Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kasus gastritis bukanlah hal yang baru di tahun ini, karena gastritis menyerang orang dewasa
maupun anak-anak bahkan juga lansia. Masyarakat Indonesia banyak yang menganggap penyakit
gastritis bukanlah sesuatu hal yang serius, sehingga dianggap tidak memerlukan penanganan dengan
segera. Sehingga pada gastritis lanjut beresiko menimbulkan kanker, dan juga mengakibatkan
pengikisan lambung. Gastritis merupakan gangguan system pencernaan yang biasa disebut (maag).
Peradangan yang terjadi pada lambung individu atau inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung,
yang dikenal di masyarakat sebagai pengertian gastritis (Nurjannah, 2018).

Data dari hasil penelitian Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) yang di kutip
oleh Huzaifah (2017) menemukan bahwa beberapa Negara yang mengalami angka persentase
kejadian gastritis tertinggi di Dunia diantaranya adalah Inggris 22% ,Chin 31% ,Jepang 14.5%
,Kanada 35%, dan Prancis 29,5%. Hasil dari Riskesdas (2018) angka terjadinya gastritis di
Indonesia dalam berbagai daerah cukup tinggi 40,8% dengan preferensi 274,396 kasus dari
penduduk 238,452,952 jiwa. Beberapa kota dengan presentasi cukup besar mempunyai penyakit
gastritis diantaranya: Surabaya (31,2%), Denpasar (46%) dan Medan (91,6%). Dan untukPrevalensi
gastritis (maag) di Jawa timur pada tahun 2017 mencapai 44,5% yaitui dengan jumlah 58.116
kejadian. Dan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2017 jumlah penderita gastritis di
kota Surabaya sebesar 10.260 (Kemenkes RI, 2017). Hingga di Kota Malang pada Tahun 2016
insiden gastritis mencapai 13,840 kasus (Profil Kesehatan Kota Malang,2016). Terjadinya angka
kejadian gastritis di pengaruhi oleh beberapa faktor secsra garis besar penyabab gastritis dibedakan
atas zat internal yaitu adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan,dan
zat eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi.

Saat ini semakin banyak yang mengangap bahwa gaya hidup seseorang tidak terlalu penting
sehingga adanya bakteri yang menyebabkan salah satunya inflamasi pada dinding lambung. Pola
makan yang tidak teratur sangat berhubungan dengan gastritis. Apabila tidak segera ditangani asam
lambung akan naik mengakibatkan terjadinya luka-luka (ulkus) yang disebut sebagai tukak
lambung. Mengkonsumsi alcohol, stress, merokok, frekuensi makan, dan jenis makanan sangat erat
hubungannya dengan gastritis yang secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya iritasi pada
lambung. Kurangnya pengetahuan dan juga konsumsi makanan berlebih, serta kurangnya dukungan
keluarga sering menjadi faktor pemicu gastritis. Pola makan yang kurang benar menjadi faktor
utama penyebab gastritis, Kurangnya pengetahuan dan juga konsumsi makanan berlebih, serta
kurangnya dukungan keluarga sering menjadi faktor pemicu gastritis (Mahaji Putri, R. S., Agustin,
H., & . W. (2018). Di Indonesia ada beberapa pola makan yang dapat mengakibatkan gastritis
seperti makan sambal berlebihan, makan makanan terlalu asam, dan lain sebagainya.Pola hidup
yang tidak baik akan menjadi masalah dikemudian hari, salah satunya gastritis.

Awal terjadinya gastritis hingga mengakibatkan Resiko Defisit nutrisi dikarenakan adanya
bakteri Helicobakteri pylori,virus atau parasite, peningkatan asam lambung, menghancurkan
mukosa lambung menyebabkan inflamsai dan menurunnya kemampuan produktif terhadap asam
hingga terjdinya gastritis dan meningkatkan motilitas sehinggga mengakibatkan gangguan absorbsi
nutrisi dan cairan oleh mukosa lambung yang biasanya di dapati adanya
mual,muntah,kembung,tidak nafsu makan dan anoreksia sehinga menyebabkan asupan nutrisi tidak
adekuat sehingga mengakibatkan resiko defisit nutrisi (Ali, 20117).

Klien dengan penyakit tersebut jika tidak segera ditangani dengan tepat akan menyebabkan
resiko defisit nutrisi karena mual dan muntah yang berlebih dan diikuti kurangnya asupan makanan
per-oral sehingga proses absorbsi makanan menjadi terganggu, hal ini akan semakin memburuk jika
tubuh semakin kekurangan asupan gizi dan pathogen akan banyak yang masuk sehingga
menginfeksi saluran usus dan akan semakin meningkat karena proses inflamasi dalam rentang
waktu yang lama, jika dibiarkan tubuh akan mendapat pasokan nutrisi yang tidak adekuat dan akan
mengalami penurunan daya tahan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan keadaan klien memburuk dan
bisa terjadi kematian (Ardiansyah, 2017).

Perawat sebagai pemberi layanan asuhan keperawatan memiliki peranan yang sangat penting
dalam perawatan pada klien yang mengalami penyakit Gastritis dengan masalah resiko defisit
nutrisi. Peranan yang pertama perawat memperhatikan asupan nutrisi yang masuk dalam tubuh.
Perawat juga harus membantu melakukan hygiene oral sebelum dan sesudah makan sehingga
membuat makanan menjadi lebih menggugah selera, kemudian perawat menganjurkan makan
dengan porsi kecil tapi sering (Ardiansyah, 2017; Lemone, Burke& Bauldoff, 2015).
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus tentang
“Asuhan keperawatan pada gastritis dengan masalah resiko defisit nutrisi” untuk meminimalkan
angka kejadian penyakit gastritis yang sering di jumpai pada kalanagan maayarakat menengah dan
menengah kebawah.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada Pasien Gaatritis
dengan Resiko Defisit Nutrisi Diwilayah Kerja Puskesmas Pakis Kabupaten malang?

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Gastritis dengan Resiko Defisit
Nutrisi Diwilayah kerja Puskemas Pakis Kabupaten malang?

1.4 Tujuan Peneliti


1.4.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan serta memaplikasikannya pada pasien gastritis dengan
resiko defisit nutrisi diwilayah kerja puskesmas pakis kabupaten malang.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien gastritis dengan resiko defisit nutrisi.
2. Menyusun diagnosa prioritas pada Pasien Gastritis dengan Resiko Defisit Nutrisi.
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien gastritis dengan resiko defisit nutrisi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien gastritis dengan resiko defisit nutrisi.
5. Mengevaluasi keperawatan pada pasien gastritis dengan resiko defisit nutrisi.
1.5 Manfaat peneliti
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Pengetahuan
Dapat memperkuat wacana yang telah ada tentang Resiko Defisit Nutrisi pada
pasien Gastritis Diwilayah Kerja Puskesmas Pakis Kabupaten Malang.
2. Bagi profesi Keperawatan
Dpat dijadikan informasi maupun sebagai gambaran bagi profesi Keperawatan
yang lain dalam proses melakukan tindakan Asuhan Keperawatan maupun bagi peneliti
selanjutnya dalam mengetahui bagaimana cara melakukan tindakan Asuhan
Keperawatan yang tepat pada Klien Gastritis dengan Resiko Defisit Nutrisi Diwilayah
Kerja Puskesmas Pakis Kabupaten Malang.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi klien
Dapat memberikan Imformasi kepada pasien mengenai Gastritis sehingg mampu
mencegah lebih dini untuk resiko dan komplikasi dari Gastritis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat dijadikan referensi maupun masukan bagi lembaga pendidikan
STIKes Kendedes dalam prosen belajar mengajar untuk mengetahui pengelaman reaksi
fiskologis klien Gastritis Dengan Resiko Defisit Nutrisi Diwilayah Kerja Puskesmas
Pakis Kabupaten Malang.
3. Bagi Peneliti
Diharapakan peneliti dapat memperluas ilmu pengetahuan dan menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Gaatritis dengn Resiko defiait nutrisi
Diwilayah Kerja Puskesmas Pakis Kabupaten Malang.
4 .Bagi Masyarakat
Msyarakat dapat mengerti dan memahami tentang bagaimana pengobatan pada
Masyarakat atau klien Gastritis Dengan Resiko Defisit Nutrisi Diwilayah Kerja
Puskesmas Pakis Kabupaten Malang.

Anda mungkin juga menyukai