Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

“KOMUNIKASI PADA ANAK”


Dmk: N.Kainama,S.SiT,M.Kes

Di susun Oleh:
kelompok 1
1. Amir Hamdi Tuhuteru
2. Andi Riswandi Sahadin
3. Jia Rumbaru
4. Naca Kelutur

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN AJARAN 2019/2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas penyertaan-Nya sehingga penyusun makalah komunikasi
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugaas mata kuliah
“KOMUNIKASI PADA BAYI” tingkat 1 semester ganjil. Makalah ini
diharapkan dapat membantu dalam proses memperoleh hasil optimal
dalam pencapaian kompetensi berkomunikasi. Tim penyusun juga
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, sehingga
kami berharap untuk mendapatkan masukan yang konstruktif dan motivatif
dari berbagai pihak, dari dosen mata kuliah dalam penyempurnaan
makalah ini.

Masohi, 3 September 2019

Tim Penyusun

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian dari aktivitas kehidupan manusia yang
memiliki peranan sangat vital. Dalam kehidupan sosial, masing-masing
manusia tidak bisa dilepas dari jerat kebutuhan komuniasi. Begitu pula dengan
perawat, yang tidak lain merupakan salah satu profesi pelayanan kesehatan
untuk masyarakat. Bisa dikatan bahwa perawat memiliki waktu yang paling
lama dalam berinteraksi dengan pasien ketimbang petugas kesehatan lainnya
(Pribadi Zen MH, 2013).
Komunikasi merupakan wahana yang digunakan perawat untuk
mengenal klien, menetapkan kebutuhan dan bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (Ermawati dkk, 2009).
Kemampan komunikasi pada anak merupakan saah satu indikator
perkembangan anak. Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat
perkembangan anak dalam beraktivitas dengan lingkungannya (Mundakir,
2006).
Komunikasi dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak. Komunikasi
verbal seperti ekspresi vokal dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak atau
menangis. Komunikasi non-verbal sering disebut sebagai bahasa tubuh, seperti
isyarat, gerak-gerik, lenggak-lenggok, ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi
terhadap sesuatu, sedangkan komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi
artistik (seni), simbol, photografi dan cara memilih pakaian. Hanya karena
komunikasi abstrak memungkinkan menggunakan penguasaan dan
pengontrolan kesadaran melibihi komunikasi verbal (bersifat subyektif), maka
komunikasi abstrak kurang dapat dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang
sebenarnya, khususya dalam berkomunikasi dengan anak-anak (Mundakir,
2006).

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja petunjuk berkomunikasi dengan bayi dan anak ?
2. Bagaimana komunikasi pada bayi dan anak sesuai tahap
perkembangannya?
3. Bagaimana bentuk komunikasi pra-bicara pada bayi dan anak?
4. Apa saja pendekatan umum pada anak sebelum melakukan
pemeriksaan?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi bayi dan anak?
6. Bagaimana teknik berkomuikasi dengan bayi dan anak?
7. Apa saja peran bicara dalam komunikasi anak ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Petunjuk Komunikasi Dengan Bayi dan Anak


a. Petunjuk Komunikasi dengan Bayi
1. Bicara dengan suara yang wajar
Ini merupakan cara yang alami untuk membantu bayi membedakan
berbicara di lingkungan yang tenang dengan di tempat yang ramai.
2. Bicara saat suasana tenang
Hindari bicara saat anak menangis. Sebaiknya, ia ditenangkan lebih
dahulu.
3. Kurangi suara-suara yang tidak perlu
Misalnya, kecilkan suara musik saat bicara dengan bayi.
4. Gendonglah bayi
Atau ambil posisi sejajar dengan bayi, kemudian bicara sambil saling
menatap mata.Misalnya, anda sedang menari dengan bayi, katakan
anda dan bayi sedang menari.
5. Ekspresi jelas
Berbicaralah dengan ekspresi jelas. Apakah anda sedang gembira atau
mengkhawatirkannya.
6. Kenali sinyal-sinyal dan bahasa tubuh bayi
Apakah ia sudah ingin berhenti atau masih ingin beraktivitas.
7. Pusatkan perhatian pada respon bayi
Tanggapi pesan-pesan yang disampaikannya melalui bahasa tubuh
atau ekspresi wajahnya.
8. Gunakan komunikasi positif, jelas dan konsisten.
Untuk membantu bayi menyerap suara orang tua. Ini dapat
membimbing bayi memahami maksud orang tua.
9. Jadilah pendengar aktif
Menunjukkan minat dan menghargai lawan bicara sangatlah penting
dalam berkomunikasi. Apakah anda pendengar yang baik atau bukan,

4
bayi akan meniru apa yang ia lihat. Anda model bagi si kecil untuk
menjadi pendengar aktif.

b. Petunjuk Komunikasi pada Anak


1. Pilih waktu yang tepat supaya anak merasa senang dengan keberadaan
perawat.
2. Berikan senyuman yang lembut serta pandangan mata yang
memancarkan persahabatan kepada anak.
3. Berkomunikasi melalui transisi objek, semisal menggunakan boneka.
4. Berikan kesempatan kepada anak guna berbicara tanpa harus
mengikutsertakan keluarga.
5. Atur posisi, supaya saat berkomunikasi perawat bisa bertatapan
dengan enak.
6. Bicara yang jelas dan spesifik menggunakan kata-kata yang sederhana
atau mudah dicerna oleh anak.
7. Berikan pujian sekaligus motivasi terhadap anak supaya berani
berbicara.
8. Gunakan taknik komunikasi yang variatif.
9. Harus jujur kepada anak dan pastikan untuk menghindari memberikan
janji yang tidak mungkin bisa ditepati atau dilaksanakan.

B. Komunikasi pada Bayi dan Anak Sesuai Tahap Perkembangannya


a. Masa bayi
1. Belum bisa berkomunikasi dengan kata-kata. Komunikasi yang
digunakan adalah komunikasi non verbal.
2. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan suara yang bisa
diinterpretasikan oleh orang-orang disekitarnya, seperti menangis,
yang bisa jadi menunjukan lapar, sakit, pembatasan gerak, atau
kesepian. Adapun tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan
mengusap, berbicara halus, menggendong, atau dipangku.
3. Ketika bayi berumur 6 bulan, perilaku yang basa dilakukan adalah
menggerak-gerakkan tangan dan kaki. Gerakan itu dilakukan guna,

5
menarik perhatian orang-orang disekitarnya. Adapun tindakan yang
bisa dilakukan adalah dengan menepuk tubuh dengan perasaan.
4. Ketika bayi berusia diatas 6 bulan, biasanya selalu berpusat pada diri
dan ibunya. Saat itu, bayi merasa takut pada orang asing.
b. Anak usia kurang 5 tahun
1. Sangat egosentris. Melihat sesuatu hanya dengan sudut pandangnya
sendiri (komunikasi yang berpusat pada dirinya sendiri).
2. Takut ketidaktahuan. Guna mengatasinya, beritahuan apa yang akan
terjadi pada dirinya, bagaimana merasakannya serta diberi kesempatan
guna menyentuh atau memegang alat yang menarik perhatiannya.
3. Belum lancar dalam berbicara. Pergunakkan kata-kata yang simpel,
singkat, dan dikenal oleh anak dalam berkomunikasi serta berikan
pujian mengenai hal-hal yang sudah dicapainya.
4. Sering-seringlah berpandangan dengan mata sejajar kepada anak.
c. Usia sekolah
1. Pada umunya, saat menemui masalah, mereka hanya percaya pada apa
yang dilihat dan diketahui tanpa membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
2. Anak usia ini sangat memerhatikan keberadaan tubuhnya. Mereka
sangat peka terhadap segala sesuatu yang diasumsikan bisa
mengancam atau menyakiti tubuhnya.
d. Anak usia remaja
1. Mulai memiliki pola pikir dan tingkah laku, sebagai penanda
peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
2. Apabila sedang mengalami stres, biasanya akan mendiskusikan
masalah tersebut dengan teman sebaya atau orang dewasa diluar
keluarganya.
3. Menolak sesorang yang diasumsikan dapat menjatuhkan harga
dirinya. Untuk hal ini, berikan mereka support dan pengertian agar
jangan melakukan interupsi. Selain itu, hindari ragam bentuk
ertanyaan yang berpotensi menimbulkan rasa malu.

C. Bentuk Komunikasi Pra-Bicara pada Bayi dan Anak

6
Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan
bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara. Selama satu setengah
tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk
komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi prabicara yakni
1. Tangisan
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu
cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan
dunia luar. Melalui tangisan dia memberitahu kebutuhannya seperti lapar,
dingin, panas, lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhanya
segera dipenuhi, bayi hanya akan menangis bila ia mmerasa sakit atau
tertekan. Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti
tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini. Setelah berusia 2
minggu, kebanyakan kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat
tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam
menanggapinya. Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan menurun
pada usia 6 bulan karena keinginan dan kebutuhan mereka cukup
terpenuhi. Frekuensi tangisan seharusnya menurun sejalan dengan
meningkatnya kemampuan berbicara.
2. Ocehan dan Celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ ocehan “ (cooing) atau “
celoteh “ (babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang
disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘suara’. Ocehan ini
terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit,
menguap, bersin, menangis, dan mengeluh. Sebagian ocehan akan
berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celotehan
merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang dan sebagian bayi
mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat
antara bulan ke -6 dan ke-8.
Nilai celoteh :
a. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan
gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh
mempercepat keterampilan berbicara.

7
b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagian dari
kelompok sosial.
3. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi:
a. Mendorong putting susu dari mulut artingya kenyang/tidak lapar
b. Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
c. Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian dan mandi artinya
tidak suka akan pembatasan gerak.
4. Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman muka.
Contoh :
a. Gembira: mengendurkan badan, mengankat tangan/kaki, tersenyum
dan marah.
b. Marah : menegakkan badan, gerak membanting tangan atau kaki,
roman muka tegang dan menangis.

a. Pendekatan Umum pada Anak Sebelum Melakukan Pemeriksaan


1. Ajak berbicara orang tua terlebih dahulu sebelum melangsungkan
komunikasi dengan anak.
2. Lakukan komunikasi dengan metode cerita atau teknik lainnya supaya
anak mau berkomunikasi.
3. Berikan mainan kepada anak sebelum masuk kedalam inti pembicaraan.
4. Berikan kesempatan terhadap anak guna memilih tempat pemeriksaan
yang diinginkan.
5. Lakukan pemeriksaan dari yang sederhana ke kompleks serta pastikan
bahwa pemeriksaan yang dilakukan tidak menyebabkan anak menjadi
trauma.

8
6. Hindari pemeriksaan yang berpotensi menimbulkan ketakutan pada diri
anak. Selain itu, berikan kesempatan kepada anak guna memegang alat
alat periksa.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Bayi dan Anak


A. Pada Bayi
1. Fase prelinguistic / pralinguistik
Terjadi pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun
pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa
baik isi, bentuk, dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya
bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum
berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif dari pada terencana.
Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan
belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka
mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi
harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap
suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan
audiologi. Selanjutnya, intervensi direncanakan untuk membangun
lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati
dan bereaksi terhadap suara.
2. Kata pertama
Terjadi pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa
utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi
pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat
pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya
pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif,
adanya kontrol, dan interpretasi emosional di periode ini akan
memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama
mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian
di seputar lingkungan awal anak.
3. Kalimat pertama
Terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi
banyak dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan

9
komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar
umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan
kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya
dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi,
bentuk, dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan
semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai
bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya.
Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk
kata benda dan kata kerja.
4. Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
5. Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai
meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan
perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir
konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan peristiwa serta dapat
menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan pemakaian
bentuk fonem dewasa
B. Pada Anak
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Usia pertumbuhan
5. Status kesehatan anak
6. Sistem sosial
7. Saluran
8. Lingkungan

a. Teknik Berkomuikasi dengan Bayi dan Anak


A. Pada Bayi
1. Verbal

10
a. Dengan cara menimang-nimang saat tidur dan menyanyikannya
lagu.
b. Dengan cara merespon tangisannya.
c. Mengajak bicara setiap akan melakukan suatu hal
2. Non Verbal
a. Dengan cara sentuhan.
b. Dengan nada suara.
c. Dengan ekspresi.
B. Pada Anak
1. Verbal
a. Menulis
Menuis adalah satu alternative pendekatan komunikasi bagi
anak, remaja muda dan praremaja. Untuk memulai suatu
percakapan perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan
dan mungkin juga untuk membaca beberapa bagian. Dengan
menulis anak-anak lebih riil dan nyata.
b. Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi berharga
melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi
gambar adalah bahwa anak-anak mengungkapkan tentang dirinya.
c. Gerakan Gambar Keluarga
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan
anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya
tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambar
kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar
keluarga.

d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis
gambar yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah
sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga.

11
Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-
orang
2. Non Verbal
a. Teknik orang ketiga
Teknik semacam ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang
ketiga, semisal “ia” atau “mereka”. Teknik tersebut sangat
membantu guna mengurangi perasaan terancam pada diri anak
dibandingkan dengan bertanya secara langsung pada diri mereka.
Cara semacam ini sangt efektif guna memberikan kesempatan
kepada anak guna memilih setuju tanpa ada keinginan untuk
bertahan.
b. NLP (Neuro Linguistik Programming)
Pendekatan ini dilakukan untuk mengerti proses suatu
komunikasi, yaitu dengan memperhatikan cara, gaya, atau
kelakuan individu. Seorang perawat bisa menggunakan sensoris
yang sama guna meningkatkan hubungan sekaligus
mengomunikasikan informasi yang lebih efektif, seperti jenis
orang :
1) Tipe Visual (penglihatan)
Orang yang biasa memanfaatkan alat bantu visual, seperti
diagram dan ilustrasi.
2) Tipe Mendengar (Pendengaran)
Orang yang biasa menggunakan kata-kata atau suara.
3) Tipe kinestetis
Orang yang memiliki kecenderungan belajar dari manipulasi
objek.

c. Facilitative Responding
Mendengarkan secara seksama sama sekaligus membayangkan
kembali perasaan pasien dan isi pernyataan anak.
d. Story Telling (Bercerita)

12
Fungsi cerita tidak hanya membantu membuka pikiran anak, tetapi
berguna untuk mengubah menghilangkan rasa takut dan persepsi
anak.
e. Bibliotherapy
Adapun petunjuk umum bagi seorang perawat dalam
menggunakan bibliotherapy adalah:
1) Jajaki perkembangan emosi serta pengetahuan anak
2) Hayati isi buku serta sesuaikan dengan tingkat usia anak.
3) Menikmati buku tersebut bersama anak.
4) Menyisir secara lebih mendalam mengenai isi yang terkandung
dalam buku tersebut kemudian ceritakan kembali.
f. Fantasi
Bentuk khusus dari bibliotherapy adalah menggunakan
dongeng fantasi, penting bagi seorang perawat untuk memberikan
penjelasan terhadap anak mengenai arti dari cerita dongeng
tersebut.
g. Mimpi
Salah satu cara pada ilmu psikoterapi guna mengatasi
penafsiran mimpi dengan menanyakan kepada anak atau orang tua
mengenai mimpi yang dialaminya.
h. Three Wishes
Tiga permintaan merupakan salah satu teknik yang sangat
efektif serta merupakan salah satu strategi guna mengundang
anak-anak kedalam suatu komunikasi.

E. Peran Bicara Dalam Komunikasi Bayi dan Anak


A. Pada Bayi
1. Merupakan ungkapan sayang pada bayi.

13
Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga
lambat laun bayi akan menirukannya.
Mengajak bicara bayi akan merangsang kinerja syaraf otak dan
pendengaran untuk merangsang syaraf pada indera pengecapan.
Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa
diabaikan dan merasa selalu diperhatikan.
B. Pada Anak
1. Persiapan fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak,
terutama dalam hal kematangan mekanisme bicara. Pertumbuhan
organ-organ bicara yang kurang sempurna sangat mempengaruhi
kemampuan bicara anak.
2. Persiapan mental
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang
antara 1 sampai 18 bulan,saat yang tepat di ajak bicara. Meskipun bayi
tidak dapat merespon dengan kata-kata, namun suara atau bicara yang
kita tunjukan pada bayi akan menjadi stimulus bayi dan akan direspon
dengan bahasanya sendiri, misalnya dengan senyum atau tertawa.
3. Model untuk ditiru
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara adalah
stimulus suara. Ucapan-ucapan yang sering kita sampaikan kepada
bayi menjadi model yang bisa ditiru oleh bayi pada perkembangan
bicara selanjutnya. Dengan demikian ucapan-ucapan yang kita
sampaikan hendaknya ucapan yang baik dan mendidik.
4. Kesempatan praktek/ untuk berlatiAgar bayi atau anak dapat segera
bicara, maka bayi perlu diajarkan atau diberikan untuk meniru kata-
kata yang sering kita ucapkan.

5. Motivasi dan tantangan


Ajaran dan dorongan bayi untuk mengucapkan dan apa yang bisa
diucapkan oleh bayi. Dalam hal ini perlu disadari bahwa yang
diucapkan bayi belum sempurna, mungkin yang keluar baru berupa

14
suara-suara atau kata-kata yang belum jelas sehingga butuh kesabaran
dan ketelatenan dalam mengajarkan bicara kepada bayi/anak.
6. Bimbingan
Upaya untuk membantu keterampilan bicara anak dapat dilakukan
dengan cara : menyediakan model yang baik, mengatakan dengan
perlahan dan jelas, serta membetulkan kesalahan yang diucapkan si
anak.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan
yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan
komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti
oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja,
perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara
berkomunikasi dengan anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan
faktor yang mempengaruhi komuikasi.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam
menjaga hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan. Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu
memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan - hambatan
yang mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi
dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut.
Pembagian rentang 19 umur dapat dibedakan atas bayi (0-1), toddler (1-3),
anak-anak pra sekolah (3-5), anak usia sekolah (5-12).

16
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati., dkk. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta:


Trans Info Media.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zen, Pribadi. 2013. Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan


Profesional. Yogyakarta: D-Medika.

17
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul MELAKUKAN
KOMUNIKASI PADA PADA BAYI dan ANAK-ANAK
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasia meridoi segala usaha kita. Amin

Aceh Besar, November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumuan Masalah........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Petunjuk Komunikasi Dengan Bayi dan Anak.............................. 3
A. Petunjuk Komunikasi dengan Bayi........................................... 3
B. Petunjuk Komunikasi pada Anak.............................................. 4
2.2 Komunikasi pada Bayi dan Anak Sesuai Tahap
Perkembangannya.......................................................................... 4
A. Masa bayi.................................................................................. 4
B. Anak usia kurang 5 tahun.......................................................... 5
C. Usia sekolah.............................................................................. 5
D. Anak usia remaja....................................................................... 5
2.3 Bentuk Komunikasi Pra-Bicara pada Bayi dan Anak.................... 6
2.4 Pendekatan Umum pada Anak Sebelum Melakukan
Pemeriksaan................................................................................... 7
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Bayi dan
Anak............................................................................................... 8
A. Pada Bayi.................................................................................. 8
B. Pada Anak.................................................................................. 9
2.6 Teknik Berkomuikasi dengan Bayi dan Anak................................ 10
A. Pada Bayi.................................................................................. 10
B. Pada Anak.................................................................................. 10
2.7 Peran Bicara Dalam Komunikasi Bayi dan Anak.......................... 13
A. Pada Bayi.................................................................................. 13
B. Pada Anak.................................................................................. 13

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15


A. Kesimpulan.................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

ii

Anda mungkin juga menyukai