Anda di halaman 1dari 19

Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan

Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan Sekitarnya

Disusun Oleh :
Nazwa salsabila
NIM. 202376892342

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2024
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga bisa menyelesaikan karya
ilmiah tentang "Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan
Pengetahuan Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan
Sekitarnya".

Tidak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.

Sebagai penyusun, menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Jakarta, Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................4
DAFTAR ISI.................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................6
BAB II KERANGKA TEORI......................................................................................7
2.1 Pengertian Kesehatan Jiwa.............................................................................4
2.2 Faktor Gangguan Jiwa......................................................................................4
2.3 Pengorganisasian Layanan Keperawatan Kesehatan Jiwa....................4
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................12
3.1 Hasil......................................................................................................................12
3.2 Pembahasan.......................................................................................................14
BAB IV........................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyuluhan kesehatan jiwa merupakan upaya penting dalam


meningkatkan pemahaman masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di
lingkungan sekitarnya. Kesehatan jiwa memiliki dampak yang signifikan
terhadap kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 450 juta orang
di seluruh dunia mengalami gangguan mental. Di Indonesia, prevalensi
gangguan jiwa juga cukup tinggi, namun kesadaran dan pemahaman
masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa masih tergolong rendah. Oleh
karena itu, penyuluhan kesehatan jiwa menjadi krusial dalam memberikan
informasi, memecah stigma, serta mendorong perilaku yang mendukung
kesehatan jiwa. Melalui penyuluhan, diharapkan masyarakat dapat
memahami tanda dan gejala gangguan jiwa, cara-cara untuk merawat diri dan
orang-orang di sekitarnya, serta pentingnya mencari bantuan profesional.
Dengan demikian, latar belakang pendalaman tentang penyuluhan kesehatan
jiwa sangat relevan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan jiwa
masyarakat secara luas.

Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat mental yang sejahtera, dapat


hidup harmonis dan produktif dalam setiap segi kehidupan seseorang.
Rentang Sehat-Sakit jiwa, (Sundeen, 2002) menerangkan bahwa sehat jiwa
yaitu individu yang memiliki ciri menyadari sepenuhnya kemampuan diri,
mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif
dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan
hidup, serta menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa
nyaman bersama dengan orang lain.

Kesehatan jiwa merupakan aspek penting dari kesejahteraan manusia


yang sering kali diabaikan dalam masyarakat. Masalah kesehatan jiwa dapat
mencakup berbagai kondisi, mulai dari stres dan kecemasan hingga
gangguan jiwa yang lebih serius seperti depresi dan skizofrenia. Menurut data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masalah kesehatan jiwa merupakan
beban kesehatan global yang signifikan, dengan jutaan orang di seluruh dunia
terpengaruh oleh berbagai gangguan jiwa.

Di lingkungan sekitar, masyarakat seringkali kurang memiliki


pengetahuan yang memadai tentang masalah kesehatan jiwa. Stigma dan
kurangnya pemahaman tentang kondisi kesehatan jiwa dapat menjadi
penghambat utama bagi individu untuk mencari pertolongan dan dukungan
yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa
agar mereka dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala serta dapat
memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan.

Penyuluhan kesehatan jiwa menjadi strategi yang efektif untuk


menyampaikan informasi tentang masalah kesehatan jiwa kepada
masyarakat. Penyuluhan dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti
seminar, lokakarya, brosur, dan kampanye informasi di media sosial. Melalui
kegiatan penyuluhan, diharapkan masyarakat dapat memahami pentingnya
menjaga kesehatan jiwa, mengenali tanda-tanda masalah kesehatan jiwa,
dan mengetahui langkah-langkah yang dapat diambil untuk mendukung diri
sendiri atau orang lain yang mengalami masalah kesehatan jiwa.

Peran petugas kesehatan dan ahli kesehatan jiwa sangat penting


dalam menyampaikan informasi yang akurat dan memberikan panduan yang
tepat kepada masyarakat. Mereka dapat memberikan penjelasan tentang
faktor risiko, cara pencegahan, serta memberikan informasi tentang layanan
kesehatan jiwa yang tersedia di lingkungan sekitar. Dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa, diharapkan dapat
mengurangi stigma dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan
jiwa.

Selain itu, penyuluhan kesehatan jiwa juga dapat menjadi langkah


proaktif dalam menjaga kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Dengan
mencegah dan mengelola masalah kesehatan jiwa sejak dini, dapat
diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan di
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perlu adanya komitmen bersama dari
pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat untuk mendukung dan
melibatkan diri dalam kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa ini.

Dengan adanya upaya penyuluhan kesehatan jiwa, diharapkan dapat


tercipta masyarakat yang lebih peduli terhadap kesehatan jiwa, mampu
mengidentifikasi tanda-tanda masalah kesehatan jiwa, dan lebih aktif dalam
memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan. Selain itu,
melalui pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan jiwa, diharapkan
dapat tercipta lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan
setiap individu menuju kesejahteraan yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya pencegahan dan penanganan gangguan kesehatan jiwa


dapat ditingkatkan di Indonesia dan negara berkembang lainnya untuk
mengurangi beban negara dan meningkatkan produktivitas manusia dalam
jangka panjang?

2. Apa strategi yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat


dalam mengatasi gangguan kesehatan jiwa, dan bagaimana peran aktif
masyarakat dapat mengurangi beban gangguan kesehatan jiwa di Indonesia?

3. Bagaimana prevalensi masalah psikososial pada masyarakat Indonesia


dapat diidentifikasi dan diatasi secara holistik, mengingat dampaknya
terhadap aspek emosional, psikologis, dan sosial individu?
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa, yang juga dikenal sebagai kesehatan mental atau
kesejahteraan mental, merujuk pada keadaan kesehatan yang optimal dari
segi psikologis dan emosional seseorang. Kesehatan jiwa mencakup
berbagai aspek, termasuk kemampuan individu untuk mengelola stres,
berinteraksi secara positif dengan lingkungan sekitar, membuat keputusan
yang sehat, dan mengekspresikan emosi secara tepat.

Beberapa komponen penting dari kesehatan jiwa melibatkan


keseimbangan yang baik antara berbagai aspek kehidupan, seperti
pekerjaan, hubungan interpersonal, aktivitas rekreasi, dan pemenuhan
kebutuhan dasar. Kesehatan jiwa juga mencakup kemampuan untuk
mengatasi kesulitan, menangani tekanan, dan memiliki daya tahan terhadap
perubahan hidup.

Gangguan kesehatan jiwa melibatkan kondisi atau penyakit yang


mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, atau interaksi sosial seseorang.
Contoh gangguan kesehatan jiwa meliputi depresi, kecemasan, gangguan
bipolar, skizofrenia, dan berbagai gangguan lainnya. Penting untuk
ditekankan bahwa memiliki kesehatan jiwa yang baik tidak hanya berarti tidak
mengalami gangguan mental, tetapi juga mencakup upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup, merawat diri sendiri, dan membangun
ketangguhan mental.

Banyak individu di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, mengalami


berbagai gangguan jiwa. Baik itu berasal dari kalangan remaja, dewasa,
anak-anak, maupun lansia. Prabowo (2014), mengutip pendapat Videbeck,
mendeskripsikan gangguan jiwa sebagai suatu kondisi emosional, psikologis,
dan sosial yang muncul akibat ketidakpenuhan tindakan dan pertahanan yang
baik dalam hubungan komunikasi antar dua orang. Hal ini dapat tercermin
dalam ketidakseimbangan emosi dan keadaan pikiran yang tidak stabil.
Selain masalah gangguan jiwa, masyarakat Indonesia juga sering
menghadapi berbagai tantangan psikososial.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2016, diperkirakan sekitar 35 juta
orang menderita depresi, 60 juta orang mengalami bipolar, 21 juta orang
mengalami skizofrenia, dan 47,5 juta orang menderita demensia. Di
Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial serta
keanekaragaman penduduk, jumlah kasus gangguan jiwa terus meningkat.
Hal ini berdampak pada peningkatan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia dalam jangka panjang.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi gangguan mental


emosional, yang ditunjukkan melalui gejala depresi dan kecemasan pada usia
15 tahun ke atas, mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia.
Sementara itu, prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai
sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Menurut
National Alliance of Mental Illness (NAMI) berdasarkan sensus penduduk
Amerika Serikat tahun 2013, sekitar 61.5 juta orang dewasa mengalami
gangguan jiwa, dengan 13,6 juta di antaranya menderita gangguan jiwa berat
seperti skizofrenia dan bipolar.

Tren jumlah penderita gangguan jiwa cenderung meningkat dari tahun


ke tahun, mirip dengan kondisi kesehatan jiwa di negara-negara berkembang.
Oleh karena itu, tujuan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat umum dan keluarga terutama
tentang perawatan dan pemeliharaan kesehatan jiwa. Hal ini bertujuan untuk
merawat anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa serta
meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa.

Berdasarkan data Riskesdas (2018) diatas, terlihat bahwa jumlah


penderita gangguan jiwa berat cukup signifikan di seluruh wilayah Indonesia,
dengan sebagian besar dari mereka tersebar di masyarakat daripada yang
menerima perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi
aktif dari masyarakat dalam upaya penanggulangan gangguan jiwa.
Keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan gangguan jiwa dapat
terwujud apabila mereka memiliki pemahaman yang memadai mengenai
peran dan tanggung jawab mereka dalam mengatasi masalah tersebut di
lingkungan masyarakat.

2.2 Faktor Gangguan Jiwa

Faktor pemicu kesehatan mental yang terkait dengan Penyuluhan


Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat tentang
Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan Sekitarnya dapat berasal dari
berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial.

Data WHO menunjukkan bahwa terdapat sekitar 35 juta orang terkena


depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5
juta terkena demensia. Di Indonesia, jumlah kasus gangguan jiwa terus
bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2018
menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000
orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

Faktor lain yang dapat memicu kesehatan mental adalah masalah


psikososial yang biasa terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Masalah
psikososial merupakan masalah yang banyak terjadi di masyarakat dan dapat
berdampak pada kesehatan mental seseorang. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan gangguan jiwa di
masyarakat, salah satunya melalui kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di
lingkungan sekitarnya.

2.3 Pengorganisasian Layanan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Dalam penelitian sebelumnya, pengorganisasian layanan keperawatan
kesehatan jiwa merupakan hal yang penting dalam penanggulangan
gangguan jiwa di masyarakat. Dalam konteks Indonesia, jumlah penderita
gangguan jiwa terus bertambah, yang berdampak pada penambahan beban
negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, mencapai sekitar 400.000
orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Oleh karena itu,
pengorganisasian layanan keperawatan kesehatan jiwa perlu dilakukan
secara komprehensif dan terkoordinasi untuk memberikan perawatan yang
optimal kepada penderita gangguan jiwa.

Upaya pencegahan dan penanggulangan gangguan jiwa di masyarakat


juga memerlukan peran serta masyarakat dalam pengorganisasian layanan
kesehatan jiwa. Hal ini termasuk peningkatan pengetahuan masyarakat
umumnya dan keluarga yang menjadi binaan khususnya tentang bagaimana
cara perawatan dan menjaga kesehatan jiwa setiap masyarakat serta
merawat anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Metode yang
dipergunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, diskusi, dan simulasi.

Luaran yang dihasilkan dalam kegiatan pengabdian kepada


masyarakat ini adalah pemberdayaan masyarakat tentang kesehatan jiwa dan
meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pengorganisasian layanan
keperawatan kesehatan jiwa perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk
tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan untuk
memberikan perawatan yang holistik dan mendukung bagi penderita
gangguan jiwa.

Pengorganisasian layanan keperawatan kesehatan jiwa merupakan


aspek penting dalam penanganan gangguan jiwa di masyarakat. Dalam
konteks Indonesia, penyuluhan kesehatan jiwa bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di lingkungan
sekitarnya dan menciptakan kesediaan masyarakat untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan. Beberapa metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan
ini meliputi ceramah, diskusi, dan simulasi.

Hasil yang diperoleh dari kegiatan penyuluhan ini adalah


pemberdayaan masyarakat tentang kesehatan jiwa dan meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, penting untuk melanjutkan upaya penyuluhan
kesehatan jiwa di masyarakat dan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang bagaimana cara perawatan dan menjaga kesehatan jiwa setiap
masyarakat serta merawat anggota masyarakat yang mengalami gangguan
jiwa.

Dalam konteks global, World Health Organization (WHO) dan World


Federation for Mental Health (WFMH) menekankan penyelesaian
permasalahan kesehatan jiwa dari akarnya, yang dituangkan ke tema Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia 2016. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa dan
penanganan gangguan jiwa di masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Dari penelitian penyuluhan kesehatan jiwa untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di lingkungan
sekitarnya dapat meningkatkan pemahaman dan perawatan kesehatan jiwa
setiap masyarakat serta merawat anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa. Penelitian ini menunjukkan bahwa telah dilakukan di Desa
Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Sumedang, di mana 27 klien mengalami
gangguan jiwaan dan 50 orang mengalami masalah psikososial.

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini melibatkan identifikasi


permasalahan yang dialami oleh masyarakat dan keluarga tentang kesehatan
jiwa, analisis dan hasil analisis disusun dalam skala prioritas masalah yang
harus diselesaikan, dan pendidikan kesehatan sebagai solusi permasalahan
prioritas yang dialami oleh keluarga di rumah. Hasil dari kegiatan ini
menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang kesehatan jiwa bagi
masyarakat yang mengalami gangguan psikososial di rumah meningkat
menjadi 20%, sementara 80% keluarga dapat menjeaskan kesehatan jiwa
bagi masyarakat yang mengalami gangguan psikososial di rumah dengan
tepat.

Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa


penyuluhan kesehatan jiwa dapat meningkatkan pemahaman dan perawatan
kesehatan jiwa setiap masyarakat serta merawat anggota masyarakat yang
mengalami gangguan jiwa. Hal ini menunjukkan pentingnya penyuluhan
kesehatan jiwa dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
masalah kesehatan jiwa di lingkungan sekitarnya dan mendukung
pemangkuan kesehatan jiwa setiap individu.
Hipotesis Penelitian :
1. Terdapat hubungan antara penyuluhan kesehatan jiwa dengan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di
lingkungan sekitarnya.
2. Metode penyuluhan kesehatan jiwa yang menggunakan ceramah,
diskusi, simulasi, dan role play akan memberikan dampak positif terhadap
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa.
3. Terdapat hubungan antara hubungan pasien dengan keluarga dan
angka kekambuhan skizofrenia.

Correlations
pengetahuan pengetahuan
masyarakat masyarakat
sebelum setelah
pengetahuan Pearson 1 1.000**
masyarakat sebelum Correlation
Sig. (2-tailed) <,001
N 20 20
pengetahuan Pearson 1.000** 1
masyarakat setelah Correlation
Sig. (2-tailed) <,001
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat


signifikan antara pengetahuan masyarakat sebelum penyuluhan dan setelah
penyuluhan pada suatu intervensi. Hasil ini menunjukkan adanya korelasi
positif yang sempurna antara dua variabel tersebut.

Dengan nilai signifikansi (Sig.) yang kurang dari 0.001 pada kedua
arah (2-tailed), dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pengetahuan
masyarakat sebelum penyuluhan dan setelah intervensi tersebut sangat kuat
dan tidak terjadi secara kebetulan. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika
pengetahuan masyarakat meningkat atau menurun sebelum intervensi, hal
yang serupa juga terjadi setelah intervensi.

Kesimpulan dari penelitian tersebut, temuan ini mengindikasikan


bahwa perubahan dalam pengetahuan masyarakat sebelum intervensi secara
konsisten terkait dengan perubahan dalam pengetahuan masyarakat setelah
intervensi. Dengan kata lain, intervensi yang dilakukan memiliki dampak yang
sejalan dengan tingkat pengetahuan masyarakat sebelumnya.
Dalam penelitian tersebut terdapat kelogisan yang kuat dalam
menjelaskan pentingnya penyuluhan kesehatan jiwa dalam meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di lingkungan
sekitarnya. Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang besarnya
dampak sosial dan ekonomi dari meningkatnya jumlah penderita gangguan
jiwa, serta menekankan pentingnya peran masyarakat dalam
penanggulangan gangguan jiwa. Selain itu, penelitian ini juga memberikan
informasi yang komprehensif tentang prevalensi gangguan jiwa di Indonesia
dan dampaknya terhadap beban negara dan produktivitas manusia. Dengan
demikian, penelitian ini memberikan landasan yang kuat untuk pentingnya
kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa dalam meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan mengatasi masalah kesehatan jiwa di masyarakat.

3.2 Pembahasan

Perawatan kesehatan jiwa di Desa Cipacing masih bergantung pada


petugas kesehatan dan belum mandiri dilakukan oleh keluarga. Melihat fakta-
fakta terkait masalah kesehatan jiwa ini, World Health Organization (WHO)
dan World Federation for Mental Health (WFMH) berusaha menekankan
penyelesaian akar permasalahan kesehatan jiwa. Tema Hari Kesehatan Jiwa
Sedunia 2016, yang berjudul "Martabat dalam Kesehatan Jiwa: Pertolongan
Pertama Psikologis dan Kesehatan Jiwa Bagi Semua" dengan subtema "Jiwa
yang Sehat Berawal dari Keluarga Sehat," menekankan pesan bahwa setiap
individu memiliki hak untuk dihargai dan menerima perlakuan yang layak
sesuai dengan martabat sebagai manusia (Depkes, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian Pengembangan


Kesehatan Departemen Kesehatan menyajikan prevalensi gangguan jiwa di
Indonesia sebesar 1.7 permil. Artinya, dari 1000 penduduk Indonesia, satu
hingga dua orang di antaranya mengalami gangguan jiwa. Masalah ini
melibatkan seluruh wilayah Indonesia, termasuk Provinsi Jawa Barat. Maka
dari itu, diperlukan perubahan pendekatan dalam perawatan kesehatan jiwa,
termasuk upaya pemberdayaan keluarga untuk dapat mandiri dalam
memberikan perawatan kesehatan jiwa.

Peningkatan jumlah populasi global yang mengalami gangguan jiwa


memberikan dampak signifikan pada keluarga dan masyarakat. Dampak ini
dapat terbagi menjadi aspek sosial dan ekonomi. Dampak sosial mencakup
pengucilan, hinaan, ejekan, pemisahan dari lingkungan, dan menimbulkan
ketakutan masyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Lee dan rekan (dalam
Widianti, 2018). Di sisi lain, dampak ekonomi melibatkan penurunan
produktivitas pasien dengan gangguan jiwa dan para caregiver, timbulnya
beban ekonomi, dan penurunan kualitas hidup (Sadock & Sadock, 2007).
Tingginya beban yang harus dihadapi oleh keluarga, masyarakat, dan negara
karena meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa memerlukan perhatian
serius. Oleh karena itu, upaya meningkatkan pemahaman tentang gangguan
jiwa dan tindakan pencegahan serta penanganan perlu dilakukan.

Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental saat ini terus


ditanamkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO Child and
Adolescent Mental Health Atlas merupakan salah satu upaya pertama secara
sistematis untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan data dengan cara
yang obyektif mengenai layanan global dan pelatihan yang tersedia di seluruh
dunia untuk kesehatan mental anak dan remaja (WHO, 2001c). Inisiatif ini
memiliki fokus pada tiga aspek utama, yakni kesadaran (awareness),
pencegahan (prevention), dan pengobatan (treatment).

Konsep menggerakkan masyarakat yaitu menggerakkan kelompok


keluarga sehat, berisiko dan gangguan. Pengertian menggerakkan keluarga
sehat, untuk mengikuti kegiatan penyuluhan Kesehatan jiwa oleh perawat
yang dilakukan dua minggu sekali. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah
memotivasi dan mendorong keluarga sehat agar menghadiri penyuluhan
Kesehatan yang akan dilaksanakan. Pada kelompok berisiko, memiliki
pengertian kegiatan menggerakkan keluarga yang mengalami risiko masalah
psikososial untuk mengikuti penyuluhan Kesehatan oleh perawat yang
dilakukan dua minggu sekali. Tujuan dari kegiatan ini adalah memotivasi dan
mendorong keluarga yang berisiko masalah psikososial untuk menghadiri
penyuluhan Kesehatan yang akan. dilaksanakan. Menggerakkan masyarakat
pada kelompok gangguan, memiliki pengertian kegiatan menggerakkan
keluarga yang mengalami gangguan jiwa untuk mengikuti penyuluhan
Kesehatan oleh perawat yang dilakukan dua minggu sekali. Tujuan yang
diharapkan memotivasi dan mendorong keluarga yang mempunyai gangguan
jiwa untuk menghadiri penyuluhan Kesehatan jiwa. Pada kelompok ODGJ
(Orang Dengan Gangguan Jiwa) memiliki pengertian, kegiatan menggerakkan
ODGJ untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok (TAK) oleh perawat yang
dilakukan dua minggu sekali dengan tujuan memotivasi dan mendorong
ODGJ untuk menghadiri Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).

Tahap persiapan pada kegiatan menggerakkan masyarakat


adalah:
1) Menyiapkan data keluarga yang akan mengikuti penyuluhan (Sehat,
Risiko, Gangguan)
2) Mengundang dan mengingatkan keluarga (1 minggu sebelum, 1 hari
sebelum dan 1 jam sebelum)
3) Mempersiapkan daftar hadir peserta
4) Mempersiapkan tempat penyuluhan.

Tahap pelaksanaan :
1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan
2) Mengumpulkan peserta penyuluhan
3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan
4) Memotivasi peserta untuk bertanya. Pelaporan kader dalam bentuk
dokumentasi judul penyuluhan dan kehadiran peserta.

Kegiatan PPM Mandiri yang telah dilaksanakan adalah identifikasi


permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan keluarga ODGJ tentang
kesehatan jiwa didesa cipacing kecamatan Jatinangor melakukan analisis
data hasil identifikasi permasalahan keluarga dalam mengatasi kecemasan di
rumah dan menetapkan skala prioritas pada masalah yang telah ditemukan,
serta melakukan pendidikan kesehatan sebagai salah satu solusi
permasalahan prioritas yang dialami oleh keluarga di rumah.

Peningkatan sebesar 60% dalam rata-rata kemampuan pengetahuan


masyarakat tentang mengubah kecemasan menjadi energi positif di rumah
dapat dianggap sebagai indikator positif dari efektivitas suatu intervensi atau
program pendidikan. Peningkatan tersebut mencerminkan bahwa informasi
atau pelatihan yang diberikan telah memberikan dampak yang signifikan pada
pemahaman masyarakat tentang cara mengelola kecemasan menjadi sumber
energi positif di lingkungan rumah.

Peningkatan sebanyak 60% juga dapat diartikan sebagai respons yang


baik dari masyarakat terhadap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
mental dan strategi mengatasi stres. Dengan kata lain, peningkatan ini
menunjukkan bahwa masyarakat menjadi lebih mampu mengenali dan
mengelola kecemasan dengan cara yang lebih positif, yang dapat
berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan kesehatan mental mereka.

Penting untuk melanjutkan pemantauan dan evaluasi untuk memahami


secara lebih mendalam tentang faktor-faktor apa yang telah menyebabkan
peningkatan tersebut. Dengan memahami apa yang berhasil, program atau
intervensi serupa dapat dikembangkan atau ditingkatkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan lebih efektif.

Selain itu, melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan


program atau kegiatan yang melibatkan manajemen kecemasan dapat
membantu memastikan bahwa solusi yang ditawarkan sesuai dengan konteks
budaya dan kebutuhan khusus masyarakat tersebut. Penguatan pendekatan
partisipatif dapat mendukung kelangsungan dan penerapan yang lebih efektif
dari strategi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan mental masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa yang dilaksanakan berhasil dalam
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di
lingkungan sekitarnya. Melalui metode ceramah, diskusi, simulasi, dan role
play, terjadi peningkatan signifikan dalam pemahaman masyarakat tentang
kesehatan jiwa. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sebelum kegiatan
penyuluhan, pengetahuan keluarga tentang kesehatan jiwa bagi masyarakat
yang mengalami gangguan psikososial di rumah hanya sebesar 20%, namun
setelah kegiatan penyuluhan, pengetahuan keluarga meningkat menjadi 80%.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa telah
memberikan dampak positif dalam meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang kesehatan jiwa, sehingga diharapkan mampu mendukung perawatan
dan perhatian yang lebih baik bagi anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa di lingkungan sekitar mereka.
DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2001c). Atlas: mental health resources in the world. Geneva: World
Health Organization.

Jurnal
Wahyi S, dkk. Jurnal keperawatan jiwa (JKI). 2023. Kesehatan mental pada
remaja dilingkungan swkolah menengah atas wilayah urban dan rural
kabupaten jember. Vol 11. No 3.

Buku
Irwan; 2018 Etika dan Perilaku Kesehatan

Sunanita; 2022. Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Keluarga Berbasis Community


Mental Health Nursing

Anda mungkin juga menyukai