Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BOLA KECIL : BOLA KASTI

Disusun Oleh :

Nama : Mifta D. T. Tuanaya

Kelas : VII 2

Tugas : PENJAS

SMP NEGERI 2 MASOHI


TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr,Wb.

Puji dan Syukur seraya kita panjatkan kehadirat Alloh SWT tuhan semesta alam, karena
kudrot dan irodatnya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Bola
Kecil / Bola Kasti”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kita selaku umatnya hingga
akhir zaman.

Tidak lupa ucapan rasa terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini. Sehingga
pembuatan makalah ini bisa berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada halangan suatu apapun
.
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis dalam
menganalisis perkembangan kognitif.

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan penulis, kami mohon maaf apabila
dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah ini,
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Wassalamualaikum Wr,Wb.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT

BAB II PEMBAHASAN

A. Permainan Kasti
B. Peraturan dalam Permainan Kasti
C. Teknik dan Taktik Permainan Kasti
D. Tujuan dan Manfaat Bermain Kasti

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia adalah mutu pendidikan.
Sampai saat ini, mutu pendidikan Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan
negara maju dan berkembang lainnya. Rendahnya mutu pendidikan, berimplikasi pada
rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) (Anik, 2010). Rendahnya SDM, mengakibatkan
kurang kompetitifnya Bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi.
Menurut Degeng (dalam Anik 2010), manusia yang dapat ‘hidup’ di abad 21 adalah manusia
yang kompetitif, cerdas, dan siap menghadapi perubahan. Oleh karena itu, dunia pendidikan
mendapatkan sorotan tajam untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.
Kualitas seseorang dalam hal ini peserta didik khususnya siswa Sekolah Dasar sangat
dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang diperoleh. Kegiatan pembelajaran yang efektif
dan efisien menjadi hal yang penting untuk di aplikasikan. Pengaplikasian materi pelajaran
oleh narasumber (guru) menuntut adanya penerimaan yang jelas oleh siswa. Tanpa ada
respons atas stimulus yang diberikan, mustahil materi yang disampaikan dapat dipahani
optimal oleh peserta didik. Senada dengan usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik
(guru), pemerintah dalam hal ini telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan mutu
pendidikan sains di Indonesia. Usaha yang dilakukan berupa pengembangan model-model
pembelajaran, pengembangan media pembelajaran, penataran bagi guru, penyediaan sarana-
prasarana yang menunjang pembelajaran sains, dan pelatihan-pelatihan (Depdiknas, 2004;
Ida, 2008; Anik 2010).
Pengembangan model pembelajaran, penggunaan media serta pelatihan yang dilakukan
tentu membutuhkan suasana belajar yang baik. Trends International Mathematics and
Sciences Study (TIMSS), lembaga yang mengukur hasil pendidikan di dunia, melaporkan
bahwa kemampuan sains peserta didik SD Indonesia berada pada peringkat ke-32 dari 38
negara Nurhadi, et al., 2004 (dalam Anik, 2010). Laporan Programme For International
Student Assessment (PISA) 2003, menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei, untuk
bidang sains, Indonesia menempati peringkat ke-38 (Depdiknas, 2005:36; Anik, 2008). Hasil
ini tentu bukan hal yang mengembirakan mengingat usaha optimal sudah dilakukan.
Kekurang sempurnaan hasil ini, tidak menutup kemungkinan karena suasana belajar yang
