Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini dengan semakin moderennya zaman, semakin banyak pula

penyakit yang timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah

satunya adalah penyakit gastritis, yang terjadi karena inflamasi pada lapisan

lambung yang menjadikan kita merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini

tidak menular namun biasanya bakteri Helycobacter pylori masuk ke dalam

tubuh manusia melalui makanan. Gastritis merupakan salah satu penyakit

yang banyak dijumpai di klinik atau ruangan penyakit dalam pada umumnya.

Kejadian gastritis meningkat dari tahun ke tahun biasa menyerang semua

jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan mengonsumsi alkohol serta

merokok. Sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik

lagi untuk mencegahnya sejak dini. (Tiwhy, 2011, http//:www.slideshare.net

diakses pada3 Januari 2014).

Naluri untuk bertahan hidup menyebabkan manusia selalu ingin hidup

sehat. Interaksi perilaku penduduk dengan lingkungan bisa menimbulkan

penyakit/gangguan kesehatan. Seperti pada penduduk yang sering

mengkonsumsi makanan dengan derajat keasaman yang tinggi akan

menimbulkan radang lambung (Gastritis). (Umar F. Achmadi: 2012:87)

Penyakit maag, di kenal sebagai dyspepsia. Dyspepsia yang paling di

kenal adalah radang lambung (gastritis) maupun tukak lambung (peptic-

1
2

ulcer), yang tergantung pada keparahan penyakit tersebut.penyakit maag

menyerang lambung organ yang terletak di sebelah kiri rongga dada dengan

posisi miring ke bawah, menjorok ke kanan mendekati ulu hati. (Nurheti

yulianti, 2010:45)

Pembagian klinis gastritis secara umum dibagi menjadi dua jenis

yaitu gastritis akut dan kronis. Gastritis akut terjadi secara tiba-tiba dan

gejalanya lebih terlihat, dengan di tandai dengan mual-mual dan rasa terbakar

di lambung serta adanya rasa tidak enak di lambung bagian atas. Gastritis

kronis berjalan perlahan-lahan dan gejala yang umum terlihat adalah adanya

rasa perih dan rasa penuh di lambung serta kehilangan nafsu makan

sehingga hanya mampu makan dalam jumlah sedikit. Pada sejumlah orang

terkadang gastritis kronis tidak menimbulkan gejala klinis. (Nurheti yulianti,

2010:58)

Menurut WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa

Indonesia berada di urutan ke empat banyaknya dari jumlah penderita

gastritis setelah Negara Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah

430 juta penderita gastritis. Di negara- negara asia, Indonesia mendapat

urutan ke tiga setelah negara India dan Thailand yaitu berjumlah 10.203

penderita gastritis. (Depkes RI, 2013 , http//:www.wordpress.com diakses 27

januari 2014).

Di provinsi Sulawesi selatan jumlah penderita gastritis masih cukup

tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kota

Makassar penyakit gastritis dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada


3

tahun 2010 penyakit gastritis menempati urutan ke lima dari sepuluh penyakit

utama di kota makassar dengan jumlah 43.54 kasus. Sementara pada tahun

2013 gastritis mengalami peningkatan dengan jumlah penderita sebesar 46.93

kasus. (Dinkes, 2012, http//:www.dinkesmakassar.net diakses 21 januari

2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2011

penyakit Gastritis  menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit terbanyak,

kasus Gastritis yaitu sebesar 21.606 kasus.

(http://dinkeskotamakassarnotemrspooh.blogspot.com/2012/03/

penyakit-gastritis.html) di akses pada tanggal 20, 2014

Pada umumnya orang yang rentan terhadap penyakit gastritis adalah

orang-orang yang memiliki kesibukan banyak dengan jumlah jam kerja yang

relative banyak sehingga terkadang melupakan waktu makannya. Selain

dengan beban kerja yang berlebihan juga terlalu seringnya mengkomsumsi

makanan yang bisa menyebabkan alat-alat pencernaan mengalami perlukaan.

2011 (di kutip oleh Nuraidah 2012:1)

Melihat jadwal perkuliahan Mahasiswa Keperawatan STIKPER

Gunung Sari Makassar yang begitu padat setiap harinya, ditambah lagi

dengan tugas-tugas dari setiap dosen pengajar yang harus mereka kumpulkan

sesuai dengan waktu yang di tentukan sehingga sering Mahasiswa tersebut

melupakan waktu makannya dan tidak bisa lagi mengatur pola makannya

secara teratur, yang dimana memicu terjadinya gastritis. Hal ini dapat juga di
4

sebabkan karena sebagian besar mahasiswa Keperawatan STIKPER Gunung

Sari Makassar tinggal sendiri atau kost-kosan.

Selain faktor di atas, beratnya beban yang harus di tanggung seperti

menumpuknya tugas-tugas, adanya masalah pribadi dengan rekan sehingga

menimbulkan gangguan psikologis /stress yang juga merupakan salah satu

faktor terjadinya gastritis.

Berdasarkan data yang diperoleh penulis melalui Puket III jumlah

mahasiswa Keperawatan STIKPER Gunung Sari Makassar dengan jumlah

S1 sebanyak 730 orang, D3 sebanyak 294 orang, dan jumlah keseluruhan

mahasiswa keperawatan STIKPER gunung sari Makassar sebanyak 1024 orang.

