Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KEGIATAN DESA SIAGA SEHAT JIWA

KELOMPOK IV
DI DUSUN KAWERON DESA KALEGEN KAB. MAGELANG

Disusun Oleh :
1. Adila Amalita Hersandi (P1337420519028)
2. Syafira Nugraheni Ma’rifat (P1337420519029)
3. Nurul Aisyah (P1337420519030)
4. Ryanda Fikri Husein (P1337420519031)
5. Danik Rakhmawati (P1337420519032)

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Perumusan Masalah.....................................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
A. DEFINISI.................................................................................................................4
B. Tujuan Desa Siaga...................................................................................................5
C. Sasaran dan Kriteria Pengembangan Desa Siaga....................................................5
D. Indikator keberhasilan desa siaga............................................................................6
BAB III......................................................................................................................................9
A. Kerangka Pemecahan..................................................................................................9
B. Penilaian keberhasilan...............................................................................................10
BAB IV....................................................................................................................................11
1. Gambaran umum Dusun Kaweron................................................................................11
2. Kinerja kader.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maraknya bencana alam seperti tanah longsor, banjir, gempa, tsunami dan lain-lain, akhir-
akhir ini telah memperparah kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di tanah air kita.
Pencemaran lingkungan, penggundulan hutan pengungsian dan wabah penyakit serta Kejadian
Luar Biasa (KLB) telah terjadi di sebagian besar Negara kita. Konflik sosial yang
berkepanjangan telah menimbulkan kerusakan dan pertikaian, stress, gangguan jiwa dan
kemiskinan (Ridho, 2017).

Sejak tahun 2000, paradigma pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia mengalami perubahan
dari kesehatan jiwa berbasis rujukan menuju kesehatan berbasis komunitas di pelayanan primer
(Depkes RI, 2003) Salah satu implementasinya adalah adanya desa siaga.

Desa Siaga telah dikembangkan sejak tahun 2006 dengan keputusan Menteri Kesehatan No.
564/Menkes/SK/VII/2006 tentang Pedoman Pengembangan Desa Siaga. Desa siaga ini juga
merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan
kompetensi dan kesadaran individu/masyarakat terhadap masalah kesehatan sehingga secara
mandiri ia dapat memperbaiki kesehatannya. Kegiatan desa siaga jiwa (DSSJ) merupakan salah
satu kegiatan atau program yang terdapat di desa yang bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Hal ini tentunya sangatlah penting karena dapat
menjadikan masyarakat sehat seutuhnya baik itu secara fisik atau secara mental. Dalam UU No.
8 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa disebutkan bahwa:

1. Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
2. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam
bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai
manusia
3. Upaya kesehatan jiwa bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara
terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif bagi ODMK dan ODGJ
4. Sistem pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari pelayanan jiwa dasar dan pelayanan jiwa
rujukan.
Dusun Kaweron yang merupakan salah satu dusun di Desa Kalegen sudah
menerapkan program DSSJ. Jumlah masyarkat dusun Kaweron 321 jiwa dan 95 KK yang
terdiri dari 3 RT. Letak rumah Dusun Kaweron terlihat berdekatan dengan jalan selebar
motor dan sedikit halaman pada setiap rumahnya.

Berdasarkan analisis yang dilakukan bersama kader, tidak ditemukan ODGJ ,


penyakit yang sering muncul pada masyarakat adalah diabetes melitus dan hipertensi.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja kader DSSJ di dusun Kaweron?
2. Peran kader apa saja yang belum terlaksanan oleh kader DSSJ?

C. Tujuan
a. Tujuan
Mengoptimalkan kinerja kader DSSJ di dusun Kaweron sesuai dengan program yang
telah direncanakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
1. Kesehatan Jiwa
Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan “Kesehatan
Jiwa” adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan,
yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:
“Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain”. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang
harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan
dalam hubungannya dengan manusia lain. Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan
sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan
sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu diri. Orang yang sehat jiwa
berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat, dan lingkungan. Manusia terdiri dari bio, psiko, sosial, dan spiritual yang
saling berinteraksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi.

2. Desa Siaga
Desa siaga merupakan strategi baru pembagunan kesehatan. Desa siaga merupakan
salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari sebelumnya bersifat sentralistik dan
top down menjadi lebih partisipastif dan bottom up (Mahpuz, 2020).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga,
desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemempuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatas masalah-masalah kesehatan,
bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana,
dan kegawatdaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini adalah
kelurahan atau istilah lain bagi kesehatan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan
dihormati dalam Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (F, 2020).

