Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN ”A” DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI LINGKUNGAN DUSUN
TEMBENG PUTIK TIMUK 1 DESA TEMBENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WANASABA

Di Susun Oleh :
EKA SUSILAWATI, S.KEP
NIM. 113222012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023

0
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn ”A” Dengan Masalah Keperawatan Resiko Perilaku
Kekerasan Di Lingkungan Dusun Tembeng Putik Timuk 1 Desa Tembeng Putik Wilayah
Kerja Puskesmas Wanasaba Ini Telah Di Sahkan Pada :
Telah di sahkan dan disetujui pada

Hari :
Tangga :

Mahasiswa

(Eka Susilawati, S.Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Ahyar Rosyidi,M.Kep) (Ns. Syukrul Hamdi, S.Kep)

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. yang
telah memberikan kesehatan jasmani ataupun rohani, dan memberikan nikmat serta kasih
sayang-Nya kepada kita semua, sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dan tak lupa pula kita haturkan sholawat dan serta salam kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun manusia dari jalan yang gelap gulita menuju
ke jalan yang terang benderang seperti yang sedang kita rasakan sekarang ini.
Akhirnya, penulis bisa menyelesaikan laporan ini guna memenuhi tugas di mata kuliah
Stase Keperawatan Keluarga dan pada laporan ini penulis akan membahas suatu judul
mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN ”A” DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI LINGKUNGAN DUSUN
TEMBENG PUTIK TIMUK 1 DESA TEMBENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WANASABA”. Tentunya saya sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan pada laporan ini. Penulis menginginkan kepada semua pihak yang membaca
makalah ini khususnya Bapak dosen pengampu mata kuliah untuk memberikan masukan
berupa kritik atau saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan isi dari laporan ini.

Lombok Timur, 18 Agustus 2023

Eka Susilawati, S.Kep

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAGAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan ......................................................................................................... 3
C. Manfaat........................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 5
BAB III LAPORAN HASIL HOME VISIT................................................. 16
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 37
BAB V PENUTUP…………………………………………………………...38
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videback, 2008). Menurut
Mangindaan (2010) kesehatan jiwa seseorang dipengaruhi oleh keseimbangan dan
ketidakseimbangan antar sistem. Sistem tersebut berfungsi sebagai salah satu kesatuan
yang holistik dan bukan semata-mata merupakan penjumlahan elemen-elemenya.
Sehingga kesehatan jiwa merupakan kondisi seseorang yang merasa sehat dan
bahagia, mampu menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku
akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah
laku. Gangguan jiwa adalah keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan, fungsi
kejiwaan meliputi proses berpikir, emosi, kemauan dan perilaku psikotomotor,
termasuk bicara. Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya
gangguan pada fungsi mental yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku, perasaan,
motivasi, kemauan, keinginan, daya tilik diri dan persepsi sehingga mengganggu
dalam proses hidup di masyarakat (Nasir & Muhith, 2011).
Gangguan jiwa terbagi menjadi dua yaitu gangguan jiwa berat dan gangguan
mental emosional. Salah satu jenis gangguan jiwa berat adalah skizofrenia. Menurut
Keliat dalam penelitian Widayanti, Nughoro dan Supriyadi (2016) skizofrenia adalah
suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek datar atau tumpul,
gangguan kognitif serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari hari. Salah
satu gejala positif dari skizofrenia adalah halusinasi pendengaran. Halusinasi
pendengaran adalah gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara
terutama suara-suara orang, pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu
(Prabowo, 2014).
Menurut data World Health Organization atau WHO (2017) gangguan jiwa
meliputi depresi, bipolar, skizofrenia dan psikosis lainnya, demesia, gangguan

1
intelektual dan gangguan perkembangan termasuk autisme. Diseluruh dunia
diperkirakan 300 juta orang mengalami depresi, bipolar diperkirakan 60 juta,
skizofrenia dan psikosis lainnya diperkirakan 21 juta orang dan demensia diperkirakan
47,5 juta orang.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2013) menunjukkan
prevalensi gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) pada penduduk di Indonesia 1,7
per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta 2,7 per mil dan Aceh 2,7 per
mil. Sedangkan gangguan jiwa berat terrendah adalah Kalimantan Barat yaitu 0,7 per
mil. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri menurut Riskesdas Dinas
Kesehatan DIY (2013) prevalensi gangguan jiwa berat (skizofrenia/psikis) tertinggi di
kabupaten Kulon Progo yaitu 4,67 per mil diikuti dengan kabupaten Bantul 4 per mil,
kota Yogyakarta 2,14 per mil, kabupaten Gunung Kidul 2,05 per mil dan prevalensi
terendah kabupaten Sleman yaitu 1,52 per mil.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa pada pasal 1 mengatakan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah setiap
kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu,
keluarga dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
Salah satu upaya promotif dan preventif dalam penanganan kasus gangguan
jiwa adalah keterlibatan keluarga. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No
18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa pada pasal 8, upaya promotif dilingkungan
keluarga dilaksanakan dalam bentuk pola asuh dan pola komunikasi dalam keluarga
yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat. Sedangkan untuk
upaya preventif menurut pasal 13 dilaksanakan dalam bentuk pengembangan pola
asuh yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan jiwa, komunikasi, informasi
dan edukasi dalam keluarga dan kegiatan lain sesuai dengan perkembangan
masyarakat.
Upaya kesehatan jiwa tentunya tidak terlepas dari peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan berkolaborasi bersama
keluarga dalam merawat pasien. Keluarga merupakan lingkungan terdekat yang
mempengaruhi kesembuhan pasien. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di
rumah sakit sangat dibutuhkan agar pasien termotivasi untuk sembuh. Peran perawat

