PENDAHULUAN
Tindakan keperawatan seperti mengkaji pasien dengan gastritis akut atau kronis ,
haruslah dengan hati-hati pada faktor risiko. Pertimbangkan diet, pola makan, serta
penggunaan resep dan obat-obatan bebas, juga gaya hidup, termasuk konsumsi alkohol
dan merokok. Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, fokuslah pada pengajaran
tentang penyebab gastritis dan makanan yang mungkin memperburuk penyakit. Bantu
untuk mengkaiji faktor-faktor yang dapat memicu peningkatan manfestasi, seperti stres
atau kelelahan, meminum obat-obatan tertentu saat perut kosong, konsumsi makanan dan
minuman, konsumsi alkohol, serta merokok (Black, 2014).
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan gastritis. Konsep penyakit yang diuraikan definisi, etiologi
dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah-
masalah yang muncul pada gastritis dengan melakukan asuhan keperawatan yan
terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Menurut (Evelyn, 2002) Lambung dan saluran pencernaan yang dapat mekar
paling banyak terletak di epigastrik dan sebagian di sebelah kiri hepokondria
umbilikalis, lambung terdiri fundus bagian utama dan atrum pilorik. Lambung
berhubungan dengan esofogus melalui arifisium/kardia duodenum melalui
arifisium pilorik. Lambung terletakdibawah diafragma, di depan pankreas dan
limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Lambung menerima persediaan darah yang melimpah dari arteria gastrika dan
arteria irenalis persarafan diambil dari vagus dan plaxus seliaka sisterna simpatis.
Fungsi lambung menurut Price (2006), yaitu :
2. Gastritis kronik
a. Gastritis kronik berhubungan dengan helicobacter pylori, apalagi jika
ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang yang juga menimbulkan atropi
beberapa sel fungsional tunika mukosa.
b. Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan perjalanan klinis
yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan infeksi .Dengan ditandai
oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan sel pametal dan
chief cell. Akibatnya produksi asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik
menurun. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan
yang rata. Bentuk gastritits ini sering dihubungkan dengan anemia pernisiosa,
tukak lambung dan kanker.
2.1.5 Etiologi
Menurut Misnadiarly (2009), penyebab gastritis yaitu obat- obatan seperti aspirin,
alkohol, trauma pada lambung, kelainan pembuluh darah pada lambung, luka akibat
operasi/bedah lambung, autoimun pada anemia pernisiosa, adanya tumor pada
lambung. Selain itu faktor kejiwaan atau stressjuga berperan terhadap timbulnya
serangan ulang penyakit tersebut, kemudian juga gastropati reaktif dan infeksi
khususnya pada helicobacter pylori.
2.1.6 Gejala klinis
Tanda dan gejala dari gastritis menurut (Brunner &Suddarth, 2005) yaitu rasa
terbakar di lambung dan akan menjadi semakin parah ketika sedang makan, disusul
dengan nyeri ulu hati, mual dan sering muntah, tekanan darah menurun, pusing,
keringat dingin, nadi cepat, kadang berat badan menurun , disertai dengan nasfu
makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin.
Selain itu perut akan terasa nyeri, pedih (kembung dan sesak) di bagian atas perut (ulu
hati), merasa lambung sangat penuh ketika sehabis makan, sering sendawa bila
keadaan lapar, sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah perut.
2.1.7 Patofisiologi
Mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan
terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses autodigesti acid, prostaglandin yang
memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis.
Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamin dan
stimulasi saraf colinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan
menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan terjadinya
bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung (Dermawan dan Rahayuningsih, 2010).
Gastritis akut merupakan penyakit yang biasanya bersifat jinak dan swasirna;
merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin
bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin
merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai
penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan
menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul.
Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid (NSAID: misalnya
indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamida, dan digitalis. Asam empedu,
enzim pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung
(Price & Wilson, 2006). Kemudian masalah keperawatan yang muncul adalah
gangguan rasa nyaman nyeri karena adanya mukosa lambung yang teriritasi,
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas, kurang pengetahuan tentang
penyakit, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan asuhan keperawatan (Doenges,
2014)
2.1.8 Diagnosis
Menurut Brunner & Suddarth (2005) cara menegakkan diagnosis pada Gastritis
adalah :
1. Gastritis akut
Tiga cara dalam menegakkan diagnosis yaitu ganbaran lesi mukosa akut
dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal sengan tepi atas rata. Pada
endoskopi dan gambaran radiologi.Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat
lesi permukaan yang superfisial, karena itu sebaiknya digunakan kontras
ganda.Secara umum endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitive dan
spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.
2. Gastritis kronik
Diagnosa gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi
dan dilanjuutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsy mukosa lambung.
Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter
Pylory apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum,
mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%.
Dilakukan pula rapid ureum test. Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosa
Helicobacter Pillory, Jika hasil CLO (Campylobacter-like organism test) dan atau
PA positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk Helicobacter Pillory
sebagai diagnosis awal.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi gastritis menurut Mansjoer (2003), adalah :
1. Kompikasi gastritis akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atasberupa hematemesis dan melena dapat
berakhir sebagai syok hemoragik.
b. Tukak peptik.
2. Komplikasi gastritis kronis
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus
c. Perforasi
d. Anemia Karena gangguan absorbsi vitamin B12
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang
1. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untuk perdarahan
GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajatulkus jaringan
/cedera.
2. Foto rontgen = dilakukan untuk membedakan diagnosa penyebab / sisi lesi.
3. Analisa gaster = dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh :peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam nokturnal penyebab ulkus duo denal. Penurunan atau
jumlah normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat dan asiditas
menunjukkan sindrom Zollinger – Ellison.
4. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilakukan bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan
kemungkinan isi perdarahan.
5. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis (Doengoes, 2001).
2.1.11 Pencegahan
Masalah yang perlu diperhatikan dalam kasus penyakit gastritis adalah gangguan
rasa nyaman nyeri, ini merupakan prioritas utama dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan, kemudian disusul dengan resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, kecemasan karena adanya ancaman kesehatan, serta gangguan pola
tidur (Muttaqin, 2013).
1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Meningkatnya intensitas nyeri disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan pada
lambunng yang berupa peradangan. Sensori yang tidak menyenangkan dan
pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan
atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya
dari ringan sampai berat biasanya terjadi pada penderita penyakit gastritis akut (Judith
M. Wilkinson, 2002).
2. Gangguan Nutrisi
Kurangnya asupan nutrisi pada penderita gastritis paling sering disebabkan karena
anoreksia. Ini terjadi karena sekresi asam lambung yang berlebih yang menyebabkan
perasaan tidak nyaman pada lambung (Muttaqin, 2013).
3. Cemas
Peningkatan kecemasan pasien biasanya terjadi karena adanya perasaan takut
berlebihan akan penyakit yang dideritanya (Muttaqin, 2013).
4. Gangguan Pola Tidur
Dengan adanya nyeri yang hilang timbul pada penderita gastritis akan menyebabkan
kualitas tidur pasien terganggu (Muttaqin, 2013).
3) Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya.
4) Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya
karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah
yang berhubungan dengan GI, misal : luka peptik /
gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi bunyi usus : sering
hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah
warnagelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah
cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat
terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida). Haluaran
urine : menurun, pekat.
5) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
didugao bstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan
luka duodenal). Masalah menelan : cegukan Nyeri ulu
hati, sendawa bau asam, mual / muntah.
6) Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar,
kelemahan.
Status mental :tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai koma
(tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa
terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai
perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar
setelah makan banyak dan hilang dengan makan
(gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah /
atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah
makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster). Nyeri
epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung
kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau
gastritis). Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol,
penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin,
antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit,
pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8) Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif
Tanda :peningkatan suhu Spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis / hipertensi portal).
9) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang
mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID
menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat
diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau
episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama
misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan
(Doengoes, 2014).
3) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut priyanto (2006), pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien
gastritis adalah :
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan endoskopi.
c. Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.
2.2.2 Analisa Data
Analisa data adalah Kemampuan pengembangan daya pikir dan penalaran
data keperawatan sesuai dengan kaidah-kaidah dalam ilmu keperawatan untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan untuk membahas permasalahan keperawatan (Ali,
2012).
Tabel 1.1 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS: -
DO: Mengkomunikasikan Inflamasi pada Nyeri
gambaran nyeri, postur mukosa gaster
tubuh kaku, wajah
mengkerut, respon
autonomik misal :
perubahan tanda-tanda
vital.
2 DS: -
DO: Penurunan berat badan, absorpsi nutrisi Nutrisi, Perubahan
tonus otot buruk, inadekuat, : Kurang dari
konjungtiva pucat, dan anoreksia kebutuhan tubuh.
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
menolak untuk makan.
3. DS: -
DO: Perasaan gelisah, takut, Perubahan Ansietas
gemetar, takikardia, status
berkeringat, kesehatan
menyatakan masalah
khusus, panik.
4 DS: -
DO: Keluhan kesulitan Stres Gangguan Pola
terlelap/ tidak merasa psikologis, Tidur
segar, tidur terganggu, adanya nyeri
terbangun lebih awal
dari keinginan
5 DS: -
DO: Pernyataan masalah, Kurang Kurang
permintaan informasi, informasi, pengetahuan,
tidak akurat dalam tidak mengenal tentang proses
mengikuti instruksi. sumber penyakit,
informasi prognosis, dan
kebutuhan
pengobatan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah pencarian kebenaran dengan cermat dan sistematis sampai
subjek menemukan atau merevisi fakta teori terapan teknologi (Nursalam, 2003). Pada bagian
metode penelitian ini akan diuraikan mengenai : pendekatan/desain penelitian, unit analisis,
batasan istilah, lokasi dan waktu penelitian, prosedur penelitian, teknik dan istrumen
pengumpula data, dan analisa data.
Jenis penelitian ini adalah case control dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien Gastritis. Pendekatan yang
digunakan adalah retrospective, pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi. Asuhan keperawatan atau
proses keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien
dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian,
menentukan diagnosis,merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan
serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan dengan berfokus pada
pasien, berorientasi pada tujuan yang ada pada setiap tahap. Dalam bab ini peneliti akan
menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien Gastritis di RSUD Kabupaten Sidoarjo.
Standar prosedur operasional pada semua istilah yang digunakan penelitian beserta
pengertiannya adanya kasus yang digunakan adalah Asuhan Keperawatan pada pasien
Gastritis dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Standar prosedur operasional pada semua istilah yang digunakan penelitian beserta
pengertiannya adanya kasus yang digunakan adalah Asuhan Keperawatan pada pasien post
op hernia dengan resiko infeksi.
Metode yang dipilih dalam penelitian ini yaitu dengan metode observasi melalui pemeriksaan
fisik serta menggunakan alat-alat fisiologi seperti, tensi meter, stetoskop, serta melihat hasil
pemeriksaan penunjang pasien seperti pemeriksaan diagnostic. Observasi berfungsi untuk
mengetahui serta menganalisis kondisi yang terjadi pada pasien dengan stroke yang
menjalani perawatan.
Proses keperawatan meliputi :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kali nya di fasilitas kesehatan terdari
dari: identitas pasien, identifikasi penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik, data spikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan tempat
tinggal, pemeriksaan laboratorium, dan program pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada di analisa. Kegiatan
pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai berikut:
a. Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya. Data pasien terdiri atas
data subjektif yaitu data yang didapat saat interaksi dengan pasien, biasanya apa yang
dikeluhkan oleh pasien, dan data objektif yaitu data yang diperoleh perawat dari hasil
pengamatan dan pemeriksaan fisik.
b. Menegakkan diagnose
3. Intervensi
c) Intervensi
4. Implementasi
a) Diagnosa keperawatan.
b. Diagnosa kepoerawatan.
c. Evaluasi keperawatan.
Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) artinya teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik data dan sumber data
yang telah ada. Triagulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda. Untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan
observasi, pengukuran, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang
sama secara serempak (Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Dalam obeservasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien, seperti
keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga mengobservasi tindakan apa saja
yang telah dilakukan pada pasien, misalnya pasien terpasang infus, kompres hangat,
pemberian obat, terpasang oksigen dan tranfusi. Observasi pemeriksaan fisik seperti
pemantauan tanda perdarahan yaitu petekie, perdarahan gusi, ekimosis hematemesis dan
melena. Pemantauan tanda-tanda vital yaitu nadi, pernapasan, tekanan darah dan suhu.
Pemantauan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, dan trombosit.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda mengukur dengan
menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik, seperti melakukan pengukuran suhu, menimbang
berat badan, pengkuran napas, nadi, dan tekanan darah.
3. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang diteliti, tetapi juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas
terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan
wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsure kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara
tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi
arahnya yang jelas. Artinya pewawancara diberi kebebasan yang diharapkan dan responden
secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin. Wawancara dilakukan tentang
identitas pasien, riwayat kesehatan (keluhan masuk rumah sakit, riwayat kesehayan sekarang,
riwayat penyakit yang diderita sebelumnya dan riwayat kesehatan keluarga yang sebelumnya,
kondisi lingkungan pasien), dan activity daily (ADL) seperti makan, minum, BAB, BAK,
istirahat dan tidur.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini menggunakan
dokumentasi dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan. Data
pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, hematokrit, trombosit), data pemeriksaan diagnostik
(rontgen thorax), dan data pengobatan pasien.
a) Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti pengkajian kepada
pasien, meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari
dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
b) Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari rekam medik,
serta dari dokumentasi di ruang rawat. Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang
(pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu hubungan antara konsep satu dengan lainnya
dari masalah yang ingin diteliti yang menghubungkan atau menjelaskan secara rinci tentang
suatu topik yang akan dibahas (Setiadi,2013).
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
Gangguan
Gastritis pemenuhan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Ansietas/
Gangguan pola
tidur
Kurang
pengetahuan
Keterangan :
\ = Variabel diteliti
Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca
dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).
Tabel 3.2 Tabel Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Op Hernia dengan Resiko
Infeksi.
Charlene j, R., Gayle, R., Robin, L. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi pertama jilid
2. Jakarta. Salemba Medika.
Hirlan. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3 jilid 2. Jakarta, FKUI.
Mansjoer, A,. Trianti, K,. Savitri, W.K,. setiowulan, W. (1999). Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3 jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Nursalam. (2001). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi pertama
jilid 1. Jakarta. Salemba Medika.
Soeparman & Sarwono (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, EGC, Salemba
Medika.
Smeltzer, S., Bare, P. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.