Sedangkan mahasiswa S1 Keperawatan tingkat IV A,B,C dan D sebanyak 294 .

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi

Terhadap Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Stikper Gunung Sari

Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan diatas, maka dapat

dikemukakan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh Stres terhadap faktor kejadian gastritis pada

mahasiswa keperawatan tingkat IV Stikper Gunung Sari Makassar.?

2. Apakah ada pengaruh pola makanan terhadap faktor kejadian gastritis

pada mahasiswa keperawatan tingkat IV Stikper Gunung Sari Makassar.?


5

3. Apakah ada pengaruh gaya hidup terhadap faktor kejadian gastritis pada

mahasiswa keperawatan tingkat IV Stikper Gunung Sari Makassar.?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui adanya hubungan yang memengaruhi faktor kejadian

gastritis pada mahasiswa keperawatan tingkat IV Stikper Gunung Sari

Makassar

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui adanya hubungan pengaruh stres terhadap faktor kejadian

gastritis pada mahasiswa keperawatan tingkat IV Stikper Gunung Sari

Makassar.

b. Diketahui adanya hubungan pengaruh pola makan terhadap faktor

kejadian gastritis pada mahasiswa keperawatan tingkat IV Stikper

gunung sari Makassar.

c. Diketahui adanya hubungan pengaruh gaya hidup terhadap faktor

kejadian gastritis pada mahasiswa keperawatan tingkat IV Stikper

gunung sari Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, maka hasil penelitian

diharapkan akan bermanfaat bagi ;

1. Instansi

Sebagai salah satu bahan masukan atau sumber informasi tambahan

bagi institusi STIKPER gunung sari Makassar dalam rangka


6

peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang

mengalami reumatik.

2. Ilmu keperawatan / profesi

Sebagai masukan bermakna demi pengembangan profesi

keperawatan.

3. Institusi

a) Sebagai sumber informasi pada institusi Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan (STIKPER) Gunung Sari Makassar agar di jadikan

dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti selanjutnya.

b) Sebagai bahan bacaan di perpustakaan atau sumber data bagi

peneliti lain yang memerlukan masukan berupa data atau

pengembangan penelitian dengan judul yang sama demi

kesempurnaan penelitian ini.

4. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

5. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

Di harapkan agar hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan kajian

khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil

penelitian ini guna pengembangan ilmu pengetahuan perawat


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Gastritis

1. Defenisi

Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa

lambung,yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi

dengan bakteri atau bahan iritan lain.Charlene J, Reeves (2001, dikutip

Sarif La Ode, 2012:32).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa

lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa

lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi

penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan

epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung.

(Sukarmin, 2012:147).

Gastritis merupakan suatu peradangan pada mukosa lambung

yang dapat bersifat akut, kronis atau pun bersifat lokal, dengan

karakteristik anoreksia, perasaan penuh diperut (begah), tidak nyaman

pada epigastrium, mual dan muntah.Suratum (2010), dikutip

(Ardiyansah, 2012:148).

Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan erosi. Gastritis ini paling banyak

7
8

ditemukan. Gastritis suatu peradangan pada mukosa lambung yang dapat

bersifat akut, kronik, atau lokal. (Rendy dkk, 2012:212).

Gastritis adalah inflamasi pada makan terlalu banyak,terlalu

cepat,atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung

mikroorganisme penyebab penyakit. Smelzer (2002), dikutip

(Ardiayansah,2012 :55).

Gastritis atau radang lambung adalah radang pada jaringan

dinding lambung yang timbul akibat infeksi virus atau bakteri pathogen

yang masuk ke dalam saluran pencernaan.

(Lanywati, 2001, http://notemrspooh.blogspot.com, diakses 27 Januari

2014).

2. Anatomi Fisiologi Lambung Anatomi Fisiologi Lambung, menurut

(Ardiyansah, 2013:125) :

a. Anatomi lambung (Ventrikel)

Lambung terletak dibagian superior kiri rongga abdomen.

Posisi organ ini agak miring/ menyilang dari kiri ke kanan di bawah

diafragma, berbentuk tabung seperti huruf j dengan kapasitas normal

dua liter. Secara otomatis, lambung terdiri dari fundus, korpus, antrum

pilorikum (pylorus), kurvatura mayor, kurvatura minor, spinkter

cardia (mengalirkan makanan masuk ke lambung dan mencegah

refluks isi lambung masuk ke esophagus), kardia, dan spinkter pylorus

(mencegah aliran balik isi duodenum ke lambung).


