Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN REPRODUKSI
1. Konsep Dasar
1.1 Definisi
1.1.1 Definisi Haid
Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah uterus
melaluiliang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan yang mengandung
darah ini terjadi padawanita yang sudah memasuki usia subur dan yang sedang
tidak hamil. Peristiwa ini dimulaidengan adanya pengeluaran selaput lendir
rahim di bagian dalam rahim atau endometrium.
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini
penting dalam reproduksi. Padamanusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan
antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu
perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnyateratur setiap
bulan (siklus haid), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat
perubahanhormonal yaitu estrogen dan progesterone.
Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat :
- Lamanya 3-6 hari
- Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari
- Satu siklus normal 21-35 hari
- Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi.

1.1.2 Definisi Dismenore


Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau menstruasi
yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan pengobatan. Dismenore
ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut atau pinggul, nyeri haid
yang bersifat kram dan berpusat pada perut bagian bawah. Nyeri kram yang
terasa sebelum atau selama menstruasi bisa juga nyeri pada pantat. Rasa nyeri
pada bagian dalam perut, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan.
(Rustam, 2015)
1.2 Patofisiologi
Selama siklus menstruasi di temukan peningkatan dari kadar prostaglandin
terutama PGF2 dan PGE2. Pada fase proliferasi konsentrasi kedua prostaglandin
ini rendah, namun pada fase sekresi konsentrasi PGF2 lebih tinggi dibandingkan
dengan konsentrasi PGE2. Selama siklus menstruasi konsentrasi PGF2 akan terus
meningkat kemudian menurun pada masa implantasi window. Pada beberapa
kondisi patologis konsentrasi PGF2 dan PGE2 pada remaja dengan keluhan
menorrhagia secara signifikan leih tinggi dibandingkan dengan kadar
prostaglandin remaja tanpa adanya gangguan haid. Oleh karena itu baik secara
normal maupun pada kondisi patologis prostaglandin mempunyai peranan selama
siklus menstruasi (Reeder, 2013).
Di ketahui FP yaitu reseptor PGF2 banyak ditemukan di myometrium.
Dengan adanya PGF2 akan menimbulkan efek vasokontriksi dan meningkatkan
kontraktilitas otto uterus. Sehingga dengan semakin lamanya kontraksi otot uterus
ditembah adanya efek vasokontriksi akan menurunkan aliran darah keotot uterus
selanjutnya akan menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Dibuktikan juga dengan pemberian penghambat
prostaglandin akan dapat mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi rasa nyeri
pada saat menstruasi. Begitu juga dengan PGF2 dimana dalam suatu penelitian
disebutkan bahwa dengan penambahan PGF2 dan PGE2 akan meningkatkan
derajat rasa nyeri saat menstruasi (Anurogo, 2011).
Penigkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama PGF2a) dari
endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak
terkoordinasi dan tidak teratur sehingga timbul nyeri. Selama periode menstruasi,
remaja yang mempunyai dismenorea mempunyai tekanan intrauteri yang lebih tinggi
dan memiliki kadar prostaglandin dua kali lebih banyak dalam darah menstruasi di
bandingkan remaja yang tidak mengalami nyeri. Akibat peningnkatan aktivitas uterus
yang abnormal ini, aliran darah menjadi berkurang sehingga terjadi iskemia atau
hipoksia uterus yang menyebabkan nyeri. Mekanisme nyeri lainnya disebabkan oleh
serat prosteglandin (PGE2) dan hormon lainnya yang membuat serat saraf sensori
nyeri di uterus menjadi hipersensitif terhadap kerja badikinin serta stimulasi nyeri
fisik dan kimiawi lainnya (Reeder, 2013).
1.3 Etiologi
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan suatu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di
perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Riset biologi
molekuler terbaru berhasil menemukan kerentanan gen (susceptibility genes), yaitu
memodifikasi hubungan antara merokok pasif (passive smoking) dan nyeri haid
(Anurogo & Wulandari, 2011)

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan mencakup pemeriksaan laboratorium,
USG abdomen atau USG transvaginal, histerosalpingografi, histeroskopi, atau
laparoskopi. Terapi dismenore secara umum bertujuan untuk memperingan nyeri
serta menghambat proses yang mendasari keluhan.