3. Desa Siaga Sehat Jiwa


Desa siaga sehat jiwa merupakan bagian dari desa siaga menjadi salah satu solusi
untuk mendekatkan akses pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan jiwa ini
terintegrasi dengan pelayanan kesehatan primer di puskesmas (Wasniyati, LB, &
Padmawati, 2014)

Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program. yang mengajak masyarakat untuk
ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya masalah
kesehatan jiwa di masyarakat.

Desa siaga sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN (Community Mental
Health Nursing) yang bertujuan untuk :

a. Pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat.


b. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial.
c. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa.
d. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
e. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
f. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa.

B. Tujuan Desa Siaga


Tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat,
peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Tujuan khusus
pengembangan desa siaga (Kemenkes, 2018) adalah :

1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desan tentang pentingnya kesehatan.


2. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
C. Sasaran dan Kriteria Pengembangan Desa Siaga
1. Sasaran
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, serta perduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga atau
dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda; kader; serta petugas
kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat
terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Kriteria
Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Dalam pengembangannya Desa Siaga
akan meningkat dengan membagi menjadi 4 Kriteria Desa Siaga :
1. Tahap Bina
Tahap ini forum masyarakat desa belum aktif, namun telah ada forum/Lembaga
masyarakat desa yang telah berfungsi, misalnya kelompok rembug desa, kelompok
yasinan, posyandu, polindes. Untuk meningkatkan kinerja forum dengan pendekatan
PKMD.
2. Tahap Tumbuh
Tahap ini forum masyarakat desa telah aktif. Anggota forum mengembangkan UKBM
sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu.
Pendampingan dari tim Kecamatan atau petugas dari sector/LSM sangat diperlukan
untuk pengembangan kualitas posyandu atau UKBM lainnya.
3. Tahan Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan aktif dan mampu
mengembangkan UKBM-UKBM sesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya berbasis
masyarakat. Sistem kewaspadaan dini masyarakat menghadapi bencana dan kejadian
luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan system pembiayaan
kesehatan berbasis masyarakat.
4. Tahap paripurna
Pada tahap ini semua indicator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi. Masyarakat
sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang
mengancam, namun juga terhadap kemungkinan musibah/bencana non kesehatan.
Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.

D. Indikator keberhasilan desa siaga


Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator
(Depkes RI, 2009) yaitu :
1. Indikator Input
1) Jumlah kader desa siaga.
2) Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
3) Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
4) Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
5) Tersedianya dana operasional desa siaga.
6) Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
7) Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai
dalam warna yang sesuai.
8) Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang,
jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).
2. Indikator proses
1) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan sebagainya).
2) Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
3) Berfungsi/tidaknya poskesdes.
4) Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
5) Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis
masyarakat.
6) Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
7) Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.
3. Indikator Output
1) Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
2) Jumlah kunjungan neonates (KN2).
3) Jumlah BBLR yang dirujuk.
4) Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
5) Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
6) Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
7) Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
8) Jumlah keluarga yang punya jamban.
9) Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
10) Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
11) Adanya data kesehatan lingkungan.
12) Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang menjadi
masalah setempat.
13) Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.
4. Indikator Outcome
1) Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.
2) Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
3) Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
4) Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

E. Peran Perawat Desa Siaga Sehat Jiwa


1) Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana (praktisioner = direct nursing care) adalah peran perawat jiwa
komunitas yang memungkinkan terjadinya interaksi antara perawat CMHN dan
klien/keluarga dalam rangka memberikan asuhan kasus keperawatan secara langsung,
melului aktifitas asuhan dengan menggunakan proses keperawatan. Hubungan perawat
klien mempunyai tujuan peningkatan kemampuan klien dalam hal penyelesaian masalah
dan peningkatan fungsi klien. Aktifitas intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
meliputi manajemen kasus kesehatan jiwa, intervensi keperawatan pada individu dan
keluarga serta aktivitas kolaborasi dengan tim kesehatan lain. (Kompetensi dan aktifitas
manajemen kasus terlampir).

