Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH NEUROSAINS (NLP & HIPNOTERAPI)

Hubungan antara Spiritualitas, Praktik Agama, dan Kesejahteraan Emosioal

Oleh:
Fitria Reza Nur’aini R (NIM. 04020321054)
Hamidatul L.M (NIM. 04020321055)

Dosen Pengampu:
Dr. Margono, M. Pd

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Tuhan semesta alam. Atas segala rahmat dan ridho-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tak lupa salawat dan salam kami
haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw. Semoga di akhirat kelak kita
mendapatkan syafa’atnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
mendukung dan membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Penulisan makalah yang berjudul “Hubungan antara spiritualitas, praktik agama, dan
kesejahteraan emosioal” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Neurosains.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberi pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 05 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
A. Spiritualitas dan Kesehatan ...................................................................................
B. Emosi Positif ........................................................................................................
C. Praktik Agama Terhadap Kesehatan .....................................................................
D. Do’a dalam Kesehatan ..........................................................................................
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Agama pada hakekatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan
yangsejahtera di dunia dan diakhirat. Secara universal agama member tuntutan kepada
manusiamelakukan yang baik dan menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama
termasuk masalah kesehatan. Masyarakat Indonesia sering dikatakan sebagai
masyarakat religious karena setiap warga masyarakat menganut suatu agama atau
kepercayaan dan menjalankan ajarannya sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya itu. Sifat yang demikian telah dinyatakan dalam sila pertama Pancasila yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sehat badannya sebagai cerminan dari sehat jasmani, damai di hatinya sebagai
cerminan dari sehat rohani dan punya makanan untuk sehari-harinya sebagai cerminan
darisehat sosial. Dari sini dapat dipahami bahwa sehat bukan dalam kondisi stabil antara
aspek jasmani rohani sosial dan lingkungan. Menurut WHO sehat adalah suatu keadaan
yang sempurna dari badan jiwa (mental) dan sosial, bukan hanya keadaan yang bebas
dari penyakit cacat dan kelemahan.
Manusia yang sehat ialah manusia yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut
dan penuh daya kemampuan. Dengan kemampuannya itu ia dapat menumbuhkan
danmengembangkan kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Pada umumnya orang
beranggapan bahwa kesehatan penting bagi kehidupan manusia. Tetapi sebagian besar
berpandangan bahwa seseorang dianggap sehat bila berada dalam keadaan tidak sakit
dan tidak cacat. Kesehatan dipandang sebagai sesuatu yang alami dimiliki oleh setiap
orang. Kadang kala orang baru sadar akan pentingnnya pemeliharaan kesehatan bila
pada suatu saat dirinya atau anggota keluarganya terkena sakit. Dengan kata lain,
pengertian kesehatan terlalu sempit hanya terabatas pada upaya mencari pengobatan
terhadap penyakit yang sedang dideritanya.
Kesehatan juga dipahami secara statis, hanya terbatas pada keadaan sehat atau sakit
yaitu, sehat dalam arti tidak sakit dan sakit dalam arti tidak sehat. Tingkatan keadaan
sehat atau sakit kurang dipahami sehingga upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas
kesehatan yang mestinya dilakukan pada waktu sehat kurang diperhatikan oleh
masyarakat luas. Padahal, pemeliharaan kesehatan untuk mencegah penyakit nilainya
lebih baik dari pengobatan terhadap penyakit.

1
Dari berbagai ulasan di atas, kita tahu bahwa kesehatan adalah rahmat yang
istimewa yang diberikan Tuhan kepada kita dan upaya-upaya yang berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan mengandung nilai ibadah dan manfaat bagi diri sendiri
masyarakat dan lingkungan yang mempunyai nilai maslahat. Pembahasan ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang hubungan kesehatan dengan agama
agar kita dapat menerapkan dalam kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ajaran agama dan emosi positif berdampak pada kesehatan ?
2. Bagaimana praktik agama dan doa berdampak pada kesehatan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui konsep ajaran agama dan emosi positif berdampak pada kesehatan
2. Mengetahui konsep praktik agama dan doa berdampak pada kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Spiritualitas dan Kesehatan
Menurut Mac Donald, spiritualitas adalah proses dari keberadaan manusia dan
kekuatan besar dalam mencari makna dan tujuan dari hidup.1 Sedangkan menurut
pendapat Skalla&Mc Coy menjelaskan bahwa spiritualitas tidak hanya bergantung
pada kepemilikan terhadap agama atau sebuah kepercayaan yang diinginkan.2
Spiritualitas juga diartikan sebagai suatu hal yang kompleks dan multidimensional.
spiritualitas mempunyai aspek kognitif, pengalaman dan perilaku. Berdasarkan
pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa spiritualitas adalah suatu hal yang
kompleks dan multidimensional dari pengalaman manusia dan berdasarkan hal tersebut
manusia dapat mencari makna serta tujuan hidup.
Aspek kognitif atau filosofi meliputi pencarian arti, tujuan dan kebenaran dalam
kehidupan serta keyakinan dan nilai kehidupan dari seseorang. Aspek pengalaman
melibatkan perasaan adanya harapan, cinta, hubungan, kedamaian hati, kenyamanan
serta dukungan. hal tersebut dapat merefleksikan kualitas sumber-sumber spiritualitas
dari dalam diri seseorang.3 Aspek perilaku dari spiritualitas mampu melibatkan cara
seseorang dalam melakukan segala suatu hal yang dapat terlihat secara kasat mata
(praktik keagamaan) yang merupakan manifestasi dari keyakinan spiritual seseorang
dan kondisi spiritual dalam diri orang tersebut.
Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan dimana
seorang individu bukan hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan, namun juga
adanya keseimbangan antara fungsi fisik, mental, dan sosial. Sehingga pengukuran
kualitas hidup yang behubungan dengan kesehatan meliputi tiga bidang fungsi, yakni:
fisik, psikologi (kognitif dan emosional), dan sosial.4
Keyakinan terhadap suatu agama sangat membantu seorang individu dalam
mencegah penyakit (termasuk dalam kondisi depresi, stress, penyakit fisik, dan lain

1
MacDonald BH, ‘Quality of Life in Cancer Care: Patients’ Experiences and Nurses’ Contribution.’, European
Journal of Oncology Nursing, 5.1 (2001).
2
Karen A. Skalla and J. Patrick McCoy, ‘Spiritual Assessment of Patients with Cancer: The Moral Authority,
Vocational, Aesthetic, Social, and Transcendent Model’, Oncology Nursing Forum, 2006
<https://doi.org/10.1188/06.ONF.745-751>.
3
L. Ross(née Waugh), ‘The Spiritual Dimension: Its Importance to Patients’ Health, Well-Being and Quality of
Life and Its Implications for Nursing Practice’, International Journal of Nursing Studies, 32.5 (1995), 457–68
<https://doi.org/10.1016/0020-7489(95)00007-K>.
4
World Health Organisation, ‘WHO Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF)’, World Health Organisation,
2016.
sebagainya). Selain itu keyakinan yang kuat terhadap suatu agama dapat membantu
individu dalam beradaptasi dengan kondisi sakit yang sedang dialaminya dan dapat
membantu untuk beradaptasi ketika dalam fase pemulihan dari penyakit. Hal ini
disebabkan karena banyak praktik keagamaan yang menggunakan doa, kata-kata
positif, serta aktifitas fisik yang diyakini dapat memberikan ketenangan dan suasana
rileks pada individu yang tidak atau sedang mengidap penyakit.
Spiritualitas dan Kesehatan memiliki hubungan yang saling berkaitan satu dengan
lainnya yakni adanya upaya untuk mengembalikan suatu kondisi masalah pada penyakit
seseorang baik itu penyakit fisik maupun psikis agar dapat kembali pulih seperti kondisi
semula dan memiliki kondisi tubuh yang lebih sehat. Dalam ajaran islam spiritual
sangat terikat dengan kesehatan karena keduanya memiliki keterkaitan antara akhlak
dan rasa bahagia bagi manusia.5
B. Emosi Positif
Emosi memiliki makna yang banyak dikaji oleh para ahli dan psikolog, karena
dianggap sebagai bagian yang penting dan menarik dalam kehidupan manusia.
Sukmadinata mendefinisikan emosi sebagai perpaduan dari beberapa perasaan yang
memiliki intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin.
Sementara itu Crow & Crow dalam Sunarto & Hartono menjelaskan bahwa emosi
merupakan pengalaman afektif yang disertai dengan penyesuaian diri dalam diri
individu tentang keadaam mental dan fisik, dan berwujud pada suatu tingkah laku yang
tampak.6
Sedangkan menurut pendapat dari Hermanto menjelaskan bahwa emosi positif
adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan yang positif terhadap seseorang
yang sedang mengalaminya.7 Begitupun dengan pendapat yang dipaparkan oleh
Rahadhini dan Lukiyanto yang menyatakan bahwa emosi positif adalah sikap positif
tentang perasaan seseorang yang dikembangkan oleh suasana hati atau kondisi yang
baik seperti sedang merasa bahagia, cinta, suka, maupun gembira.8 Emosi positif

