Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam
mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang
penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam
proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya
adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan
karbohidrat dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang
dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding
lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal
attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik
Penyakit Dalam (IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit yang sering
ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri (Patofisiologi Sylvia & Wilson)
dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus memahami dan
memberikan peran dan asuhan yang tepat karena komplikasi dari gastrtits ini cukup
berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian.

B.     Tujuan
1.      Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya gastritis serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam gastritis di lapangan.

2.      Tujuan khusus :
a.       Mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi gastritis
b.      Mengetahui pengkajian keperawatan pada kasus gastritis
c.       Mengetahui diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan
keperawatan
d.      Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai
indikasi klien
e.       Mengetahui asuhan keperawatan pada kasus gastritis
C.    Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan sebagai cara
pemecahan masalah.  Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan :
1.        Wawancara
Wawancara dilakukan dengan percakapan langsung dengan klien, keluarga dan
perawat ruangan.
2.        Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan sistematis
3.        Studi Dokumentasi
Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan diagnostik, laboratorium, dan catatan
kesehatan lainnya.
4.        Studi Kepustakaan
Pengumpulan data didapat dari sumber-sumber yang relevan untuk menunjang data,
dan selain itu dengan melakukan searching di internet.

D.    Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Berisi tentang konsep dasar yang mencakup pengertian,  anatomi fisiologi, etiologi,
patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostic,
penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan, analisa data, diagnosa yang
mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan.
BAB III Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses keperawatan
dan catatan perkembangan.
BAB IV Kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Gastritis


1. Pengertian Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah
gastritis superfisial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi & Huda, 2015). Gastritis
merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung. Peradangan ini dapat
menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial
yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan
epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).
2. Etiologi Gastritis
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit
lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum
alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan
penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID
aspirin dan ibuprofen (Dewit, dkk. 2016).
Menurut Gomez (2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :
a. Infeksi bakteri

b. Sering menggunakan pereda nyeri

c. Konsumsi minuman alkohol yang berlebihan

d. Stres

e. Autoimun

3. Manifestasi Klinis
Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan perut penuh.
Beberapa gejala gastritis di antaranya:
a. Nyeri epigastrium

b. Mual

c. Muntah

d. Perut terasa penuh

e. Muntah darah
f. Bersendawa

Gambaran klinis pada gastritis yaitu:


a. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi:
1) Dapat terjadi ulserasi diagnostik dan dapat menimbulkan hemoragik.

2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan
anoreksia. Disertai muntah dan cegukan.

3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan.

b. Gastritis kronis
Pada gastritis kronis terjadi anoreksia (nafsu makan menurun), nyeri ulu hati setelah
makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah (Lewis, dkk. 2011).
Beberapa penderita gastritis bisa tidak merasakan gejala-gejala diatas (asimtomatis).
4. Komplikasi Gastritis
a. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah perdahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa haematomesis dan melena, dapat berakhir denganshock
hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA perlu di bedakan dengan tukak peptik.
Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah Helicobacter Pylory, sebesar 100 % pada tukak
duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan
dengan endoskopi (Hardi & Huda, 2015).
b. Gastritis kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan anemia karenaganggguan
absorpi vitamin B12 (Hardi & Huda, 2015).
5. Penatalaksanaan Gastritis
c. Pengobatan pada gastritis meliputi:
1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk
mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis
yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.

3) Histonin: dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambungdan


kemudian menurunkan iritasi lambung.

4) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara


menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang menyebabkan
iritasi (IAI, 2010)
d. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dan ajurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri
dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab (Hardi & Huda, 2015).
6. Pencegahan
Pencegahan pada gastritis adalah dengan mengontrol semua faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan pencegahan seperti
dibawah ini:
a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga
terjadi inflamasi.

b. Hindari merokok dan kurangi konsumsi kopi karena dapat menganggu


lapisan dinding lambung sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan
tukak/ulkus. Rokok juga dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat
penyembuhan luka.

c. Atasi stres sebaik mungkin.

d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari sayur dan
buah yang bersifat asam.

e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran balik)


asam lambung.

f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran


makananmelalui usus.

g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara


waktu kurangi kamsumsi makanan tinggi serat, seperti pisang,kacang-kacangan,
dankentang.

h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa makanan
lunakdan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks (Hardi & Huda, 2015).
B. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan bagian dari domain perilaku kesehatan yang berperan
penting dalam terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Pengetahuan
merupakan hasil tahuyang diperoleh melalui penglihatan ataupun pendengaran dan
juga pengetahuan yang dipengaruhi oleh pendidikan (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru
yang berkaitan dengan proses pembelajaran (Budiman & Agus, 2014).
2. Defisit Pengetahuan
Defisit pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi infomasi kognitif yang
berkaitan dengan topik atau hal tertentu. Batasan karakteristik defisit pengetahuan
adalah ketidakakuratan melakukan tes, ketidakakuratan mengikuti perintah, dan
kurang pengetahuan. Faktor yang berhubungan dengan defisit pengetahuan adalah
gangguan fungsi kognitif, gangguan memori, kurang informasi, kurang minat untuk
belajar, kurang sumber pengetahuan, dan salah pengertian terhadap orang lain
(Herdman, 2015).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha untuk mengambangkan kepribadian dan kemampuan yang
berlangsung seumur hidup baik formal maupun informal atau didalam dan diluar
sekolah. Pendidikan adalah suatu proses pengubah sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok untuk usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan
pelatihan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
dengan pendidikan tinggi, pengetahuan yang dimilikinya semakin luas.Namun, perlu
ditekankan seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti memiliki pengetahuan
yang rendah pula.
b. Media massa atau infomasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal dannonformaldapat
memberikan pengaruh jangka pendek sehinggamenghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi baru akan menyediakan
berbagai macam media masa yang akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Adanya informasi baru atau terkini mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitifdalam membentuk pengetahuan.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan tradisi yang dilakukan masyarakat tanpa melalui penalaran apakah baik
atau buruk, status ekonomi juga dapat menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi mempengaruhi
pengetahuan yang dimiliki.
d. Lingkungan
Segala sesuatu yang berada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun
sosial, lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan dalam
individu di suatu lingkungan tersebut karena adanya interaksi timbal balik ataupun
respon yang didapatkan.
e. Pengalaman
Sebagai sumber pengetahuan, pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman belajar maupun
kerja yang dimiliki dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan.
f. Usia
Usiamempengaruhi terhadap daya tangkap dan dan pola pikir seseorang, semakin
bertambah usia maka akan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin berkembang.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kepastian yang biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran pengetahuan menurut
teori Lawrence Green bahwa perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan
ditentukan olehpengetahuan yang dimilikinya, sikap, kepercayaan dan tradisi.
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau kuisioner yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dengan objek penelitian atau
responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata sedangkan
data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau
pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan, dengan jumlah
yang diharapkan dan diperoleh presentase, setelah dipresentasekan lalu ditafsirkan
kedalam kalimat yang bersifat kualitatif (Arikunto, 2010).
a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76-100 % dari yang diharapkan.
b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56-75 % dari yang diharapkan
c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56 % dari yang diharapkan
C. Asuhan Keperawatan pada Pasien Gastritis dengan Defisit Pengetahuan
Asuhan keperawatan pada pasien gastritis mengikuti proses keperawatan yang terdiri
dariunsur proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan,
intervensi, dan evaluasi (Nursalam, 2016).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian adalah proses
pengumpulan semua data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status
kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait
dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual pasien (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2010).
Adapun beberapa aspek yang dikaji berkaitan dengan gastritis adalah sebagai
berikut :
a. Aktivitas atau Istirahat

Kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea, perubahan irama
jantung.
b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, aterosklerosis, kenaikan tekanan darah, takikardi, penyakit


serebrovaskular, distrimia, kulit pucat, sianisis, diaforesis.
c. Integritas Ego
Berhubungan dengan faktor stress akut atau kronis dapat ditandai dengan ansietas,
misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
d. Eliminasi

Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis (GE)


atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster,
gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik
feses. Dapat ditandai dengan nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering
hiperaktif, diare, atau konstipasi dapat terjadi (penggunaan antasida), haluaran urine
menurun atau pekat.
e. Makanan atau cairan

Makanan yang menimbulkan gas, makanan pedas, anoreksia, mual, muntah, masalah
menelan seperti cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah.
f. Neurosensori

Pusing, sakit kepala, perubahan keterjagaan, gangguan pengelihatan, respon motorik


