mengatakan nyeri dan linu saat


2. melakukan aktivitas sehingga Gangguan mobilitas fisik
mengganggu aktivitasnya contohnya (D0054) b.d nyeri
saat berjalan
DO :
1.Klien tampak membatasi gerak pada
area lutut kirinya
2.Dalam berpindah klien masih
memerlukan bantuan.

DS :Pasien mengatakan nyeri lututnya sering


3. terasa kaku dan masih terasa sakit ketika Resiko jatuh (D0143)
melakukan aktivitas ditandai dengan factor
resiko kondisi pasca
DO: operasi ditandai
1. Klien tampak masih di bantu dalam dengan kondisi klinis
melakukan aktivitas osteoporosis
c. Web of Caution sampai muncul masalah keperawatan
WOC
OSTEOARTRITIS KNEE POST TKR

Umur diatas Jenis Kelamin Herediter Trauma / Kelainan Struktur Anatomi


Obesitas
usia 60 tahun / Genetik Cedera (Akibat Penyakit Sendi Lain)
Wanita
Proses Penuaan Struktur Kekakuan Penggunaan Sendi Beban Berlebih
Tulang (OA Yang Berlebihan
Kartilago d.
Penurunan Bentuk Massal) Gangguan
Depresi Sendi
Lebih Tipis Hormonal Panggul Penyumbatan
Melebar Akibat Aktivitas
Darah
yang membutuhkan
Kerusakan Penurunan
e. Gangguan
gerakan sendi
Sendi Absorbsi Tekanan Suplai O2 Penyumbatan Darah
f.Kalsium
Pada Sendi Berkurang
Otot Yang
Menunjang
Sendi Lemah

OSTEOARTRITIS

Penatalaksanaan
Perubahan Komponen Sendi Strees Biomekanik
g.

Perubahan Fungsi Sendi Peningkatan aktivitas enzim yang


Bedah
merusak makro molekul matrik tulang
Deformitas Sendi
h.
Penurunan kadar proteoglikan
Post OP
i.
Sulit Bergerak
Inflamasi

MK : Gangguan
Mobilitas Fisik Peningkatan aktivitas fibrinogenik
Melepaskan prostaglandin
dan interleukin

MK: Nyeri

MK: Resiko Jatuh


j. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (D0077) b.d agen pencedera fisik TKR (Total Knee Replacement)
2. Gangguan mobilitas fisik (D0054) b.d nyeri
3. Resiko jatuh (D0143) ditandai dengan factor resiko kondisi pasca operasi ditandai
dengan kondisi klinis osteoporosis

k. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I08238)
intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam, Observasi
maka nyeri akut 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
kriteria hasil: nyeri
2) Identifikasi skala nyeri 3)
Tingkat Nyeri Identifikasi respons nyeri non verbal
(L.08066) 4) Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
1) Tidak mengeluh nyeri
nyeri 2) Tidak meringis 5) Identifikasi pengetahuan dan
3) Tidak bersikap keyakinan tentang nyeri
protektif 6) Identifikasi pengaruh budaya
4) Tidak gelisah terhadap respon nyeri
5) Tidak mengalami 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kesulitan tidur kualitas hidup
6) Frekuensi nadi 8) Monitor keberhasilan terapi
membaik komplementer yang sudah diberikan
7) Tekanan darah 9) Monitor efek samping
membaik penggunaan analgetik
8) Melaporkan nyeri
terkontrol Terapeutik
9) Kemampuan 1) Berikan teknik nonfarmakologis
mengenali onset nyeri untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
meningkat TENS, hypnosis, akupresur, terapi
10) Kemampuan musik, biofeedback, terapi pijat,
mengenali penyebab aromaterapi, teknik imajinasi
nyeri meningkat terbimbing, kompres hangat/dingin,
11) Kemampuan terapi bermain)
menggunakan teknik 2) Kontrol lingkungan yang
non-farmakologis memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri 2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik

Pemberian analgesic (I08243)


Observasi
1) Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2) Identifikasi riwayat alergi obat
3) Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan tingkat
keparahan nyeri
4) Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
5) Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1) Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal
2) Pertimbangkan pengguanaan infus
kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
3) Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respons pasien
4) Dokumentasikan respons terhadap
efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
1) Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi
2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi (I06171)
mobilitas intervensi keperawatan
fisik selama 3 x 24 jam, Observasi
maka mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau
meningkat dengan keluhan fisik lainya
kriteria hasil: 2. Identifikasi tolerasi fisik
melakukan pergerakan
Mobilitas fisik 3. Monitor prekuensi jantung dan
L.05042 tekanan darah sebelum melalu
mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama
1. Pergerakan melakukan mobilisasi
ekstremitas membaik
2. Kekuatan otot Terapeutik
membaik 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
3.Nyeri menurun dengan alat bantu (mis. Pagar tempat
4. Kaku sendi menurun tidur)
2. Pasilitasi melakukan pergerakan,
jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. Duduk
di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
Intevensi pendukung : (I.06171)
dukungan ambulasi
Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainya
2. Identifikasi toleransi fisik
melakuakan ambulasi
3. Monitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum melakukan
ambulasi
4. Monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi

Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis. Tongkat,kru)
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi
fisik, jika perlu 3. Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi
dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus di lakukan (mis. Berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda)

3 Resiko Pencegahan jatuh (I.14540)


jatuh Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1. Identifikasi resiko jatuh
selama 3 x 24 jam, setidaknya sekali setelah shift atau
maka tingkat jatuh sesuai dengan kebijakan institusi
menurun dengan 2. identifikasi faktor lingkungan
kriteria hasil: yang meningkatkan resiko jatuh
Tingkat jatuh (mis. lantai licin, penerangan
(L.14138) kurang)
1. Jatuh saat berdiri 3. hitung resiko jatuh dengan
meningkat menggunakan skala (mis. fall morse
2. Jatuh saat berjalan scale, humpty dumpty scale), jika
meningkat perlu
3. Jatuh saat berjalan
meningkat Teraupetik
1. Orientasikan ruangan pada pasien
dan keluarga
2. gunakan alat bantu berjalan (mis.
kursi roda, walker)
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
2. anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
3. anjurkan melebarkan jarak kedua
kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri Intervensi

Pendukung (I.05173): Dukungan


mobilisasi Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
2. identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
3. monitor frekuensi janting dan
tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
4. monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi

Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (mis. pagar tempat
tidur
2. fasilitasi melakukan pergerakan,
jika perlu
3. libatkan keluaraga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
l. Penatalaksanaan di lapangan
H Tanda
ari tangan &
/ Nama
Ta
ng Dx Implementasi Respon Klien
gal
,
Ja
m
1.
C. Analisis
Dalam pembahasan ini, kami mencoba membahas kesenjangan antara tinjauan teoritis
dengan tinjauan kasus tentang Osteoarthritis pada Ny M di Ruang Merpati, dengan
mengikuti tahap-tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
dan pelaksanaan
1. Pengkajian Keperawatan
Dalam pengkajian setelah data diperoleh dan kemudian dianalisa serta
dibandingkan dengan tinjauan teoritis dan laporan kasus, terdapat beberapa
kesamaan dan kesenjangan. Pada penyebab terdapat beberapa kesamaan antara kasus
dengan tinjauan teori dimana penyebab osteoarthritis adalah umur, jenis kelamin,
genetik, suku, kegemukan, pengausan(wear and tear), trauma, akibat radang sendi
lain, joint alligment, penyakit endokrin, dan deposit pada rawan sendi sedangkan
osteoarthritis yang terjadi pada Ny. M disebabkan karna faktor usia, jenis kelamin,
dan pengausan (wear and tear).
Selain terdapat persamaan terdapat pula beberapa kesenjangan pada hasil yang
diperoleh dari tinjauan kasus dengan tinjauan teori. Dalam aspek perubahan
fisiologis yang penulis dapatkan dari penyakit pada Ny.M yaitu pada system
kardiovaskuler menurut teori lanjut usia cenderung akan mengalami tekanan darah
tinggi akibat pembuluh darah perifer meningkat.
Dalam aspek psikologis, menurut teori lanjut usia akan mengalami gejala
psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah
tersinggung, dan curiga karna pada seorang lanjut usia cenderung merasa sudah tidak
dibutuhkan lagi. Namun pada hasil yang diperoleh dari tinjauan kasus Ny.M saat
diwawancara menunjukan ekspresi wajah senang, klien juga terbuka dengan
masalah-masalah yang dihadapi, klien banyak bertanya tentang hal yang tidak
dimengerti oleh klien. Setelah dikaji hal itu terjadi karna menurut Ny.M tidak perlu
takut atau merasa tidak dibutuhkan lagi karna menurutnya memang sudah seharusnya
seseorang seusia Ny.M beristirahat dan tidak perlu beraktifitas lebih.
Berdasarkan pada teori kebutuhan dasar maslow, kebutuhan yang harus terpenuhi
adalah kebutuhan fisiologi, aman nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan juga
aktualisasi diri. Namun pada tinjauan kasus ditemukan tiga gangguan kebutuhan
dasar manusia pada penderita Osteoartritis, yaitu nyeri, gangguan mobilitas fisik dan
resiko jatuh

