Anda di halaman 1dari 17

PENTINGNYA SIKAP DALAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN

MAKALAH
Untuk mengetahui tugas matakuliah Pendidikan Karakter
Yang dibina oleh Bapak Eddi Sudjarwo,SKepNs,MKep,

Disusun Oleh :
Kelompok 5D

1. Valentina Febrianti Fatma (P17210204154)


2. Flora Maharani (P17210204161)
3. Putri Aliviah Kurniawati (P17210204168)
4. Elliza Amirotunnisa’ (P17210204175)
5. Yuni Rahmawati Putri (P17210204182)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pentingnya Sikap Dalam Pendidikan Keperawatan”

Selama penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Pendidikan Karakter.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengucapkan


maaf jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis menyadari
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik serta saran yang
membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya pembaca sebagai tambahan pengetahuan.

Malang, 7 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perawat merupakan unsur penting guna mewujudkan masyarakat
sehat, baik secara fisik maupun psikis. Tugas utama perawat adalah
melakukan perawatan terhadap orang yang membutuhkan sehingga orang
tersebut dapat memperoleh derajat kesehatan yang diinginkan. Dengan tugas
berat tersebut, seorang perawat dituntut memilki kompetensi yang baik
dalam praktek keperawatan. Perawat harus mampu menyesuaikan
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Kenyataan di lapangan masih
banyak keluhan dari masyarakat atau pasien terhadap kualitas pelayanan
perawat di rumah sakit. Salah satu hal yang banyak disorot adalah kemampuan
perawat dalam menangani pasien secara cepat dan tepat tanpa memandang
status sosial ekonomi pasien. Hal ini penting karena perawat terkadang terlalu
prosedural sehingga pasien tidak tertangani secara baik.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu sikap yang profesional dalam diri
perawat. Untuk melahirkan perawat-perawat profesional diperlukan
suatu sistem pendidikan yang bemutu, yang berorentasi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat. Sistem
pendidikan sebaiknya dapat melahirkan perawat-perawat profesional, yang
tidak hanya memiliki kemampuan intelektual, tetapi juga memiliki
kemampuan dalam hal emosional, spritual dan psikomotor (skill). Oleh karena
itu dalam proses pendidikan keperawatan harus memperhatikan input, proses,
output/outcome dari proses pendidikan. Dengan pengetahuan dan pemahaman
tersebut diharapkan dapat terinternalisasi dalam diri mahasiswa keperawatan.
Mahasiswa keperawatan (calon perawat) tentunya menyadari bahwa
menjadi seorang perawat merupakan cita-cita yang memiliki banyak
manfaat khususnya bagi masyarakat. Niat tulus tersebut sangat penting
karena profesi perawat merupakan profesi yang berorentasi sosial (pelayanan).
Pemahaman dalam memaknai profesi perawat menjadi salah satu kekuatan
mahasiswa keperawatan untuk menjadi perawat yang professional.

3
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian sikap?
2. Apa saja komponen sikap?
3. Bagaimana proses terbentuknya sikap?
4. Bagaimana Tingkatan Sikap?
5. Bagaimana skala pengukuran sikap?
6. Apa saja sikap perawat yang harus dimiliki dalam merawat pasien?
7. Apa saja sikap karakteristik menjadi perawat yang baik?
8. Bagaiamana cara menumbuhkan sikap perawat agar tetap lestari?
9. Bagaimana masalah yang terjadi di masyarakat terkait sikap perawat?