5
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum Jakarta, CV. Andi Offset, 2010.
6
Annisa Trihastuti and others, ‘Pengaruh Dongeng Dalam Peningkatan Emosi Positif Anak Usia Prasekolah’,
Psikoislamika : Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam, 15.2 (2018), 1 <https://doi.org/10.18860/psi.v15i2.6736>.
7
Elleinda Yulia Hermanto, ‘PENGARUH FASHION INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING
BEHAVIOUR MASYARAKAT SURABAYA DENGAN HEDONIC SHOPPING MOTIVATION DAN
POSITIVE EMOTION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA MEREK ZARA’, Jurnal Manajemen
Pemasaran, 10.1 (2016) <https://doi.org/10.9744/pemasaran.10.1.11-19>.
8
Marjam Desma Rahadhini, Edi Wibowo, and Kukuh Lukiyanto, ‘The Role of Positive Emotion in Hedonic
Shopping Value Affecting Consumers‟ Impulse Buying of Fashion Products’, International Journal of Scientific
and Technology Research, 9.2 (2020).
merupakan kecenderungan aksi yang menyenangkan dan diinginkan oleh individu yang
berperan dalam membantu individu untuk berprestasi dan melakukan coping sebagai
upaya pemecahan masalah.
Maka berdasarkan definisi emosi positif menurut para ahli diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa emosi positif adalah perasaan yang baik atau positif pada diri
seseorang yang dimana orang tersebut merasa bahagia, senang dan sebagainya yang
muncul sebelum mood seseorang berubah menjadi buruk.
C. Praktik Agama Terhadap Kesehatan
Agama pada hakekatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang
sejahtera di dunia dan diakhirat. Secara universal agama memberi tuntutan kepada
manusia melakukan yang baik dan menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama
termasuk masalah kesehatan. Sehat badannya sebagai cerminan dari sehat jasmani,
damai di hatinya sebagai cerminan dari sehat rohani dan punya makanan untuk sehari-
harinya sebagai cerminan darisehat sosial. Dari sini dapat dipahami bahwa sehat bukan
dalam kondisi stabil antara aspek jasmani rohani sosial dan lingkungan. Manusia yang
sehat ialah manusia yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan penuh daya
kemampuan. Dengan kemampuannya itu ia dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Pada umumnya orang beranggapan bahwa
kesehatan penting bagi kehidupan manusia. Tetapi sebagian besar berpandangan bahwa
seseorang dianggap sehat bila berada dalam keadaan tidak sakit dan tidak cacat.
Kesehatan dipandang sebagai sesuatu yang alami dimiliki oleh setiap orang. Kadang
kala orang baru sadar akan pentingnnya pemeliharaan kesehatan bila pada suatu saat
dirinya atau anggota keluarganya terkena sakit. Dengan kata lain, pengertian kesehatan
terlalu sempit hanya terabatas pada upaya mencari pengobatan terhadap penyakit yang
sedang dideritanya.
Kesehatan adalah rahmat yang istimewa yang diberikan Tuhan kepada setiap
individu dan upaya-upaya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan mengandung
nilai ibadah dan manfaat bagi diri sendiri masyarakat dan lingkungan yang mempunyai
nilai maslahat. Penjagaan kesehatan termasuk ke dalam bentuk maqashid syariah,
yakni hifdzu al-nafs (melindungi jiwa) dan hifdzu al-’aql (melindungi pikiran). Hal ini
disebabkan karena dengan menjaga kesehatan merupakan bentuk dari melindungi jiwa.
Bentuk dari hal tersebut dapat direalisasikan dengan memenuhi kebutuhan tubuh,
seperti makan dan minum yang bergizi. Oleh karena itu, tubuh yang sehat akan
menimbulkan akal yang sehat begitupun sebaliknya. Telah menjadi keyakinan orang
beriman, bahwa keyakinanya tehadap hal tersebut akan melahirkan rasa optimis, positif
melihat kehidupan, tabah menghadapi tantangan, cobaan, dan seluruh persoalan seperti
apapun dianggap ringan, karena jiwanya memiliki nur atau cahaya dan rasa tentram
yang tidak bisa ditukar dengan nilai apapun yang lain. Dalam fenomena modern aspek
spritual diakui sebagai unsur terpenting dalam menyelesaikan problema kejiwaan, dan
ritual keagamaan menjadi model therapy yang sangat efektif terutama bagi client
muslim imigran Amerika dan Eropa.
Hamid Zahron menyebutkan agama sebagai sarana untuk mewujudkan keimanan,
kedamaian, dan ketenangan jiwa. Agama menurutnya merupakan anugrah Allah demi
kemaslahatan manusia agar hidupnya berjalan normal. Agama akan membawa manusia
pada keimanan, dan akhlak dan amalan sholeh akan membawanya pada kesehatan
mental. Agama adalah kasih sayang, keikhlasan, kebahagiaan, kedamaian, dan
keselamatan.9 Dengan energi iman jiwa manusia bisa menerima nilai-nilai yang baik
meski ia harus menanggung beban, tanggung jawab, dan kesulitan. Iman sangat efektif
untuk mengubah dan mengembangkan tipikal kepribadian manusia dalam persepsi,
ideologi, obsesi, perilakunya. Syaikh Mohammad Abduh juga menyebutkan bahwa;
Agama adalah pintu gerbang menuju perbaikan, karena etika atau moral individu dan
publik dapat diperoleh dari faktor agama, bahkan kekuatan agama melebihi kekuatan
akal sebagai ciri khas kemulianya.10
Islam mengajarkan agar setiap mukmin memilih pola hidup sederhana dalam
segala hal, termasuk juga dalam masalah ibadah. Dalam Islam tidak dibenarkan
mencampakkan urusan dunia untuk kepentingan akhirat atau sebaliknya, karena dalam
persepsi Islam ada korelasi kuat antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat,
sejauhmana manusia berbuat baik di dunia ini niscaya akan bahagia di hari kiamat
dengan mendapatkan pahala dari Allah, karenanya ada korelasi hukum dalam
kehidupan antara dunia dan akhirat, bagi siapa yang sesat di dunia ini niscaya akan sesat
di akhiratnya. Dalam Al-qur’an Allah berfirman :
‫س ِبي ًْل‬ ٰ ْ ‫َو َمنْ كَا َن ف ِْي ٰهذ ِٖٓه اَعْمٰ ى فَه َُو فِى‬
َ َ‫اْلخِ َر ِة اَعْمٰ ى َوا‬
َ ‫ض ُّل‬
Artinya : “Dan barang siapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan
buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar).” (Q.S Al- Isra’ :72).11

9
Hamid Zahron, ‫ الصحة النفسية والعالج النفسي‬, (Alamul Kitab : Kairo, 2011), hal. 261
10
Mohammad Haisam Al Khayyat, Fiqh Ash-Shihah, World Health Organitation East Office : Omman, 1984
11
Rosm Utsmani, hal. 289
Pola hidup yang baik apabila seseorang sehat secara fisik dan jiwanya, dengan
memilih sifat ridho dan qonaah. Pola hidup yang baik ini akan diperoleh manusia kalau
bisa mengambil jalan sedang dalam hal apapun, termasuk dalam pola makan, minum,
beraktifitas, dalam pergaulan. Banyak sekali Alqur'an dan Hadits menjelaskan tentang
cara menjaga kesehatan tubuh dengan cara menjaga kebersihan tubuh keseluruhan atau
satu persatu. Contoh berikut adalah cara praktik islam untuk menjaga kesehatan dengan
kewajiban bersuci:
1. Perintah berwudhu
Islam mewajibkan berwudhu' ketika telah batal, dan menekankan agar
memperbaharuinya ketika hendak beribadah meskipun belum batal. Rasulullah
SAW seperti yang diriwayatkan oleh Tirmidzhi selalu berwudhu' dalam setiap
sholat, dan hukumnya sunnah bagi orang yang sedang jenabah ketika ingin makan
dan minum, dan bagi suami yang ingin berhubungan intim kedua kalinya, ketika
ingin tidur, sedang marah, ghibah, masuk masjid, adzhan, ziarah kubur, dan
ketika menyentuh Alqur'an, jenasah, para penghafal Alquran, para pakar dalam
qira'ahnya.
2. Perintah mandi
Kesehatan manusia bisa terpelihara dengan cara menjaga kebersihan tubuhnya
melalui mandi setiap hari, . dan bahkan dalam Islam, bagi orang yang sedang
janabah, mandi itu hukumnya wajib. Rasulullah SAW. menganjurkan agar mandi
dalam beberapa waktu dan kondisi seperti ; hari Jum'at, Aidul fitri dan Adha,
Ikhrom, setelah memandikan mayat, sebelum sholat istisqo', gerhana, I'tikaf, saat
bau badan kurang enak, saat mau berkumpul dengan orang banyak.
Perintah dalam kebersihan tidak terbatas pada seluruh tubuh, tapi juga kebersihan
anggota tubuh tertentu seperti perintah memcuci kedua tangan sebelum makan,
memotong kuku, membersihkan kaki, mulut, dan bersiwak. Dalam hal kebersihan
kedua telinga, mata, hidung, dan membersihkan rambut. Rasulullah SAW.
bersabda: Bagi siapa yang memiliki rambut,seharusnya bisa memeliharanya.
Berikut adalah korelasi positif antara ajaran agama dan kesehatan :
a. Hasil analisa terhadap 49 studi tentang mencontoh praktek beragama,
menjelaskan bahwa: contoh positif terhadap praktek beragama mempunyai
korelasi dengan penurunan tingkat perasaan sedih, gelisah, dan stress,
sementara contoh yang negative terhadap praktek beragama korelasinya kecil
dengan kesehatan mental atau dengan keseimbangan jiwa. Hal ini juga
lmenunjukkan hasil yang sama antara keyakinan pada agama dan prakteknya
dengan orang-orang yang menderita penyakit HIV.
b. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa sholat dan pujian-pujian
dapat memperbaiki kesehatan orang-orang yang sakit hati dan
menyembuhkan anak-anak yang menderita penyakit kanker pada darah
(Leukemia). Para Psikiater Muslim dengan referensi Islam mampu mengobati
dengan cepat orang- orang Islam yang menderita penyakit gelisah dan susah.
Dari hasil studi modern menetapkan bahwa sholat mempunyai dampak
negative kecil atas orang-orang yang menderita penyakit hati dengan
perhatian yang intensif.
c. Berdasarkan pada hasil penelitian dari pakar kedokteran menetapkan: Adanya
manfaat besar dalam praktek sholat. Contoh sederhana, sholat dapat
mendatangkan kondisi tenang serta menurunkan tensi darah, detak jantung,
serta dapat memperkecil hormone yang memyebabkan kolestrol, dan juga
berfungsi untuk menambah gelombang alva wasita yang ada pada otak
sehingga dapat mengurangi rasa gelisah dan memberi perasaan ridho. Sholat
juga berfungsi untuk menambah tingkat proteinya darah (Interlukin 6) yang
memperkuat kerja fungsi pencernaan yang bisa dilihat di Lab.12
d. Studi independent di Amerika menetapkan adanya kebekuan tulang, dan
mengecil rata-rata 40% diantara mereka yang mempelajari buku-buku agama
dan mempraktekan syi'ar-syi'ar agama, dan para orang tua(Lansia) yang
memiliki keimanan yang kuat setelah melakukan operasi sebanyak 14 kali
tingkat kematianya lebih kecil dibanding teman-temanya yang tidak memiliki
keimanan.
e. Dr.Karujuf dari Universitas Doke melakukan studi terapan pada 750 orang
yang menderita penyakit kritis di Sembilan pusat pengobatan di beberapa
kawasan di Amerika, dan hasilnya menunjukkan orang-orang yang menerima
do'a dari orang lain berdampak pada penurunan yang sangant signifikan akan
munculnya komplikasi setelah operasi, pada rata-rata 50-100%. Studi lainya
menunjukkan bahwa orang-orang yang terkena penyakit HIV yang di do'akan

12
R. F. Gillum and Natalie Dupree, ‘Religiousness, Health, and Health Behavior in Public-Use Data of the
National Center for Health Statistics’, Journal of Religion and Health, 46.1 (2007)
<https://doi.org/10.1007/s10943-006-9083-0>.
oleh orang lain mereka lebih sedikit mengalami berbagai komplikasi dalam
rata-rata sekitar 70%.13
D. Do’a Dalam Kesehatan
1. Pengertian Do’a
Doa adalah melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan
keinginan dan ketundukan kepada Allah SWT. Doa dapat dikatakan sebagai
ungkapan kerendahan hati manusia di hadapan kemahakuasaan Allah. Doa, pujian
dan syukur kepada Tuhan adalah ungkapan hati orang yang sementara memohon
bahwa kiranya Tuhan selalu menyertai perjalanan hidup dan memampukan manusia
dalam mengatasi setiap persoalan hidup.
2. Fadhilah dan Faedah Do’a
Beberapa fadhilah doa dapat dilihat di dalah Al Quran dan Hadis sebagai
berikut:
‫سيَ ْد ُخلُو َن َج َهنَّ َم‬
َ ‫ستَ ْكبِ ُرونَ عَنْ ِعبَادَتي‬ ْ َ‫قَا َل َربُّكُ ُم ا ْدعُونِي أ‬
ْ َ‫ست َِج ْب لَكُ ْم إِ َّن الَّ ِذ ْي َن ي‬
) ٦٠ :‫دَاخِ ري َن (غافر‬
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoa-lah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyem bahKu (berdoa) akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina”
(Q.S Ghafir: 60).

ْ َ‫ال ُّدعَا ُء ه َُو ا ْل ِعبَا َدةُ قَ َل َربُّكُ ُم ا ْدعُونِي أ‬


)‫ست َِج ْب لَكُ ْم (رواه ابوداود والترمذي وابن ماجه‬
“Doa adalah ibadah, Tuhanmu telah berfirman: "Berdoalah kepada- Ku, niscaya
akan Kuperkenankanbagimu" (H.R. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah).

