Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Gastritis

1. Pengertian

Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa

lambung dan berkembang di penuhi bakteri (Gastritis (penyakit maag) adalah

penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau

meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau

peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati.

Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Charlene. J, 2001).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa

lambung. Gastritis adalah salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di

klinik penyakit dalam pada umumnya (Slamet Suyono, 2001).

Peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun yang

disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri

Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan asam lambung

yang pekat. Helicobacter pylori bersifat mikroaerofilik yaitu tumbuh baik

pada lingkungan dengan kandung CO2 10%, O2 tidak lebih dari 5%, suhu

antara 33-400 C, kelembaban 100%, pH 5,5-8,5, mati dalam suasana

anaerobik, kadar O2 normal, dan suhu dibawah 280 C. Helicobacter pylori

hidup pada bagian gastrum antrum, lapisan mukus lambung yang menutupi

mukosa lambung dan dapat melekat pada permukaan epitel mukosa lambung

(Sutaatmaja, 2007).
2. Penyebab Gastritis

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya

sebagai berikut :

a. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian

besar kasus merupakan penyakit ringan dan sembuh dengan sempurna.

Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk

penyakit yang berat adalah gastritis erosif/ gastritis hemoragik. Disebut

gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai pendarahan

mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti

hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai

inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Slamet Suyono, 2001).

Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan

minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu

penyebab iritasi mukosa lambung. (Anderson, 2007).

b. Gastritis kronik

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gastritis kronik belum dapat

diketahui secara pasti tetapi ada dua faktor predisposisi penting yang bisa

meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non infeksi.

Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan

manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi antara

lain bakteri H. Pylori. Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan

Syphilis, infeksi parasit dan infeksi virus. Gastritis non infeksi meliputi
gastropati akibat zat kimia dan gastropati uremik yang terjadi akibat gagal

ginjal. (Wehbi, 2008)

3. Patofisiologi

Adanya gangguan keseimbangan faktor agresif dan faktor defensif

yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa. Faktor agresif adalah

asam lambung, pepsin, AINS, infeksi bakteri Helicobacter pylori, bahan

korosif yang meliputi asam dan basa kuat. Sedangkan faktor defensif yaitu

mukus, bikarbonas mukosa, prostaglandin mikrosirkulasi. Dalam keadaan

normal, faktor defensif dapat mengatasi faktor agresif sehingga tidak terjadi

kerusakan/ kelainan patologi (Arif Mansjoer, 2001).

4. Manifestasi Klinik

Keluhan-keluhan yang disampaikan oleh penderita sakit maag atau

gastritis

meliputi rasa tidak enak di uluhati dalam jangka waktu tertentu , Nyeri, pedih

atau rasa terbakar, tertusuk, teriris di uluhati, dapat juga dibelakang

tulang dada atau menjalar ke belakang (punggung). Rasa sakit ini dapat

berkurang, tetap atau bertambah jika perut diisi makanan (sesudah makan).

Pada penderita sakit maag/ gsatritis berkurang setelah muntah. Rasa sakit

ini ada yang dirasakan pada pagi/ siang hari, dan ada juga yang dirasakan

terutama pada malam hari, sampai-sampai penderita terbangun dari tidurnya

ditengah malam akibat rasa sakit yang hebat. Selain rasa nyeri uluhati,

penderita sakit maag/ gastritis mengeluh rasa penuh di perut bagian atas

terutama sesudah makan, cepat kenyang, kembung, bersendawa, mual,

muntah, rasa asam di mulut (A.B. Wardoyo, 2007).


5. Pathway Gastritis
6. Diagnosis

Untuk mendiagnosis sakit maag/ gastritis pada pasien-pasien dengan

keluhan-keluhan yang telah diterangkan diatas tidak terlalu sulit dan

diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu pemeriksaan rontgen lambung/ usus

12 jari bisa juga dilakukan dengan endoskopi yaitu sebuah alat optik yang

dimasukkan melalui mulut ke lambung. Dengan demikian keadaan lambung

dapat diketahui dengan jelas kelainan apa yang diderita pasien (Ronald H.

Sitorus, 1996).

7. Pengobatan Gastritis.

Menurut Endang Lanywati (2001) Pengobatan yang dilakukan terhadap

penyakit gastritis, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Pengobatan umum.

1) Usahakan dapat beristirahat cukup.

2) Hindari stres, dan usahakanlah untuk menghilangkan ketegangan

ataupun kecemasan.

3) Diet makan yang sesuai, jangn minum alkohol, dan hentikan

kebiasaan merokok.

Diet penyakit gastritis yaitu mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi

kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok

dan minum minuman beralkohol dan mengkonsumsi antasida sebelum makan

(Misnadiarly, 2009).

b. Pengobatan khusus.
Macam atau jenis obat yang diberikan dalam pengobatan para

penderita gastritis, adalah sebagai berikut:

1) Antasida.

Antasida merupakan obat yang umum yang paling banyak

digunakan dalam terapi penyakit gastritis, meskipun sebenarnya

bukanlah merupakan obat penyebuh tukak yang ada, namun

hanya befungsi sebagai pengurang rasa nyeri. Antasida berfungsi

untuk mempertahankan pH cairan lambung antara 3-5. Obat

antasida ini harus diberikan minimal satu jam setelah makan. Hal

ini disebabkan adanya efek buffer dari makanan dan merupakan

jangka waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali isi

lambung. Dengan cara ini, maka penggunaan antasida dalam

dosis yang cukup akan dapat menetralisir asam lambung selama

dua jam berikutnya (3 jam sesudah makan). Upaya pengobatan

gastritis yaitu mengatasi kedaruratan medis yang terjadi dan

menghindari penyebab yang dijumpai, serta pemberian obat-

obatan H2 blocking, antasid atau obat-obatan ulkus lambung

lainnya. Pengobatan gastritis akibat infeksi kuman H. Pylori

bertujuan untuk mengeradikasi kuman tersebut. (Inayah, 2004).

2) Simetidin dan Ranitidin.

Kedua obat yang tergolong dalam jenis anti-histamin ini,

merupakan obat-obatan yang tergolong baru jika dibandingkan

dengan antasida. Kedua obat tersebut berfungsi untuk merintangi

secara selektif efek histamin terhadap reseptornya dalam jaringan


lambung. Sehingga dengan demikian, sekresi asam lambung dan

pepsin dapat ditekan, nilai pH cairan lambung akan bertambah,

tukak lambung berkurang, dan keluhan nyeri dapat berkurang atau

bahkan hilang.

8. Penatalaksanaan

a. Hindari alkohol dan makanan pedas

b. Diet mengandung gizi seimbang

c. Berikan cairan secara parenteral.

d. Bila pendarahan terjadi, lakukan prosedur penanganan hemoragi pada

saluran gastrointestinal atas.

e. Intubasi,

f. Berikan analgesik dan sedatif, antasid serta cairan intravena.

g. Lakukan Endoskopi fiberoptik bila diperlukan.

h. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat jaringan

perforasi. (Smeltzer at al, 2001).


B. Tinjauan Konsep Asuhan Keperawatan Kasus Gastritis

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang sangat

menentukan keberhasilan sebuah proses keperawatan oleh karen itu

membutuhkan kecermatan dan ketelitian pada tahap ini. Pengkajian dapat

dilakukan minimal sekali, tetapi dapat dilakukan beberapa kali secara

teratur, misal setiap jam pada pasien kritis. Teknik pengkajian meliputi :

a. Anamnesa ; terdiri dari 1) biodata yaitu nama lengkap, umur, jenis

kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan dan alamat. dan 2) riwayat penyakit dan kesehatan antara

lain: a) keluhan utama; biasanya pada penyakit gastritis ini, nyeri di

ulu hati dan perut sebelah kanan bawah sering menjadi alasan pertama

klien ke fasilitas pelayanan kesehatan, b) riwayat kesehatan sekarang

meliputi awal dari perjalanan penyakitnya, gejala yang dirasakan

klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor

pencetus dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut, c) riwayat

kesehatan masa lalu meliputi penyakit yang berhubungan dengan

penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat

dan d) riwayat kesehatan keluarga. 3) riwayat psikososial 4) riwayat

spiritual.

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik

terdapat nyeri tekan pada epigastrik.


2) Tanda-tanda vital

Suhu tubuh kadang akan meningkat, pernapasan cepat dan

dangkal

dan tekanan darah cenderung menurun

3) B1(breath) : takhipnea

4) B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,

pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.

5) B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat

terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.

6) B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.

7) B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak

toleran terhadap makanan pedas.

8) B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

c. Fokus Pengkajian Aktifitas sehari-hari

1) Aktivitas / Istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan

Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap

aktivitas)

2) Sirkulasi

Gejala : kelemahan, berkeringat

Tanda : - hipotensi (termasuk postural)

- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)

- nadi perifer lemah


- pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)

- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan

darah)

- kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan

status syok, nyeri akut, respons psikologik)

3) Integritas ego

Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan

kerja), perasaan tak berdaya.

Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,

perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

4) Eliminasi

Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena

perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan

dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah

gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik

feses.

Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi

- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif

setelah perdarahan.

- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau

kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea),

konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).

- haluaran urine : menurun, pekat.


5) Makanan / Cairan

Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang

diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka

duodenal).

- masalah menelan : cegukan

- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah

Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah,

dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering,

penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan

kronis).

6) Neurosensi

Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar,

kelemahan.

Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak

cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma

(tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).

7) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa

terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa

ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan

hilang dengan makan (gastritis akut).


- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke

punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan

antasida (ulkus gaster).

- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung

terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong

dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).

- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).

- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-

obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor

psikologis.

Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.

8) Keamanan\

Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA

Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar

(menunjukkan sirosis / hipertensi portal)

9) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang

mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan

perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal :

anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma

kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan

yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan

(Gangguan Gastrointestinal )
2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.

b. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan

muntah)

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia

d. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

e. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit

3. Rencana Intervensi

N Diagnosa Intervensi Rasional


o Keperawatan
1 Nyeri (akut) 1. Puasakan pasien di 6 1. Mengurangi inflamasi pada
berhubungan jam pertama, mukosa lambung,
dengan inflamasi 2. Berikan makanan 2. Dilatasi gaster dapat terjadi
mukosa lambung. lunak sedikit demi bila pemberian makanan
Tujuan: Setelah sedikit danberikan setelah puasa terlalu cepat
dilakukan tindakan minuman hangat,
keperawatan 3. Atur posisi yang 3. Posisi yang tepat dan dirasa
selama 1 x 24 jam nyaman bagi klien. nyaman oleh klien dapat
 Nyeri klien mengurangi resiko klien
berkurang atau terhadap nyeri.
hilang. 4. Ajarkan teknik 4. Dapat membuat klien jadi
 Skala nyeri 0. distraksi dan lebih baik dan melupakan
 Klien dapat relaks. reklasasi. nyeri.
 Keadaan umum 5. Kolaborasi dalam 5. Analgetik dapat memblok
klien baik. pemberian reseptor nyeri pada susunan
analgetik saraf pusat.
2 Volume cairan 1. Penuhi kebutuhan 1. Intake cairan yang adekuat
kurang dari individual. Anjurkan akan mengurangi resiko
kebutuhan tubuh klien untuk minum dehidrasi pasien
berhubungan (dewasa : 40- 60
dengan intake yang c/kg/jam).
tidak adekuat dan 2. Awasi tanda tanda 2. Menunjukkan status dehidrasi
output cair yang vital, evaluasi turgor atau kemungkinan
berlebih (mual dan kulit, pengisian peningkatan kebutuhan
muntah) Tujuan : kapiler dan penggantian cairan.
Setelah dilakukan membran mukosa
tindakan 3. Pertahankan tirah
keperawatan 1x24 baring, mencegah 3. Aktivitas/muntah
jam, masalah muntah dan meningkatkan tekanan intra
kekurangan volume tegangan pada abdominal dan dapat
cairan pasien dapat defekasi mencetuskan perdarahan lanju.
teratasi. Kriteria 4. Berikan terapi IV
Hasil : line sesuai indikasi 4. Mengganti kehilangan cairan
Mempertahankan yang hilang dan memperbaiki
volume cairan 5. Kolaborasi keseimbanngan cairan segera.
adekuat dengan pemberian 5. Cimetidine dan ranitidine
dibuktikan oleh cimetidine dan berfungsi untuk menghambat
mukosa bibir ranitidine sekresi asam lambung
lembab, turgor kulit
baik, pengisian
kapiler berwarna
merah muda, input

3 Nutrisi kurang dari 1. Anjurkan pasien 1. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi


kebutuhan tubuh untuk makan sedikit dan mencegah terjadinya mual
b/d anorexia Tujuan demi sedikit dengan dan muntah yang berlanjut.
: Setelah dilakukan porsi kecil namun 2. Untuk mempermudah pasien
tindakan sering. dalam mengunyah makanan.
keperawatan 3x24 2. Berikan makanan 3. kebersihan mulut akan
jam kebutuhan yang lunak dan merangsang nafsu makan
nutrisi pasien dapat makanan yang di pasien.
terpenuhi Kriteria sukai pasien/di 4. Mengetahui status nutrisi
hasil : gemari pasien.
 Keadaan umum 3. lakukan oral higyne 5. Mempercepat pemenuhan
cukup 2x sehari kebutuhan nutrisi dengan
 Turgor kulit baik 4. timbang BB pasien pemberian menu yang tepat
 BB meningkat setiap hari dan sasaran
 Kesulitan menelan pantau turgor
berkurang kulit,mukosa bibir dll
5. Konsultasi dengan
tim ahli gizi dalam
pemberian menu
4 Intoleransi aktifitas 1. Observasi sejauh 1. Mengetahui aktivitas yang
b/d kelemahan fisik mana klien dapat dapat dilakukan klien.
Tujuan : Klien melakukan aktivitas.
dapat beraktivitas. 2. Berikan lingkungan 2. Menigkatkan istirahat klien.
Kriteria hasil : yang tenang.
 Klien dapat 3. Berikan bantuan 3. Membantu bila perlu, harga
beraktivitas tanpa dalam aktivitas. diri ditingkatkan bila Skala
bantuan aktivitas 0-1
4. Jelaskan pentingnya 4. Klien tahu pentingnya
beraktivitas bagi beraktivitas.
klien.
5. Tingkatkan tirah 5. Tirah baring dapat
baring atau duduk meningkatkan stamina tubuh
dan berikan obat pasien sehinggga pasien dapat
sesuai dengan beraktivitas kembali.
indikasi klien
melakukan
sesuatu sendiri.
5 Ansietas b/d 1. Awasi respon 1. Dapat menjadi indikator
perubahan status fisiologi misalnya: derajat takut yang dialami
kesehatan,ancaman takipnea, palpitasi, pasien tetapi dapat juga
kematian dan nyeri. pusing, sakit kepala, berhubungan dengan kondisi
Tujuan : Setelah sensasi kesemutan. fisik atau status syok.
dilakukan tindakan 2. Dorong pernyataan 2. Membuat hubungan terapeutik
keperwatan 1x24 takut dan ansietas, 3. Melibatkan pasien dalam
jam pasien berikan umpan rencana asuhan dan
Kriteria hasil : balik. menurunkan ansietas yang tak
 Mengungkapkan 3. Berikan informasi perlu tentang ketidaktahuan.
perasaan dan yang akurat. 4. Memindahkan pasien dari
pikirannya secara 4. Berikan lingkungan stresor
terbuka yang tenang untuk 5. Membantu menurunkan takut
 Melaporkan istirahat. Dorong melalui pengalaman
berkurangnya orang terdekat untuk menakutkan menjadi seorang
cemas dan takut tinggal dengan diri.
 Mengungkapkan pasien. 6. Belajar cara untuk rileks dapat
mengerti tentang 5. Tunjukan teknik membantu menurunkan takut
peroses penyakit relaksasi. luar, dan ansietas
 Mengemukakan meningkatkan
menyadari relaksasi, dapat
terhadap apa meningkatkan
yang keterampilan koping
diinginkannya
yaitu
menyesuaikan
diri terhadap
perubahan
fisiknya
DAFTAR PUSTAKA
Agus P., & Sri L., (2008). Endoskopi Gastrointestinal.Jakarta :
salemba Medika
Aziz. Alimul, (2009). Konsep Dasar Manusia. Salemba Medika.
Jakarta
Chandrasoma, & Parakrama. (2005). Ringkasan patologi Anatomi
Edisi 2. Jakarta :EGC
Bidayatul H, (2017). Penanganan Gastritis Menggunakan Kombinasi
Terapi Akupunktur Pada Titik Zusanli (St36), Neiguan (Pc6),
Neiting (St 44)
Dengan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica Val.). Unair. Surabaya.
Dongoes. M.E (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC.
Jakarta
Brunner dan Suddarth, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC.
Jakarta
Friedman, Marilyn, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga, konsep
dan praktik. EGC. Jakarta.
Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-
Ruzz Media. Yogyakarta
Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal
Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba
Medika.
Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-
NOC. Mediaction Jogja. Yogjakarta
Potter dan Perry, 2009. Buku ajar fundamental keperawatan; konsep,
proses dan praktik. Vol.1. edisi 4. EGC. Jakarta
Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta :Gosyen Publising

Anda mungkin juga menyukai