Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ASKEP KEGAWATDARURATAN

KARDIOVASKULER
PADA PASIEN ACUTE LIMB INJURY

DISUSUN OLEH KELOMPOK II

ANIK ANDAYANI NIM 231122007


ASFIYANY NIM 231122014
ISCHA OKTAVIANA NIM 231122033
NOVIYANTI TRITAMA NIM 231122046
A. LATAR BELAKANG

Proses penyakit dapat menyerang baik arteria maupun vena perifer menyebabkan gangguan perfusi jaringan. Salah
satu penyakit yang menyerang arteri adalah iskemia tungkai akut. Di negara Inggris dan Wales terdapat 5000 pasien
terserang iskemia tungkai akut per tahun dengan angka kematian 20% dan kehilangan salah satu ektremitas sebanyak
40%. Angka resiko kematian dan amputasi cukup tinggi karena mempunyai penyakit komorbid yang berasal dari CAD
dan CVD.
Akut limb Iskemik (ALI) merupakan suatu keadaan penurunan perfusi/ perburukan pefusi pada anggota gerak yang
menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas anggota gerak. Penyakit ini disebabkan oleh thrombus, embolus,
trauma vaskuler, aneurisma serta penyebab lainnya. Oleh karena penyakit ini mempunyai prognosis yang cenderung
buruk, maka perlu untuk mengenal tanda-tanda atau gejala penyakit ini. Gejala ALI dapat digambarkan dengan 6P
yakni : Pain, Pallor, Parasthesia, Paralysis, Pulseless, Poikilothermia.
Dengan mengenal tanda dan gejala ALI, maka resiko kehilangan anggota gerak dapat menurun. Suatu penelitian
menunjukkan, angka amputasi ditemukan meningkat terhadap interval antara onset dari ALI dan eksplorasi (6% dalam
12 jam, 12% dalam 13 hingga 24 jam, 20% setelah 24 jam). Hal inilah yang menyebabkan ALI merupakan keadaan
darurat. Kasus ALI di PJNHK tercatat pada tahun 2008 sebanyak 21 orang, tahun 2009 sebanyak 23 orang. Insiden
ALI : 1,7/ 10.000 per tahun pada populasi umum.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Acute Limb Injury
C. TUJUAN
· Memahami anfis jantung
- Memahami pengertian Acut Limb Ischemic
· Memahami etiologi, klasifikasi Acut Limb Ischemic
· Memahami dan mengerti tujuan Patofisiologi Acut Limb Ischemic
· Mengetahui pemeriksaan diagnostik Acut Limb Ischemic
· Mengetahui Penatalaksanaan Acut Limb Ischemic

· Mengetahui askep Acut Limb Ischemic.


D. MANFAAT
1. Manfaat Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam mengetahui Acute Limb Injury
2. Manfaat Bagi Institusi
Adapun manfaat bagi institusi adalah sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan. Dapat sebagai acuan
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Menurut Inter-Society 2007, Konsensus Pengelolaan Penyakit Arteri Peripheral (TASC II), Acute Limb
Ischemic (ALI) di definisikan sebagai penurunan perfusi tiba-tiba anggota tubuh yang menyebabkan ancaman
potensial terhadap viabilitas ekstremitas (dimanifestasikan dengan nyeri istirahat iskemik, ulkus iskemik, dan
atau gangren) pada pasien yang hadir dalam waktu dua minggu dari peristiwa akut. Pasien dengan manifestasi
yang sama yang hadir lebih dari dua minggu dianggap memiliki iskemia tungkai kritis.

