Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
NIM :7122001
D3 KEPERAWATAN
JOMBANG
Pertanyaan audiens untuk pemateri adalah:
1. Apa saja faktor yang menjadi penyebab kesalahan dalam pemberian obat?
3. Apa yang dilakukan perawat sebelum memberikan obat sesuai dengan pengkajian
7. Apabila pasien tidak mau diberi obat, bagaimana peran perawat terhadap mengatasi masalah
tersebut
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil untuk
diminum (oral) atau injeksi obat melelui pembuluh darah (parenteral), namun juga mengobservasi
respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat
sangan penting dimiliki oleh perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien.
Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan. Dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat sebagai pelaksana maksudnya seorang perawat dapat melaksanakan tindakan keperawatan
(tindakan kolaborasi) dalam pemberian obat dengan prinsip 5T, 1W, dan 5B.
5T yaitu :
Tepat pasien
Tepat dosis
Tepat pemakaian
Tepat waktu
Tepat obat
1W yaitu :
5B yaitu :
Persiapan
Perawat harus melihat obat yang akan diberikan. Kemudian mengkaji obat (tujuan pemberian
cara kerja efek samping dan lainnya). Setelah itu, melakukan persiapan yang berkaitan dengan pasien
yaitu mengkaji riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum pengobatan.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus
tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan :
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas ditempat tidur, atau
gelang identitas), atau ditanyakan kepada pasien sendiri atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon secara non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika
pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus diidentifikasi dari gelanga
tangannya.
Sebelum memberi obat, perawata harus memeriksa dosisnya. Jika ragu perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika
pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Keterangan :
Da = dosis anak
m = umur anak
Dd = dosis dewasa
Contoh 1
Anak usia 6 bulan, mengalami demam tinggi, untuk menurunkan panas anak tersebut mendapatkan
resep obat paracetamol, berapa dosisi yang diberikan untuk akan tersebut
Jawab:
Contoh 2
Pasien A mendapatkan antibiotik ceftriaxone 250 mg inj.via IV, obat yang tersedia dalam 1 vial
ceftriaxone berisi 1 gram = 1000 mg yang diuplos aquades 10cc . berapa jumlah yang diberikan?
Jawab :
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian
rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan
fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, dan inhalasi.
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak di pakai, karena ekonomis paling
nyaman dan aman. Obat dapat juga di absorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti
tablet ISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para di samping, enteron berarti usus, jadi parenteral
berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna yaitu melalui Vena (perset/perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya, salep, losion, krim, spray,
tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalu rute rektal berupa enema atau supositora yang akan mencair pada suhu
badan. Pemberian dilakukan untuk memperoleh efek seperti konstipasi (dulkolax supp), hemeroid
(enusol), pasien yang tidak sadar/kejang (stesolid supp). Pemberian obat parektal memiliki efek yang
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, pemberian obat melalui saluran pernapasan. Saluran napas memiliki epital untuk absorpsi yang
sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal terhadap salurannya,
misalnya salbotamo (ventolin), combivent, berotek untuk asma atau dalam keadaan darurat misalnya
terapi oksigen.
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang di perlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
Dokumentasi yang benar
Setelah obat itu diberikan, harus di dokumentasikan, dosis, rute, waktu, dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat di minum, harus dicatat.
Evaluasi
Perawat bertanggungjawab untuk memonitor respon pasien atau memantau efek kerja dari obat
setelah pemberiannya.