(penurunan kekuatan genggaman tangan), perunahan retina optik.
g. Nyeri atau kenyamanan

Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba
dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan
banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri di ulu hati melebar ke kiri.

h. Pernapasan
Dispnea, takipnea, dispnea noctural paroksimal, ortopnea, riwayat merokok, bunyi
nafas tambahan, sianosis, disstres respirasi.
i. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem dimulai dari kepala ke ujung kaki
dapat mudah dilakukan pada kondisi klinik. Pemeriksaan fisik diperlukan empat
modalitas dasar yang digunakan meliputi :
1) Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk


mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan. Perawat yang
berpengalaman melakukan beberapa observasi hampir secara bersamaan, sambil
menjadi sangat perseptif terhadap tanda dini adanya abnormalitas. Dalam melakukan
pemeriksaan inspeksi adalah selalu memberi perhatian pada pasien. Perhatikan semua
gerakan dan lihat dengan cermat bagian tubuh atau area yang sedang diinspeksi. Data
yang didapat berupa, wajah tampak pucat, tampak berhati-hati pada daerah yang
sakit, dan berkeringat.
2) Palpasi

Palpasi menggunakan dua tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat
suatu pengukuran sensitive terhadap tanda khusus fisik. Keterampilan ini sering kali
digunakan bersamaan dengan inspeksi. Selama palpasi, pasien diusahakan dalam
keadaan santai sehingga tidak terjadi ketegangan otot yang dapat mempengaruhi
optimalitas dari hasil pemeriksaan. Pada pasien gastritis ulu hati akan terasa nyeri saat
di palpasi.

3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan pengetukan tubuh
dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organ-
organ tubuh yang bertujuan untuk menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh.
Dengan teknik perkusi lokasi, ukuran, dan densitas struktur dapat ditentukan. Perkusi
membantu memastikan abnormalitas yang didapat dari pemeriksaan sinar-X atau
pengkajian melalui palpasi dan auskultasi. Pada pasien gastritis suara perkusi
abdomen timpani.
4) Auskultasi

Auskultasi adalah teknik pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan


tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar dengan telinga tanpa alat bantu, meskipun
sebagian bunyi dapat didengar dengan stetoskop untuk mendengarkan bunyi dan
karakteristik. Pada pasien gastritis suara auskultasi bising lambung dan usus sering
terdengar hiperaktif.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan terhadap respon klien tentang masalah
kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawatan
(Harnilawati, 2013)
Pada pasien dengan Gastritis terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang
kemungkinan muncul (PPNI, 2017), yaitu :
a. Defisit nutrisi

b. Kekurangan volume cairan

c. Nyeri akut

d. Defisit pengetahuan
e. Kesiapan peningkatan nutrisi
Fokus penelitian pada penelitian ini adalah defisit pengetahuan. Defisit pengetahuan
merupakan ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan pada topik
tertentu. Penyebabnya dapat terjadi karena keterbatasan kognitif, gangguan fungsi
kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat
dalam belajar, kurang mampu mengingat dan ketidaktahuan menemukan sumber
informasi. Gejala dan tanda mayor, subjektif, menanyakan masalah yang dihadapi.
Objektif, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran dan menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah. Gejala dan tanda minor, objektif menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat dan menunjukkan perilaku berlebihan misalnya apatis, bermusuhan,
agitasi dan histeria. Kondisi klinis yang terkait dengan defisit pengetahuan kondisi
klinik yang baru dihadapi, penyakit akut, dan penyakit kronis (PPNI, 2017).
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan fase proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan
sistematis dan mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah,
perencanaan merujuk pada data pengkajian pasien dan pernyataan diagnosa sebagai
petunjuk dalam merumuskan tujuan pasien dan merancang intervensi keperawatan
yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengilangkan masalah pasien
(Kozier, dkk. 2010).
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat
pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih
untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005)

Tujuan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Intervensi


berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) pada defisit
pengetahuan, meliputi :

