Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Masa Pemerintahan Raffles


Sebagai salah syarat untuk memenuhi Mata Kuliah Sejarah Islam Indonesia
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Semester III Yang di ampu oleh Dra. Sumiyatun, M.Pd

OLEH
1. Komariyah

Kelompok 5
Disusun Oleh:
Ayu Sinta Dewi ( 19220019)
Rindi Malahayati (19220018)
Arbizar Ilham Hermoko (17220026)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Masa
Pemerintahan Raffles Pada makalah ini Penulis banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca.

Metro, 14 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulis......................................................................................2
BAB II PEMBAHSAN
A. Biografi Thomas S Raffles....................................................................3
B. Pemerintahan Inggrid di Indonesia ......................................................4
C. Kebijakan Thomas S Raffles................................................................7
D. Berakhirnya Pemerintahan Raffles.......................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..........................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Raffles menegosiasikan perdamaian dan beberapa operasi militer kepada sejumlah penguasa
lokal yang dianggap menentang Kerajaan Inggris. Salah satu operasi militer terjadi pada 21 Juni
1812 ketika Raffles memerintahkan serangan ke Yogyakarta. Ketika itu, Keraton Yogyakarta
merupakan salah satu dari dua kerajaan lokal terkuat yang ada di Pulau Jawa. Serangan Inggris
membuat keraton rusak parah. Raffles juga memerintahkan ekspedisi militer ke Palembang untuk
menggulingkan pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II dan merebut Pulau Bangka.
Padahal, Sultan Mahmud Badaruddin II telah membantu Inggris mengusir Belanda. Raffles
bermaksud menjadikan Bangka sebagai markas tentara Inggris untuk menahan Belanda pasca-
berakhirnya Perang Enam Koalisi untuk menghancurkan Napoleon. Baca juga: Indonesia di
Bawah Penjajahan Perancis Di bawah penjajahan Inggris, Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan.
Kebijakan ini diambil agar Inggris lebih mudah dalam mengawasi daerah-daerah di pulau Jawa.
Setiap residen tersebut dikepalai oleh seorang residen dan asisten residen. Keenam belas
keresidenan yakni: Karesidenan Banten Karesidenan Banyumas Karesidenan Besuki
Karesidenan Bogor Karesidenan Cirebon Karesidenan Jakarta Karesidenan Karawang
Karesidenan Kediri Karesidenan Kedu Karesidenan Madiun Karesidenan Madura Karesidenan
Pati Karesidenan Priangan Karesidenan Rembang Karesidenan Semarang Karesidenan Surakarta
Selama masa pemerintahannya, Raffles melakukan reformasi massal untuk mengubah sistem
kolonial Pemerintah Hindia Belanda. Ia membuat kebijakan dengan berpegang pada tiga prinsip
yakni: Segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman bebas oleh
rakyat. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati dimasukkan
sebagai bagian pemerintah kolonial. Atas dasar pandangan bahwa tanah itu milik pemerintah,
maka rakyat penggarap dianggap sebagai penyewa. Selain meningkatkan kondisi penduduk
lokal, dia memperkenalkan sistem pencatatan bangunan-bangunan kuno yang ada di Jawa.

1
1.2  Rumusan Masalah

1. Bagaimana Thomas S Raffles?

2. Bagaimana Pemerintahan Inggris di Indonesia?

3. Apa saja kebijakan yang Thomas S. Raffles lakukan pada saat itu?

4.  Bagaimana berakhirnya kekuasaan Raffles?

1.3  Tujuan Makalah

Menjelaskan hal-hal mengenai Thomas S. Raffles.Dan berbagai macam kebijakan yang


dilakukannya.Dan berakhirnya kekuasaan Raffles di Nusantara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Raffles