2
sangat dibutuhkan untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada keluara agar
keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien halusinasi baik dirumah
sakit maupun dirumah (Keliat, 2011). Salah satu peran perawat untuk meningkatkan
upaya kesehatan jiwa salah satunya adalah dengan melakukan kunjungan rumah atau
home visit. Home visit adalah interaksi yang dilakukan perawat dirumah yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan keluarga dan
anggotanya (Setyowati & Murwani, 2008).
Hasil penelitian Ersida, Hermansyah & Mutiawati (2016) tentang “Home Visit
Perawat dan Kemandirian Keluarga dalam Perawatan Halusinasi pada Pasien
Schizophrenia” menyimpulkan bahwa ada hubungan antara home visit aktif dengan
kemandirian keluarga dalam perawatan halusinasi yang mandiri pada pasien
Skizofrenia. Home visit ini memberikan dampak sebesar 10 kali lebih mandiri
dibandingkan dengan perawatan halusinasi pada pasien Skizofrenia dengan kegiatan
home visit yang kurang aktif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam laporan ini yaitu mengetahui gambaran asuhan keperawatan
dengan home visit pada keluarga (care giver) dengan anggota keluarga mengalami
resiko perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pelaksanaan home visit pada keluarga (care giver) dengan anggota
keluarga gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran.
b. Mengetahui perilaku keluarga (care giver) setelah pelaksanaan home visit pada
keluarga (care giver) dengan anggota keluarga mengalami resiko perilaku
kekerasan.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan jiwa khususnya penerapan home
visit pada pasien resiko perilaku kekerasan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pasien gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
Manfaat laporan ini diharapkan dapat mendukung proses kesembuhan pasien dan

3
juga mencegah terjadinya kekambuhan.
b. Bagi keluarga (care giver) pasien dengan resiko perilaku kekerasan Manfaat karya
tulis ilmiah ini diharapkan keluarga dapat menjadi support system bagi pasien,
dan berperan aktif dalam mendukung kesembuhan serta mencegah kekambuhan
pasien.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi ynag timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseoarang secara fisik atau psikologis (Riyadi dan Purwato, 2013). Sehingga perilaku
kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.
B. RENTANG RESPON
Menurut Stuart dan Sundeen (2008), rentang respon marah adalah:
Rentang Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresisi Perilaku Kekerasan

Keterangan :
a. Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
b. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat
c. Pasif : Respon lanjut klien tidak mampu mengungkapkan perasaan
d. Agresif: Perilaku dekstruksi masih terkontrol
e. Perilaku kekerasan : Perilaku dekstruktif dan tidak terkontrol

Pasif Asertif Agresif


Isi Negatif menurun Positif dan Menyombongkan
pembicaraan menandakan diit, menawarkan diri,
contoh diri, contoh : memindahkan
“dapatkah saya?” “saya dapat…. orang lain contoh
“Dapatkah “saya akan…. “ kamu selalu….”
kamu ?” “kamu tidak
pernah…”
Tekanan Cepat lambat, Sedang Keras dan
suara mengeluh. mengotot
Posisi badan Menundukan Tegap dan Kaku, cenderung
kepala santai
Jarak Menjaga jarak Mempertahan Siap dengan jarak
dengan sikap kan jarak yang dan menyerang
acuh nyaman orang lain

5
mengabaikan
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam
tenang posisi menyerang
Kontak mata Sedikit/ sama Mempertahan Mata melotot dan
sekali tidak kan kontak dipertahankan
mata sesuai
dengan
hubungan

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi dan teori sosiokultural adalah:
1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:
a. Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal
maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian,
perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis
mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas
secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b. Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan
serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif.
Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye
dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c. Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
d. Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan
6
tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan
lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan
penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri.
b. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang
tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang
positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka
mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan
setelah dewasa.
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga
berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.
Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan
dalam hidup individu.