kurang mendukung sebagai salah satu bentuk penunjang proses belajar mengajar. Suasana
belajar mencangkup keadaan ekstern (lingkungan) dan keadaan intern (fisik) pendidik dan
peserta didik. Untuk tetap menjaga kestabilan kondisi tersebut, perlukan dilakukan beberapa
kegiatan yang mampu menjaga bahkan meningkatkan kondisi tersebut. Kegiatan yang
dimaksud adalah pendidikan mengenai usaha untuk tetap menjaga kebugaran jasmani. Hal ini
penting dilaksnakan mengingat dengan kondisi fisik yang baik, tidak hanya pendidik tetapi
juga para siswa akan dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk
menghasilkan outputberupa insan cerdas berkarakter guna kemajuan bangsa dan negara
Indonesia. Dengan demikian mengajarkan pendidikan jasmani kepada peserta didik menjadi
salah satu strategi dalam meningkatkan kondisi esensial belajar mengajar di dalam kelas.
Berdasarkan uraian diatas, diperlukan suatu bentuk realisasi nyata untuk dapat
menunjang sekaligus meningkatkan kualitas belajar siswa. Bentuk usaha yang dimaksudkan
dapat berupa pengoptimalan berbagai teori-teori dan praktik langsung terkait dengan
pendidikan jasmani. Menyimak lebih dalam mengenai hal yang dipaparkan di atas, penulis
bermaksud memberikan sebuah gagasan berupa pembuatan karya tulis (makalah) yang
berjudul “Permainan Bola Kasti”. Karya tulis ini diharapkan mampu membeberikan
tambahan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UNDIKSHA mengenai pendidikan jasmani
terutama mengajarkan teknik permainan bola kasti dalam aplikasi pendidikan jasmani di SD
nantinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diuraikan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan permainan bola kasti?
2. Bagaimanakah peraturan dalam permainan bola kasti?
3. Bagaimanakah taktik dan takti dalam permainan bola kasti?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembuatan karya tulis ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pengertian permainan bola kasti.
2. Mendeskripsikan peraturan dalam permainan bola kasti.
3. Mendeskripsikan taktik dan taktik dalam permainan bola kasti.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari luaran karya tulis ini sebagai berikut.
1. Bagi siswa
Mampu dipahaminya pengertian dan deskripsi mengenai permainan bola kasti, sehingga
mampu menciptakan pemahaman yang lebih mendalam mengenai permainan bola kasti
untuk
2. Bagi Penulis
Menambah pemahaman mengenai permainan bola kasti untuk dapat dilakukan
implementasi dalam konteks belajar mengajar di bangku perkuliahan.
3. Bagi Pembaca
Menambah wawasan baru mengenai permainan bola kasti dalam konteks pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permainan Kasti
Permainan kasti merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sangat populer
di Indonesia jauh sebelum zaman penjajahan Jepang. Bahkan pada zaman Belanda juga sudah
dikenal masyarakat. Pada waktu itu permainan kasti sering dipertandingkan dalam kejuaraan
antar sekolah, sehingga permainan ini sangat dikenal dan diajarkan di sekolah-sekolah dasar
maupun menengah dan bahkan di masyarakat. Oleh karena itu, permainan kasti dikenal
sebagai permainan tradisional. Pada acara nasional permainan ini pernah dipertandingkan,
tetapi belakangan ini mulai kurang dikenal dan terpingirkan akibat muncul dan
berkembangnya teknologi yang semakin menganaktirikan permainan tradisional.
Apabila kita perhatikan dari sifat permainan, ada yang berpendapat negatif, yaitu akan
menjadikan anak dendam terhadap teman yang menjadi lawan mainnya. Ini mungkin saja
terjadi bila di sekolah itu guru hanya memberikan permainan kasti tanpa mempertimbangkan
aspek pendidikan jasmani, sehingga guru tidak melaksanakan pendidikan jasmani
melaluipermainan kasti.

B. Peraturan dalam Permainan Kasti


Peraturan permainan kasti di Indonesia sebenarnya sudah disusun yang ada sekarang
ini. Akan tetapi karena tidak ada induk organisasinya, maka peraturan kasti ini banyak
dimodifikasi oleh daerah-daerah sehingga beberapa peraturan sedikit berbeda. Walaupun
demikian peraturan permainan ini dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan
permainan.
1. Lapangan Kasti Dua Tiang Hinggap
Lapangan kasti berbentuk persegi panjang dengan luas ± 60 x 30 m (tidak
mutlak).5 m dari panjang lapangan digunakan untuk ruangan penjaga belakang,
pemukul, pelambung, dan tempat pemain pemukul. Lapangan dilengkapi dengan tiang
penyelamat dengan jarak 5 m dari garis pemukul dan garis samping. Sedangkan tiang
hinggap ada 2buah, masing-masing 10 m dari tiang lainnya, 10 m dari garis belakang
dan 5 m dari garis samping.
Semua garis batas dinyatakan dengan kapur, tali, bilah, atau dengan cara
menggali tanah tidak lebih dari 3 cm. Pada keempat sudut lapangan dan pertengahan
garis samping dipasangkan bendera. Tinggi tiang bendera sekurang-kurangnya 1,5 m
dari tanah. Dalam pertandingan, di luar garis (batas) harus ada tanah kosong dengan
lebar sekurang-kurangnya 5 m, sedang untuk di luar garis sebelah kiri 10 m. Penonton
harus berada di luar tanah kosong tersebut.
Bendera disiapkan untuk setiap sudut lapangan dan tanda tengah
lapangan. Untuk tiang hinggap juga terdiri dari tiang yang diberi bendera yang tidak
mudah tercabut sewaktu pelari memegangnya.
2. Kayu Pemukul
Kayu pemukul terbuat dari kayu yang panjangnya 50 – 60 cm. Penampang
bulat telor (oval), lebar tidak lebih dari 5 cm, dan tebal 3,5 cm. Panjang pegangannya
antara 15 – 20 cm, tebal 3 cm, dan boleh dibalut. Kayu pemukul tidak boleh diganti
dengan bahan logam atau benda lainnya. Setiap regu dibenarkan menggunakan kayu
pemukulnya masing-masing, asal memenuhi syarat yang tersebut di atas.
3. Bola
Bola yang digunakan adalah bola kasti, terbuat dan karet atau kulit, dengan ukuran
lingkaran 19 – 20 cm, dan beratnya 70 – 80 gram. Bola yang terlalu tinggi
pantulannya seperti bola tenis tidak baik untuk kasti. Yang terbaik adalah bola yang
tidak terlalu kenyal dan tidak terlalu keras.
4. Lama Bermain
Lama pertandingan kasti sekurang-kurangnya 2 x 20 menit dan selama-lamanya 30
menit, dan tidak terhitung waktu istirahat ± 10 menit.
5. Regu
Setiap regu terdiri atas 12 orang pemain. Salah seorang ditunjuk menjadi (kapten)
regu. Semua pemain memakai nomor dada yang tampak jelas. Sebelum pertandingan
dimulai, kapten regu menyerahkan daftar nama pemain dengan nomor urutnya kepada
wasit. Giliran memukul bola berdasarkan urutan nomornya. Selama pertandingan
urutan nomornya tidak boleh diubah. Wasit membolehkan adanya penggantian
seorang pemain.
6. Wasit
Sama seperti permainan lainnya, wasit bertugas memimpin jalannya pertandingan. Ia
harus memegang teguh aturan-aturan main dan menjaga agar aturan-aturan diikuti
dengan seksama oleh pemain. Petunjuk dan keputusannya adalah mutlak harus ditaati.