Thomas Stamford Raffles adalah seorang yang kurang mempunyai karakter hebat, tapi cukup
bijaksana untuk lebih memelih reputasi dalam sejarah daripada penghasilan material sesaat
(Vlekke, 2008). Bernama lengkap Thomas Stamford Bringley Raffles ini lahir 6 Juli 1781
berkewarganegaraan Inggris. Ia adalah seorang Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang terbesar.
Ia juga dikatakan pendiri kota dan Negara kota Singapura. Ayahnya adalah seorang kapten
bernama Benjamin Raffles dan Ibunya adalah Anne Lyde Linderman, namun akibat terhimpit
krisis ekonomi dan terjerat kasus dalam perdagangan budak di kepulauan Karibia mengakibatkan
ayahnya meninggal saat Raffles berusia 15 tahun. Saat itu juga ia mulai bekerja sebagai pegawai
di London untuk perusahan Hindia Timur Britania yang banyak berperan dalam penaklukan
Inggris di luar Negeri (id.wikipedia.org) dan diangkat ke posisi agen perusahaan di Pulau Penang
pada 1805. Di sini dia memulai studinya atas bahasa, adat istiadat, dan sejarah Melayu. Bermula
menjadi palayan humaniter utama kemudian menciptakan lewat tulisannya, suatu legenda histori
mengenai administrasinya di Jawa dan akhirnya dengan suatu kebijakan ekspansi yang berani
sehingga membuat dia mencapai keberhasilan terbesarnya yaitu pendirian Singapura.
Dia menulis begitu baik dalam bentuk yang sangat menarik, sehingga selama seabad setelah
kematiannya orang menilai Raffles lebih berdasarkan kata-katanya dari pada perbuatannya. Dari
sinilah ia dinilai lebih unggul dari pada para pendahulu-pendahulunya dalam administrasi
kolonial. Dari gabungan ambisi membara dan kecerdasan brilian tersebut, membuat Raffles
orang yang tepat untuk menjalankan rencana Lord Minto untuk Indonesia. Kala waktu itu untuk
menyerang dan menghancurkan kekuatan Belanda di Indonesia (Vlekke, 2008).

Keberhasilan Inggris dalam ekspansinya ini membawa nama Raffles menjadi semakin dikenal
dan yang tidak kalah pentingnya adalah melejitnya karir Raffles yang semakin tinggi di usianya
yang masih muda. Itu disebabkan karena pemerintah Inggris mempercayakan semua kendali di
nusantara kepadanya. Sehingga di tunjuklah Raffles sebagai Letnan Gubernur oleh Lord Minto
sebelum kembali ke Kalkuta (Vlekke, 2008). Dia menjadi Jenderal Gubernur di Jawa pada tahun
1811-1816. Selama di Jawa dalam menjalankan tugasnya, nampaknya Raffles juga memiliki
keterkaitan erat dengan orang Jawa, bahkan ia lebih suka dengan orang Jawa dari pada dengan
orang Belanda. Sebab orang Jawa tidak memiliki sifat amuk (chaos). Selain itu Raffles juga
menyimpan besar perhatiannya pada budaya dan sastra Jawa, karena ketertarikanya tersebut ia
mengembangkan Museum Ethnografi Batavia, yang sampai saat ini masih berdiri megah.
Sebelumnya Belanda telah mendirikan lembaga kebudayaan yang bernama Koninklijk
Bataviaasch Genootschap. Lembaga ini yang memelopori pendirian Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia (1778) dan Museum Gajah (1862) yang kesemuanya berada di Jakarta. Pada
1814, Thomas Stamford Raffles mendengar berita adanya penemuan benda purbakala di sekitar

3
Magelang, Jawa Tengah. Raffles kemudian mengutus H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi
penemuan berupa bukit yang dipenuhi semak belukar. Ia memerintahkan agar “bukit ilalang” itu
dibersihkan, sehingga tampaklah sebuah candi raksasa yang dipenuhi patung Buddha Mahayana.
orang. Raffles juga bercerita tentang keberadaan Candi Penataran yang berlokasi di sebelah utara
Blitar (Jawa Timur). Raffles menemukan candi ini pada 1815 bersama seorang naturalis dan ahli
kedokteran berkebangsaan Amerika, ialah Thomas Walker Horsfield. Raffles kembali ke London
(1815) karena mengidap dalam atas meninggalnya istrinya pada 26 November 1814 karena
penyakit malaria (Raffles, 2008) dan dimakamkan di Batavia tepatnya yang sekarang menjadi
Museum Prasasti. Di kebun raya Bogor juga dibangun monument peringatan untuk mengenang
kematian sang isteri.

 B. Pemerintahan Inggris Di Indonesia

Pada tanggal 18 September 1811 Inggris mulai menguasai di Nusantara.Dengan menyerahnya


Gubernur Jendral Janssens.Dan ditandai dengan Kapitulasi Tuntang.Oleh pihak Inggris diwakili
oleh S. Auchmuty dan Janssens oleh pihak Belanda.Isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut.

a.       Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris.

b.      Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.

c.       SemuapegawaiBelanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang jabatan
nya terus.

d.      Semua utang pemerintah Belanda yang dahulu,bukan menjadi tanggung jawab Inggris.

Semiggu sebelum kapitulasi tuntang, Raja Muda (Viceroy) Lord Minto yang berkedudukan di
India, mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Wakil Gubernur (Lieutenant Governor) di
Jawa dan bawahannya (Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan). Hal itu
berarti bahwa gubernur jendral tetap berpusat di Calcuta, India.Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya Raffles berkuasa penuh di Indonesia.

Raffles memegang 3 prinsip, diantaranya:

1)      Segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman bebas oleh
rakyat.

2)      Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati dimasukan
sebagai bagian pemerintah colonial.

3)      Atas dasar pandangan bahwa tanah itu milik pemerintah, maka rakyat penggarap dianggap
sebagai penyewa.

4
Pemeritah Raffles di Indonesia cenderung mendapat tanggapan positif dari para raja dan rakyat
Indonesia karena hal berikut ini.

a.       Para raja danrakyat Indonesia tidak menyukai pemerintahan Daendels yang sewenang-
wenang dan kejam.

b.      Ketika masih berkedudukan di Penang, Malaysia, Raffles beberapa kali melakukan misi
rahasia ke kerajaan-kerajaan yang anti Belanda di Indonesia, seperti Palembang, Banten, dan
Yogyakarta dengan janji akan memberikan hak-hak lebih besar kepada kerajaan-kerajaan
tersebut

c.       Sebagai seorang liberalis, Raffles memiliki kepribadian yang simpatik. Ia menjalankan


politik murah hati dan sabar walaupun dalam praktiknya berlainan.

 B.     Kebijakan Pemerintahan Thomas S. Raffles

1. Bidang Birokrasi Pemerintahan

a)      Pulau Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan, yang terdiri atas beberapa distrik. Setiap distrik
terdapat beberapa divisi(kecamatan) yang merupakan kumpulan dari desa.

b)      Mengubah system pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi
system pemerintahan colonial yang bercorak Barat.

c)      Bupati-bupati ataupenguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya sebagai kepala


pribumi secara turun-temurun. Mereka dijadikan pegawai pemerintah colonial yang langsung
dibawah kekuasaan pemerintah pusat.

2. Bidang Ekonomi dan Keuangan

Raffles berusaha menjalankan beberapa kebijakan untuk memajukan perekonomian di Hindia.


Tetapi program itu tujuan utamanya untuk meningkatkan keuntungan pemerintah kolonial.
Beberapa kebijakan yang dijalankan Raffles yakni :

 Melaksanakan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang kemudian meletakkan
dasar bagi perkembangan sistem perekonomian uang.
 Penghapusan penyerahan wajib hasil bumi.
 Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.
 Penghapusan sistem monopoli. Peletakan desa sebagai unit administrasi penjajahan.

5
Pajak dipungut perorangan, meski dalam praktiknya per desa. Jumlah pungutannya disesuaikan
dengan jenis dan produktivitas tanah.

 Hasil sawah kelas satu dibebani pajak 50 persen


 Hasil sawah kelas dua dibebani pajak 40 persen
 Hasil sawah kelas tiga dibebani pajak 33 persen
 Hasil tegalan kelas satu dibebani pajak 40 persen
 Hasil tegalan kelas dua dibebani pajak 33 persen
 Hasil tegalan kelas tiga dibebani pajak 25 persen Beban pajak ini memberatkan rakyat.

Yang tak sanggup membayar dengan uang, membayar dengan beras. Pajak yang dibayar dengan
uang diserahkan kepada kepala desa untuk kemudian disetorkan ke kantor residen. Sedangkan
pajak yang berupa beras dikirim ke kantor residen setempat oleh yang bersangkutan atas biaya
sendiri. Kebijakan pemungutan pajak ke residen itu untuk mengurangi ulah penguasa setempat
yang sering memotong atau mengurangi penyerahan hasil panen. Sebab, para pejabat pribumi
sudah dialihfungsikan menjadi pegawai pemerintah yang digaji.

a)      Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedangkan pemerintah hanya
berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling
menguntungkan.

b)      Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan system penyerahan wajib (Verplichte
Leverantie) karena dianggap terlalu berat dan dapat menurangi daya beli rakyat.

c)      Menetapkan sistem sewa tanah (landrent). System ini didasarkan pada anggapan bahwa
pemerintah colonial adalah pemilik tanah dan para petani dianggap sebagai penyewa (tenant) 
tanah pemerintah. Oleh karena itu, para petani diwajibkan membayar pajak atas pemakaian tanah
pemerintah.

d)     Pemungutan pajak pada mulanya secara perorangan. Namun, karena petugas tidak cukup
akhirnya dipungut per desa. Pajak dibayarkan kepada kolektor yang dibantu kepala desa tanpa
melalui bupati.

3. Bidang Hukum

Sistem peradilan yang diteteapkan Raffles lebih baik Dari para yang dilakukan oleh Daendels.
Apabila Daendels berorientasi pada warna kulit atau ras, Rafffles lebih berorientasi pada besar-
kecilnya kesalahan. Menurut Raffles, pengadilan merupakan benteng untuk memproleh keadilan.
Oleh karena itu, harus benteng yang sama bagi setiap warga negara.

6
4. Bidang Sosial

a)      Penghapusan kerja rodi (kerja paksa)

b)      Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia melanggar undang-undangnya sendiri


dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Hal itu terbukti dengan pengiriman kulit-kulit
dari Jawa ke Banjarmasin untuk membantu perusahaan temannya, Alexander Hare, yang sedang
kekurangan tenaga kerja.

c)      Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.

5. Bidang Ilmu Pengetahuan

a)      Dituliskannya buku berjudul History of Java. Raffles dibantu oleh Raden Ario


Notodiningrat dan Bupati Sumenep, Notokusumo II dalam penulisan buku tersebut.

b)      Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk mengadakan


penelitian yang menghasilkan buku History of the East Indian Archipelago, yang diterbitkan
dalma tiga jilid di Edinburg pada tahun 1820.

c)      Aktif mendukung Batataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu


pengetahuan.

d)     Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi

e)      Dirintisnya Kebun Raya Bogor.

C.     Berakhirnya  Kekuasaan Thomas S. Raffles

Namun, segala reformasi yang dilakukan Raffles dianggap terlalu mahal bagi East Indian
Company (EIC), kongsi dagang yang mencari untung. Pada 1815, Raffles ditarik dan digantikan
oleh John Fendall. Keputusan tersebut dilakukan karena Inggris bersiap menyerahkan kembali
Jawa ke Belanda. Penyerahan itu sesuai dengan Perjanjian Anglo-Dutch yang terjadi pada 1814
menjelang berakhirnya Perang Napoleon di Eropa. Pada 15 Oktober 1817, Raffles mendapat
mandat sebagai Gubernur Jenderal di Bencoolen atau kini disebut Bengkulu. Saat itu, Bencoolen
merupakan koloni yang hasil ekspornya hanyalah lada. Raffles yang melihat tempat itu acak
adut, langsung melakukan reformasi seperti yang dia perbuat di Jawa, seperti menghapuskan
perbudakan.

Dengan adanya Convention of London pada tahun 1814.Perjanjian tersebut ditandatangani oleh


wakil Belanda dan Inggris yang isinya, yaitu :

7
1)      Indonesia dikembalikan kepada Belanda.

2)      Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyuna, tetap ditangan Inggris.

3)      Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka diserahkan
kepada Belanda sebagai gantinya.

Kemudian Raffles diangkat sebagai guberbur di Bengkulu yang meliputi wilayah Bangka dan
Belitung.Karena pemerintahannya yang berada di antara dua masa penjajahan Belanda,
pemerintahan Inggris itu disebut masa interregnum (masasisipan).

Namun, segala reformasi yang dilakukan Raffles dianggap terlalu mahal bagi East Indian
Company (EIC), kongsi dagang yang mencari untung. Pada 1815, Raffles ditarik dan digantikan
oleh John Fendall. Keputusan tersebut dilakukan karena Inggris bersiap menyerahkan kembali
Jawa ke Belanda. Penyerahan itu sesuai dengan Perjanjian Anglo-Dutch yang terjadi pada 1814
menjelang berakhirnya Perang Napoleon di Eropa. Pada 15 Oktober 1817, Raffles mendapat
mandat sebagai Gubernur Jenderal di Bencoolen atau kini disebut Bengkulu. Saat itu, Bencoolen
merupakan koloni yang hasil ekspornya hanyalah lada. Raffles yang melihat tempat itu acak
adut, langsung melakukan reformasi seperti yang dia perbuat di Jawa, seperti menghapuskan
perbudakan.

8
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari semua uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa, setiap pemerintahan yang berbeda akan
memiliki kebijakan-kebijakan yang berbeda. Dan mereka memiliki prinsip atau cara masing-
masing untuk memikat rakyat pribumi. Hal ini tentu saja berdampak positif dan negatif.Untuk
Thomas S. Raffles sendiri, ia merupakan orang yang berpandangan maju. Ia ingin memperbaiki
tanah jajahan, serta meningkatkan kemakmuran rakyat. Tetapi masih terdapat beberapa
kendala.Budaya petani yang susah diubah, pengawasan pemerintah kurang, kepala desa dan
bupati lebih kuat daripada asisten residen yang berasal dari orang-orang Eropa. Dan juga sulit
melepaskan kultur sebgai penjajah. Jadi secara umum Raffles boleh dikatakan kurang berhasil
untuk mengendalikan tanah jajahan sesuai dengan ide yang dimiliki.Hal ini tidak memberikan
keuntungan yang berarti bagi pemerintahan Inggris.Sementara rakyat tetap menderita.

B.     SARAN

Sebagai generasi muda dan penerus bangsa, kita wajib menjaga kedamaian Negara ini. Jangan
sampai kita harus dijajah untuk sekian kalinya. Hal tersebut pasti akan lebih banyak merugikan
kita dan juga generasi penerus nanti. Sehingga kita wajib menjaga Negara ini dari tangan
penjajah dan meningkatkan kemakmuran rakyat.

                                                       

9
DAFTAR PUSTAKA

Mustopo, M. Habib, dkk. 2014. Sejarah Indonesia. Bogor: Yudhistira

Lestrainingsih, AmurwaniDwi, dkk. 2014. Sejarah Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan


dan Kebudayaan.

10

Anda mungkin juga menyukai