MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan
Yang dibina oleh Ibu Hurun Ain, M.Kep
KELOMPOK 1 KELAS 1D
Oleh :
1. AMELIA ERINTYA P17210203125
2. ZAHWA PUTRI AULIA P17210204151
3. MOHAMMAD ADITYA PRATAMA P17210204152
4. SHELLA EKA PUTRI SALWA SABILA P17210204153
5. VALENTINA FEBRIANTI FATMA P17210204154
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini merupakan salah satu tugas mata Dokumentasi Keperawatan.
Tidak lupa ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman – teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
2.1 Pengertian......................................................................................................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................................................................................4
2.3 Tanda dan Gejala Klinis................................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi...................................................................................................................................................5
2.5 Komplikasi.....................................................................................................................................................7
2.6 Prognosis........................................................................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan penunjang.................................................................................................................................8
2.8 Pentalaksanaan Medis (Terapi)......................................................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................................................12
A. PENGKAJIAN..........................................................................................................................................12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..............................................................................................................17
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN.....................................................................................................18
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.....................................................................................................19
E. EVALUASI KEPERAWATAN...............................................................................................................21
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................................................22
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................................................22
4.2 Saran............................................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengenai Asma Bronkhial khusunya
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi, dalam intervensi teknik batuk efektif. 7
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperwatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan pemenuhan oksigenasi pada pasien Asma
Bronkial.
3. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan intevensi keperawatan, khususnya
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien Asma Bronkial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Asma adalah suatau keadan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hivesensivitas terhadap rangsangan tertenu, yang menyebabkan peradanagan,
penyempitan ini bersifat berulang dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut
terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Asma bronkial adalah kondisi medis yang
menyebabkan jalan napas paru-paru membengkak dan menyempit (Indonesia, 2018).
Karena pembengkakan ini, jalur udara menghasilkan lendir yang berlebihan sehingga
sulit untuk bernapas, yang menyebabkan batuk, napas pendek, dan mengi. Asma
bronchial adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir
semua negara di dunia, di derita oleh anak- anak sampai dewasa dengan derajat penyakit
yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa seseorang.
Penderita Asma Bronchial, hipersensensitif dan hiperaktif terhadap rangasangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala
kemunculan sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa dtang secara tiba-tiba jika
tidak dapat mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang.
Gangguan asma bronkial juga bias muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot
polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender, dan pembentukan timbunan
lendir yang berlebihan.
Tipe asma berdasarkan penyebab terbagi menjadi alerg, idiopatik, dan nonalergik
atau campura (mixed) antara lain :
a. Asma alergik/Ekstrinsik
Merupakan suatu bentuk asma dengan alergan seperti bulu binatang, debu,
ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alergi terbanyak adalah airboner
dan musiman (seasonal). Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat
penyakit alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan eksrim atau rhinitis alergik.
Paparan terhadap alergik akan mencetus serangan asma. Bentuk asma ini biasanya
di mulai sejak kanak- kanak.
b. Idiopatik atau nonarelgik asma/instrinsik
Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik. Faktor-faktor
seperti common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivitas, 15 emosi/stres, dan
3
4
2.2 Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui dengan
pasti penyebababnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma yaitu inflamasi
dan respon saluran nafas yang berlebihan ditandai dengan dengan adanya kalor (panas
karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena
rangsagan sensori), dan function laesa fungsi yang terganggu. Sebagai pemicu timbulnya
serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu,
tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk
sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji- bijian,
tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak),
dan emosi (ASMARANI, Tahir and Muhsinah, 2018).
2.3 Tanda dan Gejala Klinis
Berikut sejumlah gejala awal asma bronkial yang patut diwaspadai:
- Batuk keras.
- Napas berbunyi (mengi).
- Sulit bernapas.
- Dada terasa sesak.
- Lemah dan lesu.
Pada umumnya, gejala awal asma bronkial di atas tidak cukup parah hingga dapat
menghentikan aktivitas keseharian penderitanya. Namun, dalam beberapa kasus gejala
tersebutcukup menganggu. Oleh karena itu, penderita asma bronkial diimbau untuk
segera berkonsultasi dengan dokter ketika mengalami gejala yang dialaminya. Hal ini
karena gejala awal bisa saja menjadi peringatan dini untuk segera berobat sebelum
bertambah parah.