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis terdapat
8 diagnosa keperawatan dengan “Osteoartritis”, yaitu sebagai berikut:
a. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh,.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
e. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi psikomotor
f. Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada
persendian(arthritis), penurunan kekuatan ekstermitas bawah, kerusakan
mobilitas fisik.
g. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan
muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu membersihkan sebagian
atau seluruh badan, klien tidak mampu masuk dan keluar dari kamar mandi.
h. Defisit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan kerusakan
muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau
menggunakan pispot, klien tidak mampu memenuhi kebersihan toileting

Pada kasus Ny.Mada 3 diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu :


a. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
c. Resiko jatuh

Dapat disimpulkan bahwa terdapat diagnosa yang ada pada tinjauan teoritis namun
tidak terdapat pada kasus, yaitu :
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh,.
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
c. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi psikomotor
d. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal
ditandai dengan klien tidak mampu membersihkan sebagian atau seluruh badan,
klien tidak mampu masuk dan keluar dari kamar mandi.
e. Defisit perawatan diri(toileting) berhubungan dengan kerusakan muskoloskeletal
ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau menggunakan pispot, klien tidak
mampu memenuhi kebersihan toileting

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun prioritas, menentukan tujuan, kriteria
hasil serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada semua diagnosa
yang muncul. Adapun yang menjadi prioritas pada masalah Ny.M adalah nyeri.
Hal ini menjadi prioritas karna data-data yang menunjang. Prioritas yang ada pada
teori sudah sesuai dengan kasus Ny.M pada masalah ini perawat merencanakan
tindakan untuk melatih Range Of Motion Klien dengan tujuan agar sendi klien tidak
kaku dan dapat bergerak serta nyeri berkurang

4. Pelaksanaan Keperawatan
Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat. Pada tahap pelaksanaan kami melaksanakan tindakan
keperawatan yang sesuai pada rencana tindakan sampai hari ketiga. Pada tahap ini
mempunyai sedikit hambatan dalam melaksanakan perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya pada diagnosa nyeri, yaitu klien kesulitan untuk mengikuti gerakan yang
diajarkan karena nyeri akan bertambah ketika di gerakkan.
Lampiran
Daftar pembagian pengerjaan tugas:
No Nama NIM Tugas
1 Ali Yahya 2210269 P
2 Martina Arisandy 2210265 P
3 Surya 2210267 P
4 Vivi 2210263 P
5 Aulia Roza 2210249 P
6 Mutiara Septiani 2210264 P
7 Vika SF 2210253 P
8 Komariah 2210255 P
9 Erosi Erikawati 2210244 P Diagnosa dan intervensi
keperawatan
10 Berliana Sinaga 2210237 P
11 CH. Mayasari 2210268 P

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan
2018

Anda mungkin juga menyukai