Anda di halaman 1dari 12

FARMAKOLOGI

KELOMPOK 10
“PRINSIP PEMBERIAN OBAT”

DOSEN PENGAMPU :
Ns.Wiyadi,S.Kp.Msc

Anggota Kelompok :
Carcha Fikriati Mayandha (P07220221012)

Salwa Nurma Julianti (P07220221040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALTIM

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Farmakologi ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Ns.Wiyadi,S.Kp.Msc. Pada mata kuliah Farmakologi.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Prinsip Dalam Pemberian Obat” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Ns.Wiyadi,S.Kp.Msc. Selaku dosen pada
mata kuliah Farmakologi yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai mata kuliah yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Samarinda, 25 Februari 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. 12 PRINSIP BENAR PEMBERIAN OBAT........................................4
B. MACAM MACAM CARA PEMBERIAN OBAT..............................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................7
B. Saran.....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawat berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi
dengan dokter kepada pasien.Mereka bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan
yang aman.Untuk itu, perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas
atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan.Secara hukum perawat
bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak
benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien.Sekali obat
telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Secara umum, perawat memiliki peran sebagai advokat (Pembela) klien,
koordinator, kolaborator, konsultan, pembaharu dan perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan.Dalam manajemen terapi, perawat memiliki peran yang penting. Peran
sebagai kolaborator dan pemberi asuhan keperawatan, mewajibkan seorang perawat
memastikan bahwa kebutuhan pasien akan terapi dapat terpenuhi dengan tepat. Salah satu
pendekatan yang digunakan adalah dengan proses keperawatan, meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implemetasi dan evaluasi.

B. RUMUSAN MASALAH
a. 12 Prinsip benar pemberian obat
b. Macam macam cara pemberian obat

C. TUJUAN
a. Agar mahasiswa/i mengetahui 12 prinsip pemberian obat yang baik dan benar.
b. Agar mahasiswa/I bagaimana cara pemberian obat
BAB II

PEMBAHASAN

A. 12 PRINSIP BENAR PEMBERIAN OBAT


Perawat bertanggung jawab terhadap keamanan pasien dalam pemberian terapi, oleh karena
itu dalam memberikan obat, seorang perawat harus melakukan tujuh hal yang benar : klien yang
benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi
yang benar serta informasi yang benar.
1. BENAR PASIEN
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien dan meminta klien
menyebutkan namanya sendiri.Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa
(papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien
atau keluarganya.Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat
dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasiyang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.Jadi
terkait dengan klien yang benar, memiliki implikasi keperawatan diantaranya mencakup
memastikan klien dengan memeriksa gelang identifikasi dan membedakan dua klien dengan
nama yang sama.

2. OBAT YANG BENAR


Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Untuk menghindari
kesalahan, sebelum memberi obat kepada pasien, label obat harus dibaca tiga kali : (1) pada
saat melihat botol atau kemasan obat, (2) sebelum menuang/ mengisap obat dan (3) setelah
menuang/mengisap obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi. Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai
nama yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin,
quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst. Bagaimana implikasi keperawatannya?
Dapatkah saudara menyebutkannya?Benar, implikasi keperawatannya adalah pertama,
periksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah.Jika perintah tidak lengkap atau tidak
sah, beritahu perawat atau dokter yang bertangung jawab.Kedua, ketahui alasan mengapa
pasien mendapat terapi tersebut dan terakhir lihat label minimal 3 kali.

3. BENAR DOSIS
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya.Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker, sebelum dilanjutkan ke
pasien.Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan
mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa
oleh perawat lain. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi.
Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul
atau tabletnya. Misalnya dapat dilihat pada gambar dibawah, Diazepam Tablet, dosisnya
berapa? Ini penting !!karena 1 tablet amplodipin dosisnya ada 5 mg, ada juga 10 mg. Jadi
anda harus tetap hati tetap hati-hati dan teliti! Implikasi dalam keperawatan adalah perawat
harus menghitung dosis dengan benar.