5
Sampai saat ini, penyebab pasti asma bronkial masih belum jelas. Tapi, terdapat
beberapa faktor lingkungan dan genetik yang menjadi pemicu utama terjadinya asma
bronkial. Sejumlah faktor pemicu asma bronkial yang diketahui, antara lain:
- Polusi udara, seperti asap industri maupun asap dari kendaraan.
- Cuaca atau perubahan suhu yang terjadi secara ekstrem.
- Paparan zat, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, pasir, dan bakteri.
- Stres dan kecemasan berlebihan.
- Obat-obatan, seperti aspirin, beta blocker, dan sejenisnya.
- Parfum atau wewangian.
- Infeksi virus, seperti pilek/flu dan pneumonia.
Penderita asma bronkial disarankan untuk rutin menggunakan obat pengontrol, serta
menghindari sejumlah faktor pemicu tersebut agar meminimalisir timbulnya gejala dan
serangan asma. Selain itu, jangan lupa untuk menerapkan pola hidup sehat dengan tidak
merokok, gunakan masker untuk melindungi diri dari debu dan asap, serta konsumsi
makanan bergizi seimbang untuk terus menjaga kesehatan paru.
2.4 Patofisiologi
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh limfosit T
dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE dengan sel mast.
Sebagian besar allergen yang mencetus asma bersifat airborne dan agar dapat
menginduksi keadaan sensitivitas, allergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak
untuk periode waktu terentu. Akan tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan
memperlihatkan respon yang sangan baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang
mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas (Nurarif, 2015).
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma adalah aspirin,
bahan pewarna seperti tartazin, antagonis, beta- adrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom
pernafasan sensitif-aspirin khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini
juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis
vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal.
Baru kemudian muncul asma progresif. Klien yang sensitive terhadap aspirin dapat
didesentisasi dengan pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani terapi ini, toleransi
silang juga akan terbentuk terhadap 17 agen anti-inflamasi non-steroid. Mekanisme yang
menyebabkan bronkospasme karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui,
tetapi mungkin berkaitan dengan pemebentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus
oleh aspirin. Antagons ᵝ-adenergik biasanya menyebabkan obtruksi jalan napas pada
6
klien asma, halnya dengan klien lain. Dapat menyebabkan peningkatan reaktivitas jalan
nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium
dan natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas dignakan dalam
industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas akut pada klien yang sensitive. Pajanan biasanya terjadi setelah
menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa ini, seperti salad, buah segar,
kentang, karang, dan anggur (Somantri, 2012). Pencetus-pencetus serangan diatas
ditambah dengan pencetus lainnya dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya
reaksi antigen dan antibody. Reaksi antigen antibody ini akan mengeluarkan substansi
pereda alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan.
Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamine, bradikinin, dan anafilaktoksin. Hasil ini
dari reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos,
peningkatan permeabilitas kapiler, dan peningkatan sekret mukus (Nurarif, 2015).
2.5 Komplikasi
Komplikasi akut asthma bila tidak ditangani adalah asidosis respiratorik yang dapat
mengancam terjadinya gagal napas. Komplikasi lainnya yang sangat jarang namun
dilaporkan pernah terjadi adalah pneumotoraks dan emfisema subkutan pada asthma
berat.Berbagai komplikasi yang mungkin timbul diantaranya yaitu:
1. Status asmatikus
Status asmatikus merupakan suatu kondisi utama dimana terjadi serangan asma berat
yang tidak berespon terhadap pengobatan asma pada umumnya. Kondisi ini
merupakan salah satu kondisi kegawatan yang dapat mengancam nyawa pasien.
2. Atelektasis
Atelektasis adalah kondisi sebagian alveoli tidak terisi udara. Akibatnya, paru-paru
menjadi kempes atau mungkin terisi oleh cairan alveolar.paru-paru yang mengempis
atau berisi cairan bisa menyebabkan organ ini mengalami penyusutan ataupun kolaps,
baik sebagian maupun keseluruhan.Atelektasis paru merupakan komplikasi
pernapasan yang paling umum terjadi akibat operasi dan gangguan pernapasan
lainnya.
3. Pneumothoraks
Pneumothorax adalah kondisi ketika udara terkumpul di rongga pleura, yaitu ruang di
antara paru-paru dan dinding dada. Udara tersebut dapat masuk akibat adanya cedera di
dinding dada atau robekan di jaringan paru-paru. Dampaknya, paru-paru jadi mengempis
(kolaps) dan tidak bisa mengembang.