7
D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan:
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus

8
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman dan nyaman
c. Rasa terganggu, dendam dan jengkel
d. Tidak berdaya
e. Bermusuhan
f. Mengamuk, ingin berkelahi
g. Menyalahkan dan menuntut
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
F. PSIKODINAMIKA
1. Marah dengan perilaku konstruktif.
2. Marah diekspresikan dengan perilaku agresif.
3. Perilaku tidak asertif seperti menahan perasaan marah atau melarikan diri sehingga
rasa marah tidak terungkap.
4. Stres, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal dan internal:
a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.
b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
Mengekspresikan perilaku kekerasan dapat disebabkan karena

9
frustasi,takut,manipulasi/ intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan terjadi karena
gangguan konsep diri, HDR, mudah tersinggung, destruktif terhadap diri sendiri.
Akibatnya muncul resiko menciderai diri sendiri, orang lain/ lingkungan ditandai
dengan klien marah, suka membanting barang, suka menganiaya orang lain, dan
berusah melukai diri sendiri.
G. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri. Beberapa mekanisme koping yang dipakai
pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi: menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya
pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan
sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi: menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginannya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya
3. Represi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakanya.
4. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya
sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
5. Deplacement: melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya: Timmy berusia 4 tahun marah karena ia

10
baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding
kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.
H. SUMBER KOPING
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang individu dapat
mengatur emosinya dengan menggunakan sumber koping di lingkungan, sumber
koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah interaksi dengan orang
lain dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
emosi dan mengandopsi strategi koping yang berhasil.
I. PENATALAKSANAAN UMUM
1. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak
ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila
tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti
neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti
cemas, dan anti agitasi.
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan
uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh
petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program
kegiatannya.
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar
dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber
yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi
masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer),

11
menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan
perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat
kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara optimal.
4. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan
melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi
adalah perilaku klien.
5. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi
kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada
awalnya untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Perilaku kekerasan/amuk

2. Gangguan harga diri: harga diri rendah

K. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
Perilaku Setelah Pasien mampu: Intervensi untuk pasien:
kekerasan dilakukan 1. Mengidentifikasi Sp 1
tindakan penyebab, tanda 1. Identifikasi
keperawata dan gejala, PK penyebab,tanda dan
n selama 12 yang dilakukan gejala PK yang
x30 menit dan akibat PK dilakukan, akibat PK
di harapkan 2. pasien mampu 2. Jelaskan cara
klien tidaak mengontrol PK: mengontrol PK secara
menciderai fisik: tarik nafas fisik, obat, verbal dan
diri sendiri, dalam, pukul spiritual
orang lain kasur dan bantal 3. Latih cara mengontrol
dan PK secara fisik: tarik
lingkungan nafas dalam dan pukil
bantal
4. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
latihan fisik

12
Sp 2
1. Evaluasi kegiatan
latihan fisik. Beri
pujian
2. Latihan cara
mengontrol PK dengan
minum obat ( jelaskan
6 benar)
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
fisik dan minum obat
Sp 3
1. Evaluasi kegiatan
latihan fisik dan obat.
Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
PK secara verbal (3
cara:
mengungkapkan,
meminta dan menolak
dengan benar )
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum
obat dan verbal
Sp 4
1. Evaluasi kegiatan
latihan fisik, obat dan
verbal. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
PK secara spiritual (2
kegiatan)
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
latihan fisik, obat
verbal dan spiritual
Sp 5
1. Evaluasi kegitan
latihan fisik, obat
verbal dan spiritual.
Beri pujian
2. Nilai kemampuan
yang telah mandiri
3. Nilai apakah pk
terkontrol

Intervensi untuk
keluarga:
Sp 1

13
1. Diskusikan masalah
yang dirasakan dalam
merawat pasien
2. Jelaskan pengertian,
tanda & gejala, dan
proses terjadinya PK
(gunakan booklet )
3. Jelaskan cara merawat
PK
4. Latih 1 cara merawat
PK dengan
menggunalan kegiatan
fisik: tarik nafas dalam
dan pukul bantal
5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan beri pujian
Sp 2
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat atau melatih
pasien secara fisik. Beri
pujian
2. Jelaskan 6 benar cara
memberi obat
3. Latih cara
memberikan/membimb
ing minum obat
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
saat besok dan beri
pujian
Sp 3
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat atau melatih
pasien secara fisik dan
memberikan obat. Beri
pujian
2. Latih cara
membimbing: cara
bicara yang baik
3. Latih cara
membimbing kegiatan
spiritual
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberikan pujian
Sp 4

14
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat atau melatih
pasien secara fisik,
minum obat, latih
bicara yang baik dan
kegiatan spiritual. Beri
pujian
2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM , tanda
kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
kegiatan dan
memberikan pujian
Sp 5
1. Evaluasi kegiatan
kelurga dalam merawat
atau melatih pasien
secara fisik, minum
obat, latih bicara yang
baik, kegiatan spiritual
dan follow up. Beri
pujian
2. Nilai kemampuan
keluarga dalam
merawat klien
3. Nilai kemampuan
keluarga melakukan
control ke RSJ/PKM

15
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn ”A” Dengan Masalah Keperawatan Resiko
Perilaku Kekerasan Di Lingkungan Dusun Tembeng Putik Timuk 1 Desa Tembeng
Putik Wilayah Kerja Puskesmas Wanasaba

A. Identitas Klien

Nama : Tn.A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Status : Belum Menikah
Dx Medis : Perilaku Kekerasan
Informan : Keluarga
Alamat : Dusun Tembeng Putik Timuk 1 Desa Tembeng
Putik Kecamatan Wanasaba
Tanggal Kunjungan : 15 Agustus 2023
Identitas Penanggung Jawab Klien
Nama : Ny.S
Umur : 60 tahun
Pendidikan : SD
Alamat : Dusun Tembeng Putik Timuk 1 Desa Tembeng
Putik Kecamatan Wanasaba
Hubungan dengan klien : Ibu

16
a. Alasan Klien Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan klien dianter ke RSJ Mutiara Sukma karena sebelumnya dirumah
klien sering mengamuk, marah-marah sendiri, serta berbicara sendiri dan sudah
meresahkan lingkungan kemudian keluarga berinisiatif membawa klien ke RSJ
Mutiara Sukma.
b. Faktor Predisposisi dan Presifitasi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya?
Ya, Klien sebelumnya pernah dirawat di RSJ Mutiara Sukma
2. Pengobatan sebelumnya
Klien rajin control dan mengambil obat ke RS Selong
3. Pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya
Klien mengatakan tidak pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan
sebelumnya
4. Anggota keluarga yang pernah gangguan jiwa?
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah mengalami
gangguan jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yang di alami oleh klien?
Klien mengatakan dulu pernah dihianati oleh pacar nya dan sangat merasa kecewa
6. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg
N : 110 x/menit
S : 36,5 ̊C
RR : 20 x/menit
Ukur : BB : 70 kg
TB : 167 cm
Keluhan Fisik : Tidak ada

17
c. Psikososial dan lingkungan
1. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Meninggal : Pernikahan

: Keturunan

Pasien anak ke 5 dari 6 bersaudara, pasien tinggal bersama orangtua,


adiknya beserta adik iparnya.
a) Pola Asuh
Tidak dibeda-bedakan.
b) Pola Komunikasi
Klien berkomunikasi dengan baik.
c) Pola Pengambilan Keputusan
Klien selalu bertanya terlebih dahulu dengan orang tuanya.

18
2. Konsep Diri
a) Gambaran Diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya dan tidak ada bagian
tubuh yang membuat dirinya merasa tidak nyaman

b) Identitas
Klien dapat menyebutkan nama atau alamatnya.
c) Peran
Klien dirumah sebagai anak ke 5 dari 6 bersaudara,dan sekarang tinggal ber 4
bersama orang tua dan adik perempuanya.
d) Ideal Diri
Klien berharap bisa segera sembuh
e) Harga Diri
Klien tidak mau dengan kondisinya saat ini.
3. Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti adalah orangtua nya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan gotong royong dimasyarakat
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
4. Spiritual
a) Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam
b) Kegiatan Ibadah
Klien selalu berjamaah di masjid
5. Lingkungan
Klien bertempat tinggal ditengah gubuk dimana rumah klien berada di dekat
sawah, lingkungan rumah klien bersih.
c. Persepsi Keluarga Terhadap Pasien
Klien diantar kerumah sakit oleh adiknya, adik ipar, beserta ibu. Klien sering
dikunjungi oleh adiknya. Selama + 3 bulan klien dirumah sakit sudah dua kali
keluarga mengunjungi klien. Keluarga klien sangat bergantung pada fasilitas

19
kesehatan yang ada seperti puskesmas dan rumah sakit. Rencana pulang keluarga klien
akan memposisikan klien selayaknya dan akan diberdayakan kemampuan klien yang
dapat dibenahi agar klien memiliki kesibukan dan dapat mengalihkan perilaku
kekerasan dan halusinasi klien. Semua keluarga mengetahui tentang penyakit klien
dan mengetahui penyebab klien mengalami gangguan jiwa. Tidak ada anggota
keluarga yang mengucilkan klien karena gangguan jiwa yang dialaminya.
d. Pengetahuan Keluarga Tentang Cara Merawat Klien
Keluarga klien mengatakan kurang mengetahui tentang cara merawat klien jika
pennyakit perilaku kekerasannya timbul.
Masalah Keperawatan : Defisit Kurangnya Pengetahuan
e. Support Sistem Dalam Keluarga
Keluarga mendukung atas kesembuhan klien terlihat dari bagaimana keluarga
memperhatikan dengan seksama dalam pembelajaran mengasuh klien. Pembiayaan
dalam proses kesembuhan klien dibiayai oleh adiknya.
f. Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar kejadian pada klien ini adalah yang terakhir kalinya, semoga
klien tidak menunjukkan kembali perilaku kekerasaanya. Keluarga bekerja sama
dalam pengobatan dan pengawasan minum obat klien
g. Status Mental
1) Penampilan
Klien berpakaian bersih,rambut acak-acakan tidak mau dipotong. Masalah
keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2) Pembicaraan
Klien berbicara sedang
3) Aktivitas motorik
Klien mengatakan apabila tidak minum obat dadanya berdebar dan ingin memukul
Masalah keperawatan : Risiko perilaku kekerasan.
4) Alam perasaan
Klien sedih dengan penyakitnya saat ini. Masalah keperawatan : Harga diri rendah.
5) Afek
Labil, klien cepat bosan, mood suka berubah. Masalah keperawatan : Risiko
perilaku kekerasan.
6) Interaksi selama wawancara