1.5 Penatalaksanaan Medis


Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid
(misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini akan sangat efektif
jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2
menstruasi (Nugroho, 2014). Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan,
rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan: a. Istirahat yang cukup
b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan)
c. Pemijatan.
d. Yoga atau senam
e. Orgasme pada aktivitas seksual.
f. Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual
dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga bisa
dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur (Nugroho, 2014).
Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan
pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan
medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah
ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang
selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif,
maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika dismenore
sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana
lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk
dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya (Nugroho, 2014).
2. Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
a. Identitas
Pada identitas pasien ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, suku, bangsa, agama, tanggal, jam MRS, nomor register, dan
diagnose medis. Pada penderita dengan gangguan menstruasi biasanya pada
Wanita usia >12-45 tahun.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan sering menjadi alasan klien untuk menerima
pertolongan kesehatan. Pada dismenore biasanya dikeluhan merasa nyeri dimulai
saat haid.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah informasi mengenai keadaan dan keluhan
paien saat timbul dismenore yang menyebabkan gangguan rasa yang tidak
nyaman. Keluhan pada klien dengan gangguan dismenore adalah nyeri dimulai
saat haid dan meningkat saat keluarnya darah, disertai mual, muntah, kelelahan
dan nyeri kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat penyakit seperti DM, hipertensi atau
penyakit jantung.
e. Riwayat penyakit keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab penting yang perlu
dikaji yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu anggota keluarga yang
ada hubungannya dengan oeprasi misalnya: TBC, DM dan Hipertensi.
f. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan gangguan menstruasi yang
perlu diketahui adalah :
1) Keadaan haid
Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid, hari pertama haid
terakhir
untuk diketahui yang keluar darah muda atau darah tua, encer atau menggumpal,
lamanya nyeri atau tidak, pada sebelum atau sesudah haid, berbau atau tidak,
dimana untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat kandungan.
2) Perkawinan
Berapa kali kawin dan berapa lama dengan suami yang sekarang.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas yang lalu, bagaimana
keadaan bayi yang dilahirkan, apakah cukup bulan atau tidak, kelahirannya normal
atau tidak, siapa yang menolong persalinan dan dimana melahirkannya.
g. Pola kebiasaan sehari – hari
menurut Virginia Henderson
1) Respirasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi frekuensi pernafasan biasanya normal
atau meningkat bila disertai dengan nyeri pada saat menstruasi.
2) Nutrisi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami perubahan pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi dikarenakan adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
3) Eliminasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak mengalami gangguan dalam
liminasi.
4) Istirahat/tidur
Pada klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur akibat nyeri dan ketidaknyamanan.
5) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami gangguan dalam hal
temperatur tubuh, suhu tubuh 370C.
6) Kebutuhan personal hygiene
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7) Aktivitas
Pola aktivitas klien dengan gangguan menstruasi dapat terganggu karena adanya
nyeri dan ketidaknyamanan.
8) Gerak dan keseimbangan tubuh
Gerak dan keseimbangan tubuh klien dengan gangguan menstruasi terkadang
mengalami gangguan karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
9) Kebutuhan pakaian
Klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan berpakaian tersebut.
10) Kebutuhan keamanan
Klien dengan gangguan menstruasi mengalami gangguan dengan keamanan
karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
11) Sosialisasi
Pada data sosial ini dapat dilihat apakah klien merasa terisolasi atau terpisah
karena terganggunya komunikasi, adanya perubahan pada kebiasaan atau
perubahan dalam kapasitas fisik untuk menentukan keputusan untuk beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya.
12) Kebutuhan spiritual
Klien yang menganut agama tertentu selama keluar darah haid tidak
diperbolehkan melaksanakan ibadah.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak memenuhi kebutuhan bermain
dan rekreasi karena nyeri dan ketidaknyamanan.
14) Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu
yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan
fasilitas kesehatan yang tersedia.
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien yang mengalami gangguan menstruasi biasanya lemah dan
gelisah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien dengan gangguan menstruasi biasanya composmentis jika tidak
mengalami dismenore berat yaitu sampai tidak sadarkan diri.
3) Tanda – tanda vital
a) Tekanan darah : Normal (120/80 mmHg)
b) Nadi : Normal/Meningkat (>80-100 x/menit)
c) Pernafasan : Normal (>20-24 x/menit)
d) Suhu : Normal (36,50C – 37,50C)

4) Pemeriksaan head to toe


a) Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan rambut dan
keadaan kulit kepala.
b) Wajah
Pada daerah wajah yang dikaji bentuk wajah, keadaan mata, hidung, telinga,
mulut dan gigi.
c) Mata – telingah – hidung
Apakah konjungtiva pucat atau merah, apakah sklera ikterik.
d) Leher
Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran vena jugularis
dan adanya pembsesaran kelenjar tiroid.
e) Dada dan punggung
Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya tertraksi intercostae, pernafasan
tertinggal, suara wheezing, ronchi, bagaimana irama dan frekuensi pernafasan.
Pada jantung dikaji bunyi jantung (interval) adakah bunyi gallop, mur – mur.
f) Payudara/mammae
Apakah puting susu menonjol atau tidak, apakah ada pembengkakkan dan atau
nyeri tekan.
g) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri
tekan.
h) Ekstremitas atas dan bawah
Kulit dingin, kering, pucat, capillary refill memanjang. Ekstremitas atas dan
bawah yang dikaji yaitu kesimetrisannya, ujung – ujung jari sianosis atau
tidak, ada tidaknya edema.
i) Genetalia
Bagaimana rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan
klien. Kulit dan area pubis, adanya lesi, eritema, visura, leukoplakia dan
eksoria labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap perkembangan
ulkus, keluaran dan nodul.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul menurut sdki yaitu Nyeri akut
2.3 Intervensi Keerawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawata hasil (PPNI T. P., 2018)
n (PPNI T. P., 2018)
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen
intervensi keperawatan Nyeri
selama 3 x 24 jam, Observasi
diharapkan tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi, karakteristik
menurun dan kontrol durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri meningkat dengan intensitas nyeri
kriteri hasil : b. Identifikasi skala nyeri
- Tidak mengeluh c. Identifikasi respons nyeri non
nyeri verbal
- Tidak meringis d. Identifikasi faktor yang
- Tidak bersikap memperberat dan memperingan
protektif nyeri
- Tidak gelisah e. Identifikasi pengetahuan dan
- Kesulitan tidur keyakinan tentang nyeri
menurun f. Identifikasi pengaruh budaya
- Frekuensi nadi terhadap respon nyeri
membaik g. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
i. Monitor efek samping
penggunaan analgetic
Tindakan Terapeutik
j. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat dingin, terapi
bermain
k. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
l. Fasilitasi istirahat dan tidur
m. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri Edukasi
n. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
o. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
p. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
q. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
r. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Tindakan Kolaborasi
s. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. jakarta: DPP PPNI.

Rustam, E. (2015). Gambaran Pengetahuan Remaa Puteri Terhadap Nyeri Haid (Dismenore) dan Cara
Penanggulangannya. jurnal kesehatan andalas Vol 4, No 1, 289-296.

Anda mungkin juga menyukai