4. Emfisema
Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada alveolus,
yaitu kantong udara kecil pada paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya
sesak atau sulit bernapas.
5. Gagal nafas
Gagal napas adalah kondisi kegawatan medis yang terjadi akibat gangguan serius
pada sistem pernapasan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Kondisi
ini perlu segera mendapat penanganan medis. Jika tidak segera ditangani, gagal napas
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan bahkan kematian. Gagal napas terjadi
saat sistem pernapasan tidak mampu menjalankan fungsinya untuk menyalurkan
oksigen ke dalam darah dan organ tubuh, lalu mengeluarkan karbon dioksida dari
dalam darah.
6. Dan lain-lain
8
2.6 Prognosis
Pada pasien anak dengan asthma yang masuk rumah sakit empat kali atau lebih
dalam tahun pertama sejak didiagnosis asthma cenderung mengalami asthma persisten.
Kematian akibat asthma meningkat pada anak usia pra sekolah (5 tahun ke bawah).[18]
Pasien anak dengan asthma cenderung mengalami remisi pada masa remaja akhir.
Sebuah penelitian longitudinal menunjukkan bahwa pada usia 19 tahun, remisi
ditemukan pada 21% pasien, asthma periodik pada 38%, dan 41 % lainnya mengalami
asthma persisten. Anak laki-laki lebih tinggi tingkat remisinya dibandingkan dengan
anak perempuan.
Sedangkan pada pasien dewasa yang hanya memiliki asthma memiliki prognosis
yang baik dan tidak mengalami penurunan kapasitas paru yang signifikan. Seiring
penuaan, tumpang tindih asthma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) semakin
sering. Penurunan fungsi paru yang lebih signifikan ditemui pada pasien asthma dewasa
yang tumpang tindih mengalami PPOK. Kematian yang berhubungan dengan asthma
pada pasien dewasa jarang ditemui. Namun meningkat pada pasien asthma yang juga
mengalami PPOK.
2.7 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
1. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
9
2. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right
bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
3. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
4. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.
2.8 Pentalaksanaan Medis (Terapi)
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat
yang merawatnnya.
10
dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak
dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
c. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
d. Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini
adalah dapat diberika secara oral. Invalid source specified.
BAB III
TINJAUAN KASUS
12
13
10. Ekstremitas
Inspeksi : Pada ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus
D5+Aminophiline 20 tetes per menit (tpm), dan ekstremitas bagian kanan bisa
digerakkan, tidak ada luka maupun edema. Pada ekstremitas bawah tidak ada
edema, tidak ada gangguan gerak hanya saja terlihat lemah.
e. Data fokus
Data subjektif
Klien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak
Data objektif
Klien terlihat kesulitan batuk untuk mengeluarkan dahak
Batuk tidak efektif
Terdapat bunyi suara nafas tambahan ronchi
Pola nafas berubah
Suhu : 36oC
Nadi : 100x/i
RR : 28x/i
TD : 110/80 mmHg
BB : 54 kg TB : 158 cm
16
ANALISA DATA
Nama Klien : Ny.D
No. Reg : 156752
MASALAH
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI
KEPERAWATAN
D.0001 DS : Respon alergi Bersihan jalan nafas
Klien mengatakan merasa tidak efektif
sesak nafas (dispnea)
DO :
Klien tampak mengalami
batuk tidak efektif, tidak
mampu atau sulit
mengeluarkan
.