20
Klien kooperatif,setiap pertanyaan klien mampu menjawab,tampak kontak mata
klien baik
7) Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar bisikan sehingga berbicara sendiri,waktu
bisikan itu datang tidak menentu,biasanya pada waktu sendiri dengan durasi 30
detik.
Masalah keperawatan : Halusinasi
8) Proses Pikir
Klien berbicara cepat dan mudah beralih,klien terlihat gelisah dan mondar-mandir
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
9) Isi Pikir
Pada saat wawancara saat klien ditanyakan terkait apa yang dipikirkan klien
mengatakan mengingat pacaranya
Masalah keperawatan : Halusinasi
10) Tingkat kesadaran
Compos Mentis
Disorientasi : Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, orang. Klien
bisa menjawab ia dimana saat ini.
11) Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang : klien mengingat pernah dibawa ke RSJ
oleh bapaknya
Daya ingat jangka pendek : klien mengingat dia kemarin sore kerumah puad
Daya ingat saat ini : klien mengingat apa menu lauk pauknya tadi pagi
12) Tingkat konsentrasi berhitung : klien mampu konsentrasi dalam berhitung 1-10
13) Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana, seperti mau berbicara
diruang tamu.
14) Gaya tarik diri
Mengingat penyakit yang diderita, klien menerima bahwa saat itu ia mengalami
gangguan kejiwaan.
h. Persiapan Keluarga Terhadap Kepulangan Klien
1). Makan : klien mampu makan dengan mandiri dirumah
2). BAK/BAB : klien mampu bab dan bak secara mandiri ke kamar mandi.

21
3). Mandi : Klien mampu mandi secara mandiri.
4). Berpakaian atau berhias : klien rajin berhias dan berpakaian secara mandiri
5). Istirahat dan tidur
- Tidur siang lama : klien tidur siang selama 3 jam
- Tidur malam lama : 8 jam, klien tidur nyenyak.
- Kegiatan sebelum tidur : minum obat.
- Kegiatan sesudah tidur : mandi.
6). Penggunaan obat : klien mampu minum obat sendiri
7). Pemeliharaan Kesehatan : Klien sudah bisa mandiri dalam merawat dirinya
8). Kegiatan didalam rumah
- Mempersiapkan makan : disiapkan makan oleh ibunya.
- Menjaga kerapihan rumah : klien bisa merapikan rumah dan kamar secara
mandiri.
- Mencuci pakai : klien mampu mencuci pakaian nya sendiri kadang
juga mencuci pakaian orang tua nya
- Pengaturan Keuangan : Untuk mengatur keuangan klien di atur langsung
oleh saudara/adik kandung klien sendiri.
9). Kegiatan diluar rumah
- Belanja : klien biasa pergi belanja ke warung.
- Transportasi : klien dalam kegiatan sehari-hari bisa menggunakan motor
i. Pelayanan Kesehatan Yang Ada Disekitar Rumah
Klien mengatakan ada Pustu dan Posyandu.
1. Hasil wawancara dengan keluarga klien mengenai :
a. Sosial ekonomi keluarga
Tingkat perekonomian pada keluarga klien bisa di katakan kelas sosial
menengah kebawah, dimana tulang punggung keluarga yaitu saudara/adik
kandung klien sendiri, yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang yang
memiliki penghasilan dalam perbulan tidak menentu.
b. Penerimaan keluarga terhadap keadaan klien
Keluarga klien berusaha memberikan yang terbaik dan berusaha untuk
memberikan pengobatan yang terbaik untuk kelian dan memberikan perawatan
di rumah sebaik mungkin.
c. Adaftasi klien dengan keluarga

22
Klien berinteraksi dengan keluarga dengan baik,dan beradaptasi bersama
keluarga dengan cukup baik.
2. Kendala yang dihadapi oleh petugas Home Visit
Klien memiliki mood yang sering berubah dalam setiap waktu sehingga petugas
berusaha membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga , dan
petugas harus menjaga jarak aman dimana kondisi/riwayat klien memiliki
perilaku kekerasan.
j. Mekanisme Koping
Adaptif : klien mau bercerita tentang penyakitnya.
Masalah keperawatan : Koping individu efektif.
k. Aspek Medik
Diagnosa Medis : Tidak Terkaji
Terapi Medis : Chlorpromazine 3x100 mg
Trihexyphenidyl 3x2 mg
Haloperidol 3x5 mg
Analisis Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Subyektif : klien mengatakan Halusinasi pendengaran
kadang mendengar suara-suara
bisikan yang mengganggu
aktivitasnya ‘’ lakukan ini,
jangan lakukan’’.
keluarga mengatakan klien
sering melamun dan berbicara
sendiri
Obyektif : tampak lesu, klien
tampak takut,klien tmpak
bicara sendiri
2. Subyektif : Klien mengatakan Resiko perilaku kekerasan
jika marah dia ingin memukul
orang dan merusak barang

Obyektif : Klien tampak


gelisah, tampak mondar-
mandir

3. Subjektif :klien mengatakan


tidak mau memotong kuku Defisit Perawatan Diri
O Objektif: Kuku klien tampak
kotor dan panjang

23
D. IMPLEMENTASI
Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Halusinasi
3. Defisit perawatan diri
4. Harga diri rendah
5. Koping individu inefektif

Pohon masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi

Defisit Perawatan Diri

Prioritas masalah keperawatan


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Halusinasi
3. Defisit perawatan diri

24
RENCANA KEPERAWATAN

Rencana Tindakan keperawatan


Diagnosa Tujuan
Keperawatan
Kriteria Evaluasi Intervensi
Resiko Perilaku Setelah dilakukan Kunjungan diharapkan kriteria hasil :
Kekerasan Rumah selama 3 kali Resiko  Klien mampu  mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan membaik mengidentifikasi penyebab  mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.
perilaku kekerasan  mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
 Klien mampu  mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
mengidentifikasi kekerasan  mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
yang biasa dilakukan kemarahan.
 Klien mampu  Mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
mengidentifikasi akibat  Latih pasien minum obat secara teratur, dan bimbing untuk
perilaku kekerasan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
 Klien mampu
mengidentifikasi cara
berspon terhadap kemarahan
 Klien mampu mengontrol
PK

25
Halusinasi Setelah dilakukan kunjungan Diharapkan kriteria hasil :  Identifikasi jenis halusinasi pasien
rumah selama 3 kali Halusinasi  Klien dapat mengenal  Identifikasi isi halusinasi pasien
pendengaran membaik halusinasi, menjelaskan  Identifikasi waktu halusinasi pasien
cara mengontrol  Identifikasi frekuensi halusinasi pasien
halusinasi, mampu  Identifikasi siruasi yang menimbulkan halusinasi
mengontrol halusinasi  Identifikasi respon pasien terhadap halusinasi
dengan menghardik.  Latih pasien cara kontrol halusinasi dengan cara
 Klien mampu menghardik
mengontrol halusinasi  Latih pasien berbincang dengan orang lain
dengan cara  Latih pasien melakukan kegiatan yang terjadwal
berbincang-bincang  Latih pasien minum obat secara teratur, dan bimbing
dengan orang lain untuk memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
 Klien mampu
mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan
kegiatan yang
terjadwal
 Klien dapat minum
obat secara teratur.

26
Defisit Perawatan Setelah dilakukan kunjungan diharapkan kriteria hasil :  Melatih Klien cara-cara perawatan kebersihan diri
Diri rumah selama 3 kali Defisit  Klien mampu
perawatan diri membaik melakukan perawatan  Melatih Klien berdandan/berhias
kebersihan diri  Melatih Klien makan secara mandiri
 Klien mampu
berdandan  Mengajarkan Klien melakukan BAB/BAK secara
 Klien mampu makan mandiri
secara mandiri
 Klien mampu  Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan
melakukan BAB dan BAK
BAK secara mandiri
 Klien mampu
membersihkan tempat
BAB dan BAK

27
HARI/TGL DX TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
KEPERAWATAN
SENIN,14 RESIKO PERILAKU SP1 :
AGUSTUS KEKERASAN S:
1. Mengidentifikasi penyebab PK
2023
 Klien mengatakan jika marah ia ingin
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala
memukul orang
PK
3. Mengidentifikasi PK yang  Klien mengatakan dirinya tidak sakit

dilakukakan O:

4. Mengidentifikasi akibat PK yang  K/U : Baik


Kesadaran :Compos Mentis
dilakukan
TTV:TD :120/70
5. Menyebutkan cara N :90 x/mnt
RR:20 x/mnt
mengendalikan PK
 Klien tampak mondar-mandir,gelisah
6. Membantu memperaktikan
 klien mampu mengontrol PK dengan cara
latihan cara mngendalikan fisik 1 fisik : tarik nafas dalam
(latihan relaksasi napas dalam)
7. Menganjurkan klien memasukan A : Resiko perilaku kekerasan berkurang
ke dalam jadwal kegiatan harian
P:
La Melatih cara mengontrol PK dengan cara fisik : tarik
nafas dalam 2 x sehari

R RTL :
Melatih cara mengontrol PK dengan pukul bantal
kasur
SENIN, 14 HALUSINASI SP1 : S:
AGUSTUS 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi
 Klien mengatakan mendengar suara-suara
28
2023 pasien bisikan tidak menentu
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
 Klien mengatakan dia tidak sakit
pasien
3. Mengidentifikasi waktu O:
halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi  K/U : Baik
halusinasi pasien Kesadaran :Compos Mentis
5. Mengidentifikasi situasi yang TTV:TD :120/70
menimbulkan halusinasi N :90 x/mnt
6. Mengidentifikasi respon pasien RR:20 x/mnt
terhadap halusinasi  Klien mampu menjawab pertanyaan
7. Melatih pasien cara kontrol  Klien mampu mempraktekkan menghardik
halusinasi dengan cara A : Halusinasi masih
menghardik
8. Membimbing pasien untuk P:
memasukkannya kedalam jadwal Pasien :
kegiatan harian. Latihan mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik 2 x sehari
RTL :
Melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap

SENIN, 14 DEFISIT SP1 : S:


AGUSTUS PERAWATAN DIRI  Klien mengatakan Males untuk mencukur
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
2023 rambutnya
harian pasien  Klien mengatakan dia tidak sakit
2. Menjelaskan cara berdandan O:
3. Membantu pasien mempraktikan  K/U : Baik
Kesadaran :Compos Mentis
cara berdandan
TTV:TD :120/70

29
4. Menganjurkan pasien N :90 x/mnt
RR:20 x/mnt
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian  Klien tampak tidak rapi,tampak rambut
rambut klien acak-acakan
 Klien tampak paham cara membersihkan diri
atau mandi
A: Defisit perawatan diri masih
P:
Pasien : Tetap membersihkan diri atau mandi 2 kali
sehari pada jam 8 Pagi dan 4 Sore.
RTL:
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Menjelaskan cara berdandan
 Bantu klien mempraktikan cara berdandan

HARI/TGL DX TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


KEPERAWATAN

30
SELASA, 15 RESIKO PERILAKU SP2 : S:
AGUSTUS KEKERASAN 1. Mengevaluasi kegiatan latihan
 Klien mengatakan merasa tenang
2023 secara secara fisik :Tarik nafas
dalam. Beri pujian.  Klien mengatakan perasaan marah-marah
2. Melatih cara mengontrol PK secara
fisik : pukul bantal kasur tidak ada
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan O :
untuk latihan secara fisik
 K/U : Baik
Kesadaran :Compos Mentis
TTV:TD :110/70
N :100 x/mnt
RR:20 x/mnt
 Pasien mampu mempraktikan mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik 1
A : Resiko perilaku kekerasan berkurang
P:
Pasien : Latihan pukul kasur dan bantal, setiap marah
atau kesal
RTL
 Melatih mengajarkan klien mngendalikan PK
dengan cara verbal.
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

SELASA, 15 HALUSINASI SP2 : S:


AGUSTUS 1. Memvalidasi masalah dan latihan
 Klien mengatakan tenang
2023 sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol  Klien mengatakan tidak mendengar suara-
halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain suara bisikan

31
3. Membimbing pasien untuk O : K/U : Baik
memasukkannya kedalam jadwal Kesadaran :Compos Mentis
TTV:TD :110/70
N :100 x/mnt
RR:20 x/mnt
 Tampak klien dapat bercerita dengan sesama
klien
 klien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap
A : Halusinasi berkurang
P:
Pasien : Latihan bercakap-cakap 2 kali sehari pada
jam 8 Pagi dan 4 Sore
RTL :
Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan yang bisa dilakukan

SELASA, 15 DEFISIT SP 2 : S:
AGUSTUS PERAWATAN DIRI  Klien mengatakan merasa senang
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
2023  Klien mengatakan sudah sisir rambut
harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan O:
 O : K/U : Baik
3. Membantu pasien mempraktikan Kesadaran :Compos Mentis
cara berdandan TTV:TD :110/70
N :100 x/mnt
4. Menganjurkan pasien
RR:20 x/mnt
memasukkan dalam jadwal
 Klien tampak rapi
kegiatan harian
 Rambut tampak sedikit rapi

32
 Klien mampu mempraktikan cara berdandan

A: Defisit perawatan diri berkurang


P:
Melatih Klien berdandan 1 kali dipagi hari.

RTL
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Menjelaskan cara makan yang baik
 Membantu pasien mempraktikkan cara makan
yang baik
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

33
HARI/TGL DX TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
KEPERAWATAN
RABU, 16 RESIKO PERILAKU SP3 : S:
AGUSTUS KEKERASAN 1. Mengevaluasi kegiatan latihan  Merasa tenang
2023 fisik : Pukul bantal kasur. Beri  Perasaan marah tidak ada
pujian O:
2. Melatih cara mengontrol PK  Keadaan umum pasien baik, kesadaran
secara verbal composmentis, emosi stabil, ADL mandiri
3. Memasukkan pada jadwal Tampak klien bercakap-cakap dengan keluarganya
kegiatan latihan fisik dan verbal A : Resiko Perilaku Kekerasan masih ada
P:
L Melatih cara mengontrol PK dengan cara verbal 2 x
sehari

RTL :
Melatih mengontrol RPK dengan spiritual

34
RABU,16 HALUSINASI SP3 S:
AGUSTUS 1. Mengevaluasi kegiatan  Merasa tenang
2023 menghardik dan latihan  Tidak ada mendengar bisikan
bercakap-cakap. Beri pujian O:
2. Melatih cara mengntrol  Keadaan umum klien baik, kesadaran
halusinasi dgn melakukan composmentis, emosi stabil, ADL mandiri
kegiatan harian (mulai 2 A : Halusinasi masih ada
kegiatan) P:
3. Memasukkan pada jadwal Latih mengontrol halusinasi dengan cara berkegiatan
kegiatan latihan menghardik, 2 x sehari
bercakap-cakap dan kegiatan
harian RTL :
Melatih mengontrol halusinasi dengan minum obat

RABU, 16 DEFISIT SP 3: S:
AGUSTUS PERAWATAN DIRI - Klien mengatakan senang
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian
2023 O:
pasien -
Klien bisa makan tanpa bantuan
-
Klien mampu mempraktikkan cara makan
2. Jelaskan cara makan yang baik
yang baik
3. Bantu pasien mempraktikkan cara A: Defisit perawatan diri berkurang