2) Perawat Pendidik (Edukator)


Peran perawat pendidik cukup luas, tetapi secara khusus pada perawat jiwa adalah dalam
rangka menjalankan fungsi independen pendidikan kesehatan/keperawatan bagi klien dan
keluarga agar mampu menjalankan lima fungsi keluarga sehat jiwa dan mengembangkan
kemampuan penyelesaian masalah. Aktifitas keperawatan yang dapat dijalankan sesuai
dengan fungsi keluarga yang meliputi peningkatan kemampuan mengenal masalah,
mengambil keputusan, kemampuan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
psikososial atau gangguan jiwa, memodifikasi lingkungan klien dan keluarga yang dapat
mendukung penyelesaian masalah dan kemampuan dalam menggunakan fasilitas atau
sumber-sumber di lingkungan sekitar klien yang dapat dijadikan sebagai sumber koping
dalam menyelesaikan masalah kesehatan jiwa.
3) Perawat Koordinator
Peran perawat koordinator adalah melakukan hubungan dalam rangka koordinasi dan
negosiasi kepada pihak-pihak terkait. Aktifitas keperawatan yang dapat dikerjakan meliputi
kegiatan penemuan kasus kesehatan jiwa dan menjalankan fungsi rujukan kasus gangguan
jiwa maupun masalah psikososial yang menjadi asuhannnya.

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Kerangka Pemecahan
a. Bagaimana kinerja kader DSSJ di dusun Kaweron?
Adanya permasalahan tersebut maka kerangka pemecahan masalah yang dapat dilakukan
yaitu :
1) Melakukan pendekatan kepada kader
2) Orientasi kepada kader dalam pelaksanaan DSSJ
3) Memberikan penyuluhan dan motivasi kepada para kader
b. Peran kader apa saja yang belum terlaksana oleh kader DSSJ?
1) Diskusi bersama kader tentan tugas sebagai kader DSSJ yang belum terlaksana
2) Diskusi tentang kendala
3) Analisa pemecahan masalah
c. Bagaimana mengoptimalkan kinerja kader DSSJ?
1) Melakukan kunjungan rumah bagi penderita gangguan jiwa
2) Bekerja sama dengan tokoh masyarakat dalam mencari pemecahan masalah yang
sesuai
3) Sesuaikan dengan sumber yang tersedia dan sarana prasarana dusun
d. Realisasi Pemecahan Masalah
1) Hasil dari Analisa yang terdapat di dusun Kaweron yaitu belum tertata jelas program
rutin pada orang dengan gangguan jiwa.
2) Diskusi yang dilakukan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII
Keperawatan Magelang dengan kader DSSJ dusun Kaweron akan diadakan
penyuluhan kader dan masyarakat untuk meningkatkan motivasi dan semangat
menjalankan program DSSJ serta akan melakukan kunjugan rumah pada warga
dengan gangguan jiwa.
e. Realisasi kegiatan
1. Kegiatan kunjungan rumah penderita gangguan jiwa
a) Sasaran dan metode
Sasaran kegiatan adalah penderita gangguan jiwa di dusun Kaweron desa
Kalegen. Data yang didapat dari kader DSSJ tidak terdapat orang dengan
gangguan jiwa, namun dalam kelompok ini kami melakukan kunjungan rumah
pada salah satu warga dusun Wonosobo desa Kalegen. Pada dusun Wonosobo
terdapat 5 orang dengan gangguan jiwa.
b) Waktu dan tempat kegiatan
Kunjungan rumah dilakukan setiap hari secara bergantian.
c) Pihak-pihak yang terlibat
Kunjungan rumah dilakukan oleh 5 mahasiswa Poltekkes dan didampingi oleh
kader di setiap RT di dusun Kaweron dan Wonosobo.
d) Kendala
1. Rendahnya pemahan masyarakat mengenai kesehatan jiwa
2. Kurangnya pengetahuan keluarga penderita tentang merawat penderita
e) Upaya pemecahan kendala
1. Melakukan SP keluarga pada masing-masing keluarga penderita
2. Kegiatan kunjungan rumah penderita risiko gangguan jiwa
Mahasiswa Kemenkes Semarang melakukan kegiatan untuk warga yang beresiko
gangguan jiwa langsung pada saat melakukan pengkajian, sehingga ketika warga
tersebut terdeteksi risiko maka langsung diberikan pendidikan kesehatan berkaitan
dengan kesehatan jiwa maupun kesehatan fisik.

B. Penilaian keberhasilan
Respon timbal balik dari ODGJ bagus.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran umum Dusun Kaweron


Dusun Kaweron merupakan salah satu dusun yang terletak di wilayah Desa Kalegen
Kecamatan Bandongan. Jumlah penduduk di dusun ini 321 orang. Terdiri dari 3 RT. Wilayah
ini penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh pabrik dan petani.
Dari hasil survey yang didapatkan, tidak terdapat orang dengan masalah gangguan jiwa,
terdapat beberapa orang dengan risiko, dan sisanya sehat. Selain itu, untuk masalah kesehatan
fisik terbanyak setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan adalah hipertensi dan diabetes
melitus yang rata-rata diderita oleh individu lanjut usia.
2. Kinerja Kader
Dari survey yang telah dilakukan, kinerja kader DSSJ sudah optimal karena semangat dan
motivasi kader terhadap perawatan orang dengan gangguan jiwa di Dusun Kaweron tinggi.
Namun, program kegiatan DSSJ belum terata dengan jelas.
3. Hasil Screening Umur
Tabel Screening Dusun Kaweron RT 01/ RW 05, Desa Kalegen, Kecamatan
Bandongan, Kab. Magelang

Kelompok Umur Sehat Jiwa Risiko Orang Total


Gangguan dengan
Jiwa Gangguan
Jiwa
Balita (0-5 tahun) 0

Kanak-kanak (6-11 0
tahun)
Remaja awal (12-16 0
tahun)
Remaja akhir (17-25 0
tahun)
Dewasa awal (26-35 0
tahun)
Dewasa akhir (36-45 0
tahun)
Lansia awal (46-55 0
tahun)
Lansia akhir (56-65 0
tahun)
Manula (65 keatas) 0

Jumlah 249 orang


Dengan Rincian :
Sehat Jiwa : 227 Jiwa
Resiko Gangguan Jiwa : 20 Jiwa
Gangguan Jiwa : 2 Jiwa
Kelompok Umur Sehat Jiwa Risiko Orang Total
Gangguan dengan
Jiwa Gangguan
Jiwa
Balita (0-5 tahun) 17 0 0 17

Kanak-kanak (6-11 21 2 0 23
tahun)
Remaja awal (12-16 15 0 0 15
tahun)
Remaja akhir (17-25 37 0 0 37
tahun)
Dewasa awal (26-35 39 0 0 39
tahun)
Dewasa akhir (36-45 26 0 0 26
tahun)
Lansia awal (46-55 31 0 0 31
tahun)
Lansia akhir (56-65 29 3 1 33
tahun)
Manula (65 keatas) 15 4 0 19

Tabel Screening Dusun Kaweron RT 02/ RW 02, Desa Kalegen, Kecamatan


Bandongan, Kab. Magelang
Jumlah 240
Dengan Rincian:
Sehat Jiwa : 230 Jiwa
Resiko Gangguan Jiwa : 9 Jiwa
Gangguan Jiwa : 1 Jiwa

SATUAN ACARA PENYULUHAN


HIPERTENSI
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Hipertensi

Sub pokok ahasan : Deteksi Dini Hipertensi

Sasaran : Warga Dusun Kaweron

Hari /Tanggal : April 2022


Waktu : WIB

Tempat : Dusun Kaweron

Penyuluh : Mahasiswa
A. Latar Belakang
Hipertensi di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih
besar atau sama dengan 140 mmHg, dan peningkatan diastolik lebih besar atau
sama dengan 90 mmHg. Hiertensi merupakan penyebab utama terjadinya gagal
jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Menurut data WHO (2018), diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau
26,4% mengidappenyakit hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat.
Diperkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasi. 333 juta dari 972 juta mengidap hipertensi berada dinegara maju
dan sisanya berada dinegara berkembang salah satunya Indonesia.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 20 menit di Dusun
Sindon diharapkan mampu memahami tentang penyakit Hipertensi.

C. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan tentang hipertensi pada pasien ranap
ruang Pepaya diharapkan pasien dan keluarga mampu
1. Menyebutkan pengertian Hipertensi
2. Menyebutkan klasifikasi Hipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4. Menyebutkan faktor pemicu dan penyebab Hipertensi
5. Menyebutkan diit Hipertensi
6. Menyebutkan komplikasi Hipertensi
7. Menyebutkan makanan yang dianjurkan untuk penderita Hipertensi

D. Materi (Urain terlampir)


1. Pengertian Hipertensi
2. Klasifikasi Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Penyebab Hipertensi
5. Diit Hipertensi
6. Komplikasi Hipertensi
7. Makanan yang dianjurkan Hipertensi
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet

G. Kegiatan Penyuluhan
No. Uraian Kegiatan Metode Media Waktu
1. Pendahuluan : Ceramah Lisan 5 Menit
a. Memberi salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak waktu
2 Pelaksanaan  Ceramah  leaflet 10 menit
a. Menjelaskan pengertian Hipertensi  Tanya
b. Menjelaskan klasifikasi Hipertensi jawab
c. Menjelaskan tanda dan gejala
Hipertensi
d. Menjelaskan penyebab Hipertensi
e. Menjelaskan diit Hipertensi
f. Menjelaskan komplikasi Hipertensi
g. Menjelaskan makanan yang dianjurkan
untuk penderita Hipertensi
3. Penutup Ceramah Lisan 5 menit
a. Memberikan kesempatan pada warga
untuk bertanya
b. Menyampaikan kesimpulan materi
c. Memberi evaluasi secara lisan
d. Memberi salam
H. Evaluasi (Terlampir)
Diharapkan keluarga mampu :

1. Menjelaskan pengertian Hipertensi.

2. Menyebutkan klasifikasi Hipertensi

3. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi

4. Menyebutkan penyebab terjadinya Hipertensi

5. Menjelaskan bagaimana diit pada penderita hipertensi

6. Menjelaskan komplikasi pada Hipertensi

7. Menjelaskan makanan yang dianjurkan untuk penderita Hipertensi


MATERI PENYULUHAN KESEHATAN

TENTANG HIPERTENSI

A. PENGERTIAN

Hipertensi atau Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan


tekanan darah secara menetap > 140/90 mmHg.

B. Klasifikasi
a. Stadium 1 (Hipertensi Ringan) : 140-159 mmHg, 90-99 mmHg
b. Stadium 2 (Hipertensi Sedang) : 160-179 mmHg,100-109 mmHg
c. Stadium 3 (Hipertensi Berat) : 180-209 mmHg

C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI


Seringkali hipertensi terjadi tampa gejala, sehingga penderita tidak
merasa sakit. Pada umumnya sebagai berikut :
1. Sakit kepala dan pusing
2. Rasa berat ditengkuk
3. Mudah marah dan wajah kemerahan
4. Kelelahan
5. Pandangan menjadi kabur
6. Mata berkunang –kunang
7. Mual dan muntah
8. Telinga berdenging
9. Sulit tidur
10. Sesak nafas
D. FAKTOR PEMICU DAN PENYEBAB HIPERTENSI

Faktor pemicu dari hipertensi antara lain :


1. Merokok dan minum alkohol
2. Stress
3. Obesitas
4. Penyakit DM dan Jantung
5. Kurang olahraga
6. Diet yang tidak seimbang (makanan berlemak dan konsumsi garam yang
berlebihan)
Faktor penyebab dari hipertensi genetik atau keturunan, makanan dan
lingkungan, penggunaan hormone esterogen dan penyakit ginjal.

E. Diit Hipertensi
Diet hipertensi diberikan pada pasien dengan tekanan darah di atas normal.
Tujuan Diit
• Membantu menurunkan tekanan darah
• Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh atau edema atau
bengkak

F. KOMPLIKASI HIPERTENSI
• Stroke
• Penyakit jantung koroner
• Gagal jantung
• Penyakit ginjal
• Penyakit pembuluh darah perifer (misal gejalanya kesemutan)
• Gangguan gerak dan keseimbangan
• Serta kematian
G. MAKANAN YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK PENDERITA
HIPERTENSI
1. Sumber protein hewani, meliputi daging ayam kecuali jerohan, ikan laut tidak
asin, putih telur
2. Sumber protein nabati, meliputi semua kacang-kacangan yang diolah tanpa
garam
3. Sayuran, meliputi, meliputi semua sayuran hijau & segar tanpa diawetkan
kmbali daun singkong, daun melinjo
4. Buah- buahan, meliputi semua buah segar tanpa diawetkan kecuali buah
durisn
5. Minuman, meliputi : air mineral, teh, susu rendah lemak.
EVALUSI

Pertanyaan
1. Sebutkan pengertian Hipertensi
2. Jelaskan tanda dan gejala Hipertensi

Jawaban
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
secara menetap > 140/90 mmHg.
2. Tanda dan gejala Hipertensi
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual dan muntah
d. Sesak nafas
e. Pandangan menjadi kabur
f. Mata berkunang –kunang
g. Mudah marah
h. Telinga berdengung
i. Sulit tidur
Daftar Pustaka

Aris, S. 2007. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.


Jakarta: PT Intisari Mediatam.
Armilawaty. 2007. Hipertensi dan Faktor Resiko Dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS
http//ridwanamiruddin. com/2007/12/08 hipertensi-dan-faktor-risikonya-
dalam-kajian-epidemiologi/, (online) diakses tanggal 12 Oktober 2012
Keleher, H., MacDougall, C., & Murphy, B. 2007. Understanding Health Promotion.
Victoria, Australia : Oxford University Press.
Notoadmodjo, Sukidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Renika
Cipta : Jakarta.
Lampiran Leaflet
LOGBOOK KEGIATAN DESA SIAGA SEHAT JIWA DI DUSUN KAWERON,
KALEGEN, BANDONGAN, KABUPATEN MAGELANG

DISUSUN OLEH:

1. Adila Amalita Hersandi (P1337420519028)


2. Syafira Nugraheni Ma’rifat (P1337420519029)
3. Nurul Aisyah (P1337420519030)
4. Ryanda Fikri Husein (P1337420519031)
5. Danik Rakhmawati (P1337420519032)

WISANGGENI 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGELANG

PROGRAM DIPLOMA III

TAHUN 2022
LAPORAN KEGIATAN HARIAN (LOGBOOK) MINGGU PERTAMA
DESA SIAGA SEHAT JIWA DI DUSUN KAWERON

NO HARI/ KEGIATAN
. TANGGAL
1. Senin, 4 - Orientasi dan pengarahan dssj di Desa Kalegen.
April 2022 - Pengarahan dari dosen pembimbing klinik kepada kelompok
sebelum memulai kegiatan dssj.
- Pertemuan dengan ibu kader Wonosobo (untuk mengkaji salah
satu warga dengan gangguan jiwa)
2. Selasa, 5 - Pertemuan dengan ibu kader Dusun Kaweron yaitu ibu Fiah.
April 2022 - Mengumpulkan data KK warga dusun Kaweron.
- Bertemu dengan PJ dusun Kaweron.
3. Rabu, 6 April - Membuat asuhan keperawatan, laporan pendahuluan, dan
2022 screening umur warga di Dusun Kaweron.
DOKUMENTASI KEGIATAN DESA SIAGA SEHAT JIWA DI DUSUN KAWERON
MINGGU PERTAMA
LAPORAN KEGIATAN HARIAN (LOGBOOK) MINGGU KEDUA
DESA SIAGA SEHAT JIWA DI DUSUN KAWERON

NO HARI/ KEGIATAN
. TANGGAL
1. Senin, 11 - Melanjutkan pengerjaan tugas-tugas dan laporan dssj.
April 2022
DOKUMENTASI KEGIATAN DESA SIAGA SEHAT JIWA DI DUSUN KAWERON
MINGGU KEDUA
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2003). Buku Pedoman Umum TP-KJM Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta .
Depkes RI. (2009). Pedoman Pengembangan Model Operasional Desa SIaga. Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat.
F, N. L. (2020). Desa SIaga . Sistem Informasi Desa Akah.
Kemenkes. (2018). Pengertian, Tujuan, Indikator, dan Kegiatan Pokok Desa Siaga.
Kemenkes Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Mahpuz, K. (2020). Desa Siaga . Desa Banjar Sari.
Ridho, A. M. (2017). Desa Siaga Sehat Jiwa. Kesehatan Keperawatan & Umum.
UPT PUSKESMAS BATU PUTIH. (2021). Langkah-langkah Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif . UPT Puskesmas Batu Putih Kabupaten Berau Kalimantan
Timur .
Wasniyati, A., LB, B. H., & Padmawati, R. S. (2014). Evaluasi Program Desa Siaga Sehat
Jiwa (DSSJ) Di Wilayah Puskesmas Galur II Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai