Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EFEK SAMPING OBAT, INTERAKSI OBAT, CARA PEMBERIAN DAN

PERHITUNGAN DOSIS

KELOMPOK I

IMANUEL RATO NONO 2120001


OLIVIA FILOMENA SIWI 2120002
ESTILIA DUA HALE 2120003
FITRIYANTI ABDJUL 2120004
YUSTINA MARIANA NGGUNU 2120005
MOHAMAD AKRAM LUKU 2120006
JENI RIANA BULU 2120007
VINGKY ALVIONITA PAKAYA 2120008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT yang telah begitu banyak melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul efek
sampingobat,interaksi obat, cara pemberian dan perhitungan dosisini dengan baik.
Tugas ini berisikan materi-materi pengantar ilmu sejarah dimana dalam setiap tulisannya
mengandung motivasi yang dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi mereka yang
membacanya.Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan-kekurangan baik dari segi
penulisan maupun isi.Hal ini dikarenakan kebatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.Untuk itu
Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak guna perbaikan dalam
pembuatan tugas-tugas selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Amin…
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Peran perawat dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang dengan
cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan. Perawat diharapkan
terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas perawat tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki
perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan
demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya.
Keberhasilan promosi kesehatan sangat tergantung pada cara pandang klien
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, yang juga bertanggung jawab terhadap
menetapkan pilihan perawatan dan pengobatan, baik itu berbentuk obat alternative,
diresepkan oleh dokter, atau obat bebas tanpa resep dokter. Sehingga, tenaga kesehatan
terutama perawat harus dapat membagi pengetahuan tentang obat-obatan sesuai dengan
kebutuhan klien.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EFEK/ SAMPING OBAT

1. Efek Obat

 Efek terapi atau efek utama ( Main Effect = Principal Effect)


a. Efek ini adalah efek yang diharapkan dari suatu obat. Misalnya:
 Paracetamol dengan dosis 500 mg dapat menurunkan panas tubuh orang
dewasa atau pada dosis yang lebih kecil untuk anak-anak.
 Glibenklamid memberikan efek terapi menurunkan kadar gula pada penderita
diabetes.
 Morfin untuk menghilangkan rasa sakit
 Eter untuk menginduksi anastesi
 Diazepam untuk menenangkan (tranquilizer)
 Furosemid (Lasix) untuk diuresis.
b. Satu obat bisa memiliki beberapa khasiatatau efek terapi. Misalnya:
 Parasetamol disamping menurunkan panas badan, juga berefek meredakan
rasa nyeri seperti sakit kepala atau gigi.
 Amlodipin bisa digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan angina.

 Efek toksik (efek tambahan


Toksik berarti racun.Berefek toksik artinya obat bisa menyebabkan keracunan. Dalam
dunia farmasi dan kedokteran, beda antara obat dan racun ada pada dosis. Jika obat
digunakan pada dosis yang melebihi dosis terapinya, obat tersebut akan berefek sebagai
racun. Obat bisa menyebabkan keracunan pada berbagai anggota tubuh terutama anggota
tubuh yang banyak dilewati oleh aliran darah. Efek toksik sering terjadi pada:
 Ibu hamil dan menyusui (laktasi), hal ini berkaitan dengan ada tidaknya efek
teratogenik pada obat untuk ibu hamil. Karena obat yang sifatnya lipofil dapat
menembus plasenta dan memberikan pengaruh pada bayi. Selain itu, obat juga
bisa tersalurkan lewat ASI yang diminum oleh bayi. Maka, bagi ibu hamil dan
menyusui haruslah memperhatikan keterangan obat yang hendak dikonsumsi,
apakah aman atau tidak bagi janin/bayi. Bila perlu, konsultasikan ke dokter atau
apoteker.
 Pediatri, hal ini berkaitan dengan kondisi sistem organ tubuh anak yang belum
sempurna baik fisik maupun enzim-enzim yang berperan dalam interaksi obat.
Maka, dosis anak dan dewasa seringkali dibedakan.
 Geriatri, pada pasien geriatri, kondisi tubuh termasuk organ-organnya mengalami
penurunan fungsi akibat usia lanjut. Maka, dosis obatnya pun harus diperhatikan.
 Pasien dengan gangguan organ tertentu, terutama hati dan ginjal, yang berperan
dalam metabolisme obat dan ekskresi (pembuangan) obat dalam tubuh. Jika
organ-organ ini terganggu, dosis juga harus diperhatikan agar tidak berbahaya.
Contoh efek toksissitas:
 Ginjal atau nefrotoksisitas oleh obat cefalexin, cisplatin, gentamisin
 Hati atau hepatotoksisitas,contoh obat parasetamol, isoniazid,
clorpromazin, karbon tetraklorida
 Paru-paru, contoh obat amiodaron, bleomisin
 System reproduksi, contoh obat kanker bisa menimbulkan infertilitas
pada pria.

 Toksisitas hemopetik
Efek seperti anemia sampai berbagai diskrasia (hiperkoagulabilitas) darah seperti
lekopenia, granulositopenia, agranulositosis, trombositopenia. Contoh obat:
 Kloramfenikol
 Antibiotik neomisin tidak pernah diberikan secara parenteral toksisitasnya pada
ginjal.
 Bentuk terasetilasi sulfonamida dapat mengendap pada saluran air kemih jika air
kemih bereaksi asam dan timbul batu ginjal

 Toksisitas perilaku
Obat reserpin menimbulkan kecenderungan bunuh diri Amfetamin menyebabkan
disorientasi, bingung, dan kesukaran berkonsentrasi

2. Efek samping (Side Effect)


Reaksi-reaksi efek samping obat yang berat jarang ditemukan, meskipun efek-efek toksik
yang berbahaya sering terjadi pada penggunaan beberapa golongan obat. Mekanisme reaksi
obat dibagi dalam dua kategori utama. Termasuk gologan pertama sering muncul sebagai
manifestasi efek farmakologi yang berlebihan,karna itu dapat diramalkan. Golongan kedua
yang dapat merupakan reaksi imunologik atau mekanisme yang belum diketahui,umumnya
merupakan hal yang tidak dikehendaki dan tidak dapat ditemukan sampai suatu obat
dipasarkan untuk waktu lama. Oleh karena itu toksisitas ini biasanya ditemukan oleh para
dokter. Dalam hal ini termasuk waspada terhadap reaksi-reaksi yang diperantai IgE seperti
anafilaksis, urtikaria, angioedema.Tipe reaksi lain yang diperantai IgG atau IgM dari penyakit
tipe lupus eritemaosis,respon yang diperantai oleh IgG tipe penyakit serum termasuk
vaskulitis dan alergi yang diperantai sel-sel yang terlibat yang terlibat dalam dermatitis
kontak.
Efek samping obat mencakup setiap pengaruh obat yang tidak dikehendaki, yang merugikan
atau membahayakan pasien dalam dosis terapetik untuk pencegahan atau pengobatan
penyakit. Sadar akan adanya efek samping obat, maka banyak studi dilakukan untuk menilai
efek samping obat. Faktor predisposisi yang mendasari terjadinya efek samping obat
diantaranya:
1) Ras, sebagian peneliti mengemukakan bahwa orang kulit putih lebih mudah menderita
efek samping obat daripada orang kulit bewarna. Adanya perbedaan tersebut antara lain
karena ada perbedaan kecepatan metabolisme obat, misalnya ada orang yang merupakan
asetilator cepat,seperti pada drug-induced systemic lupus erythematosis dan juga pada
kasus kanker kandung kemih.
2) Kelainan genetik defisiensi atau abnormalitas pseudokolinesterase plasma.Pada orang
tersebut mengalami paralisis otot yang lebih lama atau apneu apabila mendapatkan obat
relaksan otot suksametonium.
3) Jenis kelamin diduga menjadi faktor predisposisi efek samping obat. Berbagai penelitian
tentang efek toksik digoksin dan perdarahan pada terapi heparin lebuh banyak terjadi
pada wanita. Agranulositosis akiban fenilbutazon dan kloramfenikol tiga kali lebih
banyak pada wanita. Anemia aplastik akibat kloramfenikol dua kali lebih banyak pada
wanita.
4) Umur lansia atau umur diatas 60 tahun lebih mudah menderita efek samping obat
dibandingkan dengan orang muda.
5) Faktor-faktor lain seperti riwayat alergi, riwayat menderita efek samping obat, gangguan
fungsi ginjal dan hati semua mempermudah terjadinya efek samping obat terkait.
Kemampuan ikatan dengan protein plasma juga berpengaruh. Bentuk formulasi obat juga
berpengaruh.

Ditinjau dari segi aspek patologi, efek samping obat dapat dibagi menjadi 2 macam
yakni:
1. Tipe A. Efek samping tipe A terjadi akibat aksi farmakologis yang normal,dapat
diperkirakan dari aksi farmakologisnya yang biasa,dan umumnya tergantung
dosis. Insidensi dan morbiditasnya tinggi, tetapi mortalitasnya rendah. Misalnya
jadi mengantuk setelah minum CTM.
2. Tipe B. Efek samping tipe B terjadi tidak berkaitan dengan aksi farmakologisnya
yang biasa. Terjadinya tidak dapat diduga. Insidensi dan morbiditasnya rendah
tapi mortalitasnya tinggi. Contohnya reaksi imunologik. Walaupun sebagian
besar gejala klinis efek samping obat dapat digolongkan dalam tipe A dan tipe B,
tetapi ada juga yang sulit dimasukan karena dua mekanisme yang berbeda
kadang-kadang mempunyai efek yang sama. Contohnya agranulositsis yang
timbul akibat pemberian kloramfenikol atau fenilbutazon.
3. Tipe C adalah efek samping yang sulit dideteksi, efek samping ini timbul akibat
pemakaian obat dalam jangka panjang. hubungan antar efek samping ini memang
sulit untuk dibuktikan namun sangat diduga kuat berkaitan. contohnya prevalensi
kanker payudara meningkat setelah terjadi peningkatan kontrasepsi pil
kontrasepsi orang di masyarakat.
4. Tipe D. Efek samping obat yang lambat atau delayed yang terjadi beberapa tahun
setelah terapi jangka panjang. Contohnya efek samping obat diethystilbesterol
adeno Ca vagina.
5. Tipe E. Efek pada akhir terapi (end of treatment) yang terjadi akibat penggunaan
obat yang dihentikan secara tiba-tiba. Contohnya pada penggunaan steroid yang
meng-induced cushing syndrome.
6. Tipe F. Akibat obat yang telah lama digunakan dihentikan penggunaannya secara
tiba-tiba. Contohnya adalah obat narkotika, pil KB, kortikosteroid.

Efek samping biasanya terjadi pada dosis terapi. Tingkat kejadian efek samping ini sangat bervariasi
antara satu obat dengan obat lainnya.Efek samping ini juga tidak dialami oleh semua orang karena
masing-masing orang memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mengatasi efek ini secara berbeda-
beda.Efek samping suatu obat bisa lebih banyak dibandingkan efek terapinya.Umumnya, efek samping
obat itu berupa :
a. Alergi
b. Gangguan pada kulit (ruam, bentol-bentol, gatal)
c. Gangguan pencernaan (diare, mual, muntah)
d. Gangguan sistem saraf (pusing, vertigo)
e. Gangguan kardiovaskular (jantung berdebar, hipotensi, hipertensi)
f. Gangguan saluran pernafasan (sesak nafas)

Contohnya adalah amlodipin ( obat tekanan darah tinggi ). Efek samping utama adalah edema pada
tungkai, namun juga dapat terjadi jantung berdebar, nyeri perut, mual, sakit kepala, lemas. Persentase
dalam tanda kurung menunjukkan jumlah kejadian.Tidak selamanya efek samping ini merugikan.Pada
kondisi tertentu efek ini bisa dimanfaatkan.Misalnya efek mengantuk akibat obat antihistamin bermanfaat
pada anak yang sedang batuk flu agar bisa beristirahat dengan baik. Efek samping ini bisa diperkirakan,
tetapi ada juga yang tidak seperti reaksi alergi.Ada beberapa kejadian dimana orang melepuh tubuhnya
setelah menggunakan obat. Ini adalah salah satu contoh efek yang tidak bisa diprediksi atau diperkirakan.

Contoh lain:
a. Obat Diphenhidramine
Efek utamanya adalah Antihistamin (anti allergi)
Efek sampingnya adalah menghambat SSP sehingga pasien menjadi mengantuk.

b. Obat Atropin
Efek utamanya adalah relaksasi usus / ureter
Efek sampingnya adalah mulut / bibir menjadi kering.

B. INTERAKSI OBAT

Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat diubah ataudipengaruhi oleh obat
lain yang diberikan bersamaan. Tidak semua interaksiobat membawa pengaruh merugikan
Interaksi obat justru ada yang diambilmanfaatnya dalam pengobatan.
Interaksi obat dapat menyebabkan obat menjadi kurang efektif, meningkatkan reaksi kandungan
obat, atau menyebabkan efek samping yang tidak terduga. Pada keadaan tertentu, efek interaksi
obat bahkan dapat membahayakan nyawa.

Berikut ini adalah berbagai dampak interaksi obat berdasarkan jenis interaksinya:

 Interaksi obat dengan obat


Interaksi ini terjadi ketika seseorang mengonsumsi dua obat atau lebih secara bersamaan.
Semakin banyak obat yang dikonsumsi, semakin tinggi risiko interaksi yang mungkin
terjadi.

 Interaksi obat dengan obat dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan obat dalam
menyembuhkan penyakit atau meningkatkan risiko munculnya efek samping obat.
Misalnya, Anda minum dua jenis obat yang dapat menyebabkan rasa kantuk, maka Anda
akan cenderung mengalami rasa kantuk dua kali lipat.

 Interaksi obat dengan makanan atau minuman


Beberapa obat tidak boleh dikonsumsi bersamaan atau berdekatan waktunya dengan
makanan atau minuman tertentu. Misalnya, mengonsumsi suplemen zat besi bersamaan
dengan teh bisa menurunkan penyerapan zat besi oleh tubuh. Suplemen atau obat herba
tertentu, seperti daun mangga, juga sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan obat-
obatan.

Contoh lainnya adalah mengonsumsi warfarin bersamaan atau berdekatan waktunya


dengan konsumsi sayuran hijau, seperti bayam, dapat menurunkan efektivitas warfarin.

 Interaksi obat dengan penyakit


Interaksi obat selanjutnya adalah interaksi obat dengan penyakit. Penggunaan obat
tertentu dapat memperburuk penyakit lain yang Anda derita. Misalnya, obat antiinflamasi
non steroid (OAINS) bisa menambah keluhan penderita gangguan lambung.

Contoh lainnya adalah penggunaan obat pada orang yang sedang menderita gangguan
hati. Ketika mengalami gangguan hati, kemampuan organ ini untuk membersihkan zat
kimia yang tidak terpakai oleh tubuh juga terganggu, sehingga risiko keracunan obat,
terutama obat yang diproses di hati, akan meningkat.
Interaksi yang terjadi adalah :

Antara obat Lanzoprazol, Sulcralfat, dan Ketokonazole. Efek : efekketokonazole akan
menurun dengan adanya perubahan pH lambung.Mekanisme : absorpsi ketokonazole
akan berkurang jika terjadi peningkatan pHlambung krn lanzoprazol akan meningkatkan
pH lambung sehingga akanmengurangi daya larut dan absorpsi ketokonazole yg
diberikan secara oral.

C. DOSIS OBAT

Dosis Dosis Obat adalah sejumlah takaran obat yang diberikan kepada manusia atau
hewan yang dapat memberikan efek fisiologis.

a. Tujuan menghitung dosis


Setiap bahan kimia adalah racun, termasuk obat. Oleh karena itu dosis harus
dihitung untuk memastikan bahwa obat yang diberikan dapat memberikan efek
terapi yang diinginkan.

Cara menghitung dosis :


Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang
diinginkan tergantung dari banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, luas
permukaan tubuh, kelamin, beratnya penyakit dan daya tangkis penderita.

Untuk obat-obat yang membutuhkan perhitungan dosis individual, mungkin


diperlukan penghitungan berdasarkan berat badan (BB) dan luas permukaan tubuh
(LPT).

b. Cara menghitung dosis


Rumus dasar yang mudah diingat dan lebih sering digunakan dalam perhitungan
dosis obat adalah :
Dx V = AH
D = Dosis diinginkan (dosis diperintahkan dokter)
H = dosis ditangan (dosis pada label tempat obat)
V = bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
A = jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien

Cara menghitung dosis


Contoh :

ampisilin (polycililin) 0,5 g, PO, bid.


Tersedia (label Obat) : Polycillin
250mg/kapsul
Maka :
Konversi gram ke miligram (0,5 g = 500 mg) 500 x 1 Kapsul = 2 Kapsul 250

Cara menghitung dosis


Perintah : Kodein gr I (1), PO, STAT
Tersedia : Codein Sulfat 30 mg

Maka :
Konversi grain ke miligram (1 gr = 60 mg)
Keterangan :
60 x 1 Tablet = 2 Tablet 30

Cara menghitung dosis


Perintah : Ampisilin 100 mg, PO, qid
Tersedia :
Ampisilin (Polycillin ) 250 mg/5 mL
Maka : 100 X 5 mL = 2mL 250

c. Berdasarkan Usia

 Usia
Rumus yang semula banyak digunakan untuk menghitung dosis anak dengan usia
antara 1-12 tahun.
n X D n + 12 Namun, kini rumus ini jarang digunakan lagi karena memberikan
dosis yang terlalu rendah bagi bayi dan anak di atas usia 12 tahun.

 Berdasarkan Berat Badan


Metode berat badan dalam penghitungan memberikan hasil yang individual dalam
dosis obat. Rumus : Dosis /hari = dosis obat x berat badan
Contoh :

Perintah : Fluorourasil (5-FU), 12 mg/kg/hari intravena, tidak melebihi 800 mg/hari.


Berat dewasa adalah 132 lb (pound).

Maka : Konversi pound menjadi kilogram (132 : 2,2 = 60 kg) Dosis = 12 mg x 60 kg


= 720 mg/kg/hari

Berdasarkan Berat Badan


Perintah : Sefaklor (Ceclor) 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga. Berat anak 31 lb
(pound).

Label obat : cefaklor 125 mg/5 mL

Maka : Konversi pound menjadi kilogram (31 : 2,2 = 14 kg) Dosis = 20 mg x 14 kg =


280 mg/kg/hari 280 mg : 3 dosis = 93 mg/dosis. 93 x 5 mL = 3,7 mL 125

Berdasarkan Berat Badan Cara perhitungan dosis anak


berdasarkan berat badan :
Cara Clark : Dosis = Berat Badan (kg) x dewasa 70 Berdasarkan Luas Permukaan
Tubuh

Dalam memberikan obat kepada klien, tenaga kesehatan harus memperhatikan hal-hal berikut
1. Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
- Tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi yang tepat
terhadap order yang diberikan.
- Saat order tidak terbaca segera konfirmasi. Lakukan evaluasi jumlah dan cara pemberian
- Bila perawat tidak yakin cara pemberian dosis tanyakan langsung tim medis karena
tenaga kesehatan berhak dan bertanggung jawab atas klien
Pemberian Obat Dalam memberikan obat kepada klien, tenaga kesehatan harus memperhatikan hal-
hal berikut :

2. Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep.
- Permintaan dosis obat biasanya dengan angka
- Bila dosis obat yang tersedia dengan dosis yang diinginkan berbeda gunakan rumus
untuk menghitung dosis

Contoh 1

Bapak R membutuhkan 400 mg antibiotic sesuai Dengan resep yang ada, tablet antibiotic yang
tersedia Adalah 200 mg. Berapa antibiotic yang harus diberikan Pada bapak R

Jawab

- Jika tablet yang harus diberikan = X tablet


- Diketahui 1 tablet 200 mg
- Maka X = 400 mg
X = 400 mg/200 mg X = 2 tablet

Pemberian Obat

Contoh 2
Ibu X, 65 tahun, harus diberikan obat antiaritmia
(digoksin) sebanyak 0,25 mg per intra vena (IV).
Pada vial/kemasan obat tersebut tertulis
0,125 mg = 1cc. Berapa cc digoksin yang harus
diberikan untuk ibu X?

Pemberian Obat
Jawab

Digoksin yang harus ibu X terima = Y cc 0,125 mg = 0,25 mg 1 cc


Y 0,125 Y = 0,25 maka Y = 0,25
0,125 = maka Y = 2 cc

Menghitung dosis pada anak

Dosis yang diberikan pada anak-anak dihitung berdasarkan Berat badan anak atau luas
permukaan tubuh.

Contoh

Anak A, 2 tahun, membutuhkan parasetamol untuk menurunkan panasnya. Berat badan anak
A 10 kg. Dalam kemasan obat tercantum dosis untuk anak adalah 10 mg/kg berat badan.
jawab = misalkan anak A membutuhkan = a mg parasetamol maka a = 10 mg X 10 kg =
100mg

Gunakan Prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip lima benar dalam pengobatan
1. Benar Pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis obat
4. Benar waktu pemberian
5. Benar cara pemberian

Pemberian Obat Benar Klien


- Benar klien berarti bahwa obat yang diberikan Memang benar dan sudah
dipastikan harus diberikan Kepada klien.
- Kesalahan identifikasi klien dapat terjadi jika terdapat 2 orang klien dengan
nama yang sama atau mirip berada pada suatu ruangan atau unit. Untuk
menghindari kesalahan pemberian, cocokan nama klien pada papan nama dengan
rekam medik
BAB III
PENUTUP

Simpulan

Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(Unit Internasional).
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien.
Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang tepat.
Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan yang kita berikan.

Saran

Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan
kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis. Jadi, kita
sebagai perawat yang profesi professional harus mampu menguasai tentang dosis obat.
DAFTAR PUSTAKA

Mutschler, Ernst. 1999. Dinamika Obat Edisi 5. Bandung: Penerbit ITB.


Syarif, Amir, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Tjay, Tan Hoan, dkk. Obat-Obat Penting Edisi 6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Bram Marabunta, (2011). “Makalah Perhitungan Dosis Obat”. [online]


tersedia : http://brambutakala.blogspot.co.id/. [02 Januari 2016].
Sumber:file://localhost/E:/DOSIS/Joey'%20B%20Menghitung%20Dosis%20Maksimum.mht
Sumber:file://localhost/E:/ti2k's%20blog_%20DOSIS%20OBAT.mht
Sumber:file://localhost/E:/dosisdr.%20Suparyanto,%20M.Kes_%20LABEL%20DAN%20DOSIS
%20OBAT.mht.
Craven, RF., Hirnle, CJ. (2000). Fundamental of Nursing : Human Health and Function, 3rd Ed., New
York : Lippincott Pub.
Fulmer, T., Foreman, M., Zwicker, D. (2003). Medication in Older Adults, 1st Ed., Spiringer Pub. Comp.

Anda mungkin juga menyukai