Tabel 1 Tujuan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


Berdasarkan SLKI dan
Intervensi Berdasarkan
SIKI pada Defisit
Pengetahuan Diagnosa
keperawatan
Defisit Pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
meningkat Observasi
Kriteria hasil: 1. Identifikasi kesiapan
1. Perilaku sesuai dan kemampuan
anjuran meningkat menerima informasi.
2. Verbalisasi minat 2. Identifikasi faktor-
dalam belajar faktor yang dapat
meningkat. meningkatkan dan
3. Kemampuan menurunkan motivasi
menggambarkan perilaku hidup bersih
pengalaman dan sehat.
sebelumnya yang sesuai
dengan topik meningkat Terapeutik
4. Perilaku sesuai 1. Sediakan materi dan
dengan pengetahuan media pendidikan
meningkat. kesehatan.
5. Perilaku sesuai 2. Jadwalkan
dengan pengetahuan pendidikan kesehatan
meningkat. sesuai kesepakatan.
6. Pertanyaan tentang 3. Berikan kesempatan
masalah yang dihadapi untuk bertanya.
menurun.
7. Persepsi yang keliru Edukasi
terhadap masalah 1. Jelaskan faktor risiko
menurun. yang dapat
8. Menjalani mempengaruhi
pemeriksaan yang tidak kesehatan.
tepat 2. Ajarkan perilaku
9. Perilaku membaik hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan

4. Pelaksanaan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan
dan respons pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier et al., 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam konteks ini
aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan professional
kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi keperawatan dapat disusun dengan
menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis/Assessment, dan Planing) (Kozier
et al., 2010).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAIJIAN
2.      Identitas
Identitas pasien
Nama                                        : Tn A
Umur                                        : 56  tahun
Jenis kelamin                            : laki-laki
Pekerjaan                                  : Pedagang
Pendidikan                               : SD
Status                                        : Kawin
Identitas penanggung jawab
Nama                                        : ny. N
Umur                                        : 27 tahun
Jenis kelamin                            : Perempuan
Pekerjaan                                  : Pedagang
Pendidikan                               : SMA
Status                                        : Kawin
Hubungan dengan pasien         : anak
3.      Diagnosa Medis                       : Gastritis
4.      Waktu Dan Tempat
Tgl masuk rumah sakit              :
Tgl pengkajian                          :
Tempat Praktik                         :
5.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
Saat masuk Rumah sakit   : Klien datang Ke IGD RSUD Palabuhanratu jam 19.00
tanggal 19 september 2016  dengan keluhan nyeri pada ulu hati 4 hari yang lalu 
disertai mual muntah
b.      Saat pengkajian (PQRST) : Pada tanggal 21 september 2016 dilakukan
pengkajian, klien mengeluh nyeri pada ulu hati, dengan skala nyeri 5 disertai mual
muntah
c.       Keluhan penyerta  : Klien mengatakan tidak nafsu makan.
d.      Riwayat Kesehatan Dahulu
1)      Pernah di rawat di Rumah sakit : Klien mengatakan pernah dirawat di rumah
sakit 3 tahun yang lalu, dengan penyakit yang sama
2)      Obat-obatan yang pernah digunakan  : Obat-obatan yang sering digunakan
ketika di rumah biasanya obat dari  warung.
3)      Tindakan (operasi) : Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi.
4)      Alergi  : Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun alergi obat-
obatan.
5)      Kecelakaan : Klien mengatakan  pernah mengalami kecelakaan 3 tahun yang
lalu.
6)      Imunisasi : Keluarga  mengatakan klien di imunisasi pada saat masih kecil.

6.      Pola Fungsi Kesehatan


a.       Pola Menejemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
1)      Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Pasien mengatakan pasien tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
2)      Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Anak pasien mengatakan jika sakit selalu berobat ke puskesmas.
3)      Factor factor resiko sehubungan dengan kesehatan
Anak pasien mengatakan pasien sering tidak mau makan.
b.      Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan tidur pasien tidak
terganggu. Tidur ±7-8 jam. Mulai pukul 21.00-05.00, tidur dengan nyenyak, tidak
gelisah, dan tidak sering terjaga pada malam hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur pasien
terganggu. Tidurnya tidak teratur, mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2 jam
kemudian terbangun, lalu tidur lagi. Pasien sering merasa gelisah, tidurnya tidak
nyenyak, dan sering terjaga pada malam hari karena nyeri pada perutnya dan pasien
merasa nyei pada luka di bokongnya.
c.       Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit makan dan minum pasien
tidak mengalami masalh. Makan 3x/hari dengan nasi, sayur, dan lauk dan habis 1
porsi. Tidak mula dan tidak muntah. Minum ± 6-8 gelas/hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit nafsu makan pasien menurun.
Makan 3x/hari namun sedikit sedikit dan tidak habis. Kadang pasien mengeluh mual
dan ingin muntah. Minum hanya sedikit, 3-4 gelas/hari.
d.      Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit BAB pasien teratur, 1x/hari,
tidak keras dan tidak cair. BAK sering, 5-6x/hari dan tidak nyeri saat BAK.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit BAB pasien tidak teratur,
kadang 3 hari baru BAB. BAK hanya sedikit.
Pasien terpasang kateter, urin hanya sekitar 300 cc/hari.
e.       Pola Kognitif Perseptual
Sebelum sakit :Anak pasien mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan baik
dengan orang lain, dan mengerti apa yang dibicarakan ,berespon dan berorientasi
dengan baik dengan orang-orang sekitar”.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien masih dapat
berkomunikasi dan berespon dengan baik. Akan tetapi selama sakit pasien jarang
berbicara, berbicara hanya seperlunya saja.
f.       Pola Konsep Diri
Gambaran diri : Anak pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh dengan
kondisi tubuhnya.
Identitas diri : Anak pasien mengatakan pasien masih dapat mengenali dirinya
sendiri.
Peran diri : Anak pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dan
bekerja sebagai pedagang.
Ideal diri : Anak pasien mengatakan pasien selalu mengatakan ingin hidup dengan
baik, sehat, dan ingin melihat anaknya bahagia. Dan saat ini ibu berharap ingin cepat
sembuh.
Harga diri : Anak pasien mengatakan di rumah pasien sangat dihargai oleh anak,
menantu, dan keluarga.
g.      Toleransi Stres Koping
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan jika mengalami masalah pasien selalu
bercerita dengan anak anaknya atau keluarganya dan menyelesaikan masalah secara
bersama sama.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit jika mengalami masalah masih
selalu bercerita pada anaknya. Dan jika merasa tidak nyaman atau sakit pasien selalu
mengatakan pada anaknya.
h.      Pola reproduksi-seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan. Suami pasien sudah meninggal. Pasien memiliki
2 anak perempuan.
i.        Pola Hubungan peran
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak anaknya
maupun keluarga lainnya sangat baik dan tidak ada masalah. Pasien berperan sebagai
ibu rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak dan
keluarganya tetap baik dan tidak ada masalah. Selama sakit pasien dirawat di rumah
sakit sehingga tidak bisa bekerja seperti biasanya.
j.        Pola Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu sholat 5 waktu.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien belum pernah sholat
karena kondisi sakitnya.

7.      Pemeriksaan Fisik
a.       Sistem pernafasan
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot bantu
nafas, tidak ada massa, pola nafas normal. fokal fremitus normal, tidak ada nyeri
tekan, tidak teraba massa. suara paru sonor. suara paru vesikuler, tidak terdengar
wheezing dan ronkhi
b.      Sistem kardiovaskular
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot bantu
nafas, tidak ada massa, ictus cordis tampak pada itercosta ke 5, tidak ada nyeri tekan,
tidak teraba massa, pulse teraba kuat, batas-batas jantung normal, suara redup, suara
paru reguler, tidak terdengar gallop.
c.       Sistem pencernaan .
abdomen flat, simetris, auskultasi gaster normal, peristaltik usus 5x/ menit. Suara
lambung tympani, batas hepar normal, ada nyeri tekan di abdomen bagian kiri, tidak
terasa pembesaran hepar, tak teraba adanya massa. Mukosa Bibir tampak kering.
Lidah tampak putik dan kotor.
d.      Sistem perkemihan
Karakteristik urine/BAK jernih, frekuensi 2-3 sehari,tidak ada nyeri pinggang, tidak
terpasang alat bantu BAK, tidak ada darah, bau khas, tidak ada benjolan.
e.       Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik
f.       Sistem genetalia
Klien tidak terpasang DC
g.      Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, turgor kulit baik,
tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
pada sendi,tidak menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur, kemampuan ADL mandi,
berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat tidur, pindah, ambulasi normal.
h.      Sistem integumen
Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang, tidak ada luka,
tak ada edema, tidak ada memar, benjolan,lesi.
i.        Sistem persarafan
Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, pupil isokor 3 mm, gerak bola mata
bebas ke segala arah, GCS 15, Kesadaran compos mentis, orientasi waktu, tempat,
orang normal. Brudzinki negatif, kaku kuduk negatif.

8.      Terapi Obat
a.       Peroral                   : Sukralfat, Paracetamol
b.      Parenteral              : RL/12 jam
JENIS TERAPI RUTE DOSIS INDIKASI TERAPI
TERAPI
Omeprazole  inj Parenteral 2 x 1 Pengobatan anti emetik
(IV) amp
Ondansentron Parenteral 3 x 1 Pengobatan anti mual
inj (IV) amp
Paracetamol Oral 3 x 500 Pengobatan anti piretik
mg
Sukralfat Oral 3 x 1 cth Pengobatan anti tukak duodenum
9.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Laboratorium darah, urine, feses
b.      Pemeriksaan Rontgen
Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan Pemeriksaan
HB 14,1 12-16 gram/ dl
Leukosit 9800 4500-10000 sel/mm
Hematokrit 42 40-48%
Trombosit 302.000 150.000-400.000 sel/mm
Eritrosit 4,42 4,6-6,2juta sel/mm

10.  Informasi Tambahan
Informasi tindakan pembedahan/riwayat  telah  dilakukan  tindakan  medis)

B.     ANALISA DATA KEPERAWATAN


Waktu Symptom/Signs Etiologi Problem
Hari/Tangga
l
DS : Agen cedera Nyeri akut
§  Pasien mengatakan “nyeri biologis
di ulu hati” (Peradangan
§  Anak pasien mengatakan pada mukosa
selama sakit kebutuhan tidur lambung)
pasien terganggu. Tidurnya
tidak teratur, mulai pukul
19.00, kadang hanya 1-2 jam
kemudian terbangun, lalu
tidur lagi. Pasien sering
merasa gelisah, tidurnya tidak
nyenyak, dan sering terjaga
pada malam hari karena nyeri
pada perutnya
DO :
§  Keadaan Umum   : Lemah,
gelisah, wajah terlihat
menahan nyeri.
§  RR : 32x/menit.
§  Irama nafas irregular
§  P : nyeri timbul saat makan
Q: nyeri terasa seperti mau
muntah R: nyeri di ulu hati S:
4 T: hilang timbul.
§  Nyeri tekan pada daerah ulu
hati
§  Leukosit 18.100/cmm

DS :
§  pasien merasa nyeri pada
luka di bokonnya. Pertahanan Risiko infeksi
DO : tubuh primer
§  TD : 91/61 mmHg, Suhu : yang tidak
38,8°C , RR : 32x/menit. adekuat
§  Terdapat luka di daerah (integritas kulit
bokong atas, luka lembab, tidak utuh)
kemerahan di daerah sekitar
luka.
§  Akral hangat
§  Leukosit 18.100/cmm

C.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama  Pasien                    : Tn. A                         Ruang/Unit    : 
No.  Register                     : 144766                      D. Medis        : Gastritis
No Dx Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


(peradangan pada mukosa lambung)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer
yang tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh)

D.    INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl/Wak No Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan TTD
tu . ( NOC ) ( NIC ) /
Dx Nam
a
1. Setelah dilakukan Pain Management :
tindakan keperawatan 1.         Observasi reaksi
selama …x 24 jam, nonverbal dari
diharapkan nyeri ketidaknyamanan
berkurang sampai 2.         Kaji nyeri secara
dengan hilang dengan komprehensif meliputi ( lokasi,
criteria hasil: karakteristik, dan onset, durasi,
Pain Control : frekuensi, kualitas, intensitas
7.      Pasien dapat nyeri )
mengontrol nyeri 3.         Kaji skala nyeri
8.      Pasien 4.         Gunakan komunikasi
melaporkan nyeri terapeutik agar klien dapat
berkurang atau hilang mengekspresikan nyeri
9.      Frekuensi nafas 5.         Kaji factor yang dapat
dbn (16-24x/menit) menyebabkan nyeri timbul
10.  Skala 0-1 dari 4 6.         Anjurkan pada pasien
11.  Pasien tidak untuk cukup istirahat
gelisah 7.         Control lingkungan yang
12.  Leukosit dbn dapat mempengaruhi nyeri
(4000-10.000 /cmm) 8.         Monitor tanda tanda
vital
9.         Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (relaksasi)
untuk mengurangi nyeri
Tgl/Wak No Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan TTD
tu . ( NOC ) ( NIC ) /
Dx Nam
a
10.     Jelaskan factor factor
yang dapat mempengaruhi nyeri
11.     Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
2. Setelah dilakukan Infection Control :
tindakan keperawatan 1.      Observasi dan laporkan
selama …x 24 jam, tanda dan gejala infeksi seperti
diharapkan tidak terjadi kemerahan, panas, nyeri, tumor.
infeksi, dengan criteria 2.      Kaji tanda tanda vital
hasil : 3.      Lakukan teknik perawatan
Risk Control : luka yang tepat
1.      Suhu tubuh dbn 4.      Tingkatkan nutrisi dan
(36-37°C ) cairan
2.      Frekuensi nafas 5.      Monitor temperature
dbn (!6-24x/menit) tubuh
3.      Tidak terjadi 6.      Gunakan srategi untuk
infeksi lebih laanjut mencegah infeksi nosokomial
4.      Tidak ada tanda 7.      Anjurkan untuk istirahat
tanda inflamasi (rubor, yang adekuat
dolor, kalor, tumor, 8.      Batasi pengunjung bila
fungsiolesa) perlu
5.      Pasien dan 9.      Ajarkan pada klien dan
keluarga mengetahui keluarga cara perawatan luka
tindakan yang tepat yang tepat
untuk mencegah 10.  Jelaskan pada klien dan
infeksi keluarga bagaimana mencegah
6.      Pasien dan infeksi
keluarga dapat 11.  Jelaskan pada klien dan
mengetahui tanda dan keluarga tanda dan gejala
gejala infeksi infeksi
7.      Pasien dan 12.  Anjurkan dan ajarkan pada
keluarga dapat klien dan keluarga mencuci
mengetahui cara tangan dengan sabun
perawatan luka yang 13.  Kolaborasi dengan dokter
tepat dalam pemberian terapi obat
8.      Integritas kulit
Tgl/Wak No Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan TTD
tu . ( NOC ) ( NIC ) /
Dx Nam
a
membaik

E.     IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu No. Implementasi Respon TTD/
Tgl Jam Dx Nama
14.00 1 Menanyakan keluhan yang DS : pasien mengatakan
dirasakan klien nyeri pada perutnya
DO : pasien terlihat lemah
dan wajah terlihat
menahan nyeri
14.15 1& Mengukur TD, Suhu, DO : TD : 110/70mmHg
2 menghitung nadi, RR Nadi : 95x/menit
Suhu : 38,8°C
RR : 32x/menit
14.30 Melihat ekspresi wajah nyeri DO : skala nyeri 4
klien untuk menentukan skala
nyeri
16.00 Mengajarkan teknik relaksasi DS : Pasien mengatakan
1 nafas dalam pada pasien nyeri sedikit berkurang
untuk mengurangi nyeri
17.00 Menganjurkan klien untuk DS : pasien mengatakan
1 beristirahat “iya”
DO : pasien terlihat gelisah
DO : obat ranitidine 25 mg
masuk melalui inj.selang
infus
18.00 Memberikan injeksi ranitidin DS : keluarga pasien
1& 25 mg mengatakan pasien hanya
2 mau makan sedikit karena
perutnya merasa nyeri dan
mual
19.00 Menganjurkan pada keluarga DS : keluarga pasien
untuk memberikan makan mengatakan “mbak ini
2 pasien sedikit sedikit tapi lukanya lembab”
sering dan menganjurkan
untuk minum yang cukup
19.30 Melihat luka di bokong DS : pasien mengatakan
pasien, mencatat adanya nyeri pada lukanya
2 kemerahan di sekitar luka DO :luka lembab,
atau adanya tanda tanda kemerahan di daerah
inflamasi lainnya sekitar luka
20.00 Menjelaskan pada pasien dan DS : keluarga pasien
keluarga tentang tanda dan mengatakan “iya mbak,
2 gejala infeksi serta saya mengerti.
bagaimana cara mencegah Terimakasih”
terjadinya infeksi
20.30 Mengukur TD, suhu, DO : TD : 124/89 mmHg
menghitung nadi dan RR Suhu : 36,4°C
Nadi : 68x/menit
RR : 28x/menit
Urin : 300 cc
21.00 Mengecek urin output DO : Obat furosemid 20
mg masuk melalui
inj.selang infuse
Memberikan injeksi DS : keluarga pasien
furosemid 20 mg mengatakan “terimakasih
mbak”
07.00 Melihat kondisi pasien dan DS : keluarga pasien
menanyakan keluhan yang mengatakan pasien sering
1& dirasakan pasien terlihat gelisah dan
2 mengatakan pasien sering
mengeluh merasa tidak
nyaman/nyeri pada
perutnya
DO : skala nyeri 3, pasien
terlihat gelisah
08.00 Menganjurkan pada pasien DS : pasien mengatakan
untuk segera tidur “iya”
Menanyakan pada keluarga DS : keluarga pasien
pasien kondisi dan keluhan mengatakan pasien masih
pasien terlihat gelisah dan sulit
tertidur. Pasien juga
mengeluh perutnya masih
terasa tidak nyaman dan
kadang nyeri pada luka di
bokongnya
09.30 Memberikan pengertian pada DS : keluarga pasien
keluarga pasien, mengakhiri mengatakan “sama sama
tindakan (mengucapkan mbak, dan terimakasih
1& terimakasih dan salam) juga’
2 Menutup tirai dan membatasi
pengunjung
10.00 Mengukur TD, suhu, DO : TD: 127/88 mmHg
menghitung nadi dan RR Nadi : 71x/menit
Suhu : 37,1°C
RR : 26x/menit
10.25 Menayakan kondisi dan DS : pasien mengatakan
keluhan pasien perutnya kadang kadang
masih terasa nyeri, dan
lukanya perih
2 DS : keluarga pasien
mengatakan tadi malam
pasien terlihat gelisah dan
beberapa kali terbangun
Menanyakan pada keluarga DS : keluarga pasien
makan dan minum pasien mengatakan pasien sudah
makan, namun hanya
sedikit karena pasien
2 masih mengeluh mual,
minum sudah 1 gelas (240
cc)
Melakukan perawatan luka DS : pasien mengeluh
pada pasien nyeri
DO : luka masih lembab,
masih kemerahan di sekitar
luka
Mengajarkan pada keluarga DS : keluarga pasien
teknik perawatan luka yang mengatakan “iya mbak,
tepat saya mengerti.
Terimakasih”
1 Menjelaskan pada pasien dan DS : pasien mengatakan
keluarga mengenai factor “Iya”
factor yang dapat
menimbulkan nyeri dan
memperparah nyeri
Memberikan injeksi ranitidin DO : obat ranitidin 25 mg
25 mg masuk melalui inj.selang
infus
Persiapan pasien akan DS : Keluarga pasien
dipindahkan mengatakan “terimakasi

F.     EVALUASI KEPERAWATAN
Waktu Dx. Keperawatan Evaluasi TTD/Na
Hari/Tgl Jam ma
17.00 Nyeri akut berhubungan DS : Pasien mengatakan
dengan agen cedera biologis perutnya kadang masih
(peradangan pada mukosa terasa nyeri
lambung ) DS : P : nyeri timbul
ketika makan Q : nyeri
seperti mau muntah R:
nyeri di daerah ulu hati T :
nyeri hilang timbul
DO : Skala : 3
Wajah terlihat gelisah
A : Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan intervensi
( 1-11)

Risiko Infeksi berhubungan DS : pasien mengatakan


dengan pertahanan tubuh lukanya masih terasa perih
primer tidak adekuat DO : luka lembab dan
(integritas kulit tidak utuh ) masih kemerahan di
daerah sekitar luka
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
 (1, 2, 3, 4, 5, 13)
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk
dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri
yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit
pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap
biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan
terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak
menyebabkan apapun.
Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa
lambung. Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif
Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh
seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada
penampakan gejala (asimptomatik).

B.     Saran
v  Diharapkan kita dapat menjaga lambung kita dari makanan dan minuman yang
masuk ke tubuh agar tidak terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori. Penyebab yang
lain yang dapat menimbulkan gastritis adalah stres fisik, bila stres meningkat maka
produksi HCL (asam lambung) yang mengakibatkan pH dalam lambung menjadi
asam sehingga dapat merusak lapisan lambung, oleh karena itu disarankan untuk
tidak menyepelekan stres tersebut.
v  Dengan penjabaran mengenai pencegahan gastritis, diharapkan kita lebih berhati-
hati terhadap makanan maupun faktor lain yang menyebabkan resiko infeksi pada
lapisan lambung.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai