PENDAHULUAN
Stroke lakunar adalah sindrom stroke klinis dengan gejala dan tanda khusus
yang merupakan lesi kecil pada subkorteks atau batang otak (Wardlaw, 2008).
Dalam klasifikasi yang dibuat oleh TOAST disebutkan bahwa pada stroke lakunar
seharusnya didapatkan temuan klinis dari salah satu sindrom lakunar, pencitraan
bisa normal atau menunjukkan lesi yang relevan berukuran <1,5cm pada batang
otak atau hemisfer subkorteks. Infark ini terjadi dari oklusi arteri perforator,
terutama arteri koroidalis anterior, serebri media, serebri posterior, dan arteri
oklusi salah satu cabang arteri penetrasi yang mensuplai darah ke struktur
kolateralmak
lakunar yang ditemukan pada pasien yang diotopsi. Infark ini setelah
infark lakunar menjadi lebih mudah. Namun ukuran infark (juga infark
Stroke lakunar merupakan salah satu manifestasi dari Small Vessel Disease
(SVD). Yang dimaksud small vessel adalah pembuluh darah yang berdiameter
kurang dari 500μm dan berlokasi di area yang lebih dalam dari korteks serebri
serebri media rekurens Heubner, cabang dari serebri anterior perforator dari
Sebagian besar infark lakunar berasal dari arteri dengan ukuran 200-400 μm
dan menghasilkan infark sekitar 2-3 mm. Infark kecil ini ditemukan reguler hanya
pada MRI 1,5 tesla, biasanya terlewatkan pada CT scan, dan terabaikan pada
atau baru-baru ini dicurigai merupakan akibat dari kegagalan endotel (Wardlaw J,
infark lakunar pada teritori arteri serebri media. Enam diantaranya terkait dengan
mikroateroma pada arteri perforator, dua lipohialinosis, dan dua emboli (karena
arteriol tampak normal dan emboli diasumsikan telah lepas). Fisher juga
Lammie, 2000; Caplan LR, 2009; Marti JL, Arboix A, Mohr JP, 2011).
Ukuran dari infark lakunar diduga terkait dengan ukuran arteri yang
terkena, dan karena lesi yang lebih besar cenderung menyebabkan gejala, infark
lakunar yang simtomatis dipercaya terkait dengan aterosklerosis atau emboli pada
arteri yang lebih besar, sedangkan infark silent lebih kecil dan dihubungkan
dengan lipohialinosis atau fibrinoid nekrosis pada arteri yang lebih kecil
(Wardlaw J,
plasma masuk ruang perivaskular sehingga terjadi kerusakan neuron dan glia.
D. Patologi
Infark lakunar adalah lesi kecil, seringkali ireguler, dengan ukuran berkisar 1-
15 mm. Hanya 17% dari lakunar yang berukuran lebih kecil dari 1 cm. Inspeksi
dari kavitas kecil biasanya tampak anyaman halus dari jaringan ikat menyerupai
terutama putamen, talamus, dan substansia alba dari kapsula interna dan pons.
Jarang terjadi pada korpus kalosum, radiasio optika, sentrum semiovale, hemisfer
serebri, medula,
E. Faktor Resiko
Hubungan antara faktor resiko vaskular dan infark lakunar masih belum
maupun diabetes sama-sama merupakan faktor resiko yang umum pada stroke
lakunar
dan non lakunar, namun stroke lakunar jarang disebabkan oleh emboli dari
jantung atau proksimal arteri dan prevalensi yang lebih rendah untuk penyakit
jantung iskemik pada stroke lakunar (Jackson CA, Hutchison A, Dennis MS, et al,
penyakit jantung iskemik dan hiperlipidemia. Faktor resiko stroke lakunar hampir
sama dengan stroke infark arteri besar kecuali bahwa pada stroke lakunar TIA
lebih jarang, yaitu 13% dibanding 40%, dan riwayat stroke sebelumnya yaitu 19%
dibanding 39% (Kim MH, Moon JS, Park SY, et al, 2011)
F. Manifestasi Klinis
a. Asimtomatis
memiliki lakuna pada gambaran MRI (Marti JL, et al. 2011). Biasanya terjadi
Infark
lakunar silent adalah bentuk yang paling sering, yaitu sekitar 77% pada serial
kasus yang dilakukan oleh Fisher. Pada pasien dengan stroke lakunar, infark
silent terdokumentasi pada 42% kasus pada MRI. Hal ini mungkin dijelaskan
oleh ukuran yang kecil dari lakuna dan bentuk serta lokasinya, yang
fokal berlangsung kurang dari satu jam atau pada definisi klasik 24 jam.
Infark lakunar terhitung sekitar 29-34% dari semua kasus TIA (Arboix A,
c. Sindrom Lakunar
Marti JL, 2009). Infark lakunar bisa tunggal atau jamak, simtomatis
1991, Biller J, Love BB, Schneck MJ, 2012). Iskemia pada lakunar terjadi
pada arteri perforator tunggal dalam dapat menyebabkan infark pada area
yang terbatas. Infark lakunar yang terjadi pada area nukleus lentiformis,
penyebab penting dari penurunan kognitif. Infark lakunar lain terjadi pada
tempat yang strategis seperti kapsula interna dan pons, yang secara klinis
pasien yang diperiksa pada jam-jam awal onset stroke (Biller J, Love BB,
Schneck MJ, 2012). Awalnya hanya sedikit sindrom klinis terkait dengan
dan spesifisitasnya telah diuji dengan CT atau MRI. Sejak itu banyak sindrom
2008).
20-28% populasi usia >65 tahun, infark lakunar ditemukan dari MRI.
2011).
G. Penatalaksanaan
Penggunaan terapi trombolitik, IV-rTPA dalam tiga jam sejak onset pada
pasien dengan infark lakunar masih kontroversial, namun dari hasil studi
NINDS dan studi lainnya tiga dari empat pasien dengan infark lakunar
tersebut (Marti JL, Arboix A, Mohr JP, 2011). Studi multisenter Secondary
dengan infark lakunar baru simtomatis yang ditunjang oleh MRI. Hasil
resiko perdarahan dan kematian (Benavente OR, Hart RG, McClure LA, et al,
2012). Studi Cilostazol Stroke Prevention Study (CSPS), 1095 pasien 75%
(Pantoni L, 2010).
A. Pengkajian Keperawatan
Pada bagian ini berisi nama, jenis kelamin, umur, agama, status
b. Riwayat Keperawatan
Pada riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
b) Aktivitas
c) Istirahat
d) Tidur
e) Cairan
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan
tidak.
f) Nutrisi
g) Eliminasi feses
kali pasien BAB per hari, terkait pola, frekuensi, waktu dan
h) Eliminasi urine
kali pasien BAK per hari, terkait pola, frekuensi, waktu dan
i) Pernafasan
obat-obatan.
j) Kardiovaskuler
k) Personal hygiene
kali pasien mandi dalam sehari, sikat gigi, keramas dan apakah
l) Seksual
m)Psikologi
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana status emosi pasien, cara
saat ini dan hal yang dilakukan pasien bila suasana hatinya sedih,
marah, gembira.
n) Konsep diri
o) Hubungan sosial
atau tidak.
p) Spiritual
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
kelainan kulit.
3) Leher
4) Dada
5) Abdomen
Pengkajian ini berisi hasil observasi yaitu hasil inspeksi dan palpasi
7) Ekstremitas
Pengkajian ini berisi hasil observasi pada ekstremitas atas dan bawah
pasien.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Radilogi.
2) Laboratorium.
3) CT scan.
Pengkajian ini berisi terapi apa saja yang diberikan selama perawatan di
rumah sakit.
B. Diagnosa keperawatan
baik yang berlangsung actual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP
2021).
kiri, tumor otak, cidera kepala, infark miokard akut, hipertensi dan
hiperkolesteronemia.
b. Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, disfungsi
anggota gerak
gangguan neuromuskuler
(SDKI, Edisi 1)
Intervensi Keperawatan
6 Minimalisasi Rangsangan
Kriteria Hasil : Observasi
1. Respons sesuai stimulus membaik 1. Periksa status mental, status sensori, dan tingkat
2. Konsentrasi membaik kenyamanan.
3. Orientasi membaik Terapeutik
1. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban
sensori (bisinf, terlalu terang)
2. Batasi stimulus lingkungan (cahaya, aktivitas,
suara)
3. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
Edukasi
1. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (
mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi kunjungan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam meminimalkan
prosedur/tindakan
2. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi sensori
Manajemen Delirium
Observasi
1. Identifikasi faktor risiko delirium ( gangguan
penglihatan/pendengaran, penurunan
kemampuan fungsional, dll)
2. Identifikasi tipe delirium
3. Monitor status neurologis dan tingkat delirium
Terapeutik
1. Berikan pencahayaan yang baik
2. Sediakan kalender yang mudah dibaca
3. Sediakan informasi tentang apa yang terjadi dan
apa yang dapat terjadi selanjutnya
4. Batasi pembuatan keputusan
5. Nyatakan persepsi dengan cara tenang,
meyakinkan, dan tidak argumentatif
6. Fokus pada apa yang dikenali dan bermakna saat
interaksi interpersonal
7. Lakukan reorientasi
8. Sediakan lingkungan fisik dan rutinitas harian
yang konsisten
9. Gunakan isyarat lingkungan untuk stimulus
memori, reorientasi, dan meningkatkan perilaku
yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan kunjungan keluarga
2. Anjurkan pengggunaan alat bantu sensorik
Defisit nutrisi b/d Kolaborasi
ketidakmampuan menelan 1. Kolaborasi pemberian obat ansietas atau agitasi
makanan
Adams HP, 2012. Clinical Scales to Assess Patients with Stroke. In Mohr JP,
Wolf
Bailey EL, Smith C, Sudlow CL, et al. 2012. Pathology of Lacunar Ischemic
Stroke
Benavente OR, Hart RG, McClure LA, et al, 2012. Effects of Clopidogrel Added
Biller J, Love BB, Schneck MJ, 2012. Vascular Diseases of the Nervous System
Ischemic
Diagnosis