4. RUTE YANG BENAR


Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.Obat dapat
diberikan melalui oral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

5. BENAR WAKTU
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat
harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d (tiga
kali sehari), q.i.d (empat kali sehari), atau q6h (setiap 6 jam), sehingga kadar obat dalam
plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½) yang panjang, maka
obat diberikan sekali sehari.Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali
sehari pada selang waktu yang tertentu.Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang
lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan (Kee and Hayes, 1996). Jika obat
harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberikan
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu/produk susu karena kandungan kalsium dalam susu/produk susu dapat
membentuk senyawa kompleks dengan molekul obat sebelum obat tersebut diserap. Ada obat
yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung
misalnya asam mefenamat.

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
1. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
2. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali
sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam
plasma tubuh dapat diperkirakan
3. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai
waktu paruh panjang diberikan sekali sehari dan untuk obat yang memiliki waktu paruh
pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu.
4. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau
bersama makanan
5. Memberikanobat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung
sehingga diberikan bersama-sama dengan makanan
6. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk
memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi
pemeriksaan obat.

Implikasi dalam keperawatan mencakup :


1. Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan ½ jam sebelum atau
sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
2. Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, diberikan sebelum
makan
3. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi mukosa lambung,
diberikan bersama-sama dengan makanan.
4. Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk
pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan
kontraindikasi pemberian obat.
5. Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke
apotik (tergantung peraturan).
6. Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam (misalnya
setiap 8 jam bila di resep tertulis t.i.d) untuk menjaga kadar terapeutik dalam darah.

6. BENAR DOKUMENTASI
Sebagai suatu informasi yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan media
komunikasi yang efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan pasien.
Disamping itu dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien
sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi
pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan.Dokumentasi merupakan suatu metode untuk
mengkomunikasikan suatu informasi yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan
kesehatan, termasuk pemberian obat-obatan.Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan
suatu kegiatan/aktivitas tertentu secara sah/legal.Pendokumentasian asuhan keperawatan
merupakan penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi
kesehatan klien termasuk data pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
keperawatan (Carpenito, 1998).
Dalam hal terapi,setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya atau obat itu tidak
dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
7. BENAR PENDIDIKAN KESEHATAN PERIHAL MEDIKASI KLIEN
Pasien harus mendapatkan informasi yang benar tentang obat yang akan diberikan
sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam pemberian obat. Perawat mempunyai tanggungjawab
dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama
yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik
dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah
pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat
dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb

8. BENAR HAK KLIEN UNTUK MENOLAK


Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan inform
consent dalam pemberian obat
1. Hak klien mengetahui alasan pemberian obat Hak ini adalah prinsip dari memberikan
persetujuan setelah mendapatkan informasi (informed concent), yang berdasarkan
pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan.
2. Hak klien untuk menolak pengobatan Klien dapat menolak untuk pemberian suatu
pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan,
alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar
klien mau menerima pengobatan. Jika suatu pengobatan ditolak, penolakan ini harus
segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter
harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti
dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil
pemeriksaan laboratorium, misalnya pada pemberian insulin atau warfarin.

9. BENAR PENGKAJIAN
Perawat selalu memeriksa tanda-tanda vital sebelum pengkajian.

10. BENAR EVALUASI


Perawat selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.

11. BENAR REAKSI TERHADAP MAKANAN


Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus
diminum sebelum makan (antecimuma.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus
diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasikilin dan sebaiknya ada obat yang harus
diminum setelah makan misalnya indomestamin.

12. BENAR REAKSI DENGAN OBAT LAIN


Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol sebelum diberikan dengan omeparazol
penggunaan pada penyakit kronis.Dari hasil observasi perawat dalam memberikan obat hanya
menjalankan 5-6 benar, dan pernah terjadi beberapa kali nyaris cedera, tapi tidak sampai
terjadi cedera bagi pasien (Utami, 2015).
Dengan menjalankan prinsip 12 benar dalam pemberian obat akan dapat mengurangi
adanya kesalahan medikasi dan mengurangi risiko yang akan terjadi kepada pasien.
Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan
pengetahuan dengan perilaku perawat dalam menjalankan prinsip pemberian obat dua belas
benar.

B. MACAM – MACAM CARA PEMBERIAN OBAT


Berikut adalah klasifikasi teknik pemberian obat:
 Per oral (PO) dalam sediaan : tablet, kapsul, tablet salut, sublingual, bukal, kunyah
puyer, sirup
 Secara suntikan/parenteral (intracutan, subcutan, intramuscular, intravena)
 Rectal
 Intra vaginal
 Obat luar (topikal), melalui paru paru/inhalasi
Berikut adalah penjelasan tentang klasifikasi teknik pemberian obat diatas :
1. Per oral (PO)
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan. Peroral adalah car ape,berian
obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit
sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
2. Sublingual
Adalah obat yang pemberiannya diletakkan di bawah lidah. Tujuannya adalah
efek yang dirasakan bias lenih cepat, karena pembuluh darah di bawah lidah
adalah pusat dari rasa sakit.
3. Bukal
Adalah obat yang pemberiannya di antara pipi dan gusi. Berikut adalah langkah
langkah pemberiannya :
 Minum dan berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan jika
mulutkering
 Letakkan tablet diantara pipi dan gusi atau gusi bawah
 Tutup mulut dan jangan menelan sampai tablet larut dengan sempurna
 Jangan makan minum atau merokok selama tablet belum larut
 Jangan berkumur atau mencuci mulut selama 15 menit setelah tablet larut
dengan sempurna
4. Tablet hisap
Adalah tablet yang digunakan dengan cara dihisap dengan mulut.Hisap tablet di
dalam mulut sampai habis.
5. Tablet efervescent
Tablet effervescent adalah tablet yang digunakan setelah dilarutkan dalam air.
Berikut adalah langkah pemberiannya :
 Masukkan tablet kedalam ½ -1 gelas air putih (air minum biasa)
 Tunggu sampai tablet larut
 Minum sampai habis
 Tambahkan air putih (air minum biasa) sedikit ke dalam gelas dan minum
lagi untuk memastikan bahwa seluruh obat terminum
6. Tablet kunyah
Adalah tablet yang digunakan dengan cara dikunyah lebih dulu kunyah tablet
dengan baik kemudian telan minum air putih (air minum biasa) untuk memastikan
bahwa seluruh obat telah tertelan seluruhnya.
7. Tablet salut
Adalah tablet yang dilapisi dengan bahan tertentu untuk tujuan khusus, misalnya
salut gula, salut selaput, salut enteric. Tablet ditelan secara utuh jangan dibagi
atau digerus/ dihancurkan.
8. Sirup/suspensi/emulsi
 Kocok dahulu suspensi/emulsi sebelum diminum
 Gunakan sendok takar, pipet takar atau tutup takar.
 Minum sesuai dosis dan cara pakai
 Perhatikan dengan baik volume pada sendok/tutup botol penakar atau alat
penetes untuk mendapatkan dosis yang tepat
9. Sirup kering
Adalah obat serbuk yang harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air minum
sampai batas tanda, sebelum digunakan. Jika batas tanda tidak ada, dapat meminta
bantuan apoteker di apotek untuk melarutkan , jumlah air ditakar dengan gelas
ukur.Suspensi atau larutan ini biasanya mengandung antibiotik, harus dihabiskan
dan hanya dapat digunakan maksimal 7 hari setelah dilarutkan atau sesuai
keterangan.
10. Parenteral
Adalah cara pemberian obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran
pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah.
Keuntungan :
 Efek timbul lebih cepat dan teratur
 Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau
muntah-muntah
 Sangat berguna dalam keadaan darurat
 Kerugian: dibutuhkan kondisi aseptis, menimbulkan rasa nyeri, tidak
ekonomis, membutuhkan tenaga medis
 Meliputi : intracutan, intra vena (iv), subcutan (sc), dan intramuskular (im)
a. Intracutan
Prinsipnya memasukkan obat kedalam jaringan kulit. Merupakan
pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah
dermis atau epidermis secara umum dilakukan pada daerah lengan
tangan bagian ventral.Biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas
tubuh terhadap obat yang disuntikkan agar menghindarkan pasien dari
efek alergi obat (dengan skin tes), menentukan diagnosa terhadap
penyakit tertentu (misalnya tuberculin test)
b. Subcutan
Adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu pada
jaringan konektif atau lemak di bawah dermis.
c. Intramuskuler
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Tujuan
pemberian obat dengan ini adalah absorbsi lebih cepat dibandingkan
dengan subcutan. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha, dengan
posisi berbaring, posisi tengkurap atau lengan atas, daerah ini digunakan
dalam penyuntikan karena massa otot yang besar, jauh dari syaraf.
Pemberian obat secara intramuskular sangat dipengaruhi oleh kelarutan
obat dalam air yang menentukan kecepatan dan kelengkapan absorbsi
obat. Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorbsi
d. Intravena
Memasukkan cairan obat langsung ke dalam pembuluh darah vena
waktu cepat sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah.
Tujuannya memasukkan obat secara cepat,mempercepat penyerapan
obat. Lokasi yang digunakan untuk penyuntikan :Lengan, Tungkai,
Leher, Kepala khusus anak-anak.
11. Rectal
Pemberian obat melalui anus/rectum/rectal dengan tujuan memberikan efek lokal
dan sistemik.Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti dulkolak
supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi .Contoh
yang efek sistemik pada obat aminofilin supositoria dengan berfungsi mendilatasi
bronkus.Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal.
12. Intra vaginal
Pemberian obat per vaginal merupakan cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui vagina yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi
obat dan mengobati saluranvagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk
krim dan supositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi local.
13. Topikal
Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, saleop,
tetes telinga dan lain-lain. Pemberian obat pada kulit merupakan cara memberikan
obat pada kulit dengan mengoleskan, bertujuan mempertahankan hidrasi,
melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi.
Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol dan
spray.
– Pemberian obat pada telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep.Obat tetes
telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya
pada telinga tengah dapat berupa antibiotic.

– Pemberian obat pada hidung


Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan
pada seseorang dengan peradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring

– Pemberian obat pada mata


Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata.Obat tetes
mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata.

14. Inhalasi
Cara pemberian obat dengan cara disemprotkan ke dalam mulut. Kelebihan dari
pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorbsi terjadi cepat dan homogen,
kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan
langsung kepada bronkus.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Pemberian Obat Oral adalah pemberian melalui mulut. Pada umumnya cara ini lebih disukai
karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk obat oral adalah bentuk tablet,
kapsul, dan syrup.

Obat dapat digolongkan kedalam Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Keras dan Obat
Narkotika, obat juga memiliki Efek Samping yaitu Efek suatu obat yang tidak termasuk terapi
dan Kontraindikasi yaitu suatu kondisi atau faktor yang  berfungsi sebagai alasan untuk
mencegah tindakan medis tertentu karena bahaya yang akan didapatkan pasien.

Dalam terapi pemberian obat perawat harus memperhatikan dosis yang dibutuhkan pasien dan
dalam memberikan obat oral harus berdasarkan prosedur yang tepat

SARAN
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat lebih memahami dan mengetahui tentang konsep
dan prinsip pemberian obat
DAFTAR PUSTAKA
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Farmakologi-dalam-
Keperawatan-Komprehensif.pdf

https://osf.io/nv32u/download/?format=pdf

https://www.ejournalwiraraja.com/index.php/JIK/article/download/1126/916/

https://osf.io/nv32u/download/?format=pdf

http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/prinsip-dan-teknik-pemberian-obat/

Anda mungkin juga menyukai