dahak/sputum
Terdengar bunyi suara
nafas tambahan ronchi
Pola nafas klien berubah
lebih cepat
TTV:
RR : 28x/menit
17
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.D
No. Reg : 156752
TANGGAL TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
DITEMUKAN TERATASI
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.D
No. Reg : 156752
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Paraf
Dx Keperawatan Hasil
D.0 Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
001 nafas tidak intervensi Tindakan observasi:
efektif keperawatan selama Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
berhubungan 2x24 jam maka Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
dengan respon Bersihan Jalan Tindakan Terapeutik
alergi Napas Meningkat Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
dibuktikan dan Respon Alergi Tindakan Edukasi
dengan batuk Sistemik Menurun Ajarkan teknik batuk efektif
tidak efektif dengan kriteria hasil: Tindakan Kolaborasi
dan ronchi 1. Batuk efektif Kolaborasi pemberian obat nebulier (combiven)
meningkat Pemantauan Respirasi
2. Mengi menurun Tindakan Observasi
3. Produksi sputum Monitor kemampuan batuk efektif
menurun Tindakan Edukasi
4. Dispnea Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
membaik Latihan Batuk Efektif
(menurun) Tindakan Observasi
5. Frekuensi napas Identifikasi kemampuan batuk
membaik Monitor adanya retensi sputum
6. Pola napas Tindakan Edukasi
membaik Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
7. Bunyi napas Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
tambahan detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu(dibulatkan) selama
menurun 8 detik
Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
Anjurkan batuk yang kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
19
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.D
No. Reg : 156752
Nama dan
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi
Paraf
Selasa, 20 April D.0001 09.45 1. Monitor pola napas dan bunyi napas tambahan
2021 Hasil:
Terdengar bunyi suara nafas tambahan ronchi
Pola nafas klien berubah lebih cepat
2. Atur posisi klien semi-Fowler atau Fowler
09.50
Hasil:
Klien merasa nyaman sesak napas mulai berkurang
09.55 3. Mengkaloborasikan pemberian obat nebulizer sesuai program terapi
Hasil:
1 ampul obat combivent dosis yang diberi 2,5 ml, 3 sampai 4 kali per hari diberikan
10.00 4. Melatih klien cara melakukan batuk efektif
Hasil:
Klien masih merasa kesulitan untuk melakukan batuk efektif karena masih baru
pertama kali
10.15 5. Monitor TTV
Hasil:
Suhu : 36oC
Nadi : 100x/i
RR : 28x/i
TD : 110/80 mmHg
Rabu, 21 April D.0001 09.45 1. Monitor pola napas dan bunyi napas tambahan
2021 Hasil:
Tidak terdengar bunyi suara nafas tambahan ronchi
Pola nafas klien kembali normal
20
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilakukan setiap hari selama Ny.D dirawat, pada hari ke 2 dirawat Ny.D
menunjukkan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif teratasi, dengan
kriteria hasil Batuk efektif produktif, tidak ada suara napas tambahan (ronkhi), produksi
sputum menurun, Dispnea (sesak napas) membaik /menurun, Frekuensi napas normal 18
kali per menit, dan pola napas klien membaik
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan asma Bronkila pada Ny.D
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi di ruang Mawar RS Saiful Anwar penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengumpulan data pada klien Ny.D pengkajian riwayat
kesehatan didapatkan terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi),
pernapasan 28 kali permenit. irama napas cepat, Ny.D nampak sesak dan
batuk berdahak konsistensi kental dan berwarna kuning, tekanan darah
100/80 mmHg, respirasi 28 kali permenit, nadi 100 kali permenit, S:
36.0C.
2. Sesuai dengan pengkajian dan analisa yang penulis lakukan pada Ny.D
maka penulis menemukan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif
dengan batasan karateristik bersihan jalan napas.
3. Dalam perencanaan ini penulis berfokus pada lima intervensi menurut Pokja
PPNI manajemen jalan napas monitor tanda-tanda vital, monitor pola napas dan
bunyi napas tambahan melatih Ny.Dbatuk efektif, memberikan Ny.D posisi yang
nyaman (semi fowler), dan kolaborasikan pemberian obat (nebulizer).
4. Dalam tahap pelaksanaan yang dilakukan selama dua hari penulis dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah
di buat
5. Evaluasi dilakukan setiap hari selama Ny.D dirawat, pada hari ke 2 dirawat Ny.D
menunjukkan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif teratasi,
dengan kriteria hasil Batuk efektif produktif, tidak ada suara napas tambahan
(ronkhi), produksi sputum menurun, Dispnea (sesak napas) membaik /menurun,
Frekuensi napas normal 18 kali per menit, dan pola napas klien membaik
22
23
4.2 Saran
1. Bagi masyarakat
Diharapkan agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dan
penanganan penyakit Asma Bronkial khususnya dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
2. Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien asma
DAFTAR PUSTAKA
ASMARANI, P. I., Tahir, R. and Muhsinah, S. (2018) ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Asma Bronkial Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Laikawaraka
Rsu Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara’. Available at:
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/629/ (Accessed: 19 April 2021).
Indonesia, P. D. P. (2018) Berbagai Hal Tentang Asma Kronkial, Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia.
Nurarif (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & Nanda Nic-
Noc. Yogyakarta: Medication Publishing.
Somantri, I. (2012) Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Pustaka.
Tarwoto, W. (2006) Kebersihan diri dan jenis perawatan kebersihan diri. Jakarta: Salemba
Pustaka.
24