Acute Limb Ischemic (ALI) merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan aliran darah ke ekstremitas
secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan pada kemampuan pergerakkan, rasa nyeri atau tanda-tanda iskemik
berat dalam jangka waktu dua minggu (Vasculer Desease A Handbook, 2005).
B. PENYEBAB

Ada beberapa kemungkinan penyebab ALI, berdasarkan keterangan dari berbagai sumber pustaka
diantaranya :

1. Trombosis
Faktor predisposisi terjadinya adalah dehidrasi, hipotensi, malignan, polisitemia, ataupun status
prototrombik inheritan, trauma vaskuler, injuri Iatrogenik,trombosis pasca pemasangan bypass graft,
trauma vaskuler. Gambaran klinis terjadinya trombosis adalah riwayat nyeri hilang timbul sebelumnya,
tidak ada sumber terjadinya emboli dan menurunnya (tidak ada) nadi perifer pada tungkai bagian
distal.
2. Emboli
Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi atau miokard infark. Kasus lainnya
yang juga berakibat timbulnya emboli adalah katup prostetik, vegetasi katup akibat peradangan pada
endokardium, paradoksikal emboli (pada kasus DVT) dan atrial myxoma. Aneurisma aorta merupakan
penyebab dari sekitar 10% keseluruhan kasus yang ada, terjadi pada pembuluh darah yang sehat.
C. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala Acut Limb Ischemic dapat digambarkan dengan 6 P yaitu :

1.Pain (nyeri): yang hebat terus-menerus terlokalisasi di daerah ekstremitas dan muncul tiba-tiba, intensitas nyeri
tidak berhubungan dengan beratnya iskemia karena pasien yang mengalami neoropathy dimana sensasi terhadap nyeri
menurun.

2. Pallor (pucat): tampak putih, pucat dan dalam beberapa jam dapat menjadi kebiruan atau ungu.

3. Pulselless: denyut nadi tidak teraba dibandingkan pada dua ekstremitas.

4. Parasthesia: tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas.


5. Paralisis: kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas, adanya parasthesia dan paralisis
merupakan pertanda yang buruk dan membutuhkan penanganan segera.

6. Poikilothermia: dingin pada ekstremitas. Terdapat manifestasi klinis yang berbeda pada akut
limb iskemik yang akut limb disebabkan oleh thrombus dan emboli. Perbedaannya adalah pada
emboli tanda dan gejala yang muncul secara tiba-tiba dalam beberapa menit, tidak terdapat
klaudikasio, ada riwayat atrial fibrilasi, ektremitas yang terkena tampak kekuningan (yellowish),
pulsasi pada kolateral ekstremitas normal, dapat terdiagnosa secar klinis dan dilakukan pengobatan
dengan pemberian warparin atau embolectomy. Sedangkan pada akut limb iskemik yang disebabkan
oleh thrombus tanda dan gejala yang muncul dapat terjadi dalam beberapa jam sampai berhari-hari,
ada klaudikasio, ada riwayat aterosklerotik kronik, ekstremitas yang terkena tampak sianotik dan
lebam, pulsasi pada kolateral ekstremitastidak ada, dapat terdiagnosa dengan angiography dan
dilakukan tindakan by pass atau pemberian obat-obatan seperti fibrinolitik.
D. FAKTOR YANG MENINGKATKAN RESIKO
1. Hipotiroidisme/hipertiroidisme
2. Usia lanjut
3. Insufisiensi ginjal
4. Hiperkalsemia
5. Alkalosis
6. Hipoksemia
7. Asidosis
8. Obat-obatan yang berhubungan dengan toksisitas digoxin meliputi :
a). Diuretik
b). amiodaron
c). Beta-blocker
d). Benzodiazepin
e). Penghambat saluran kalsium
f). Antibiotik makrolida
g). propiltiourasil
h). Amfoterisin (Rameez, 2022).
E. PATOFISIOLGI

Penyebab dari Akut Limb Iskemik adalah trombus/embolus yang sebagian besar berasal dari
jantung kemudian menuju ke arteri besar selanjutnya berhenti pada pembuluh darah yang lebih
kecil dari embolus lalu menumpuk dan menutup aliran darah pada pembuluh yang lebih kecil
terutama pada daerah yang bercabang seperti pada arteri iliaka, femoralis, poplitea, tibialis dan
dorsalis pedis akhirnya saluran darah ke arah distal berhenti dan dapat menimbulkan Akut Limb
Iskemik (ALI).

Perjalanan Akut Limb Iskemik (ALI) yang cukup kompleks ini, dapat menimbulkan beberapa
masalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan suatu masalah keperawatan
yang kompleks pula, diantaranya gangguan perfusi jaringan, gangguan rasa nyaman nyeri,
intoleransi aktivitas, cemas, resiko tinggi perdarahan dan resiko tinggi cedera serta banyak lagi
yang satu sama lain saling berhubungan dan perlu segera ditangani.
F. DASAR DIAGNOSA
Pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosis adanya iskemia akut tungkai adalah:
1.Faktor Risiko Kardiovaskular Perlu ditanyakan dan diketahui adanya kelainan-kelainan kardiovaskular.
Sekitar30% pasien dengan iskemia tungkai terbukti pernah mengalami riwayat angina atauinfark miokard.
Pemeriksaan untuk mengetahui faktor resiko kardiovaskular adalah :riwayat merokok, riwayat serangan jantung,
tekanan darah, EKG, gula darah, kadarlipid darah
2.Pemeriksaan Tungkai Penampakan keseluruhan tungkai: adanya edema, keadaan rambut tungkai,
adanyakemerahan khususnya yang bersamaan dengan sianosis.Tes Buerger (pucat biladiangkat, kemerahan yang
abnormal bila tergantung) dan Pemeriksaan pulsasidengan palpasi (A. femoralis, poplitea, tibiabis anterior dan
posterior, dorsalis pedis),yang amat subjektif. Pemeriksaan pulsasi harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan hand-
held Doppler.
3. Exercise challenge

Pemeriksaan exercise challenge harus dilakukan terutama pada pasien yang hanyamengeluhkan adanya klaudikasio
intermiten tanpa gejala dan tanda lain. Pasiendiminta untuk berdiri di samping ranjang periksa dan melakukan jinjit
berulang-ulang selama satu menit. Selanjutnya sambil berbaring dilakukan pemeriksaan pulsasi. Bila ditemukan
adanya pulsasi yang menghilang atau tapping, atau bruit ;dapat dipastikan terdapat gangguan aliran darah. Tekanan
4. Ankle-Brachial Pressure Index Dilakukan pengukuran terhadap tekanan darah brakhialis dan arteri pedis dengan
menggunakan tensimeter dan hand-held Doppler. ABPI diperoleh dengan membagi tekanan darah brakhialis dengan
tekanan darah pedis. Angka ABPI normalnya 1,0-1,2; angka dibawah 0,9 kecurigaan kelainan arteri, dan angka 0,8
merupakan batas bawah range normal. ABPI kurang dari 0,3 menunjukkan adanya iskemia kritikal.
5. Waveform assesment Pemeriksaan dengan menggunakan continuous-wave Doppler merupakan pemeriksaan yang
penting terutama bila dipasangkan dengan pemeriksaan tekanan darah segmental oleh karena dapat memperkirakan
dengan tepat area (segmen) yang mengalami gangguan.
6. Duplex Imaging Pemeriksaan color-flow duplex ultrasound memungkinkan visualisasi dan pemeriksaan
hemodinamik dari arteri menggunakan pencitraan grey scale, colour- flow Doppler,dan pulse Doppler velocity
profiles.Pencitraan grey-scale Akan menggambarkan anatomi arteri dan adanya plaque ekhogenik.Color-flow Doppler
akan menampilkan aliran darah yang berwarna dan Doppler velocity profiles akan menghitung kecepatan aliran dalam
bagian penampang arteri yang diperiksa.
7. Angiografi Pemeriksaan angiografi merupakan pemeriksaan "gold standar" dalam kelainan arteri perifer. Pada tahun
1990-an, diperkenalkan pengembangan dari angiografi konvensional yaitu teknik digital subtraction angiography yang
dapat"mengaburkan" gambaran tulang sehingga citra arteri dan percabangannya menjadi lebih jelas dan
tajam.Pemeriksaan angiografi adalah pemeriksaan invasif dan memerlukan izin pasien. Saat ini di Indonesia
pemeriksaan invasif ini dapat dikerjakan oleh radiologis, kardiologis,atau bedah vaskular. Pemeriksaan angiografi
memberikan resiko kepada pasiendengan gagal ginjal oleh karena menggunakan zat kontras.
8.Computed Tomography Angiography

Dalam pemeriksaan ini gambar yang didapat dihasilkan melalui pemeriksaan CT-scan. Penggunaan CT-scan
konvensional untuk pencitraan angiografi tidak memuaskan oleh karena dibutuhkan banyak potongan gambar
yang membutuhkan waktu lama sehingga pencitraan yang dihasilkan berkualitas buruk. Penemuan helical (or
spiral) CT-scan menghasilkan citra 3 dimensi dari pembuluh darah dan dapat memeriksa keseluruhan panjang
pembuluh dalam waktu yang singkat. Citra yang dihasilkan serupa dengan angiografi biasa hanya dalam 3
dimensi, dan sebenarnya tidak bermakna klinis yang lebih baik. Helical CT-scan khususnya berguna dalam
pencitraan kelainan pembuluh darah yang memiliki struktur kompleks seperti dalamkasus-kasus aneurisma aorta.
Helical CT-scan memiliki kerugian yang sama dengan pemeriksaan angiografi biasa yaitu; berbahaya digunakan
pada pasien dengan gaga lginjal. Zat kontras pada CTA diberikan melalui intravena

9.Magnetic Resonance Angiography


Citra angiography diperoleh melalui pemeriksaan MRI. Sama dengan CTA; zatkontras diberikan secara intravena.
MRA atau CTA dapat diindikasikan apabila pasien tidak dapat mentolerir tusukan intra-arterial, misal karena
kelainan
bilateral atau kelainan perdarahan. MRA dikontraindikasikan pada pasien dengan alat pacu jantung atau katup
G. PENATALAKSANAAN

1. Kecepatan adalah penanganan yang utama pada pasien dengan Acute Limb Ischaemia, dalam 6 jam kondisi ini
akan menuju kerusakan jaringan secara menetap, kecuali bila segera direvaskularisasi
2. Akut Limb Iskemik yang disebabkan oleh emboli dilakukan pengobatan dengan warparin atau embolektomi
sedangkan yang disebabkan oleh trombus angiografi dan dilakukan tindakan bypass atau pemberian obat-obatan
seperti fibrinolitik.
3. Pasien dengan ALI umumnya dalam klinis yang tidak stabil. Perhatikan saat kritis, saat yang tepat untuk
melakukan prosedur CPR. Berikan oksigen 100%, pasang akses intravena, berikan terapi cairan dalam dosis minimal
(1 liter NaCl untuk 8 jam, kecuali bila pasien dehidrasi, pemberian sebaiknya sedikit lebih cepat). Ambil sampel
laboratorium untuk pemeriksaan hitung jenis sel, ureum, kreatinin, elektrolit, GDS (bila disertai dengan DM), enzim
jantung, bekuan darah dan proses pembekuan, dan penanganannya. Bila memungkinkan pemeriksaan trombofilia,
dan profil lipid juga dibutuhkan.
4. Lakukan foto thoraks dan rekam irama jantung. Dan jika ditemukan pasien dalam kondisi aritmia, segera
bantu dengan monitor fungsi kerja jantung. Lakukan pemasangan kateter urin jika pasien dalam kondisi dehidrasi
dan perlu untuk dimonitor nilai keseimbangan cairannya. Kolabarasi pemberian opium untuk anastesi jika keluhan
nyeri hebat ada.
5. Terapi :
 Preoperative antikoagulan dengan IV heparin

 Resusitasi cairan, koreksi asidosis sistemik, inotropik support

 Terapi pembedahan diindikasikan untuk iskemia yang mengancam ekstremitas

 Thrombolektomi/embolektomi (dapat dilakukan dengan Fogarty baloon catheter, dimana alat tersebut
dimasukkan melewati sisi oklusi, dipompa, dan dicabut sehingga membawa trombus/embolus bersamanya).
Trombolektomi juga dapat dilakukan distal dari sisi teroklusi, dimana hampir 1/3 penderita dengan oklusi arteri
mempunyai oklusi di tempat lain, kebanyakan trombus distal.
 Melindungi vascular bed distal terhadap obstruksi proksimal merupakan hal yang sangat penting
dan dapat dipenuhi oleh antikoagulan sistemik yang diberikan segera dengan heparin melalui
intravena. Heparinisasi sistemik menawarkan suatu perlindungan dapat melawan perkembangan
trombosis distal dan biasanya tidak menyebabkan masalah yang bermakna sepanjang prosedur
operasi, beberapa keuntungan pheologic telah di klaim untuk pemberian larutan hipertonik seperti
manitol.