Adapun beberapa faedah doa adalah sebagai berikut:


1) Menghadapkan wajah kepada Allah SWT. dengan tadharru’, memajukan
permohonan kepada Allah SWT. yang memiliki perbendaharaan yang tidak
akan habis-habisnya
2) Memperoleh naungan rahmat Allah SWT.
3) Menabung sesuatu yang diperlukan untuk masa susah dan sempit.

13
Kathleen ST. Onge (Bridge to Light, Wayfaring Toward Islam) Publish by the Light, Inc, New York, 2007,
hal. 134-135
4) Memperoleh keridhaan Allah SWT.14
3. Waktu dan Tempat Berdo’a
Pada dasarnya doa dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, kecuali
tempat-tempat yang dilarang berdoa, misalnya di WC atau kamar mandi. Meskipun
demikian Rasulullah saw. menuntunkan waktu-waktu dan tempat-tempat yang
utama untuk berdoa. Adapun waktu-waktu yang utama untuk berdoa ialah:
1) ketika turun hujan
2) di antara adzan dan iqamat
3) sepanjang malam terutama sepertiga akhir malam dan waktu sahur
4) waktu antara Zhuhur dengan Ashar dan antara Ashar dengan Maghrib.15
4. Adab Berdo’a
Doa supaya berkualitas tinggi dan mempunyai efek yang mendalam bagi jiwa
perlulah memperhatikan adab-adabnya di samping waktu-waktu dan tempat-
tempatnya. Beberapa adab doa sebagaimana dituntunkan oleh Rasulullah saw.
adalah sebagai berikut :
1) memilih waktu-waktu yang mulia, seperti hari Arafah, bulan Ramadhan, hari
Jum’at, sepertiga akhir malam hari, dan waktu sahur.
2) memilih situasi yang dimuliakan, seperti pada saat sujud, bertemunya dua
pasukan (dalam medan jihat), ketika hujan turun, ketika iqamah shalat
dikumandangkan, sesudah shalat, dan ketika hati sedang lembut.
3) menghadap ke arah kiblat, mengangkat kedua tangan, dan mengusap wajah
dengan kedua tangan wajahnya.
4) doa dilakukan dengan tadharru’ (penuh rasa rendah hati), khusyuk, dan penuh
rasa takut.
5) hendaknya doa dimulai dengan berdzikir kepada Allah SWT.
5. Kumpulan Do’a Dalam Kesehatan
a. Doa untuk kesedihan, kesusahan dan kegelisahan
ُ‫س ُل َوأَع ُْوذُ ِبكَ ِمنَ الحين والبخل َوأَعُوذ‬ ِ َ‫ َوأَع ُْوذُ بكَ ِم َن ا ْلع‬،‫اللهم أنِى أَعُوذُ ِبكَ مِ نَ ا ْله َِم َوا ْلح َْزن‬
ْ ‫جز َوا ْل َك‬
)‫هللا هَ ِمى َو َقضَى عَنِى َد ْينِي (رواه ابو داود‬ ُ ‫ فَفَعَ ْلتُ ذَا ِلكَ َفأ َ ْذه ََب‬:َ‫الرجَال فَقَال‬
ِ ‫الدينوقَهْر‬
َ ‫غلَبة‬
َ ْ‫ِبكَ ِمن‬
"Ya Allah SWT, aku berlindung kepada-Mu dari rasa kegundahan dan
kesedihan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku

14
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, (Semarang: P.T. Pustaka Rizki Putra, 2002), hal.
85
15
Ibid, hal. 94-95
berlindung kepa-da- Mu dari ketakutan dan keba-khilan. Aku berlindung kepada-
Mu dari jeratan hutang dan kediktatoran para penguasa. "Abu Said kemudian
berkata: "Lalu aku lakukan apa yang dianjurkan oleh Rasulullah saw, maka Allah
SWT menghi- langkan rasa gundahku dan hutang yang menjeratku terselesaikan.
Diriwayatkan oleh Abu Bakar an. Ash-Shiddiq ra., bahwa Rasulullah saw.
bersabda:

‫شأْنَى كُلَّهُ َْل إِلَهَ إِْل‬ ْ َ‫ع ْي ٍن َوأ‬


َ ‫ص ِل ْحلِى‬ َ ‫ الل ُه َّم َر ْح َمتَكَ أَ ْرج ُْوا فَلَ تَك ْلنى إِلَى نَ ْفسِى‬:‫َدع َْواتُ ا ْل َم ْك ُروب‬
َ َ‫ط ْرقَت‬
)‫أَ ْنتَ (رواه ابو داود‬
"Doa orang yang berduka ialah "Ya Allah SWT., aku memohon rahmat-Mu,
janganlah Engkau membebani diriku sekedip mata- pun, perbaikilah semua
keadaan- ku, tiada Tuhan kecuali Engkau."
b. Doa untuk gangguan insomnia
Selanjutnya Rasullah saw. pun memberi nasihat berupa doa bagi orang yang
terkena gangguan insomnia atau susah tidur. Dari sudut pandang kesehatan
mental, insomnia merupakan salah satu penyakit yang menampakkan diri pada
gejala tidak dapat tidur. Penyebab insomnia beraneka macam. Terutama karena
hilangnya ketentraman batin sebagai akibat dari bebrbagai masalah yang
menimpanya. Pengobatan yang biasa dilakukan oleh para pakar kejiwaan dengan
melalui konsultasi atau psikoterapi dengan metode yang sesuai dengan teori
perawatan yang dianutnya.
Pengobatan biasanya dilakukan dengan pemberian obat penenang atau obat
tidur. Namun obat tersebut bekerja hanya untuk satu kali pakai, artinya orang
baru bisas tidur setelah menelan obat tersebut. Akibatnya lama-kelamaan
seseorang baru dapat tidur setelah minum obat penenang atau obat tidur.16
Penyakit insomnia sudah ada sejak dulu, hal ini berdasarkan petunjuk
Rasulullah saw. bagaimana cara mengatasinya. Diceritakan, dalam hadis riwayat
Ibnus Sayi, bahwa Zaid bin Tsabit menderita penyakit tidak bisa tidur. Maka ia
mengadu kepada Rasulullah saw. Nabi menyuruhnya untuk membaca doa
sebagai berikut:

16
Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama, 1992), hal.
30
‫سنَةٌ َو َْل نَ ْو ٌم يَا َح ُّي يَاقَيُّو ُم أَ ْهدَى لَ ْيلَى‬
َ َ‫ ْل تَأْ ُخذُك‬: ‫ت ا ْل ُع ُيو ُن َوأَنتَ حَي قيوم‬
ِ َ‫ارت النُّجُو ُم َوهَ َدأ‬
َ ‫غ‬َ ‫الل ُه َّم‬
‫ع ْينِي‬
َ ‫َوا ِن ْم‬
Wahai Tuhan, bintang-bintang mengorbit, mata-mata terpejam, sedangkan
Engkau Maha Hidup kekal lagi Maha Terjaga (terus terus menerus mengurus
makhluk-Nya), tidak ketakutan dan tidak pula tidur. Wahai yang Maha Hidup
dan Terjaga, redupkanlah malam, dan lelapkanlah mataku."
c. Doa untuk perasaan bimbang
Rasuluillah saw. juga memberi nasihat doa bagi orang yang menghadapi
perasaan bimbang dan ragu (konflik). Dalam kehidupan sehari-hari seseorang
sering mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan, mulai dari yang paling
sederhana dan ringan sampai pada yang berat dan tidak terpecahkan. Situasi yang
demikian ini dapat menjadi semacam gangguan kejiwaan yang dikenal dengan
konflik kejiwaan. Dalam kebimbangan ini ada orang yang minta bantuan kepada
pakar kejiwaan untuk konsultasi, ada yang datang kepada para ulama yang
dikaguminya untuk minta nasihat, atau bertanya kepada teman, orang tua, atau
kepada siapa saja yang dianggapnya dapat memberikan saran atau nasihat
kepadanya. Yang penting baginya, ia dapat menghentikan atau menghilangkan
kegoncangan jiwanya.17
َّ ٰ ‫س ْب ٰ َحنَكَ ِإنِى كُنتُ ِم َن ٱل‬
‫ظ ِلمِي َن‬ ُ َ‫َّ ْٖٓل ِإ ٰلَهَ ِإ َّ ْٖٓل أَنت‬
Artinya: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."

َ ‫س ْر لِي أَ ْم ِري َواحْ لُ ْل عُ ْق َدةً ِمنْ ِل‬


‫سانِي يَ ْفقَهُوا قَ ْولِي‬ ِ َ‫صد ِْري َوي‬
َ ‫ش َر ْح لِي‬
ْ ‫با‬
ِ ‫َر‬
Artinya: "Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah
untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka
mengerti perkataanku."
ُ ‫غ قُلُوبَنَا بَ ْع َد إِذْ هَ َد ْيتَنَا َوه َْب لَنَا مِن لَّدُنكَ َرحْ َمةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ا ْل َوه‬
‫َّاب‬ ْ ‫َربَّنَا َْل ت ُِز‬
Artinya: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha
Pemberi (karunia)."

17
Ibid, hal. 32-33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritualitas adalah suatu hal yang kompleks dan multidimensional dari
pengalaman manusia dan berdasarkan hal tersebut manusia dapat mencari makna serta
tujuan hidup. Keyakinan terhadap suatu agama sangat membantu seorang individu
dalam mencegah penyakit baik fisik maupun psikis. Selain itu keyakinan yang kuat
terhadap suatu agama dapat membantu individu dalam beradaptasi dengan kondisi sakit
yang sedang dialaminya. Hal ini disebabkan karena banyak praktik keagamaan yang
menggunakan doa, kata-kata positif, serta aktifitas fisik yang diyakini dapat
memberikan ketenangan dan suasana rileks pada individu yang tidak atau sedang
mengidap penyakit.
Emosi positif adalah sikap positif tentang perasaan seseorang yang dikembangkan
oleh suasana hati atau kondisi yang baik seperti sedang merasa bahagia, cinta, suka,
maupun gembira dan sebagainya yang muncul sebelum mood seseorang berubah
menjadi buruk.
Secara universal agama memberi tuntutan kepada manusia melakukan yang baik
dan menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama termasuk masalah kesehatan. Sehat
badannya sebagai cerminan dari sehat jasmani, damai di hatinya sebagai cerminan dari
sehat rohani dan punya makanan untuk sehari-harinya sebagai cerminan darisehat
sosial. Dari sini dapat dipahami bahwa sehat bukan dalam kondisi stabil antara aspek
jasmani rohani sosial dan lingkungan. Manusia yang sehat ialah manusia yang sejahtera
dan seimbang secara berlanjut dan penuh daya kemampuan.
Doa adalah melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan keinginan
dan ketundukan kepada Allah SWT. Doa, pujian dan syukur kepada Tuhan adalah
ungkapan hati orang yang sementara memohon bahwa kiranya Tuhan selalu menyertai
perjalanan hidup dan memampukan manusia dalam mengatasi setiap persoalan hidup.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Tentunya
penulis akan memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khayyat, M. Haisam. 1984. Fiqh Ash-Shihah. World Health Organitation East Office :
Omman.
Ash-Shiddieqy, M.H. 2002. Pedoman Dzikir dan Doa. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Daradjat, Z. 1992. Doa Menunjang Semangat Hidup. Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam
Ruhama.
BH, MacDonald, ‘Quality of Life in Cancer Care: Patients’ Experiences and Nurses’
Contribution.’, European Journal of Oncology Nursing, 5.1 (2001)
Gillum, R. F., and Natalie Dupree, ‘Religiousness, Health, and Health Behavior in Public-Use
Data of the National Center for Health Statistics’, Journal of Religion and Health, 46.1
(2007) <https://doi.org/10.1007/s10943-006-9083-0>
Onge, K, ST. 2007. Bridge to Light, Wayfaring Toward Islam. Publish by by the Light, Inc,
New York.
Rahadhini, Marjam Desma, Edi Wibowo, and Kukuh Lukiyanto, ‘The Role of Positive
Emotion in Hedonic Shopping Value Affecting Consumers‟ Impulse Buying of Fashion
Products’, International Journal of Scientific and Technology Research, 9.2 (2020)
Ross(née Waugh), L., ‘The Spiritual Dimension: Its Importance to Patients’ Health, Well-
Being and Quality of Life and Its Implications for Nursing Practice’, International Journal
of Nursing Studies, 32.5 (1995), 457–68 <https://doi.org/10.1016/0020-7489(95)00007-
K>
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Psikologi Umum Jakarta, CV. Andi Offset, 2010
Skalla, Karen A., and J. Patrick McCoy, ‘Spiritual Assessment of Patients with Cancer: The
Moral Authority, Vocational, Aesthetic, Social, and Transcendent Model’, Oncology
Nursing Forum, 2006 <https://doi.org/10.1188/06.ONF.745-751>
Trihastuti, Annisa, Yansa Alif Mulya, Zaid Abdillah, and Fina Hidayati, ‘Pengaruh Dongeng
Dalam Peningkatan Emosi Positif Anak Usia Prasekolah’, Psikoislamika : Jurnal
Psikologi Dan Psikologi Islam, 15.2 (2018), 1 <https://doi.org/10.18860/psi.v15i2.6736>
World Health Organisation, ‘WHO Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF)’, World Health
Organisation, 2016
Yulia Hermanto, Elleinda, ‘PENGARUH FASHION INVOLVEMENT TERHADAP
IMPULSE BUYING BEHAVIOUR MASYARAKAT SURABAYA DENGAN
HEDONIC SHOPPING MOTIVATION DAN POSITIVE EMOTION SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING PADA MEREK ZARA’, Jurnal Manajemen Pemasaran,
10.1 (2016) <https://doi.org/10.9744/pemasaran.10.1.11-19>
Zahron, H. 2011. ‫الصحة النفسية والعالج النفسي‬. Alamul Kitab: Kairo.

Anda mungkin juga menyukai