Nilai-nilai dicatat oleh seorang penulis yang dibantu oleh seorang pembantu, di bawah
pengawasan wasit. Penulis dan pembantunya berdiri di luar lapangan, dekat dengan
batas antara ruang pemukul dan ruang bebas.
7. Tempat Pemain
Sebelum pertandingan dimulai, diadakan undian oleh wasit untuk menentukan regu
mana yang akan menjadi regu pemukul atau regu lapangan. Selain dengan cara
mengundi, wasit juga dapat menentukan mana regu pemukul dan regu lapangan
dengan suit.
 Regu Pemukul
Regu pemukul berkumpul dalam ruang bebas. Setelah dipanggil nomornya oleh
penulis, pemukul mengambil tempat di dalam bujur sangkar tengah, dan siap
untuk memukul. Pelempar pertama memulai permainan dengan melemparkan bola
dari dalam ruangan lempar dan berusaha melemparkan bola sejauh mungkin
dalam daerah lemparan dan tidak keluar dari lapangan, maka lemparan dianggap
betul. Setelah melemparkan bola ia dapat lari ke tiang 2 bila ia sanggup, tetapi
dapat pada tiang 1 sebagai penyelamat. Bila ia lari ke tiang 2 sebelum sampai ke
tiang tersebut ia dilempar oleh regu penjaga dan tidak kena maka ia boleh kembali
masuk ke ruang bebas dan ia memperoleh nilai 2 kalau itu hasil lemparannya
sendiri dan nilai 1 bila lemparan temannya. Tetapi bila ia kena maka terjadi
penggantian permainan tidak bebas, penjaga lapangan dapat nilai 1 bila ia berhasil
menangkap bola lemparan dari pelempar. Pemain akan diganti dengan tidak
bebas, kalau regu pelempar kena lemparan yang sah oleh salah seorang regu
lapangan.
 Regu Lapanga
Anggota regu lapangan menempati tempatnya yang telah ditentukan sebelumnya
oleh pemimpin regu. Mereka dibenarkan berdiri di mana saja di luar atau di dalam
lapangan, dengan ketentuan:
a. Tidak boleh berdiri di ruang bebas
b. Tidak boleh ada pemain lain di dalam ruang pemukul, kecuali pelambung dan
pembantunya,
c. Jalan lurus dan ruang pemukul ke tiang pertolongan tidak boleh dirintang.
8. Peringatan
Bila pemukul menunjuk suatu tempat lambungan bola, pelambung harus
memenuhinya. Bila pemukul tidak menunjuk tempat lambungan, bola yang
memenuhi syarat harus dipukul. Pemukul tidak boleh meminta lambungan bola di luar
(melewati garis pukul) ruang pukul.
9. Banyaknya Pukulan
Setiap anggota dari regu pemukul hanya berhak atas satu pukulan saja. Pembebas
adalah pemain dan regu pemukul yang mendapat giliran memukul pada saat anggota
regu lainnya sedang berdiri di dalam lingkaran tiang pertolongan atau tiang bebas. Ia
mendapat hak memukul 3 kali.
10. Mendapat Nilai
Seorang pemukul mendapat nilai 2, bila dapat lari dari ruang pemukul ke tiang bebas
dan kembali ke ruang bebas dengan selamat, atas pukulannya sendiri. Jika perjalanan
kembali ke ruang bebas dilakukan dalam 2 atau 3 bagian dan pukulannya betul, maka
pelari akan mendapat nilai 1.
Setiap anggota regu lapangan akan mendapat nilai 1 bila dapat melakukan satu kali
tangkap bola. Bila pada akhir pertandingan jumlah nilai kedua regu sama besar, maka
regu yang mendapat nilai lari terbanyak yang dinyatakan menang.
11. Meninggalkan Ruang Bebas
Keluar dan ruang bebas dengan maksud akan turut bermain (ada dugaan akan terjadi
pertukaran tidak bebas), tidak dibenarkan. Hukuman atas pelanggaran ini, dinyatakan
“pertukaran bebas”.
12. Bola Tangkap
Setiap bola yang terpukul dan dapat ditangkap oleh pemain lapangan sebelum
mengenai tanah, dinyatakan sebagai bola tangkap, dan penangkap mendapat nilai 1.
13. Pukulan Betul atau Salah
Pukulan dikatakan betul bila bola dipukul melewati garis pukul dan menyentuh tanah
pada lapangan atau tidak keluar lapangan. Pelari tidak diperbolehkan lari ke tiang
bebas, tetapi ia harus berhenti di tiang pertolongan sampai salah seorang temannya
memukul bola.
14. Melanjutkan Lari
Pelari yang dengan pukulan salah berada pada tiang pertolongan, ia dapat melanjutkan
larinya bila ada giliran pukulan dari temannya. Ia boleh terus lari pada tempat yang
dituju.
15. Bola Mati
Bola dikatakan mati apabila: Bola sudah pada tangan pelambung, pukulan salah,bola
hilang, dan terjadi pertukaran bebas.
16. Bola dalam Permainan
Bola dalam permainan bila: Sehabis memukul, Sesudah pukulan luncas (salah) lalu
bola dimainkan oleh regu lapangan, ada tanda dari wasit.
17. Bola hilang
Bola hilang kalau bola tidak dapat diambil regu lapangan, atau bola jauh ke daerah
penonton, dan peluit wasit menentukannya.
18. Bertukar Tempat Bebas Tidak Bebas
Apabila regu pemukul kena lemparan maka saat itu regu pemukul langsung menjadi
regu lapangan, dengan segera ia dapat melempar lawannya yang berusaha untuk
menyelamatkan dirinya ke ruang bebas serta tiang pertolongan. Pertukaran juga bisa
terjadi bila regu pemukul memegang bola walaupun pada saat menerima bola yang
akan dipukul. Begitu juga halnya bila pemain lapangan sudah masuk lebih dulu ke
dalam ruangan bebas sebelum temanya melempar (lemparannya tidak sah), atau regu
pemukul lebih dulu ke luar sebelum temannya akan dilempar.
19. Pertukaran Bebas
Pertukaran bebas terjadi bila:
 Regu lapangan memiliki 3 bola tangkap dalam satu babak
 Pukulan pembebas tidak berhasil dan dibakar oleh regu lapangan
 Pemukul ke luar ruang bebas tidak untuk memukul
 Kayu pemukul lepas
 Pelari yg tidak menyentuh tiang bebas masuk kembali ke ruang bebas.

C. Teknik dan Taktik Permainan Kasti
1. Teknik Individu
Dalam keterampilan individu semua permainan kecil yang menggunakan bola kecil
hampir sama, hanya saja dalam permainan kasti dengan 2 tiang hinggap adalah dasar
permainan untuk mempergunakan taktik bermain bagi individu, tetapi taktik ini juga
sangat berhubungan dengan keterampilan dasar yang sudah dikuasainya, yang akan
menimbulkan kepercayaan diri dalam melakukan suatu taktik, yaitu bagaimana
menghindari lemparan regu lapangan sehingga sulit untuk dilempar. Adapun teknik
perorangan permainan kasti secara umum:
o Teknik jalan dan lari.
o Teknik melempar.
o Teknik menangkap.
o Teknik melambungkan.
o Teknik memukul.
o Teknik mengelak (membungkuk, melompat, meliuk)
Teknik dan taktik dalam permainan kasti yang utama bagi regu pemukul adalah; sudah
menguasai teknik memukul yang baik sehingga ia dapat mengarahkan bolanya
kemanapun yang ia suka, yaitu dengan membentuk posisi kakinya dan mengarahkan
bahu ketempat sasaran yang akan dituju. Mungkin bola akan dipukul kuat, pelan, dan
mungkin hanya menyentuhkan pemukulnya saja pada bola dan kemudian ia akan
melanjutkan dengan teknik berlari yang baik, apakah ia akan berlari berbelok-belok
atau membungkuk atau juga melompat.
2. Taktik Regu Lapangan
Taktik bagi regu lapangan adalah menjaga bola yang datang padanya dapat ditangkap
dengan baik sehingga dapat menghasilkan satu nilai. Di samping teknik menangkap
bola yang datang padanya sebagai kiriman dari temannya untuk dilanjutkan melempar
pelari yang sedang berlari. Bagi mereka yang mempunyai keyakinan lemparannya
tidak akan menghasilkan maka ia akan mengirim bola pada temannya, dan mereka
akan mengepung lawannya. Jadi usaha regu penjaga adalah bagaimana agar regu
pemukul dapat dilempar atau seluruh bola yang dipukulnya dapat ditangkap, dan
dapat melempar regu pemukul.

D. Tujuan dan Manfaat Bermain Kasti


Tujuan dan manfaat bermain kasti bagi pendidikan jasmani antara lain:
 Melestarikan budaya olahraga tradisional bangsa kita.
 Dapat mengembangkan berbagai macam fungsi tubuh.
 Meningkatkan sikap sportivitas antar pemain atau teman.
 Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan.
 Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam
aktivitas yang terorganisasi.
 Dapat menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama yang baik
 Belajar berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.
 Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas.
 Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam
aktivitas suatu permainan.
 Mendapatkan olahraga yang murah meriah.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik simpulan-simpulan sebagai berikut.
1. Permainan kasti dikenal sebagai permainan tradisional yang merupakan salah satu
cabang olahraga permainan yang sangat populer di Indonesia jauh sebelum zaman
penjajahan Jepang dan sempat diadakan kejuaraan nasional yang akhir-akhir ini
keberadaan sedikit berkurang.
2. Pada awalnya peraturan bola kasti sudah diatur di Indonesia, akan tetapi karena tidak
ada induk organisasinya, maka peraturan kasti ini banyak dimodifikasi oleh daerah-
daerah sehingga beberapa peraturan sedikit berbeda.
3. Untuk dapat melaksanakan permainan bola kasti dengan baik diperlukan taktik dan
teknik individu dan regu penjaga lapangan (kelompok).

B. Saran
Permainan kasti ini ada yang berpendapat agak negatif, salah satunya yaitu akan
menjadikan anak dendam terhadap teman yang menjadi lawan mainnya. Ini mungkin saja
terjadi bila di sekolah itu guru hanya memberikan permainan kasti tanpa
mempertimbangkan aspek pendidikan jasmani, sehingga guru tidak melaksanakan
pendidikan jasmani melaluipermainan kasti.
DAFTAR PUSTAKA

Anik, dkk. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum dan Seting Kooperatif Terhadap
Hasil Belajar Sains Siswa Kelas V SD. Singaraja: Tidak diterbitkan.
Anonim. 2011. Permainan Bola Kasti. Tersedia pada. tugas2kuliah.wordpress.
com/2011/12/16/makalah-keolahragaan-permainan-bola-kasti/ diunduh tanggal 16 Maret
2013.
Anonim. 2011. Bola Kasti.
http://ajiezaenulamry.blogspot.com/2015/08/makalah-tentang-permainan-bola-kasti.html

Anda mungkin juga menyukai