 Potasium mungkin dilepaskan ketika integritas terganggu oleh iskemia. Keadaan yang
hiperkalemia seringkali menjadi respon terhadap pemberian terapi glukosa, insulin dan cairan
pengganti ion. Lactic academia dapat diterapi dengan pemberian sodium bicarbonate secara
bijaksana.

 Terapi utama akut iskemia adalah pembedahan dalam bentuk embolektomi atau tindakan
rekonstruksi pembedahan vaskuler yang sesuai. Terapi non pembedahan pada iskemia akut dari
episode emboli atau trombolitik dapat dilakukan dengan streptokinase atau urokinase.
 Terapi ALI merupakan suatu keadaan yang darurat untuk meminimalisasikan penundaan dalam
melepaskan oklusi merupakan hal yang penting, karena resiko kehilangan anggota gerak
meningkat sejalan dengan durasi iskemia akut yang lama. Pada suatu penelitian angka amputasi
ditemukan meningkat terhadap interval antara onset dari akut limb iskemia dan eksplorasi (6 %
dalam 12 jam, 12% dalam 13-24 jam, 20 % setelah >24 jam). Hal inilah yang menyebabkan
untuk mengeliminer segala pemeriksaan yang tidak esensial terhadap kebutuhan intervensi.

 Preintervensi anti koagulan dengan kadar terapeutik heparin mengurangi tingkat morbiditas dan
mortalitas (bila dibandingkan dengan tidak menggunakan antikoagulan) dan merupakan bagian
dari keseluruhan strategi terapi pada pasien. Hal ini bukan hanya membantu mencegah
terbentuknya bekuan darah. Namun, pada kasus embolisme arterial juga amitigasi melawan
embolus lain.
H. ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan pada kasus ALI diberikan sebagaimana beberapa sumber pustaka yang
diperoleh yang menjelaskan tentang beberapa gangguan pembuluh darah, yang penulis simpulkan
menjadi uraian sebagai berikut :

Pengkajian dilakukan mulai dari pengumpulan data mengenai data umum sampai
pemeriksaan fisik sebagaimana dijelaskan pada penegakkan diagnosis ALI sebelumnya. Teknik
yang digunakan sifatnya variatif mulai dari teknik wawancara, inspeksi, perkusi, auskultasi dan
palsasi untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya dalam menunjang penegakkan masalah pada
kasus ALI.
1. Pengkajian

a. Pengkajian Primer

Menanyakan gejala yang muncul pada kaki yang berhubungan dengan keparahan dari iskemi anggota gerak

Riwayat penyakit sekarang

Gejala pada ALI berhubungan secara primer terhadap nyeri atau fungsi, onset serangan dan waktu nyeri yang tiba –
tiba , dan bagaimana intensitasnya. Durasi dan inensitas nyeri adalah penting dalam membuat keputusan medis. Onset
tiba – tiba dapat memiliki implikasi etiologi, sedangkan kondisi dan lokasi nyeri dapat membantu menegakkan
diagnosis banding.

Riwayat penyakit dahulu

Hal ini penting untuk ditanyakan apakah klien pernah mengalami nyeri pada kaki sebelumnya (seperti klaudikasio),
apakah telah diintervensi untuk sirkulasi yang buruk pada masa lampau, apakah pernah didiagnostik memilki penyakit
jantung.Klien juga sebaiknya ditanyakan tentang faktor resiko aterosklerotik seperti hipertensi, diabetes, merokok,
hiperlipidemia, riwayat keluarga yang memiliki penyakit jantung, dan stroke.
2) Pemeriksaan
1. Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat akut atau kronis
2. Warna dan temperature
Warna pucat dapat terlihat khususnya pada keadaan awal, namun pada fase lanjut sianosis lebih sering ditemukan dan
rasa dingin yang tidak ditemukan pada ekstremitas lainnya.
3. Kehilangan fungsi sensoris
Klien yang mengalami kehilangan sensasi sensorik biasanya mengeluh kebas atau parastesia.
4. Kehilangan fungsi motorik.
Secara umum Defesit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih lanjut.Untuk mendeteksi kelemahan otot

awal, fungsi intrinsik dari otot kaki harus dikaji dan harus membandingkan dengan extremitas lainnya.Kekuatan otot di

nilai dari angka 0-5:


0 : Otot sama sekali tidak mampu bergerak,tampak berkontraksi,bila lengan/tungkai dilepaskan akan jatuh 100 % pasif.
1 : Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh.
2 : Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya grafitasi (saja) tapi dengan sentuhan akan jatuh
3 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit di dorong tetapi tidak mampu melawan
tekanan/dorongan dari pemeriksa.
4 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.
5 : Kekuatan utuh

Secara khusus pada Akut Limb Iskemik (ALI)


0 : tidak dapat menggerakkna jari, dropfoot positif
: dropfoot negatif dengan gangguan pergerakan jari sebagian
: normal (bebas menggerakkan jari)
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada kasus Akut Limb Iskemik (ALI) diantaranya :

1. Gangguan penurunan perfusi jaringan ke perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan sirkulasi arteri dan oksigenisasi jaringan.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar berhubungan dengan kelemahan anggota gerak extremitas bawah.

4. Gangguan mobilitasi fisik berhubungan dengan nyeri ekstremitas bawah


5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan program pengobatan
3. Intervensi Keperawatan
N
Diagnosa (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi ( SIKI)
o
. (SLKI)
1. Gangguan perfusi jaringan Tujuan : Setelah dilakukan a) Kaji tingkat keadequatan perfusi jaringan.
perifer berhubungan dengan tindakan keperawatan diharapkan b) Kaji capilari refil time, perhatikan waktu
penurunan aliran darah gangguan perfusi jaringan dapat pengisian kapiler, lihat ada/tidaknya sianosis
teratasi. perifer, tanda vasokonstriksi jaringan, ukur
pertambahan bengkak, tanda kematian
kriteria hasil : jaringan perifer.
a. Keluhan baal dapat terkontrol. c) Observasi tanda-tanda vital: TD, N, RR, T,
b. Akral hangat. Saturasi O2.
c. Fase pengisian kapiler <2 detik. d) Perhatikan tingkat efektifitas terapi yang telah
d. Vasokonstriksi perifer didapatkan klien.
berkurang. e) Minimalkan penekanan pada
e. Tekanan darah dalam batas area ekstremitas (kurangi
normal 110/70-130/90 mmHg. penekanan akibat pakaian,
f. Frekuensi nadi 60-100 x/menit, selimut)
nadi teraba kuat.
g. Saturasi oksigen perifer > 90%
2. Gangguan rasa nyaman Tujuan : a) Kaji skala, frekuensi, intensitas dan penyebab

nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan


nyeri pada ekstremitas.
penurunan sirkulasi arteri keperawatan diharapkan gangguan
b) Kaji juga pola aktivitas yang masih dapat
dan oksigenisasi jaringan rasa nyaman nyeri dapat teratasi.
ditoleransi oleh klien, serta mekanisme
mengatasi nyeri yang dapat dilakukan klien
secara mandiri.
Kriteria hasil :
c) Ajarkan/ingatkan klien tehnik relaksasi nafas
a) Klien mengatakan dalam dan pengalihan fokus.

nyeri berkurang/terkontrol. d) Berikan kompres hangat, bila diperlukan.


e) Berikan posisi yang nyaman pada klien.
b) Ekspresi nyeri berkurang
f) Minimalkan penekanan pada area ekstremitas
ataupun hilang. (kurangi penekanan akibat pakaian, selimut).
g) Monitor tanda-tanda vital, terutama nilai
c) Skala nyeri 2-4.
saturasi O2 dan frekuensi nafas.
d). Sianosis berkurang. h) Minimalkan aktivitas pada khususnya daerah
lengan kanan.
e). RR 16-20 x/menit
i) Kolaborasi pemberian terapi analgesik, sesuai
f). Frekuensi nadi 60-100 x/menit, indikasi

nadi teraba kuat


3. Gangguan pemenuhan Tujuan : a) Kaji tingkat aktivitas yang dapat
kebutuhan dasar bd Setelah dilakukan tindakan di toleransi oleh klien.
kelemahan anggota keperawatan diharapkan b).Motivasi klien untuk
gerak gangguan pemenuhan kebutuhan memaksimalkan fungsi tubuh yang lain
dasar dapat teratasi.dengan
dengan latihan secara teratur.
kriteria hasil:
c).Monitor alat-alat yang
a. Klien menunjukkan dibutuhkan pasien untuk, perawatan diri,
kemandirian dalam
makan, berpakaian, toileting.
kebutuhan makan, minum
d).Berikan posisi semi fowler.
dan personal hygiene.
b. Klien tidak bergantung
e).Bantu pasien dalam menerima
seluruhnya kepada petugas ketergantungan kebutuhan.
medis dalam melakukan f).Anjurkan pasien untuk
aktifitas. menjalakan ADL, untuk melihat tingkat
c. Klien menunjukkan kemampuan pasien.
kemandirian mobilitas
dalam menggunakan tempat
tidur.
3. h).Ajarkan pada keluarga, untuk
memandirikan pasien, dan tetap
membantu jika pasien tidak mampu.
j).Kolaborasi dengan fisioterapy
dalam latihan aktivitas.
4. Gangguan mobilitasi fisik Tujuan a) Motivasi pasien dalam menggerakkan
berhubungan dengan nyeri anggota tubuhnya.
Setelah dilakukan tindakan
ekstremitas bawah b) Jelaskan akibat dari imobilisasi.
keperawatan diharapkan gangguan
c) Jelaskan manfaat latihan gerak aktif.
mobilitas fisik dapat teratasi.
d) Ajarkan untuk melakukan rentang
gerak aktif pada anggota gerak yang sehat.

Kriteria hasil : e) Evaluasi tingkat kemampuan pasien


dalam menggerakkan anggota badannya yang
a) Pasien berpartisipasi pada
sehat.
aktivitas yang diinginkan. f) Rubah posisi pasien tiap 2 jam, dan
b) Pasien dapat memenuhi libatkan kemampuan pasien.
perawatan diri sendiri, g) Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
melakukan exercise
c) Pasien mencapai
peningkatan toleransi aktifitas
yang dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan.
5. Cemas berhubungan 1) Tujuan : a). Catat adanya kegelisahan dan adanya
Setelah dilakukan rasa ketakutan atau menyangkal dalam
dengan kurang pengetahuan tindakan keperawatan mengikuti program medik.
tentang kondisi dan program diharapkan cemas klien dapat b).Orientasikan dan informasikan tentang
teratasi semua prosedur yang akan dilakukan
pengobatan
terhadap pasien.
2) Kriteria hasil: c). Informasikan dan jelaskan tentang
a). Ekpresi wajah menunjukan kondisi dan prognosis pasien dengan
relax. berkolaborasi.
b) Pasien mengatakan
penurunan ansietas atau
perasaan takut.
c) Pasien mengerti dan
maampuh menjalani koordinasi
dengan tenaga kesehatan dalam
pengobatan
4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan menurut Tim Departemen Kesehatan RI, (1994) dan Patricia A. Potter (2005). Tindakan
keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan sebagian oleh
pasien itu sendiri, oleh perawat secara mandiri atau mungkin bekerja sama dengan tim kesehatan
lainnya misalnya, ahli gizi dan fisioterapis. Hal ini sangat tergantung jenis tindakan,
kemampuan/keterampilan, pasien serta tenaga perawat itu sendiri.

Proses pelaksanaan dari keperawatan mempunyai lima tahap, yaitu:

1. Mengkaji ulang klien, pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan yang difokuskan

pada suatu

dimensi atau sistem. Setiap kali perawat berinteraksi dengan klien, data tambahan

dikumpulkan untuk

mencerminkan kebutuhan fisik, perkembangan intelektual, emosional, sosial dan spiritual.


2. Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan, meskipun rencana asuhan telah dikembangkan

sesuai dengan diagnosa keperawatanyang terlah teridentifikasi selama pengkajian, perubahan dalam status

klien mungkin mengharuskan modifikasi rencana asuhan keperawatan yang telah direncanakan.

3. Mengidentifikasi bidang bantuan, beberapa situasi keperawatan mengharuskan perawat untuk mencari

bantuan. Bantuan didapat berupa tambahan tenaga.

4. Mengimplementasi intervensi keperawatan, perawat memilih intervensi keperawatan berikut metode untuk

mencapai tujuan asuhan keperawatan yaitu membantu dalam melakukan aktifita sehari-hari, mengkonsulkan

dan memberikan penyuluhan pada klien dan keluarga, memberikan asuhan keperawatan langsung,
mengawasi

dan mengevaluasi kerja staff anggota yang lain

5. Mengkomunikasikan intervensi keperawatan, intervensi keperawatan dituliskan atau dikomunikasikan secara

verbal.
Rencana keperawatan biasanya mencerminkan tujuan intervensi keperawatan. Setelah intervensi
keperawatan, respon klien terhadap pengobatan dicatatkan pada lembar catatan yang
disesuaikan. Dengan menuliskan waktu dan rincian tentang intervensi mendokumentasikan
bahwa prosedur telah diselesaikan.

Pada waktu tenaga perawatan memberikan asuhan keperawatan, proses pengumpulan dan
analisa data berjalan terus menerus guna perubahan/penyesuaian tindakan perawatan. Beberapa
factor dapat mempengaruhi pelaksanaan perawatan antara lain fasilitas/alat yang ada,
pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana harus dilakukan.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi menurut Patricia A. Potter (2005). Evaluasi adalah proses


penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan.
Langkah-langkah evaluasi terdiri dari pengumpulan data-data perkembangan
pasien, menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien,
membandingkan data keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
dengan kriteria pencapaian tujuan yang ada telah ditetapkan, mengukur dan
membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku.
a. Tujuan tercapai, tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan perilau dan perkembangan kesehatan
sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian, tujuan tercapai sebagian adalah bila pasien menunjukkan perubahan dan
perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
c. Tujuan sama sekali tidak tercapai, tujuan sama sekali tidak tercapai jika pasien menunjukkan perubaha perilaku
perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah baru.
Evaluasi dari revisi rencana perawatan dan berfikir kritis, sejalan dengan telah di evaluasinya tujuan, penyesuaian
terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Setelah melakukan evaluasi keperawatan tahap selanjutnya
adalah mencatat hasil tindakan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bukti jadi pelaksanaan
keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan catatan respon klien terhadap tindakan
medis, tindakan keperawatan atau reaksi klien terhadap penyakitnya,
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Akut Limb Iskemik merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan ke ekstremitas secara tiba-tiba yang menyebabkan
gangguan pada kemampuan pergerakkan, rasa nyeri atau tanda-tanda iskemik berat dalam jangka waktu dua minggu (Vaskuler
Disease A Handbook).
- Akut limb iskemik adalah oklusi akut dari suatu arteri pada ekstremitas dimana merupakan prnurunan secara tiba-tiba atau
perburukan perfusi anggota gerak yang menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas ekstremitas
- Dapat disebabkan oleh thrombus, embolus, trauma vaskuler, aneurisma serta penyebab lainnya
- Gejala ALI dapat digambarkan dengan “6 P”, yakni: pain, pallor, paresthesia, paralysis, pulselessness, dan poikilothermia
- Gold standar pemeriksaan adalah angiografi
- Terapi dapat dengan pemberian antikoagulan maupun pembedahanS
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah pengetahuan dan dijadikan bahan bacaan untuk
menambah wawasan. Dapat sebagai acuan ataupun referensi dalam pembelajaran di institusi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai