PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada periode 2015- 2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Penyakit kronik akibat pola hidup yang salah adalah sekelompok penyakit
yang mempunyai faktor risiko yang sama sebagai hasil dari pajanan selama
beberapa dekade. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017)
Penyakit kronik diakibatkan oleh pola makan yang tidak sehat,
merokok, kurang latihan atau kurang gerak, juga stres emosional yang
merupakan penyebab dari penyakit kronik tersebut. Penyakit tidak menular
merupakan problem kesehatan utama di negara-negara industri dan juga
meningkat dengan pesat di negara-negara yang sedang berkembang yang
sedang mengalami transisi demografi dan penurunan pola hidup dalam
masyarakatnya. Di banyak negara yang sedang berkembang, penyakit tidak
menular sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila
dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi. (Profil Kesehatan RI, 2018)
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO
tahun 2009 adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952
jiwa penduduk. Gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia
dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%). (Word Health Organization, 2009)
Indonesia secara global menempati urutan ke empat dengan jumlah
penderita gastritis terbanyak yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis.
Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dan
pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian
gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu
di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5 %, Palembang 35,35, Aceh
31,7%, dan Pontianak 31,2 %. Tahun 2009 penyakit gastritis merupakan salah
satu penyakit didalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di
rumah sakit seluruh Indonesia dan menyerang lebih banyak perempuan dari
pada laki-laki dengan jumlah kasus 30.154 orang (Depkes RI, 2010)
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bangka Belitung pada tahun 2016, di dapatkan hasil yang menderita gastritis
sebanyak 7.521 pasien yang menderita gastritis di Kabupaten Bangka Belitung
pada tahun 2016. (Buku Data SLHD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
2016)
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang umumnya diderita oleh
kalangan remaja, yang disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak
teraturnya pola makan, gaya hidup dan salah satunya yaitu meningkatnya
aktivitas sehingga tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas
untuk makan. Seseorang penderita penyakit gastritis akan mengalami keluhan
nyeri pada lambung, mual, muntah, lemas, perut kembung, dan terasa sesak,
nyeri pada uluh hati, tidak ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan naik,
keringat dingin, pusing, atau bersendawa serta dapat juga terjadi pendarahan
saluran cerna. (Profil Kesehatan RI, 2018)
Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun
gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita.
Gastritis merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari – hari,
yang bisa mengakibatkan kualitas hidup menurun, tidak produktif dan bila
tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal bahkan sampai pada tahap
kematian. Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung
semakin meningkat dan akhirnya membuat lambung luka – luka (ulkus) yang
dikenal dengan tukak lambung juga dapat menimbulkan peradangan saluran
cerna bagian atas berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan
anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan
dapat menimbulkan kanker lambung (Suratum, 2010).
Gastritis atau lebih lazim kita menyebutnya sebagai penyakit maag,
merupakan penyakit yang sangat menggangu aktivitas dan bila tidak ditangani
dengan baik dapat berakibat fatal. Biasanya penyakit gatritis terjadi pada
orang-orang yang mempunyai pola makan tidak teratur dan merangsang
produksi asam lambung. Beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat
menyebabkan terjadinya gastritis. Gejala-gejala sakit gastritis selain nyeri di
daerah ulu hati adalah mual, muntah, lemas, kembung dan terasa sesak, nafsu
makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing,
atau selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah darah
(Gustin, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dan membuat proposal karya tulis ilmiah dengan
judul asuhan keperawatan keluarga pada pasien gastritis dengan masalah nyeri
di wilayah Bangka Belitung tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Pasien Kritis Dengan
Masalah Nyeri Di Wilayah Bangka Belitung Pada Tahun 2019.
http://dlh.babelprov.go.id/sites/default/files/dokumen/bank_data/
Buku%20Data%20SLHD%202016%20Provinsi%20Kepulauan
%20Bangka%20Belitung.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/183949-ID-faktor-
determinan-gastritis-klinis-pada.pdf
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/PROFIL_KESEHATAN_2018.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2616/1/SKRIPSI%20RIKA.PDF
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/55799/Chapter
%20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y
BAB III
METODE STUDI KASUS
C. Fokus Studi
Fokus studi pada asuhan keperawatan ini adalah Keluarga Dengan Masalah
Nyeri Pada Penderita Gastritis di Wilayah Bangka Belitung. asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
D. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional pada studi kasus ini adalah
1. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi.
2. Nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan sebagai respon dari luka baik
secara fisik maupun fisiologi
3. Asuhan keperawatan keluarga adalah asuhan yang diberikan pada pasien
gastritis mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
E. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan menurut Indrawan dan
Yaniawati (2016) sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan
pertanyaan kepada narasumber (informan atau informan kunci) untuk
mendapat informasi yang mendalam. Komunikasi antara
pewawancara dengan yang diwawancarai bersifat intensif dan masuk
kepada hal-hal yang bersifat detail.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan atas perilaku manusia, atau
lingkungan alam, budaya, keyakinan yang memiliki dampak kepada
kehidupan manusia. Observasi melibatkan rentang penuh dari Studi
dokumen kegiatan pemantauan aktivitas dan kondisi perilaku ataupun
bukan perilaku.
c. Studi dokumen
Studi dokumen adalah upaya untuk memperoleh data dan
informasi berupa catatan tertulis/gambar yang tersimpan berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Dokumen merupakan fakta dan data
tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Yang
termasuk dokumen adalah laporan, jadwal, catatan kasus, dan buku
rekam medik.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen studi kasus merupakan alat bagi penulis yang digunakan
untuk mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan
permasalahan studi kasus. Alat atau instrumen pengumpulan data
menggunakan format pengkajian keperawatan sesuai ketentuan yang
berlaku (Indrawan dan Yaniawati, 2016).
F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Lokasi pada studi kasus ini yaitu di wilayah Bangka Belitung.
G. Penyajian Data
Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data
sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Untuk studi kasus ini,
data disajikan secara tekstular/narasi dan dapat disertai dengan ungkapan
verbal dari Keluarga Dengan Nyeri Pada Penderita Gastritis yang merupakan
data pendukungnya.
3. Justice (Keadilan)
Hal tentang keadilan yaitu memberikan semua klien hak yang sama
untuk dipilih dalam studi kasus tanpa diskriminasi. Semua pasien
memperoleh perlakuan dan kesempatan yang sama dengan menghormati
seluruh persetujuan yang disepakati. Pasien memilki hak untuk
diperlakukan adil dan tidak dibeda-bedakan. Penulis memberikan
perlakuan dan penghargaan yang sama dalam hal apapun selama kegiatan
riset yang dilakukan tanpa memandang suku, agama, etnis, dan kelas
sosial.
4. Informed Consent (Bentuk persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara penulis dan
pasien dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut
diberikan sebelum studi kasus dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi partisipan. Tujuan informed Consent adalah
agar klien mengerti maksud dan tujuan studi kasus.