35
makan yang baik P:
Tetap makan dengan cara yang baik, 3 kali sehari
4. Anjurkan pasien memasukkan
pada jam 6 Pagi 12 Siang dan 6 Sore.
dalam jadwal kegiatan harian
SP 4:
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Memenjelaskan cara eliminasi yang baik
- Membantu pasien campraktikkan cara
eliminasi yang baik yang baik
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

36
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil home visit yang telah dilakukan salama 3 hari pada keluarga Tn.A didapatkan

bahwa klien sedang berada dirumah di temani dengan ibu dan adik klien, klien dan keluarga

menyambut dengan baik kunjungan yang dilakukan.

Keluarga klien mengatakan bahwa sebelumnya klien pernah di rawat di RSJ Mutiara Sukma selama

± 3 bulan dikarenakan klien dirumah sering mengamuk, marah-marah sendiri, serta berbicara

sendiri, dan sudah meresahkan lingkungan sehingga keluarga berinisiatif membawa klien ke RSJ

Mutiara Sukma.

Pengobatan sebelumnya klien rajin control dan mengambil obat ke RS selong. Sebelumnya

tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dan biasanya klian diantar kerumah

sakit oleh adiknya, adik ipar, beserta ibu klien. Kluarga klien mengatakan kurang mengetahui

tentang cara merawat klien ketika perilaku kekerasan klien timbul. Keluarga hanya bisa berharap

atas kesembuhan klien dengan bersama-sama memperhatikan, mengasuh, mengawasi dan

memberikan pengobatan klien dengan baik sehingga kejadian yang terjadi pada klien ini menjadi

yang terakhir kalinya.

Kunjungan yang dilakukan selama 3 hari membawa perkembangan yang baik bagi klien

seperti keadaan klien sudah membaik dengan pemeriksaan fisik TD : 110/70, N : 100 x/mnt, RR :

20x/mnt, klien sudah merasa tenang sehingga ketika klien marah-marah klien bisa mengontrol

dirinya dengan memukul bantal dan ketika penyakit halusinasi klien timbul klien dapat mengontrol

diri dari bisikan-bisikan dengan bercakap-cakap dengan keluarganya.

26
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari proses asuhan keperawatan jiwa Home Visit pada Keluarga
Ny.S Khususnya Tn. A di Dusun Tembeng Putik Timuk 1, Desa Temebeng Putik, penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari keluarga Ny. S khususnya pada Tn. A memiliki
resiko prilaku kekerasan sejak ± 3 tahun yang lalu, jarang ke Puskesmas terdekat dan untuk
kontrol dan lebih sering ke RS untuk konsultasi dan menerima obat.
2. Setelah dirumuskan masalah maka didapatkan 3 diagnosa yaitu Halusinasi pendengaran :
Klien mengatakan kadang mendengar suara-suara bisikan yang mengganggu aktivitasnya ‘’
lakukan ini, jangan lakukan’’. keluarga mengatakan klien sering melamun dan berbicara
sendiri,tampak lesu, klien tampak takut,klien tmpak bicara sendiri. Resiko perilaku
kekerasan: Klien mengatakan jika marah dia ingin memukul orang dan merusak barang.
Klien tampak gelisah, tampak mondar-mandir. Defisit Perawatan Diri : Klien mengatakan
tidak mau memotong kuku, kuku klien tampak kotor dan Panjang.
3. Implementasi yang dilakukan pada keluarga Ny. S khususnya pada Tn. A yang memiliki
resiko prilaku kekerasan mulai pada tanggal 14-16 Agustus 2023 sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan dengan metode tanya jawab,
berdiskusi, dan penyuluhan. Pada tahap akhir peneliti melakukan evaluasi pada Keluarga
Ny. S khususnya pada Tn. H dengan masalah utama adanya resiko prilaku kekerasan pada
tanggal 14-16 Agustus 2023, mengenai tindakan keperawatan yang telah dilakukan
berdasarkan catatan perkembangan dengan metode SOAP.

B. SARAN
1. Bagi Penulis
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan
sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam menerapkan asuhan keperawatan jiwa
khususnya pada pasien riwayat resiko prilaku kekerasan , serta sebagai perbandingan
dalam mengembangkan kasus asuhan keperawatan jiwa dengan masalah utama riwayat
resiko prilaku kekerasan.

27
2. Bagi keluarga
Keluarga Ny. S khususnya Tn. A harus melakukan pemeriksaan rutin ke RS terdekat untuk
tetap kontrol, dan harus mengingatkan serta memantau Tn. A untuk tetap minum obat
secara rutin tiap hari.

Lampiran

28
29
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC.
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Riyadi, Sujono dan Purwanto, Teguh 2013, Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J .2008. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri,
edisi 3. Jakarta: EGC.
Yusuf, Ah, Fitryasari PK, Rizky dan Nihayati, Hanik Endang 2015, Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Salemba Medika.

41
42

Anda mungkin juga menyukai