Disusun Oleh :
Kelas B
Tingkat 1 Semester I
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
RS CIREMAI – CIREBON
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Manajemen Menghadapi
Respon Sakit dan Penyakit ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Pendidikan Agama dan juga untuk menambah wawasan kami semua.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syaeful Bahri., S.PdI., selaku dosen
Mata Kuliah Pendidikan Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Respon Sakit dan Penyakit ..................................... 2
B. Pengertian Empati, Simpati, dan Penguatan ................................................. 5
C. Simpati dan Empati Perawat Muslim ........................................................... 6
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Manajemen Menghadapi Respon sakit dan Penyakit ?
2. Pengertian Empati, Simpati dan Penguatan ?
3. Bagaimana Empati dan Simpati perawat muslim ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Menghadapi Respon Sakit dan
Penyakit.
2. Untuk mengetahui pengertian Empati, Simpati dan Penguatan.
3. Untuk mengetahui bagaimana Empati dan Simpati bagi perawat muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen terhadap Respon Sakit dan Penyakit
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan
bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia, istilah sakit dan sehat
dikenal disemua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali
sulit kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan
dan kita amati dalam kediupan sehati-hari, hal ini kemudian akan mempengaruhi
pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat, misalnya, orang tidak
memiliki keluhan-keluhan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian
masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat
walaupun jika mengacu pada standar gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih
atau overweight. Jadi, faktor subyekfitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman
dan pengertian mengenal konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat.
Pengertian sehat yang dikemukakan oleh WHO ini merupakan suatu keadaan
ideal, dari sisi biologis, psikologis dan sosial. Sehingga seseorang dapat melakukan
aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3
karakteristik, yaitu :
Jadi dapat diartikan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental
dan sosial.
Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar dalam
penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Penyakit
adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam
tubuh tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat seseorang tidak lagi
berada dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya penderitapenyakit Asma, ketika
tubuhnya mampu beradaptasi dengan penyakitnya, maka orang tersebut tidak berada
dalam keadaan sakit. Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa
penyakit tidak melibatkan bentuk perkembangan kehidupan baru secara lengkap,
melainkan perluasan dari proses-proses kehidupan normal pada individu. Dapat
dikatakan bahwa penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi yang sudah diubah.
Stressor dapat bersifat fisik atau psikologik. Stressor fisik seperti terkena
racun, dapat menimbulkan respon berbahaya yang menyebabkan terjadinya keadaan
sakit atau muncul kumpulan tanda dan gejala yang dapat dikenali. Stressor psikologik,
seperti kehilangan orang yang dicinta ataupun hal lain yang dapat menyebabkan
gangguan yang bersifat psikologik dapat menimbulkan respon maladatif. Kondisi ini
dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan dari beberapa penyakit kronik.
B. Pengertian Empati, Simpati dan Penguatan
1. Pengertian Empati
Empati dapat diartikan sebagai suatu keadaan jiwa yang merasa iba
melihat penderitaan orang lain dan terdorong dengan kemauan sendiri untuk
menolongnya tanpa mempersoalkan perbedaan latar belakang agama, budaya,
bahasa, kebangsaan, etnik, golongan dan sebagainya. (Abuddin Nata)
“Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka
tidak dihalangi (menerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang
yang bertakwa.” (Q.S. Ali Imran : 115)
2. Pengertian Simpati
3. Pengertian Penguatan
Penguatan adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau respon
yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru,
maka siswa akan merasa terdorong selamanya untuk memberikan respon setiap
kali muncul stimulus dari guru; atau siswa akan berusaha menghindari respon
yang dianggap tidak bermanfaat. Dengan demikian fungsi keterampilan penguatan
(reinforcement) itu adalah untuk memberikan ganjaran kepaa siswa sehingga
siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses
pembelajaran.
C. Simpati dan Empati Perawat Muslim
Pada dasarnya perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Kemudian keperawatan merupakan
kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat,
baik dalam keadaan sakit maupun sehat (Pasal 1 Ayat 1 dan 2 UU No.38 Tahun 2014
tentang Keperawatan).
Salah satu sumber daya yang paling banyak mendukung kepuasan pasien
adalah perawat. Pelayanan perawatan dirumah sakit merupakan satu faktor penentu
bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit dimata masyarakat. Perawat merupakan
sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena selain jumlahnya yang
dominan (55 - 65%) dalam setiap rumah sakit tersebut, juga merupakan profesi yang
memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien setiap
harinya (Angraini & Hijriyati, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Khamida &
Mastiah (2015) mengungkapkan bahwa 8 dari 10 orang pasien mengeluhkan sikap
perawat yang kurang professional dalam memberikan pelayanan kesehatan,
diantaranya seperti perawat yang tidak ramah dan acuh terhadap keluhan pasiennya,
perawat juga tidak memperkenalkan dirinya kepada pasien maupun keluarga pasien,
kurangnya penjelasan ataupun informasi pada saat memberikan tindakan asuhan
keperawatan dan kurang melakukan pengawasan terhadap pasien.
Adapun manfaat dari empati itu sendiri, yaitu menumbuhkan rasa kepedulian
dan rasa iba yang kemudian memunculkan perilaku menolong. Brigham (dalam
Dayakisni & Hudaniah, 2003) berpendapat bahwa perilaku menolong mempunyai
tujuan untuk mendukung kepentingan dan kesejahteraan orang lain. Oleh karena itu,
sangat penting untuk seorang Mahasiswa Keperawatan memiliki empati yang tinggi
agar nantinya dapat menjalankan pekerjaannya, selain dengan penuh tanggung jawab
namun juga dapat melakukan interaksi yang positif dengan pasien, keluarga pasien
maupun anggotta kesehatan lainnya.
Faktor yang menjadi penyebab seorang perawat kehilangan rasa empati dalam
merawat pasien, antara lain seperti yang diungkapkan oleh Umniyah & Tina (2009)
menyatakan bahwa kondisi pekerjaan yang penuh tekanan akan menyebabkan
perhatian seorang perawat kepada pasiennya menjadi berkurang atau mengalami
penurunan, selanjutnya perawat tidak menyadari tentang kebutuhan para pasien dan
terjerat pada interaksi perawat-pasien yang bersifat rutin. Penelitian yang dilakukan
oleh Kahriman et. al (2016) didapatkan hasil bahwa kemampuan empati dapat
ditingkatkan melalui empathy training dan terbukti perawat dapat memahami
perasaan pasien, mampu menjalin hubungan interpersonal yang lebih positif dan
meningkatkan kepuasan pasien. Training sesuai untuk meningkatkan empati pada
mahasiswa keperawatan, karena pelatihan merupakan rangkaian kegiatan dimana
mahasiswa keperawatan tersebut memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan,
pengetahuan dan keahlian yang berkaitan tentang proses keperawatan dengan
menerapkan empati kepada pasiennya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran