Anda di halaman 1dari 5

SEBUAH JILBAB, SERIBU KEBAIKAN

Karya Tyaz Hastishita

Zaman sekarang, dikota besar, dikota kecil, desa, kampung dan pedalaman yang
sangat jauh, islam sudah dikenal sejak datangnya Nabi Muhammad saw yang membawa
cahaya untuk para manusia yang jahiliah. Nabi Muhammad saw mewarisi kita akhlak
mulianya,yang dibawa dari waktu kewaktu sampai sekarang. Beliau pun mengajar kita
menutup aurat dan menjaga kehormatan masing-masing, menahan nafsu dan
sebagainya. Ya, kata-kata itu aku dapat dari guru Pendidikan Agama Islam. Dia masih
muda, umurnya masih sekitar dua puluhan. Dia mengajar sebagai guru pengganti
sementara, karena guru yang biasa mengajar Pendidikan Agama Islam sedang
melaksanan pekerjaannya diluar kota, jadi beliaulah yang menggantikan sementara.
Tapi walau hanya sebentar, walau hanya beberapa bulan. Beliau berhasil
menjadikan beberapa anak berubah. Yang tadi sifat dan sikap mereka begitu nakal dan
susah dikendalikan, tiba-tiba menjadi anak yang sholeh, patuh dan berubah seratus
delapan puluh derajat dari sifat aslinya. Termasuk aku. Beliau merubah pemikiranku
tentang islam, membuatku mencintai islam, dan melaksanakan kewajibanku sebagai
muslim.

Sebuah Jilbab, Seribu Kebaikan


Ceritanya dimulai dari sejak beliau datang kesekolahku…
“ Assalamualaikum. Selamat pagi anak-anak.” Ucapnya dengan senyuman manis.
Tepat saat panas yang terik, pelajaran terakhir membuat penat semua siswa didalam
sekelasku. Apalagi waktu itu pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pelajaran
terakhir. Pelajaran ini membuat aku dan teman sekelasku mengantuk dan ingin cepat
pulang, karena guru yang mengajar dikelasku hanya berbicara-bicara yang membuat
kami mengantuk. Tapi disiang itu, guru yang biasa mengajar kami digantikan dengan
seorang perempuan berpakaian tertutup dengan jilbab yang hampir menutup tubuh
bagian atasnya. Wajahnya sangat bersih dan putih, jerawat, noda hitam atau keriput
didaerah tertentu tidak nampak sama sekali, dia guru tercantik yang pernah kulihat.
Tak lama setelah memberi salam, beliau menaruh buku mengajarnya dan langsung
berdiri memperkenalkan dirinya…
“ Assalamualaikum, anak-anak.” Ucapnya.
“ Walaikumsalam.” Sahut kami dengan serentak.
“ Perkenalkan nama ibu, Khadijah Muslimah. Ibu berasal dari universitas Kairo.
Ibu mengajar disini menggantikan Pak Sholih sementara sampai beliau kembali
mengajar. Jadi ada yang mau ditanyakan?” jelasnya dan langsung menyuruh kami
bertanya.
Kami hanya diam, sepertinya kami agak canggung. Dia melihat kami yang diam
seperti batu, dia pun tersenyum…
“ Ya sudah kalau tidak ada yang ditanyakan. Hari ini adalah hari pertama ibu
mengajar, jadi pertemuan pertama kita games saja. Bagaimana?” tanya dengan ceria.
Wajahku dan teman-temanku berubah cerah, kami kegirangaan karena hari ini
tidak ada materi. Tak lama beliau membagi kelompok sebanyak empat kelompok dan
ketuanya adalah yang duduk paling depan. Karena aku duduk paling depan aku menjadi
ketua kelompokku. Lalu guru baru dari Kairo ini menyuruh kami berdiri dan menyuruh
kami keluar kelas. Setelah keluar kelas Bu Khadijah menjelaskan peraturan permainan
kami siang ini. Kami bersorak “Setuju” dan langsung berpencar berdasarkan kelompok
kami masing-masing… Ditaman sekolah…
“ Saya bantu, Pak.” Ucapku sambil mengangkat pot buang yang lumayan berat.
Aku dan kelompokku berpencar mencari banyak senyum, aku bertemu dengan
seorang Cleaning Service yang biasanya kulihat menyiram buang-buang ditaman
sekolah. Aku pun menolong CS itu menaruh pot buang yang bakal disiramnya nanti…
Setelah itu… “ Terima kasih, Nak.” Ucap Pak CS itu sambil tersenyum.
Aku berhasil mendapatkan satu senyum. Aku pun langsung pamit diri dan
menemui kelompokku. Ternyata setelah aku kesana, kelompokku sedang duduk
bersantai dengan Bu Khadijah. Aku pun menghampiri mereka…
“ Kalian kenapa disini?” tanyaku dengan heran.
“ Sudah, istirahat dulu pasti capek mengangkat pot besar untuk mendapat satu
senyum.” Ucap Bu Khadijah.
“ Tapi permainan belum selesai.” Sahutku.
Tiba-tiba salah satu anggotaku memotong pembicaraan…
“ Kata Bu Khadijah, setelah permainan ini nggak ada pemenangnya.” Ucap
temanku itu.
“ Ha, yang betul. Cuma pemainan bikin capek aja. Percuma saja mendapat banyak
senyum dari orang-orang kalau nantinya nggak ada pemenangnya. Bagaimana kalau
yang curang? Mereka pasti bilang mereka yang terbanyaklah, inilah, itulah.” Ucapku
dengan kesal.
Ibu Khadijah tersenyum menahan tawa…
“ Kamu lucu sekali, ibu masih ingat dulu pertama kali bermain permainan ini. Ibu
juga sempat geram dan kesal dengan guru ibu. Dulu ibu dan anggota ibu sudah dapat
banyak senyum, sudah menolong banyak orang, tapi ternyata tidak ada pemenangnya.
Ibu kira permainan ini hanya membuang waktu dan sia-sia, tapi ibu salah…” jelasnya.
“ Apa ada maksud tertentu dari permainan ini?” tanya seorang temanku.
“ Didalam kitab suci Al-quran Allah berbicara melalui ayat-ayatnya…
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-
lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS.
Al-Baqarah, 2:148)
Allah menyuruh kita dalam berbuat baik, malah harus berlomba-lomba melakukan
kebaikan. Jadi permainan kita itu bertujuan untuk melatih diri kita untuk lomba-lomba
dalam melakukan kebaikan.” Jelasnya dengan panjang lebar.
Kata-kata Bu Khadijah membuat hatiku bergetar, baru kali ini ada yang
berceramah membuat hatiku bergetar seperti ini…
Tak terasa kami berbincang-bincang dengan Bu Khadijah, bel pulang sekolah
berbunyi. Bu Khadijah bergegas pamit diri, dia pun pergi dengan cepat…
Sepulang sekolah…
Aku berjalan menuju rumahku melawati masjid yang berada didekat rumahku.
Aku melihat masjid itu dipenuhi dengan ibu-ibu pengajian, tapi disana ada Bu Khajidah.
Aku kaget, begitu cepat meninggalkan kelas hanya untuk pengajian. Bu Khadijah
memang perempuan yang hebat. Aku tersenyum dan mendengar ceramah bertema
menutup aurat…
“ Allah berkata disurah-Nya Al-Ahzab ayat lima puluh Sembilan
Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang mukmin, “ Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.”
Yang demikian itu agar mereka mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu.
Dan Allah Maha Pengampuan, Maha Penyayang. (QS. Al-Hazab 33:59).” Jelasnya
didepan ibu-ibu pengajian itu. Aku mendengar lagi ceramah Bu Khadijah yang sekali
lagi membuat hatiku bergetar…

Sebulan Bu Khadijah mengajar…


“ Katanya Bu Khadijah sakit ya?” tanyaku kepada teman sebangkuku.
“ Iya katanya dia masuk rumah sakit tadi malam.” Ucapnya.
“ Kok, kamu tahu?” tanyaku.
“ Ayahku yang memeriksanya tadi malam.” Ucapnya lagi.
Terpikirlah aku menjenguk Bu Khadijah di rumah sakit… Sorenya…
“ Selamat sore, Bu.” Ucapku dengan ceria. Aku pun pergi kerumah sakit
menjenguk Bu Khadijah…
“Ibu sakit apa?” tanyaku.
“ Tidak parah. Insya Allah besok lusa ibu sudah bisa mengajar lagi.” Ucap Bu
Khadijah.
“ Syukurlah.” Ucapku dengan sambil tersenyum.
Aku dan Bu Khadijah berbincang-bincang lamanya sampai akhirnya azan sholat
Maghrib.
“ Ayo sholat.” Ajak Bu Khadijah.
“ Bagaimana ibu sholat berdiri saja tidak bisa.” Ucapku.
“ Ibu bisa sholat sambil berbaring.” Ucapnya.
Aku dan Bu Khadijah sholat berjamaah. Dan aku berdoa untuk kesembuhan Bu
Khadijah.

Keesokkan sorenya…
“ Lho, Bu Khadijah mana?” tanyaku didalam kamar yang sudah tidak ada
pasiennya.
Lalu seorang suster menghampiriku dan membawa sebuah bingkisan.
“ Adik, yang kemarin ya. Bu Khadijah memberikan ini buat adik.” Ucapnya
dengan ramah.
Suster itu langsung keluar kamar itu, dan aku pun membuka bingkisan itu.
Ternyata ada sebuah jilbab berwarna putih dan ada juga surat…
“ Jaga dirimu dan tutupi auratmu. Berbahagialah dengan menutup aurat serta
berbuatlah kebaikan dimanapun dan kapanpun. Allah selalu ada disisi kamu.”
Membaca surat itu aku menitikkan air mata, entah kenapa aku begini sepertinya hatiku
telah dibuka untuk bertaubat dan menutup auratku…
***

Seminggu kemudian…
Hari-hari baru menyapaku, dulu aku dikenal dengan preman sekolah sekarang aku
tampak cantik dan feminim memakai jilbab. Semua anak-anak dikelasku kaget ketika
keesokkan harinya setelah Bu Khadijah memberikan sebuah jilbab, aku memakainya
kesekolah. Dengan memakai jilbab ini aku ingin bertaubat dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Berbuat kebaikan dimana saja.
Dan setelah hari itu aku tidak pernah bertemu dengan Bu Khajidah, dia pun tidak
mengajar atau berada dipengajian, tapi aku tahu Bu Khadijah pasti ada disuatu tempat.
Aku sangat berterima kasih kepadanya. Dialah malaikat yang diturun Allah untuk
merubah akhlakku menjadi lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai