Anda di halaman 1dari 4

Naskah Drama Putri Mandalika (Nyale)

Alkisah pada zaman dahulu kala di Pantai Selatan Pulau Lombok berdirilah sebuah kerajaan yang
bernama Tonjung Bito. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja bernama Tonjang Beru dengan
permaisyuri bernama Dewi Seranting. Raja Tonjang Beru mempunyai seorang puteri yang bernama
Puteri Mandalika. Dengan parasnya yang cantik, anggun, dan bijaksana. Inilah kisah puteri Mandalika

ADEGAN I

Setting : Kerajaan, Pagi hari

Tonjang Beru : “Wahai puteri ku, Mandalika..sekarang kau sudah semakin dewasa apakah kau tidak
ingin menikah dan memberikan keturunan untuk kerajaan kita?”

Dewi Seranting : “iya putriku, jika engkau tidak menikah lalu siapa yang meneruskan kerajaan kita?”

Puteri Mandalika : “iya ayahanda...ibunda, akan puteri pikirkan terlebih dahulu”

Tak lama, datanglah pelayan di ruang utama kerajaan

Pelayan : “Salam Hormat Baginda Raja, saya datang membawa kabar bahwa para pangeran yang
ingin melamar sang puteri telah tiba di halaman kerajaan. Namun sudah ada tamu di pendopo yang
ingin menemui Baginda Raja.”

Tonjang Beru : (mengibaskan tangan kepada pelayan,pelayan pun pergi meninggalkan ruang utama
kerajaan) “Mandalika, para pangeran dari berbagai negri sudah berada di halaman kerajaan. Ayah
akan pergi menemui tamu terlebih dahulu. Kamu, segeralah bersiap diri dengan para dayang.”

Putri Mandalika : “Baik ayahanda...baik ibunda...” (sambil menunduk memberikan hormat)

Kemudian puteri Mandalika pergi meninggalkan tempat bersama dayang-dayangnya.

ADEGAN II

Setting : Halaman Kerajaan, Pagi hari

Datanglah para pangeran dari kerajaan Datu, Mali, Pane, dan Daha di halaman kerajaan.

Pangeran Datu : “Tuan Puteri akan memilih ku, bukan kalian!”

Pangeran Mali : (Pangeran Mali menghampiri) “Jangan bermimpi engkau!! Hanya aku yang pantas
menikah dengan tuan puteri.”

Pangeran Pane : (Pangeran Pane menghampiri) “Percuma kalian berdebat, Tuan Puteri hanya mau
dengan orang sepertiku”

Pangeran Daha  : (Pangeran Daha menghampiri) ”Arghhh berisik kalian, mana mau Tuan Puteri
menikahi pangeran-pangeran lemah seperti kalian. Hanya akulah yang pantas untuk Tuan Puteri”

Pangeran Datu : “Baiklah daripada kita berdebat,lebih baik kita buktikan saja di dalam siapa yang
akan mendapatkan hati tuan puteri.” (sambil berjalan menuju ke istana kerajaan)
ADEGAN III

Setting : Kerajaan, Siang Hari

Disisi lain puteri bersama dayang-dayangnya sedang berbincang-bincang.

Dayang 1 : “Puteri saya dengar-dengar para pangeran yang ingin melamar Tuan puteri sangatlah
tampan”

Dayang 2 : “Iya puteri saya pun tak sabar melihatnya”

Dayang 3 : “Tapi puteri, ketampanan saja tidak menjamin semua kebutuhan puteri...jadi puteri harus
memilih yang paling kaya raya”

Dayang 4 : “Kalau tuan puteri tidak bisa memilih pangeran-pangeran itu, biar buat saya saja puteri
pangerannya..iya kan dayang-dayang??” (sambil tertawa kecil)

Tiba-tiba datanglah seorang pelayan yang menemui sang puteri

Pelayan 2 : “Salam hormat Tuan puteri Mandalika, saya ingin menyampaikan bahwa para pangeran
yang ingin melamar Tuan Puteri sudah tiba di istana kerajaan”

Puteri Mandalika : “Persilahkan mereka untuk masuk kemari”

Pelayan 2 : “Baiklah Tuan Puteri..” (hormat menunduk dan mundur perlahan meninggalkan sang
puteri)

Para pangeran langsung masuk menemui sang puteri, dan puteri pun untuk menyambutnya. Para
dayang memberikan ekspresi tersipu dan malu-malu mengejek sang puteri. Para pangeran pun
bergantian untuk memperkenalkan diri kepada sang puteri.

Pangeran Datu : “Hai puteri, aku adalah pangeran Datu dari kerajaan Lipur. Aku datang kesini ingin
melamarmu Tuan Puteri. Kerajaanku sangat luas, dan memiliki kekuatan militer yang kuat. Dan
engkau harus menjadi permaisyuri ku.”

Pangeran Mali : “Tidak, tidak bisa..kau harus menjadi permaisyuriku Tuan Puteri. Aku terlahir dari
kerajaan terkaya, namaku Mali. Ya Maliawang, aku terlahir dari kerajaan yang memiliki kekayaan
tiada batasnya, kau akan hidup enak dengan ku Tuan puteri.”

Pangeran Pane : “Hahaha buat apa kekayaan dengan harta yang melimpah apabila diri sendiri tidak
memiliki ketampanan yang elok sepertiku. Akulah pangeran Pane dari kerajaan Johor,
ketampananku sudah terkenal di seluruh penjuru dunia. Tidak ada yang bisa mengalahkan
ketampananku. Puteri akan sangat beruntung apabila mempunyai kakanda sepertiku.”

Pangeran Daha : “Hahhhh! Percuma kalian berbangga diri. Kerajaan kalian tidak ada apa-apanya
dengan kerajaan ku. Akulah sang Daha, pangeran terhormat dari kerajaan Kuta. Kerajaanku adalah
kerajaan paling besar dan paling dihormati diseluruh negeri. Sekali kutendang habis kalian. Jangan
berani-berani kalian bersaing denganku, atau kuhancurkan kerajaan kalian.”
Pangeran Datu   : “Sudah, sudah. Dari pada kita berdebat, bagaimana kalau kita adu rayuan saja
untuk mendapatkan hati Tuan putri,”

(Pangeran Datu pun maju mendekati sang putri)

Panggeran Datu : “Oke aku duluan. Ehm.. ehm.. Tuan Puteri tau tidak saat..saat apa yang paling
kakanda tunggu-tunggu?”

Putri Mandalika : “Adinda tidak tau kakanda. Saat apa itu?”

Pangeran Datu : “Saat bahagia ku...duduk berdua denganmu hanyalah bersamamu. “(Sambil
bernyanyi dan memberikan mawar merah)

Pangeran Mali : (Pangeran Mali pun maju menepis tangan Pangeran Datu) “Tidak, tidak bisa... Kau
harus jadi miliku Tuan Puteri. Kakanda punya satu pertanyaan, adinda tau tidak bila..bila apa yang
kakanda inginkan saat ini?”

Putri Mandalika : “Bila kita tidak bertemu?”

Pangeran Mali : “Tidak seperti itu adinda, nila yang kakanda inginkan saat ini adalah... Bila nanti
saatnya tlah tiba..kuingin kau menjadi istriku..berdua bersama mu dalam terik dan hujan berlarian
kesana kemari dan tertawa..namun bila saat berpisah ...” (sambil menggandeng sang puteri, namun
disela oleh pangeran Pane)

Pangeran Pane   : “Sssssttt..diam kau, memang engkau itu lebih pantas untuk berpisah dengan
Mandalika, karena akulah yang tetap memelukmu erat saat kau berfikir mungkinkah berpaling,
akulah yang nanti menenangkan badai agar tetap tegar kau berjalan nanti” (sambil menyampirkan
selendang di bahu sang puteri)

Pangeran Daha : “Ashhh..nanti nanti, memang tidak ada diantara kalian yang pantas untuk
mendapatkan tuan puteri. Hanyalah aku, hanyalah diriku yang pantas untukmu tuan puteri..karena
sampai habis umurku sampai habis usia,maukah dirimu jadi teman hidupku kau yang satu dihati kau
yang teristimewa maukah dirimu hidup denganku...katakan yes i do jadi teman hidupku, katakan yes
i do hiduplah denganku, jadi teman hidupku....” (sambil memberikan buket bunga kepada sang
puteri)

Dayang 1234 : “Terima tuan puteri, terima tuan puteri” (bersorak-sorak kegirangan)

Puteri Mandalika : “Cukup diam kalian” (membentak dayang-dayangnya) ”Terima kasih para
pangeran...tetapi berikan aku waktu untuk berpikir terlebih dahulu.” (berjalan meninggalkan
kerajaan)

Pangeran Datu : (menahan tuan puteri) “Tunggu sebentar tuan puteri berikan kami
jawabanmu,pilihlah aku... kalau tidak kuhancurkan kerajaan ini”

Pangeran Pane : “Sebelum kau hancurkan kerajaan ini,akan kuhancurkan kerajaan mu terlebih
dahulu Datu!!” (sambil memberi tatapan ancaman)

Puteri berjalan kembali ke dalam istana dengan tatapan dan perasaan yang dilema. Kemudian para
pangeran mengelilingi sang puteri.
Tiba-tiba sang Raja dan Ratu datang menghampiri Mandalika bersama dayang-dayangnya.

Puteri Mandalika : ”Tidakkk!!!”

Raja Tonjang Beru : “Ada apa ini??!!”

Dewi Seranting : (mendekati puteri) “Puteriku ada apa ini??”

Puteri Mandalika : ” Ibunda...puteri bingung..”

Tonjang Beru : "Puteriku...Ayah tidak akan memutuskan pangeran mana yang ayah terima.”

Dewi Seranting : “Ibu dan ayah akan merestui siapa pun pangeran yang akan kau pilih. Jadi siapakah
pangeran yang engkau pilih puteriku??” (sambil berdiri dan berjalan menuju ke para pangeran)

Putri Mandalika : (Puteri pun berbalik badan dan berbicara kepada raja dan ratu) “Wahai, Ayahanda
Ibunda serta semua para pangeran maafkan aku, kuharap kalian bisa menjadi pemimpin yang bijak,
tanpa harus menaklukkan satu sama lainnya. Aku akan menerima semualamaran kalian, tetapi tidak
ada satu pun yang akan aku pilih. Maafkan aku negeri Tonjung Bito, aku harus pergi meninggalkan
kalian saat ini. Karena aku bukan untuk satu pangeran semata, aku adalah untuk kalian semua, aku
adalah untuk rakyatku, dan untuk negeriku… Selamat tinggal negeriku...” (sambil mengeluarkan keris
dan menusukkan ke perutnya, lalu sang puteri terjatuh dihadapan semua orang. Puteri pun
meninggal ditempat. Dan semua orang yang melihatnya sangatlah panik dan sedih)

EPILOG

Tak lama setelah, itu keluarlah cacing berwarna-warni dari tubuh sang Mandalika. Cacing tersebut
dinamai dengan Nyale.

End/.

Anda mungkin juga menyukai