1.3 Tujuan
Setelah mengikuti seminar tentang Pentingnya Sikap Dalam Pendidikan
Keperawatan maka diharapkan mahasiswa mampu untuk :
1. Mendefinisikan Sikap
2. Menyebutkan Komponen sikap
3. Menjelaskan proses terbentuknya sikap
4. Menyebutkan tingkatan sikap
5. Menyebutkan skala pengukuran sikap
6. Mengetahui sikap perawat yang harus dimiliki dalam merawat pasien
7. Memiliki sikap karakteristik menjadi perawat yang baik
8. Menumbuhkan sikap perawat yang baik agar tetap lestari
9. Mengatasi masalah dengan dengan baik dan bertanggung jawab.
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan keilmuan mahasiswa sehingga peningkatan ilmu
pengetahuan dalam mencari pemecahan permasalahan sikap dalam
pendidikan keperawatan.
2. Menjadikan mahasiswa sebagai calon perawat yang beretika dan bermoral.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sikap
Secara umum, sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal
aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang
memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan
objek sifat. Tekanannya pada kebanyakan penelitian dewasa ini adalah
perasaan atau emosi. Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi
warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan.
Dengan memahami atau mengetahui sikap individu, dapat diperkirakan respon
atau perilaku yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan. Sikap
adalah suasana perasaan atau sifat, dimana perilaku yang ditujukan kepada
orang, objek, kondisi, atau situasi, baik secara tradisional maupun nilai atau
keyakinan.
Sikap juga dapat diartikan sebagai pikiran dan perasaan yang mendorong
kita bertingkah laku ketika kita menyukai atau tidak menyukai sesuatu.
Sedangkan sikap sendiri mengandung 3 komponen yaitu : kognisi, emosi dan
perilaku serta bisa konsisten dan bisa juga tidak. Tergantung permasalahan apa
yang mereka hadapi. Kraus menemukan beberapa faktor yang memprediksi
konsistensi sikap dan perilaku seseorang yaitu: stabil sepanjang waktu,
dilakukan dengan keyakinan yang tinggi. Konsisten dengan reaksi emosi
seseorang ke arah perilaku, terbentuk karena pengalaman langsung, dan
mudah diingat.
Beberapa ahli juga banyak memunculkan berbagai pengertian sikap yaitu :
 Notoatmodjo S. (1997) : sikap adalah reaksi atau respon yang masih
tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
 Bimo Walgito, (2001) : sikap adalah organisasi pendapat,
keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang
disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut
untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

5
2.2 Komponen Sikap
Sikap yang ditunjukkan seseorang individu terhadap objek, mempunyai
struktur yang terdiri dari beberapa komponen.
Komponen sikap terdapat 3 komponen yang terbentuk suatu sikap secara
utuh (total attitude) yaitu : (Notoatmodjo, 2007).
a. Kognitif (cognitive)
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar
bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi
dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.
b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek
sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
objek tertentu.
c. Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam
diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.
Melalui tindakan dan belajar seseorang akan mendapatkan kepercayaan
dan sikap yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilakunya. Kepercayaan
merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu
yang didasari atas pengetahuan, pendapat dan keyakinan nyata. Sikap
menempatkan seseorang dalam pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai.
Melalui pengalaman baik dari diri sendiri maupun orang lain akan menjadi
bahan pertimbangan dan evaluasi untuk kedepannya. Respon kognitif, afektif
dan perilaku erat kaitannya dengan tahap pengambilan keputusan seseorang.
Respon kognitif seseorang berbeda dalam tahap mempelajari yaitu tahapan
mengenal masalah dan tahapan mencari informasi yang dibutuhkan untuk
mengatasi masalah tersebut. Tahapan ini disebut dengan tahapan afektif.
Setelah alternative dipilih orang itu akan menggunakan pilihan tersebut untuk
bertindak jika tindakannya sesuai dengan apa yang dikehendaki maka ia akan
menggunakan cara ini untuk kejadian berikutnya atau sebaliknya akan

6
memilih alternative lainnya jika tindakannnya tidak sesuai dengan apa yang
dikehendakinya.
2.3 Proses Terbentuknya Sikap
Sikap manusia tidak terbentuk sejak manusia dilahirkan. Sikap manusia
terbentuk melalui proses sosial yang terjadi selama hidupnya, dimana individu
mendapatkan informasi dan pengalaman. Proses tersebut dapat berlangsung di
dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Saat terjadi proses
sosial terjadi hubungan timbal balik antara individu dan sekitarnya.
Menurut azwar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi proses
terbentuknya sikap yaitu sebagai berikut :
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terdapat stimulus sosial. Middllebrook
(1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu
objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek
tersebut.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan
sikap orang yang dianggap penting. Keinginan ini antara lain di motivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut. Diantara orang yang biasanya dianggap
penting oleh individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih
tinggi, teman sebaya, teman dekat, suami istri, dll.
c. Pengaruh budaya
Kebudayaan menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagi masalah
karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita.
d. Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massaa
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila
cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu.

7
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap.
f. Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Peranan gender sangat mempengaruhi keadaan
emosional, perempuan menenkankan pada tanggung jawab dalam emosinya.
Perempuan merasa bertanggung jawab terhadap emosi orang lain. Mereka
sangat memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih mampu untuk
memahami perubahan emosional. Oleh sebab itu kaum perempuan biasanya
jauh lebih memiliki empati terhadap penderita orang lain ketimbang laki-laki.
Masyarakatnya memiliki stereotip bahwa laki-laki kurang mampu menghayati
perasaan emosionalnya. Adapun perempuan sangat menghayati emosinya.
Laki-laki mudah menyembunyikannya. Oleh sebab itu maka perempuan
cenderung menganggap bahwa perempuan lebih mudah merasakan takut,
cemas dan sedih dari pada laki-laki. Sedangkan laki-laki dianggap lebih
mudah untuk marah.
Pembentukan sikap seorang individu juga dipengaruhi oleh adanya
interaksi dengan sekitarnya melalui proses yang kompleks. Gerungan (2004:
166-173) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
seorang individu yang berasal dari faktor internal dan eksternal.
• Faktor internal pembentuk sikap adalah pemilihan terhadap objek yang
akan disikapi oleh individu, tidak semua objek yang ada disekitarnya itu
disikapi.
• Faktor eksternal mencakup dua pokok yang membentuk sikap manusia,
yaitu: 1) Interaksi kelompok, pada saat individu berada dalam suatu kelompok
pasti akan terjadi interaksi. 2) Komunikasi, melalui komunikasi akan
memberikan informasi. Informasi dapat memeberikan sugesti, motivasi dan
kepercayaan.

8
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa
pengalaman pribadi dan keadaan emosional. Pengalaman terhadap suatu objek
yang memberikan kesan menyenangkan atau baik akan membentuk sikap yang
positif, pengalaman yang kurang menyenangkan akan membentuk sikap
negatif. Sedangkan faktor emosional, lebih pada kondisi secara psikologis
seorang individu, perasaan tertarik, senang, dan perasaan membutuhkan akan
membentuk sikap positif, sedangkan perasaan benci, acuh, dan tidak percaya
akan membentuk sikap negatif. Sedangkan faktor eksternal pembentuk sikap,
mencakup pengaruh komunikasi, interaksi kelompok, dan pengaruh
kebudayaan.
2.4 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2007). Sikap
terdiri dari berbagai tingkatan :
1. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek.
2. Merespon (responding)
Diartikan bahwa sikap individu dapat memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (vauling)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah.
4. Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan yang paling tinggi.
2.5 Skala Pengukuran Sikap
1. Skala Likert 
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan juga persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial
sebagai subjek objek penelitian. Dengan menggunakan skala Likert, maka

9
variabel bisa dijabarkan menurut urutan variabel – sub variabel (dimensi)
– indikator – deskriptor. Deskriptor dalam hal ini dapat dijadikan untuk
membuat butir instrumen berupa pernyataan atau pertanyaan yang perlu
dijawab oleh responden.

2. Skala Guttman 
Skala Guttman  atau skala scalogram merupakan skala kumulatif. skala ini
sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi atau
atribut universal.  Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot
lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya.
Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel yang
multidimensi. Dalam skala ini terdapat beberapa pernyataan yang
diurutkan secara hierarki untuk melihat sikap tertentu seseorang. Jika pada 
awal pernyataan jawaban seseorang sudah mengatakan tidak terhadap
pernyataan sikap tertentu, maka kemungkinan dia akan menyatakan tidak
di deretan pernyataan berikutnya. . Jadi, skala Guttman adalah skala yang
digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Selain
itu, urutan atau hierarki pernyataan sangat jelas dalam skala ini.
3. Skala Semantik Differensial 
Skala yang memiliki karakteristik bipolar tersebut mempunyai tiga
dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek itu menurut Iskandar (2000 :
154), yakni Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu objek. Lalu,
Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
suatu objek. Dan terakhir yakni, Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan suatu
objek. 
4. Rating Scale
Bedanya dengan skala sebelumnya,  pada rating scale data yang kita
dapatkan adalah data mentah berupa angka yang nantinya ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Rating scale juga digunakan untuk mengukur
sikap, gejala atau fenomena sosial misalnya : ekonomi, kinerja karyawan,
motivasi pegawai, dll. Contohnya yakni ingin mengetahui motivasi kerja
karyawan saat pandemi.
5. Skala Thurstone
Pernyataan atau pertanyaan pada Skala Thurstone Skala Thurstone
meminta responden untuk memilih pernyataan yang ia setuju saja dari
beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan dengan pandangan yang
beda. [ CITATION NhK21 \l 1033 ]
2.6 Sikap Yang Harus Dimiliki Dalam Merawat Pasien

10
Menjadi seorang perawat harus mempunyai berbagai keahlian, baik soft skill
dan hard skill yang mempuni. Hal ini karena tugas pokok dari seorang perawat
adalah melakukan tindakan keperawatan terhadap orang yang membutuhkan.
Dalam bekerja seorang perawat akan terus berhadapan dengan seorang pasien.
Oleh karena itu, seorang perawat harus mempunyai sikap yang profesional
saat bekerja.
Nilai atau sifat apa saja yang harus dimiliki seorang perawat? Berikut 5 sifat
wajib yang harus dimiliki seorang perawat:
1. Memiliki sifat kasih saying
2. Memiliki sifat empati
3. Memiliki sifat dapat dipercaya
4. Memiliki sifat pengertian dan pengabdian
5. Memiliki sifat ringan tangan
2.7 Sikap Karakteristik Menjadi Perawat Yang Baik
Profesi perawat termasuk ke dalam pekerjaan yang mulia namun berat,
selain harus mampu merawat orang lain dalam keadaan apa pun, mereka juga
harus mempunyai keahlian khusus serta berkarakter. Meski telah banyak
sekolah keperawatan mulai dari SMK hingga perguruan tinggi, namun tidak
sedikit lulusan tersebut dapat bekerja menjadi seorang perawat.
Membangun semuanya itu tidak bisa dilakukan dalam sekejap waktu,
butuh waktu bertahun-tahun agar melekat seluruh keahlian, sifat, karakter dan
mental pada seorang perawat. Oleh sebab itu, bangunlah minimal 10 karakter
perawat berikut ini untuk menjadi tenaga kesehatan yang profesional
1. Peduli
Pondasi dasar yang harus dimiliki seorang perawat adalah peduli atau care.
Terdengar sederhana namun pada praktikkan hal tersebut tidak mudah untuk
dilakukan.
2. Ahli
Setelah mempunyai sifat atau karakter peduli, seseorang yang hendak menjadi
perawat harus mempunyai keahlian sesuai dengan bidang keilmuwan dan
landasaan kelimuan yang benar.
3. Etis

11
Seorang perawat wajib mempunyai kode etik dan memahami landasan hukum
untuk melindungi diri sendiri dan pasien ketika menjalankan Asuhan
Keperawatan yang dapat dipertanggungjawabakan secara keilmuwan dan
hukum.
4. Terampil
Keterampilan sangat penting dimiliki oleh perawat karena perawat tidak hanya
membutuhkan keperdulian, keahlian dan etik saja melain harus bisa
melakukan apa saja ketika sedang bekerja.
5. Aktif dan Komunikatif
Menjadi seorang perawat harus bisa aktif dan komunikatif, oleh sebab itu
penting untuk mengikuti organisasi atau seminar dengan tujuan
mengembangkan wawasan terbaru serta menjalin keakraban ke sesama
perawat.
6. Telaten
Hukumnya mutlak seorang perawat harus telaten karena hal ini sangat
berkaitan dengan kesembuhan dan kenyamanan pasien. Apa bila seorang
perawat tidak telaten dalam merawat pasien maka hal ini sangat fatal.
7. Teliti
Seorang perawat harus mempunyai ketelitian luar biasa ketika sedang bekerja.
Mulai dari hitungan tetes infus hingga membuat jadwal minum obat dan
makan pasien pun harus sudah secara otomatis dijalankan tanpa melewatkan
runutan pekerjaan.
8. Sabar
Kesabaran seorang perawat haruslah lebih luas daripada semudera sekali pun,
mengingat seorang perawat selain siap 24 jam membantu dokter juga harus
berhadapan langsung dengan pasien 24 jam pula.
9. Ramah
Apa jadinya jika perawat tidak mempunyai keramahan sama sekali? Isinya
judes, marah-marah dan tidak peduli? Bisa-bisa banyak pasien yang harus
pindah rumah sakit atau mengganti perawat tersebut.
10. Kreatif

12
Menjadi seorang perawat juga harus dituntu untuk kreatif dalam arti dapat
memanfaatkan berbagai sumber daya sebaik mungkin guna menunjang
kesehatan atau kesembuhan pasien.
2.8 Cara Menumbuhkan Sikap Perawat Agar Tetap Lestari
Sikap Perawat Yang Harus Dimiliki dalam Merawat Pasien Perawat harus
memiliki sifat memberi kasih sayang terhadap sesama, terutama bagi orang
yang membutuhkan , misalnya pada pasien yang dirawatnya. Setiap perawat
harus memiliki sikap prihatin terhadap kebutuhan yang diperlukan
pasien,memberikan rasa aman pada pasien, bukan malah menimbulkan
kecemasan, kegelisahan, dan rasa takut. Perawat harus ramah,suara lembut,
murah senyum terhadap semua orang, paling tidak pasien yang sedang sakit
akan merasa senang, simpati,dan tidak menilai perwat itu judes atau mahal
senyum dan juga menghindar ucapan kasar yang dapat menyinggung perasaan
pasien. Setiap perawat memiliki harus dapat dipercaya karena dengan
kepercayaanlah harga diri dan kepribadian seseorang dapat dinilai serta
memiliki sikap percaya diri, jangan minder.
Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk
mengaplikasikan proses keperawatan pada saat perawat dan pasien
berinteraksigunamencapai tujuan asuhan keperawatan. Sebagai calon perawat
profesional harus siap menghadapi era globalisasi yang semakin terus
berkembang dengan adanya ilmu dan pengetahuan teknologi. Dan Kita harus
mempunyai suatu komitmen yang kuat untuk mewujudkan sikap-sikap yang
mencerminkan sikap profesionalisme. Dalam memberikan asuhan
keperawatan, tidak hanya melakukan tindakan sesuai prosedur tapi juga
membutuhan komunikasi yang dapat memfasilitasi hubungan yang efektif
antara perawat dengan klien.Perawat harus menyadari dan ikhlas bahwa
pekerjaannya untuk orang lain untuk membantu penyembuhan dimana
pekerjaannya adalah pekerjaan yang sangat mulia.Dari keikhlasan dan
kesadaran tadi maka sikap perawat yang baik-baik akan tetap lestari.

13
BAB III
MASALAH DAN PEMBAHASAN

Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah semua


upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan pelanggannya dengan
jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan baik oleh pasien, ditentukan
oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien,
dengan menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan yang diterima
(memuaskan atau mengecewakan, juga termasuk lamanya waktu pelayanan).
Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali datang,
sampai pasien meninggalkan rumah sakit.

Ketidakpuasan pasien diartikan sama dengan keluhan terhadap rumah sakit,


berikut pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatannya (dokter, perawat,
apoteker, psikolog dan lainnya) dan struktur sistem perawatan kesehatan (biaya,
sistem asuransi, kemampuan dan prasarana pusat kesehatan dan lain-lain).Pasien
mengharapkan interaksi yang baik, sopan, ramah, nyaman dengan tenaga
kesehatan, sehingga kompetensi, kualifikasi serta kepribadian yang baik dari
pelayan kesehatan. Faktor utama dalam mempengaruhi kepuasan pasien adalah
lengkapnya peralatan medik, bangunan dan fasilitas rumah sakit yang memadai,
kelengkapan sarana pendukung dalam pelayanan.

Fenomena yang sering terjadi di beberapa rumah sakit, terutama berkaitan dengan
pelayanan perawat adalah:

1. Adanya kesenjangan antara kualitas pelayanan perawat ideal dengan perawat


aktual. Hal ini disebabkan karena tuntutan pasien tinggi, atau karena disebabkan
rendahnya kemampuan perawat, atau lemahnya pengetahuan dan ketrampilan
perawat dalam melayani pasien. Mengingat tugas perawat sangat penting, yaitu
melaksanakan tugas pelayanan medis seperti diagnosis, perawatan, pengobatan,
pencegahan akibat penyakit, pemulihan kesehatan serta melaksanakan rujukan,
maka upaya perbaikannyapun terutama untuk peningkatan kualitas agar pasien
merasakan kepuasan harus terus dilakukan. Seorang perawat diharapkan memiliki

14
kompetensi meliputi pengetahuan, ketrampilan, pribadi yang menunjang sebagai
perawat yang tercermin dari perilaku, sesuai prinsip Service Quality

2. pasien biasanya mempunyai pengalaman tidak menyenangkan, bahkan


menakutkan ketika datang ke Rumah Sakit, karena pelayanan yang didapatkan
tidak maksimal dan cenderung merugikan pasien dan hal tersebut bisa
menimbulkan ketidakpuasan. Pernyatan pasien yang terangkum, menyampaikan
bahwa perawatnya terkesan terburu-buru dan menakut-nakuti atas penyakit yang
diderita pasien, perawat yang cuek dan kurang informatif.

3. Perawat dalam memberikan pelayanan pasien , terkadang terpengaruh


karakteristik yang dimiliki oleh pasien, mulai dari umur, jenis kelamin,
pendidikan, penghasilan atau pekerjaan, dan lain sebagainya mungkin akan
membuat situasi pelayanan yang diberikan oleh perawat berbeda karena pasien
bisa saja mempunyai harapan yang berbeda berdasarkan karakteristik yang
mereka miliki. Perawat diharapkan mampu memahami karakteristik pasien
berdasarkan hal-hal yang bersifat pribadi sampai pada jenis penyakit yang diderita
pasien, sebagai suatu referensi perawat dalam melakukan pendekatan kepada
pasien.

4. Ketidak puasan pasien yang paling sering diungkapkan dalam kaitannya dengan
sikap dan perilaku petugas RS, antara lain keterlambatan pelayanan dokter dan
perawat, dokter sulit ditemui, perawat kurang komunikatif dan informatif,
lamanya proses masuk rawat inap, tutur kata, keacuhan serta ketertiban dan
kebersihan di lingkungan RS .

5. Kurang maksimalnya pelayanan yang dilakukan oleh perawat dikarenakan


jumlah pasien yang tidak seimbang dengan jumlah perawat [ CITATION ANJ09 \l
1033 ]

15
Sumber
Kirana, N. (2021, Juni 25). thetastatistik.com. Retrieved from

Bibliography
Kirana, N. (2021, Juni 25). thetastatistik.com. Retrieved from
http://www.thetastatistik.com/apa-saja-skala-yang-bisa-mengukur-sikap/

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . September :


Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI, T. P. (Januari). Standart Luaran Keperawatan Indonesia 2019. Jakarta


Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

W.D, A. (2009 ). KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP .

http://www.thetastatistik.com/apa-saja-skala-yang-bisa-mengukur-sikap/

16

Anda mungkin juga menyukai