9

Struktur lambung memiliki beberapa lapisan. Susunan lapisan

dari dalam ke luar, terdiri dari :

a. Tunika serosa (luar), merupakan bagian dari Peritoneum viseralis.

b. unika mukosa, terdiri dari tiga lapis otot polos yaitu lapisan

longitudinal (bagian luar), lapisan sirkuler (bagian tengah), dan

lapisan obliq (bagian dalam). Lapisan yang beragam ini

memungkinkan makanan dipecah menjadi partikel yang lebih kecil

di samping mengaduk, mencampur, dan mengalirkan makanan

masuk ke duodenum.

c. Submukosa, merupakan lapisan yang menghubungkan mukosa

(selaput lendir) dengan lapisan mukularis serta mengandung

jaringan areolar longgar, fleksus saraf, pembuluh darah, dan

saluran limfe.

d. Mukosa (lapisan dalam), terdiri dari Rugae (dinding organ yang

berlipat- lipat) sehingga lambung dapat berdistensi (mengembung).

b. Fisiologi

1) Menampung makanan, menghancurkan, menghaluskan makanan

dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung, serta

mengosongkan lambung. Fungsi menampung dari organ ini

dipengaruhi oleh nervus vagus dan diransang oleh gastrin. Gerakan

peristaltik diatur oleh konduktivitas listrik intrinsik, sedangkan

pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor saraf dan hormonal

(cholecystokinin).
10

2) Menghasilkan getah cerna lambung yang mengandung pepsin

(berfungsi memecah albumin dan pepton menjadi asam amino)

serta HCl (yang berfungsi mengasamkan makanan, zat antiseptic,

dan desinfektan, dan mengubah pepsinogen menjadi pepsin, serta

merangsang pengeluaran empedu di usus dan mengatur katub

spinkter Pilorus).

3) Memproduksi rennin.

4) Mensintesis dan mensekresi gastrin

Gastrin berperan penting dalam merangsang sekresi asam dan

pepsin, faktor intrinsic yang membantu absorbsi vitamin B12, enzim

pancreas, peningkatan aliran darah, pengeluaran insulin, motalitas

usus dan lambung, serta menghambat pengosongan lambung untuk

mencampur seluruh isi lambung sebelum masuk ke duodenum.

5) Mensekresi bikarbonat yang bersama-sama mukus, melindungi

dinding lambung terhadap autodigesti oleh pepsin dan asam

lambung.

c. Etiologi

1) Konsumsi obat – obatan kimia digitalis (asetaminofen/ aspirin,

steroid kortikosteroid). Aseteminofen dan kortikosteroid dapat

mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (non

steroid anti inflamasi drugs) dan kortikosteroid menghambat

sintesis progstaglandin, sehingga sekresi HCl meningkat dan


11

menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam dan

menimbulkan iritasi mukosa lambung.

2) Konsumsi alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster.

3) Terapi radiasi, reflux empedu, zat - zat korosif (cuka, lada)

dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa gaster dan menimbul-

Kan edema serta perdarahan.

4) Kondisi Stres atau tertekan (trauma, luka bakar, kemoterapi, dan

kerusakan susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi

HCl lambung.

5) Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobacter Pilori, Eschericia Coli,

Salmonela, dan lain- lain.

6) Penggunaan Antibiotik, terutama untuk infeksi paru, dicurigai turut

mempengaruhi penularan kuman di komunitas, karena antibiotik

tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter Pylory,

walaupun persentase keberhasilannya sangat rendah.

7) Jamur dari spesies Candida, seperti Histoplasma Capsulaptum dan

Mukonaceace dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien

Imunocompromezed. Pada pasien yang system imunnya baik,

biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. Sama dengan jamur,

mukosa lambung bukan tempat yang mudah terkena infeksi parasit.

Klasifikasi Adapun klasifikasi gastrisis, yaitu menurut (Sharif la

ode 2012: 29)

a.) Gastritis bakterialis


12

Dapat di tandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang

otot.

b.) Gastritis karna stress akut

Penyebapnya (penyakit berat,luka bakar atau cedera) biasanya

menutupi gejala lambung: tetapi perut sebelah atas terasa tidak

enak.

Segera setelah cedera timbul memar kecil dalam

lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini bias merubah

menjadi ulkus. Ulkus dan gastritis bias hilang bila penderita

sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap

sakit ulkus bias besar dan memulai pendarahan, biasanya

dalam waktu 2 sampai 5 hari. Setelah terjadinya cedera.

Perdarahan memyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti

aspal, cairan lambung menjadi keerahan dan jika sangat berat,

tekanan darah bias turun. Perdarah bias meluas dan berakibat

fatal.

d. Gastritis akut

Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung

yang menyebabkan erosif dan perdarahan pada mukosa lambung

setelah terpapar oleh zat iritan. Gastritis disebut erosif apabila

kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.

Erosinya juga tidak mengenai lapisan otot lambung.


13

e. Gastritis kronis

Gastritis kronis merupakan suatu peradangan bagian permukaan

mukosa lambung yang sifatnya menahun dan berulang. Peradangan

tersebut terjadi dibagian permukaan mukosa lambung dan

berkepanjangan, yang bisa disebabkan karena ulkus lambung jinak

maupun ulkus lambung ganas, bisa juga karena bakteri

Helicobakter Pylori. Gastritis ini dapat pula terkait dengan atropi

mukosa gastrik, sehingga produksi HCl menurun dan menimbulkan

kondisi achlorbidria dan ulserasi peptic (tukak pada saluran

pencernaan).

f. Berdasarkan tipenya

1) Gastritis tipe A

Tipe ini merupakan tipe gastritis autoimun yang disebabkan

oleh reaksi antibodi terhadap sel parietal, sehingga

menimbulkan reaksi peradangan, yang pada akhirnya dapat

menimbulkan atropi mukosa lambung. Pada 95% pasien

dengan anemia pernisiosa dan 64% pasien gastritis atropi

kronis, ditemukan bahwa pasien memiliki antibodi terhadap sel

parietal. Biasanya, gastritis tipe A ini menyerang bagian fundus

di lambung, dan seringkali dijumpai pada penderita anemia.

2) Gastritis tipe B

Merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi bakteri

H.Pylori. pada kasus gastritis tipe B, terjadi inflamasi


14

peradangan pada lapisan mukosa yang menembus sampai ke

bagian muskularis, sehingga sering menyebabkan perdarahan

dan erosi. Tipe B ini terutama menyerang bagian antrum pada

lambung.

g. Patofisiologi

Menurut Sukarmin (2012) Mukosa lambung mengalami

pengikisan akibat konsumsi alkohol, obat- obatan anti inflamasi

nonsteroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan ini dapat

menimbulkan reaksi peradangan.

Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan

sekresi asam lambung. Ion H+ yang merupakan susunan utama

lambung diproduksi oleh sel parietal lambung dengan bantuan enzim

Na+/K+ ATPase. Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh

peningkatan rangsangan persarafan, misalnya dalam kondisi cemas,

stres, marah melalui serabut parasimpatik vagus akan terjadi

peningkatan transmiter asetikolin, histamin, gastrin releasing peptide

yang dapat meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ion H+ yang

tidak diikuti peningkatan penawarnya seperti progstaglandin, HCO 3+,

mukus akan menjadikan lapisan mukosa lambung tergerus dan terjadi

reaksi inflamasi.

Peningkatan sekresi lambung dapat memicu rangsangan serabut

eferen nervus vagus yang menuju medulla oblongata melalui

kemoreseptor yang terdapat pada zona pencetus kemoreseptor yang


15

banyak mengandung neurotransmiter epinefrin, serotonin, GABA

sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual dan muntah.

Mual dan muntah mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi.

Sedangkan muntah selain mengakibatkan penurunan asupan nutrisi

juga mengakibatkan penurunan cairan tubuh dan cairan dalam darah

(hipovolemia). Kekurangan cairan merangsang pusat muntah untuk

meningkatkan sekresi antidiuretiik hormon (ADH) sehingga terjadi

retensi cairan, kehilangan NaCl dan NaHCO3 berlebihan ditambahkan

dengan kehilangan natrium lewat muntah maka penderita dapat jatuh

hipotermia. Muntah juga mengakibatkan penderita kehilangan K+

(hipokalemia) dan penderita dapat jatuh pada kondisi alkalogis yang

diperburuk oleh hipokalemia. Muntah yang tidak terkontrol juga dapat

mengancam saluran pernapasan melalui aspirasi muntahan.

Perbaikan sel epitel dapat dicapai apabila penyebab yang

menggerus dihilangkan. Penutupan celah yang luka dilakukan melalui

migrasi sel epitel dan pembelahan sel yang dirangsang oleh Insulin

Like Growth Factore dan gastrin (Sukarmin, 2012:32).

h. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang muncul berbeda sesuai dengan jenis

gastritis. Gejala klinis itu antara lain :

1) Gastritis akut erosif

Gejalanya sangat bervariasi, mulai dari yang berat dan

dapat menimbulkan kematian. Penyebab kematian yang sangat


16

penting adalah adanya perdarahan gaster. Gejala yang sangat

mencolok adalah:

2) Hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat

sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.

3) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan

asimtomatis. Keluhan- keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu

hati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat

lokasinya.

4) Mual- mual dan muntah serta perdarahan saluran cerna.

5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi klinis

sebagai darah samar pada tinja dan secar fisis akan dijumpai tanda-

tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.

6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali

mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehigga

menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata

seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai

gangguan kesadaran.

a.) Gastritis kronik non erosif

(1). Gejalanya bervariasi antara satu orang dengan yang lain

dan kadang tidak jelas.

(2). Perasaan penuh dan anoreksia

Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi lambung

berlebihan pada lambung ketika ada makanan yang masuk.


17

Sehingga kapasitas makanan menjadi menurun karena

sebagian besar telah diisi oleh mukus dan cairan hasil

sekresi.

(3). Distres epigastrik yang tidak nyata

Distres epigastrik yang tidak nyata sering berkaitan

dengan perasaan gaster seperti penuh padahal kalau

dilakukan pengecekan secara detail lambung tidak

mengalami peningkatan intralumennya. Respon ini terkait

dengan adaptasi psikologi yang berlansung lama, jadi

penderita seolah- olah terbawa emosi lambungnya terasa

penuh terus.

b.) Gastritis atropik

(1). Nyeri epigastrik

Timbulnya nyeri pada gastritis atropi akibat peningkatan

sekresi gastrin, tetapi justru mengalami penurunan getah

lambung akibat atropi parietal. Mukosa kehilangan banyak

zat pelindung sehingga mengalami iritasi yang mengenai

nosiseptor.

