PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit menular yang belum tertangani dengan baik, dilain pihak penyakit
tidak menular (PTM) terus meningkat yang disebabkan oleh gaya hidup
Gastritis yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung
sehingga merasakan nyeri pada bagian perut (Milasari & Ruhyana, 2016).
membuat luka (ulkus) dan dapat meningkatkan resiko kanker lambung hingga
ini merupakan suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang
disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan,
misalnya telat makan, makan terlalu banyak, makan cepat, makan makanan
Penyakit gastritis ini jika dibiarkan akan semakin parah, terlebih jika
tidak ada pengaturan pola makan yang baik dan benar, maka akan
hari yang meliputi frekuensi makan dalam sehari, jenis makanan yang
1
dikonsumsi dan porsi makan. Kebiasaan makan tidak teratur akan membuat
lambung sulit untuk beradaptasi, jika hal itu berlangsung lama, produksi asam
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
menyebabkan rasa perih dan mual (Uwa, Milwati, & Sulasmini, 2019).
24.6%, Afrika 70.1%, Amerika Selatan 69,4%, Asia Barat 66,6%, Oceana
24,4%, Eropa Barat 34,3%, Amerika Utara 37,1%, negiria 87,7%, Portugal
86,4%, Estonia 82,5%, Swiss 18,9%, Demmark 22,1%, Selandia Baru 24,0%.
Pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 4,4 miliar orang yang mengalami
berkembang dan 34,7% di negara maju. Tingkat infeksi H.pylori 42,7% pada
wanita dan 46,3% pada laki-laki dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa
terbanyak di kota makassar dengan jumlah 35.159 orang (Profil Dinkes Kota
rekam medik UPT puskesmas Kahu Kab.Bone, jumlah penderita gastritis pada
2
tahun 2016 yang di rawat jalan 1135 orang, tahun 2017 sekitar 1292 orang,
dan tahun 2018 terdapat 1277 orang. Sedangkan yang di rawat inap pada tahun
2016 sekitar 66 orang, tahun 2017 terdapat 164 orang, dan tahun 2018 yaitu
181 orang. Jumlah penderita gastritis yang di rawat jalan maupun rawat inap
nyeri epigastrium, mual, muntah dan anoreksia yang berakibat pada tidak
lambung dan memicu timbulnya perdarahan pada lambung, maka dari itu
66,7% memiliki pola makan tidak baik, 57,6% memiliki jenis makanan yang
tidak baik, 63,6% sering menggunakan obat-obatan anti nyeri dan anti
dan 78,7% bukan peminum alcohol (Agustina, Azizah, & Agianto. 2017).
3
gastritis. Adapun menurut penelitian Zenab (2013), membuktikan dari 60
maka perbedaan dari penelitian terdahulu yaitu penelitian ini meneliti kejadian
stress dan pola makan yang menyebabkan gastritis. Gastritis akut maupun
sehingga nutrisi terpenuhi. Penelitian ini di dukung oleh Sari (2012) untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu pantau status nutrisi, kaji pengetahuan klien
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kahu
Kahu
Kahu
Kahu
Kahu
5
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat
pasien gastritis.
3. Penulis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengkajian Keperawatan
(Saputra, 2013).
berikut : bentuk rambut, kulit, mata, bibir, kuku jari, lidah, gusi, gigi
7
rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis ktonik yang berat,
Pengukuran tinggi dan berat badan klien harus diperoleh ketika masuk
hari, pada skala yang sama, dan dengan pakaian atau linen yang sama.
harus didokumentasi.
Jika tinggi badan tidak dapat diukur dengan klien berdiri, rentang
lengan, atau jarak dari ujung jari ke ujung jari dengan lengan diulurkan
penuh pada tingkat bahu, kurang lebih ketinggian untuk orang dewasa.
8
b. Tes laboratorium dan biokimia
lambung.
c. Riwayat kesehatan
mual/muntah.
d. Pemeriksaan fisik
9
dehidrasi, dan bukti adanya gangguan sistemik dapat menyebabkan
e. Observasi klien
nutrisi klien.
terhambat. Ciri fisik orang dengan status gizi normal antara lain
10
c) Daerah di bawah mata tidak berwarna gelap
pembengkakan
pembengkakan
2) Dietary (Diet)
a) Data Subjektif
11
(a) Jenis (nasi/penggantinya, sayur, lauk-pauk, buah,
(b) Suplemen
(e) Diet
(b) Suplemen
(f) Demam
(i) Rambut
12
b) Data Objektif
(c) Pengukuran
BB (kg)
IMT = = ⋯ kg/m2
TB (m)2
13
2. Diagnosa Keperawatan
n. Nyeri abdomen
(rontok)
q. Diare
14
r. Suara usus hiperaktif
3. Analisa data
4. Perencanaan Keperawatan
metabolik meningkat
f. Observasi TTV
5. Tindakan Keperawatan
15
e. Menganjurkan pasien makan porsi kecil tetapi sering
6. Evaluasi Keperawatan
akhir yang diamati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.
1. Pengertian Nutrisi
dan makanan yang dikomsumsinya. Dengan kata lain nutrisi adalah apa
keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak puasa atau beresiko
16
3. Pengaturan diet pada Nutrisi gastritis
teratur, tidak terlalu kenyang dan tidak boleh berpuasa. Makanan yang
diet harus yang mudah untuk di cerna dan mengandung serat makanan
yang halus.
secukupnya merupakan pilihan tepat, sebab lemak jenis ini lebih mudah di
cerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering.
guna mencegah peningkatan asam lambung dan makanan yang tidak boleh
Tabel 2.1 Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan sebagai pecegah
17
2 Sumber protein Ikan, hatim daging Daging, ikan, ayam
hewani sapi, telur ayam, susu yang
diawetkan/kalengan
digoreng, dikeringkan
3 Sumber protein Tahu, tempe, kacang Tahu, tempe, kacang
nabati hijau yang direbus atau tanah yang digoreng
dihaluskan atau di panggang
4 Lemak Margarine, minyak, Lemak hewan, santan
kental
5 Sayuran Sayuran yang tidak Sayuran yang banyak
banyak serat dan tidak mengandung serat dan
menimbulkan gas menimbulkan gas,
sayuran mentah
6 Buah-buahan Papaya, pisang rebus, Buah yang banyak
sawo, sari buah mengandung serat dan
menimbulkan gas
(jambu, nenas, durian,
nangka, dan buah yang
dikeringkan)
7 Bumbu-bumbu Gula, garam, vitsin, Cabai, merica, cuka,
kunyit, salam, dan bumbu-bumbu
lengkuas, jahem dan yang merangsang
bawang
C. Konsep Gastritis
1. Definisi
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis
Terdapat dua jenis gastritis yaitu gastritis akut dan kronik. Inflamasi ini
18
mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon
diakibatkan dari pola diet yang tidak teratur. Sedangkan gastritis kronik
baik oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri
muntah.
2. Etiologi
a. Infeksi bakteri
19
b. Stress fisik
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
3. Klasifikasi gastritis
Secara garis besar gastritis menurut Kasron & Susilawati (2018) dapat di
a. Gastritis akut
pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Inflamasi
20
akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit
yang ringan. Penyebab terberat dari gastritis akut adalah makanan yang
b. Gastritis kronik
progresif epitel kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di
menjadi rata.
terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria dan daerah intra
epitel terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu linfosit dan sel
plasma.
21
1) Gastritis infeksi
infeksi virus.
2) Gastritis non-infeksi
22
c) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang
umum:
23
yang berlebihan sehingga mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer.
24
g) Makanan dan minuman yang bersifat iritan, makanan
4. Patofisiologi
25
Faktor ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu,
faktor defensif mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen
Susilawati, 2018).
kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi
26
masing agen tersebut bila diminum secara terpisah (Kasron & Susilawati,
2018).
makanan yang berbumbu secara berlebihan atau dalam jumlah yang besar
yang dapat menyeabkan sekresi asam lambung berlebihan dan ini akan
5. Manifestasi Klinis
yaitu:
a. Gastritis Akut
Paling sering disebabkan oleh pola diet, seprti makan porsi besar atau
terapi radiasi.
b. Gastritis Kronis
27
Rasa perih pada lambung merupakan hal yang sering menyertai
gastritis. Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan
yang terjadi akibat dari adanya iritasi pada mukosa lambung. Namun,
gejala sakit gastritis tersebut tidak harus terasa perih, akan tetapi rasa yang
tidak nyaman pada lambung yang dibarengi dengan mual atau kembung
dan sering sendawa atau cepat merasa kenyang juga merupakan gejala skit
gastritis. Serta gejala lainnya adalah rasa pahit yang dirasakandi mulut.
Rasa pahit ini timbul karena asam lambung yang berlebihan mendorong
pahit pada kerongkongan dan mulut. Pada gastritis akut, biasanya disertai
kembung, sering flatus, cepat kenyang, rasa penuh didalam perut, rasa
panas seperti terbakar dan sering sendwa merupakan salah satu keluhan
Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, berat
secara bertahap biasanya menimbulkan gejala seperti sakit yan tumpul atau
28
ringan (dull pain) pada perut bagia atas dan terasa penuh atau kehilangan
selera makan setelah makan beberapa gigitan (Kasron & Susilawati, 2018).
a. Sendawa
b. Kembung
yang bersumber dari udara yang tertelan atau hasil produksi dari
dari bakteri di saluran cerna atau usus besar beruba hidrogen atau
29
pemanis rendah kalori, dan fuktosa pemanis yang biasanya digunakan
pada permen.
6. Pemeriksaan penunjang
lambung, lab feses untuk tes akan H. Pylory, elektronik natrium: dapat
berat atau muntah atau diare berdarah. Penngkatan kadar kalium dapat
mukosa lambung.
7. Komplikasi
30
perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12, kanker
disebabkan oleh iritasi jangka panjang oleh asam lambung. Stenosis pilori
disebabkan oleh iritasi jangka panjang oleh asam lambung. Stenosis pilori
terjadi ketika bagian antara perut dan usus kecil (yang disebt pilori)
menjadi luka dan menyempit. Hal ini dapat menyebabkan muntahdan juga
gastritis berupa perubahan pada sel yang melapisi bagian bawah esofagus.
Kondisi ini dikenal sebagai Barret esofagus. Barret esofagus adalah suatu
31
8. Penatalaksanaan medis
mengatasi sres, tidak merokok, berhenti minum alkohol atau kopi. Terapi
mandiri juga dapat dilakukan seperti menggunakan air teh, air kaldu, air
jahe dan soda kemudian diberikan peroral pada interval yang sering.
Susilawati, 2018).
32
Terapi medikamentosa atau terapi farmakologis adalah terap yang
2018).
lambung. Enzim pepsin tidak aktif pada pH lebih tinggi dari empat, maka
33
terhadap ransangan asam lambung terhadap saraf sensoris dan melindungi
bekerja untuk waktu yang lebih lama). Oleh karena itu hal tersebut efek
antasida lebih baik jika dikomsumsi setelah makan (Kasron & Susilawati,
2018).
sementara. Oleh karena itu hal tersebut, antasida tidak dianjurkan untuk
memang harus dikunyah terlebih dahulu, hal ini untuk meningkatkan kerja
obat dalam menurunkan asam lambung. Efek samping dari obat antasida
34
menyebabkan konstipasi, sedangkan magnesium hidroksida dapat
tubuh dan diekskresikan dalam urin dengan waktu paruh yang singkat.
Ranitidin memiliki masa kerja yang panjang dan lima sampai sepuluh kali
lebih kuat. Efek farmakologi famotidin sama dengan ranitidin, hanya 20-
50 kali lebih kuat dibandingkan dengan simetidin dan 3-20 kali lebih kuat
35
lambung relatif kosong dan peningkatan pH akan mempercepat
pengobatan. Efek samping yang sering terjadi adalah sakit kepala, pusing,
diare dan nyeri otot. Efek samping saraf pusat seperti bingung dan
karena karena obat ini bekerja sebagai antiandrogen nonsteroid. Efek ini
Susilawati, 2018).
sekresi asam lambung berasal dari sekresi karena rangsangan lebih dari
90%. Omeprazol merupakan basa lemah (pKa 4-5) yang bersifat lipofilik
(mudah larut dalam lemak) dan setelah diabsorbsi di usus halus dapat
pada sel parietal kanalukili). Setelah itu prodrug terprontonasi dan menjadi
mampu menghambat baik sekresi asam lambung pada saat makan ataupun
puasa. Obat ini memblok tahap akhir dari sekresi asam lambung yaitu
36
anhidrase yang dapat menyebabkan vasokontriksi. Penekanan asam
dimulai 1-2 jam setelah dosis pertama lansoprazol dan lebih cepat dengan
diabsorbsi dalam duodenum, obat ini akan dibawa ke kalanikulus dari sel
perital asam dan akan diubah menjadi dalam bentuk aktif. Metabolit obat
ini diekresikan dalam urine dan fases. Sediaan omeprazol adalah kapsul.
sebelum makan. Minum obat 30-60 menit sebelum makan, sebaiknya pagi
baik oleh tubuh. Namun oenggunaan jangka panjang, obat tersebut dapat
37
pepsin yang menyebabkan iritasi, antikoagulan juga bisa ditambahkan bila
antibiotik tidak diberikan pada referensi yang disebabkan oleh virus atau
penyakit yang dapat sembuh sendiri (self limited), sedangkan apabila anti
biotik diberikan pada pasien yang tidak mengalami infeksi bakteri hal ini
bismo).
dan kehilangan cairan akibat muntah yang terjadi. Larutan elektrolit yang
banyak digunakan yaitu infusRinger Laktat dan oralit. Infus Ringer Laktat
tubuh tetap terjaga. Untuk mengatasi keluhan mual dan muntah yang
diberi parasetamol yang memiliki dua fungsi yakni sebagai analgesik dan
antipiretik.
38
9. Penatalaksanaan keperawatan
b. Bantu pasien menangani gejala (misalnya mual, muntah, nyeri ulu hati,
dan keletihan)
jika tepat.
39
BAB III
digunakan adalah studi kasus. Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus
pada satu kasus tertentu untuk diamati dan di analisis secara cermat sampai
tuntas. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa batasan studi kasus
1. Inklusi :
40
i. Pasien yang dirawat inap
2. Eksklusi :
D. Definisi Operasional
karena pola makan yang kurang baik dan tidak teratur. Biasanya ditandai
41
1. Intrumen
a. Metode Wawancara
b. Metode Observasi
Kabupaten Bone
dan hasil yang diperoleh, maka selanjutnya data di analisa untuk mengetahui
gastritis.
42
H. Etika Studi Kasus
mengetahui dampaknya.
pengumpulan data.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
43