(2). Anemia pernisiosa

Penurunan ikatan terhadap kobalamin pada intestinum

dapat mengakibatkan anemia pernisiosa sebagai dampak

penurunan faktor intrinsik dari lambung.


18

c.) Gastritis reaktif

(1). Muntah yang berlebihan

Kegagalan atau ketidaksempurnaan hasil operasi organ

abdomen dapat mengakibatkan gangguan pada duktus

enzim pencernaan. Gangguan itu dapat merangsang

refluks gastroesofageal seperti refluks enzim lipase dari

pankreas dan garam empedu dari hepar yang

mengakibatkan pengikisan mukosa lambung. Refluks

tersebut memicu peningkatan sekresi yang berakibat pada

kenaikan motilitas lambung yang berakibat muntah.

(2). Nyeri epigastrium

Rusaknya mukosa oleh enzim atau garam empedu dapat

menurunkan ambang nyeri, penderita sensitif terhadap

nyeri.

(3). Lemah

Lemah dapat diakibatkan oleh penurunan cairan dan

nutrisi oleh muntah yang berlebihan.

3. Pencegahan

Menurut (Sarif La Ode 2012:38) walaupun infeksi H. Pylori tidak

dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi

resiko terkena gastritis.


19

a. Makan secara benar

Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang

pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan

pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana

cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup pada

waktunya dan lakukan dengan santai.

b. Hindari alkohol

Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa

lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.

c. Jangan merokok

Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih

rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga dapat meningkatkan

asam lambung sehingga menunda penyembuhan lambung dan

merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.

d. Lakukan olahraga secar teratur

Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga

dapat menstimulasi aktifitas otot usus seihngga membantu

mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.

e. Kendalikan stres

Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan

sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan

kulit. Stres juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan

memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian


20

orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah dengan

mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi,

istirahat yang cukup, olahraga teratur dan relaksasi yang cukup.

f. Ganti obat penghilang nyeri

Jika memungkinkan hindari penggunaan obat Anti Inflamasi Non

Steroid (AINS) obat- obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya

peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi

lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung

Acthaminophen.

g. Ikuti rekomendasi dokter

Untuk mengonsumsi makanan yang sehat, yang tidak merangsang

asam lambung naik berproduksi lebih banyak dan dapat menyebabkan

perforasi dinding lambung sehingga mengakibatkan terjadinya

perdarahan. Hindari minuman yang mengandung alkohol, merokok,

hindari penggunaan obat- obatan keras dalam jangka waktu yang

panjang.

4. Penatalaksanaan umum

Orientasi utama pengobatan gastritis berpaku pada obat- obatan.

Obat- obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dapat mengurangi

gejala yang mungkin menyertai gastritis dan memajukan penyembuhan

lapisan perut. Pengobatan ini meliputi :

a. Antasida yang berisi aluminium dan magnesium dan karbonat dan


21

magnesium. Antasida meredakan mulas ringan atau dispepsia dengan

cara menetralisasi asam di perut. Ion H+ merupakan struktur utama

asam lambung. Dengan pemberian aluminium hidroksida atau

magnesium hidroksida maka suasana asam dalam lambung dapat

dikurangi. Obat- obat ini dapat menghasilkan efek samping seperti

diare atau sembelit karena dampak penurunan H + adalah penurunan

rangsangan peristaltik usus.

b. Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitidin. H2 blocker

mempunyai dampak penurunan produksi asam lambung dengan

memengaruhi lansung pada lapisan epitel lambung dengan cara

menghambat rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.

c. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole,

pantoprazole, rebeprazole, esomeprazole, dan dexlansoprazole. Obat

ini bekerja mnghambat produksi asam melalui penghambatan terhadap

elektron yang menimbulkan potensial aksi pada saraf otonom vagus.

PPI diyakini lebih efektif menurunkan produksi asam lambung dari

pada H2 blocker. Tergantung penyebab dari gastritis, langkah- langkah

tambahan atau pengobatan mungkin diperlukan.

d. Misalnya, jika gastritis disebabkan oleh penggunaan jangka panjang

NSAID (Nonsteroid Antiinflamasi Drug) seperti aspirin, aspilet maka

penderita disarankan untuk berhenti minum NSAID, mengurangi dosis

NSAID, atau beralih ke kelas lain obat untuk nyeri. Walaupun PPI

dapat digunakan untuk mencegah stres gastritis saat pasien sakit kritis.
22

e. Apabila penyebabnya adalah Helicobacter pylori maka perlu

penggabungan obat antasida, PPI dan antibiotik seperti amoksilin dan

klaritromisin untuk membunuh bakteri. Infeksi ini sangat berbahaya

karena dapat menyebabkan kanker atau ulkus di usus.

f. Pemberian makanan yang tidak merangsang. Walaupun tidak

memengaruhi lansung pada peningkatan asam lambung tetapi makanan

yang merangsang seperti pedas, kecut dapat meningkatkan suasana

asam pada lambung sehingga dapat menaikkan resiko inflamasi pada

lambung. Selain tidak merangsang makanan juga dianjurkan

memperberat kerja lambung seperti makanan yang keras seperti nasi

keras.

g. Penderita juga dilatih untuk manajemen stres sebab stres dapat

memengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus. Latihan

mengendalian stres bisa juga diikuti dengan peningkatan spiritual

sehingga penderita dapat lebih pasrah ketika menghadapi stres.

5. Komplikasi

Jika dibiarkan tidak terawat gastritis akan dapat mengakibatkan

peptic ulcer dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis

kronis dapat mengakibatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi

penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada

sel- sel dinding lambung.

Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang

bermula pada sel- sel kelenjar dalam mukosa. Kanker jenis lain yang
23

terkait dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT (Mukosa Asociated

Lympoihoid Tissue), Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan

pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini

dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahun awal.

B. Tinjauan Variabel yang di teliti

1. Tinjauan tentang stress

a. Pengertian

Stres adalah merupakan reaksi tubuh dan psikis terhadap

tuntutan-tuntutan lingkungan kepada seseorang. Reaksi tubuh terhadap

stres misalnya berkeringat dingin,peningkatan frekuensi napas,

peningkatan denyut jantung dan peningkatan aliran darah ke otak.

Reaksi psikis misalnya frustasi, tegang, marah, dan agresi. Dalam

situasi stres terdapat sejumlah perasaan seperti frustasi, ketegangan,

marah, rasa permusuhan, atau agresi. Dengan kata lain, keadaan

tersebut berada dalam tekanan (pressure). Dalam kualitas yang cukup

berat, stres membuat orang bisa sakit bahkan membunuh kita.

(Zulham saam, 2013:19).

Stres adalah suatu perasaan ragu terhadap kemampuannya untuk

mengatasi sesuatu karena persediaan yang ada tidak dapat memenuhi

tuntutan kepadanya Dwight (2004, dikutip Wahyuni dkk, 2013).

b. Pencetus stres

Banyak peristiwa, kejadian atau kondisi yang dapat sebagai

pencetus stres. Mulai dari peristiwa atau kejadian yang kecil sampai
24

pada yang besar pengaruhnya. Besar atau kecilnya pengaruh peristiwa

tersebut juga akan tergantung kepada masing- masing orang.

c. Tanda-tanda dan gejala stress

Menurut todd dan gejala stress seperti mimpi aneh,

perdarahan pada gusi, timbul jerawat, kram saat menstruasi, sakit

raham atau kulit gatal.

1) Tahapan stress

Petunjuk-petunjuk tahapan stress tersebut di kemukaka oleh Robert.

J. van amberg (psikiater)vsebagai berikut:

a). stress tingkat I

tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan

biasanya di serrtai dengan perasaan seperti semangat besar,

penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya dan energy serta

gugup berlebihan

b). stress tingkat II

dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangkan mulai

menghilang yang timbul keluhan-keluhan yang di karnakan

cadangan energy tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluha-

keluhan yang sering di kemukakan seperti merasa letih, sewaktu

bangun tidur pagi, merasa lelah sesudah makan siang, merasa

lelah menjelang sore hari, terkadang gangguang dalam system


25

pencernaan (gangguan usus dan perut kembung) dan perasaan

tegang pada otot pungung serta perasaan tidak bias santai.

c). Stress tingkat III

Pada tahapan ini keluhan semakin Nampak di sertai dengan

gejala-gejala seperti gangguan usur lebih terasa (sakit perut,

mulas, sering ingin ke belakang), otot-otot terasa lebih tegang,

perasaan tegang yang semakin meningkat , gangguan tidur,

(sukar tidur, sering terbangun pada malam hari dan sukar tidur

kembali atau bangun terlalu pagi). Pada tahapan ini penderita

sudah harus berkonsutan pada dokter, kecuali kalau bebsstres

atau tuntutan yang di kurangi dan tubuh mendapatkan

kesempatan untuk istirahat atau reaksi gunang untuk memulihkan

energy kembali.

d). Stress tingkat IV

Tahapan ini sudah meninjau pada keadaan yang lebih buruk

yang di tandai dengan cirri-ciri yaitu untuk bias bertahan

sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiata-kegiatan yang semula

menyenangkan kini terasa sulit, tidur semakin susah, kehilangan

kemampuang untuk menangapi sesuatu, pergaulan social, dan

pergaulan-pergaulan rutin lainya terasa berat, tidur semakin

sukar, kemampuan berkonsentrasi menurun tajam dan perasaan

takut tidak bias di jelaskan.


26

e). Stress tingkat V

Tahapan ini merupakan tahapan yang lebih mendalam dari

tahapan yang ke iv, dengan memiliki cirri-ciri seperti keletihan

yang mendalam, untuk pekerjaan yang ringan dan sederhana

saja terasa kurang mampu, gangguan sistim pencernaan (sakit

maag dan usus)vlebih sering, sukar buang air besar atau

sebaliknya feses cair dan sering kebelakang dan perasaan takut

yang semakin menjadi-jadi. (Iyus Yosep, 2011:45) di kutip oleh

(khaeratun nissa 2012:24)

d. Pengaruh stres terhadap gastritis

Stres psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang

dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung. Peningkatan

HCl dapat dirangsang oleh mediator kimia yang dikeluarkan oleh

neuron simpatik seperti Epinefrin. (sukarmin, 2012:53).

Peningkatan stres yang berarti terjadi peningkatan rangsangan

saraf otonom akan merangsang peningkatan sekresi gastrin dan

merangsang peningkatan asam hidroklorida (HCl). Peningkatan HCl

dapat mengikis mukosa lambung (Sukarmin, 2012:123).

2. Tinjauan tentang pola makan

a. Pengertian

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan

jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu


27

kesembuhan penyakit.(Depkes RI, 2010, http://akperla.blogspot.com

diakses 3 Januari 2014).

b. Jenis makan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau

dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit

susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan

bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan

gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Okviani, 2011)

di kutip oleh (supranto 2012).

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan

merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk

berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu

hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat

penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan

mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu

selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan

iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani, 2011) di

kutip oleh (supranti 2012)

Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak

cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis,

seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan

yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan

ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan


28

waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat

meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung

dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama

sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan

menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar,

2009). Di kutip oleh (supranto 2012)

c. Pengaruh pola makan terhadap gastritis

Perawat perlu mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi

pola makan pasien, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola

makan pasien antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status

ekonomi, personal preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang,

dan kesehatan.

Adapun jenis makanan yang dapat menyebabkan terjadinya

gastritis adalah jenis makanan yang berbumbu dan asam seperti cuka,

makanan pedas yang dapat menyebabkan terjadinya pengeluaran asam

lambung secara berlebihan atau mengiritasi lambung dan makanan

yang kurang terjaga kebersihanya sehingga terkontaminasi oleh kuman

penyebab penyakit.(Depkes RI 2011,http:// akperla.blogspot.com di

akses,3 Januari 2014).

Jadwal makan seseorang yang sembarangan akan sangat

menjadi penyebab utama munculnya penyakit gastirits pada seseorang.

Dampak ini tidak muncul dalam rentan waktu yang cepat namun akan

dirasakan dampaknya setelah menahun. Jika Anda sewaktu mahasiswa


29

sering makan sembarangan dan tidak teratur, maka dampaknya akan

dapat dirasakan setelah Anda menikah. Setelah seseorang telat makan,

dianjurkan untuk makan sedikit saja atau tidak terlalu banyak. Karena

telat makan lantas makan terlalu banyak juga bisa memicu timbulnya

penyakit Nafi'ah,2012,http://informasitips.com,dikses 3 Januari 2014).

3. Tinjauan tentang gaya hidup

a. Pengertian gaya hidup

Gaya hidup adalah bagian dari kehidupan manusia dan

merupakan kebutuhan sekunder yang bergerak sesuai jaman dan

keinginan setiap individu. Gaya hidup seorang di lihat dengan cara

mereka berpenampilan, makanan mereka, kebiasaan-kebiasaan

mereka, tata cara berbahasa, dan lain-lain.

Setiap manusia bebas memilih gaya hidup mereka masing-

masing apakah itu mengarah kearah yang negative/buruk serta

kebiasaan mengkonsumsi makanan yang sembarangan akibat gaya

hidup yang menjadi kebutuhan.

b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gaya hidup manusia anatara

adalah lain:

1. Sikap seseorang

2. Pengalaman dan pengamatan terhadap kehidupan sehari-hari.

3. Kepribadian sesorang

4, Konsep diri dalam menentikan hidup


30

c. Faktor eksternal adalah sebagai berikut:

1. Orang yang memberikan pengaruh baik secara langsung maupun

tidak langsung terhadap seseorang

2. Kelas social (jabatan,dan harta)

3. Lingkungan

Dapat di simpulkan bahwa gaya hidup dapat di pengaruhi dsri

berbagai arah baik eksternal maupun internal. Gaya hidup seseorang

akan membentuk penilaian dari orang lain terhadap seseorang

tersebut, gaya hidup yang baik seperti gaya hidup mandiri atau gaya

hidup yang sehat mungkin akan dapat nilai yang baik.

(http://contohpengertian.com/gaya-hidup/#.U0A7vnafDIU.) Diakses

15 Maret 2014

d. pengaruh gaya hidup terhadap penyakit gastritis

Gaya hidup mempengaruhi terhadap timbulnya penyakit

gastritis. Seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan yang pedas,

coklat, minuman beralkohol, dan kopi, kebiasaan makan yang tidak

teratur dan merokok juga meningkatkan resiko sakit maag/gastritis

karna dapat merangsang produksi asam lambung yang berlebihan

(IskandarJunaidi,2011:152).

C. Kerangka Konsep

Penelitian ini akan diuraikan mengenai pengaruh antara variabel

independent dengan variabel dependent, adapun gambaran Kerangka konsep

penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini:


31

Variabel Independen Variabel Dependent

Stres

Pola makan Gastritis

Gaya hidup

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

= Variabel di Teliti

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Stres

Stres yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gangguan stress

secara psikologis yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

seseorang. Dalam upaya mencegah terjadinya gangguan stres pada

responden.

Kriteria evaluasi Pengukuran untuk stres dengan menggunakan

skala Guttman, dimana jika responden menjawab ya maka nilainya 1, jika

tidak nilainya 0 dari 10 pertanyaan yang di ajukan.


32

Kriteria objektif :

Ya : Jika responden memperoleh skor ≥ 50 %

Tidak : Jika responden memperoleh skor < 50 %

2. Pola Makan

Yang dimaksud pola makan dalam penelitian ini adalah suatu

cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan

maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,

mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dalam upaya mengatur

pola makan yang akan ditekankan (jadwal makan, porsi & jenis makanan)

dari responden.

Kriteria evaluasi Pengukuran tentang pola makan dengan menggunakan

skala Guttman, dimana jika responden menjawab ya maka nilainya 1, jika tidak

nilainya 0 dari 10 pertanyaan yang di ajukan.

Kriteria Objektif :

Teratur : Jika responden memperoleh skor ≥ 50 %

Tidak teratur : Jika responden memperoleh skor < 50 %

3. Gaya hidup

Yang di maksud dengan gaya hidup adalah ekspresi kehidupan

dalam memenuhi suatu kebutuhan. Sehingga mempegaruhi kekebalan

tubuh terhadap penyakit. Dalam upaya mencegah terjadinya gaya hidup

yang tidak sehat.

Kriteria evaluasi Pengukuran tentang pola makan dengan menggunakan

skala Guttman, dimana jika responden menjawab ya maka nilainya 1, jika tidak
33

nilainya 0 dari 10 pertanyaan yang di ajukan.

Kriteria objektif:

Beresiko : Jika responden memperoleh skor ≥ 50 %

Tidak beresiko : Jika responden memperoleh skor < 50 %

4. Gastritis

Gastritis yang dimaksud adalah peradangan pada lapisan lambung

yang dapat bersifat akut atau kronis dengan karakteristik kurang nafsu

makan, berkeringat dingin, perasaan begah, tidak nyaman pada bagian

epigastrium, serta mual dan muntah.

Kriteria objektif :

Baik : Jika responden memperoleh skor ≥ 50 %

Kurang : Jika responden memperoleh skor < 50 %


34
35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang akan digunakan adalah Deskriptif

dengan menggunakan pendekatan Cros-Secsional yaitu penelitian yang

dilakukan untuk menguraikan pengaruh antara variabel yang akan diteliti.

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang

telah ditetapkan Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh

mahasiswa STIKPER Gunung Sari Makassar, berdasarkan data yang

diperoleh dari bagian administrasi Puket I Keperawatan STIKPER Gunung

Sari Makassar Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 960 orang.

(Nursalam, 2008).

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat di

pergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Besar sampel di

hitung dengan rumus (Nursalam, 2008, ).

N
n=
1+ N ¿ ¿

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel
36

d : Tingkat signifikansi

60
n=
1+60 (0,025)

60
n=
1+1.5

60
n=
2.5

n = 24 besar sampel

Dengan Kriteria sampel sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi :

1) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden

2) Semua mahasiswa tingkat IV Stikper Gunung Sari Makassar.

3) Mahasiswa yang dengan riwayat Gastritis.

b. Kriteria Eksklusi :

1) Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden

2) Mahasiswa yang tidak riwayat Gastritis.

3. Sampling

Tekhnik sampling merupakan cara-cara yang di tempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Pengambilan

sampel dilakukan dengan metode non propability sampling dengan

menggunakan teknik Purposive sampling merupakan cara pengambilan

sampel dengan memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


37

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Stikper Gunung Sari Makassar.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian di mulai pada tanggal 30 April dan berakhir pada tanggal

1 Mei tahun 2014

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner atau

daftar pertanyaan yang dibuat oleh peneliti. Adapun cara pengukuran

dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi kepada responden

dengan menggunakan alat ukur Kuesioner yang masing-masing diberikan 5

pertanyaan menggunakan skala Guttman kemudian didokumentasikan.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data primer

Yaitu data yang diperoleh dari mahasiswa tingkat IV Stikper Gunung Sari

Makassar melalui wawancara lansung dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang disusun dalam bentuk Kuesioner.

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari mahasisswa tingkat IV yang dengan

riwayat gastritis.
38

F. Tekhnik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Tekhnik pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data dan meneliti

kelengkapan jawaban.

b. Coding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban perlu

disederhanakan dengan cara memberikan simbol- simbol tertentu pada

setiap jawaban.

c. Tabulasi

Setelah data terkumpul dan tersusun selanjutnya data dikelompokkan

dalam satu tabel menurut sifat-sifat pengelompokannya atau sesuai

tujuan penelitian, selanjutnya akan dianalisa.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap varibel dari hasil

penelitian, analisis ini menghasilkan distribusi dan frekuensi dari tiap

variabel yang diteliti.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya surat

rekomendasi dari pihak institusi bagian administrasi puket I yang akan

dijadikan sebagai tempat penelitian. Setelah ada persetujuan, barulah peneliti


39

dapat melakukan penelitian dengan beberapa etika penelitian. Etika penelitian

meliputi :

1. Informed consent

Lembar persetujuan di berikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusif dengan memberikan penjelasan

sebelumnya tentang tujuan penelitian. Bila responden menolak maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan,peneliti tidak mencantumkan nama

responden tetapi berupa kode atau inisial.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti

Anda mungkin juga menyukai