Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

ASUHAN KELUARGA NY.”S” DENGAN DIABETES MELLITUS


DI RT 10 RW 03
MELALUI PENDEKATAN INTERPROFESIONAL EDUCATION-
COLABORATION (IPE-C)
DESA PIPITAN KECAMATAN WALANTAKA

Disusun Oleh :
Kelompok 20 MAHASISWA DESA PIPITAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
TAHUN 2021
TIM PENYUSUN
ASUHAN KELUARGA NY. “S” DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RT 10 RW 03
MELALUI PENDEKATAN IPE-C DI DESA PIPITAN

KELOMPOK : 20
RT.RW : 10/03

NAMA MAHASISWA NIM JURUSAN


Via Lutfiah P27903118046 DIII Keperawatan
Widsy milenia efendi P27903118047 DIII Keperawatan
Yuli anisa P27903118048 DIII Keperawatan
Yulia nurfadilah P27903118049 DIII Keperawatan
Duyun dayani P27903118053 DIII Kebidanan
Elina P27903118054 DIII Kebidanan
Fitri ayu lestari P27903118055 DIII Kebidanan
Ghina faza alfania P27903118056 DIII Kebidanan
Bagas setiawan P27903118008 DIII Teknologi Laboratorium Medis
Eka ramadian putri P27903118065 DIII Teknologi Laboratorium Medis
Ermala P27903118066 DIII Teknologi Laboratorium Medis
Hartini P27903118068 DIII Teknologi Laboratorium Medis
Himayatun nisa P27903118069 DIII Teknologi Laboratorium Medis

NAMA PEMBIMBING
1. Viyan Septiana Achmad, S.Kep, Ners, M.Kep
2. Tuti Iswanti SST, M.Keb
3. Hamtini, S.Pd, M.Si
4. Lailatul Fadilah, S.Kep, Ners, M.Kep
5. Siti Wasliyah

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KELUARGA NY. “S” DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RT 10 RW 03
MELALUI PENDEKATAN IPE-C DI DESA PIPITAN

2
TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI PEMBIMBING

PEMBIMBING

(Lailatul Fadilah, S.Kep, Ners, M.Kep)


NIP. 197508042002122002

MENGETAHUI

WADIR 1 BIDANG AKADEMIK

(Purbianto, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB)


NIP. 1970003181993031001

3
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Panduan
Praktik Kerja Laporan (PKL) Terpadu Tahun 2021 Mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Banten. Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, penyusun menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Khayan, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Banten
2. Bapak Dr. Omo Sutomo, S.Pd, SKM, M.Kes selaku ketua panitia PKL
terpadu tahun 2021.
3. Ibu Hamtini, S.Pd, M.Si selaku pembimbing Desa Pipitan yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga laporan ini dapat
diselesaikan
4. Ibu Lailatul Fadilah, S.Kep, Ners, M.Kep selaku pembimbing Desa
Pipitan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga
laporan ini dapat diselesaikan
5. Masyarakat Desa Pipitan yang telah menerima mahasiswa Poltekkes
Banten dengan baik.
Demikian pula dengan Laporan PKL ini. Kritik dan saran sangatlah
penyusun harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun
tidak langsung.
Serang, 23 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

i
 

KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 TUJUAN...................................................................................................2
1.3 SASARAN................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN IPE-IPC...........................................................................4
2.2 DEFINISI DIABETES MELLITUS.........................................................4
2.3 ETIOLOGI DIABETES MELLITUS.......................................................5
2.4 PATOFISIOLOGI.....................................................................................7
2.5 KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS.................................................9
2.6 MANIFESTASI KLINIS........................................................................10
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................11
BAB III..................................................................................................................12
HASIL KEGIATAN..............................................................................................12
3.1 TINJAUAN KASUS...............................................................................12
3.2 PERMASALAHAN................................................................................14
3.3 IMPLEMENTASI KEGIATAN..............................................................14
3.4 IDENTIFIKASI OVERLAPPING..........................................................15
3.5 IDENTIFIKASI KEUNIKAN MASING-MASING PROFESI..............15
3.6 PENGALAMAN POSITIF YANG DIDAPAT......................................15
BAB IV..................................................................................................................16
MONITORING SETELAH INTERVENSI...........................................................16
BAB V....................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................17
5.1 Kesimpulan..............................................................................................17
Lampiran................................................................................................................19
1
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Interprofesional Education (IPE) atau pendidikan antar profesi
merupakan salah satu konsep pendidikan yang terintegrasi untuk
peningkatan kemampuan kolaborasi. Permasalahan yang muncul di
masyarakat seringkali membutuhkan perhatian, pemikiran dan
intervensi dari berbagai disiplin ilmu dalam membangun dan
memberdayakan masyarakat.
Kecamatan Walantaka memiliki beberapa Desa, salah satunya
Desa Pipitan dengan penduduk yang masih menderita beberapa
penyakit. Perkembangan penyakit pada masa kini dan masa yang
akan datang memerlukan penanganan yang konprehensif dari
berbagai profesi tenaga kesehatan. Tidak satupun profesi dapat
menuntaskan permasalahan dengan baikdan efektif secara
sendirian. Oleh karena itu, dalam pelayanan kesehatan diperlukan
kolaborasi dari berbagai profesi sesuai tugas dan tanggungjawab
masing-masing. Salah satu penyakitnya adalah Diabetes Mellitus.
Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi.
Hiperglikemi disebabkan oleh berbagai hal, namun
hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus.
Pada diabetes mellitus, gula menumpuk dalam darah sehingga
gagal masuk kedalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat
hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon
insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula
darah (Lathifah, 2017).
Penyakit kronis seperti DM sangat rentan terhadap
gangguan fungsi yang bisa menyebabkan kegagalan pada
organ mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.

2
 

Gangguan fungsi yang terjadi karena adanya gangguan


sekresi insulin dan gangguan kerja insulin maupun keduanya.
Menurut International Diabetes Feredartion Tahun 2015,
dalam metabolisme tubuh hormon insulin bertanggung jawab
dalam mengatur kadar glukosa darah. Hormon ini diproduksi
dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk digunakan
sebagai sumber energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan
hormon insulin maka dapat menyebabkan hiperglikemi
(Lathifah, 2017).
Data dari berbagai studi global menyebutkan bahwa
penyakit DM adalah masalah kesehatan yang besar. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 menyebutkan sekitar
415 juta orang dewasa memiliki diabetes, kenaikan 4 kali lipat
dari 108 juta di tahun 1980an. Apabila tidak ada tindakan
pencegahan maka jumlah ini akan terus meningkat tanpa ada
penurunan. Diperkirakan pada tahun 2040 meningkat menjadi
642 juta penderita (Lathifah, 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas kami tertarik untuk
melakukan pengkajian keluarga binaan IPE-IPC dengan kasus
Diabetes Melitusl. Dengan adanya kolaborasi antara
keperawatan, kebidanan dan analis kesehatan diharapkan
dapat mengurangi prevalensi DM di Provinsi Banten
khususnya di Desa Pipitan Kecamatan Walantaka.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
2. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banten mampu menerapkan
pendekatan Interprofesional Education (IPE) dan Interprofesional
Colaboration (IPC) dalam kegiatan dalam mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
3
 

2.2.1 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kesehatan
keluarga tentang Diabetes Mellitus melalui pendekatan
IPE-C.
2. Menentukan masalah kesehatan keluarga tentang
Diabetes Mellitus melalui pendekatan IPE-C.
3. Merumuskan perencanaan tindakan masalah keluarga
tentang Diabetes Mellitus melalui pendekatan IPEC.
4. Melakukan tindakan untuk mengatasi masalah
keluarga tentang Diabetes Mellitus melalui pendekatan
IPE-C.
5. Melakukan evaluasi kesehatan keluarga Diabetes
Mellitus melalui pendekatan IPE-C.

2.3 SASARAN
Sasaran dalam kegiatan IPE atau IPC dalam kelompok ini
merupakan keluarga yang mengalami penyakit yang tidak menular
yaitu Diabetes Mellitus.

4
 

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN IPE-IPC


Interprofessional education (IPE) adalah metode
pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok, yang
dilakukan dengan menciptakan suasana belajar berkolaborasi
untuk mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk
menyampaikan pemahaman mengenai interpersonal,
kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi sebagai
proses profesionalisasi. IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih
mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda belajar
bersama yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan
kualitas pelayanan kesehatan (Umy, 2016).
Inter Professional Collaboration (IPC) adalah suatu kegiatan
intrakurikuler yang memadukan pelaksanaan Tri Darma
Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat) yang dilakukan melalui pendekatan
kolaborasi antar rumpun ilmu kesehatan dalam menciptakan
masyarakat cinta sehat dengan cara memberikan kepada
mahasiswa pengalaman belajar dan bekerja dalam kegiatan
pembangunan masyarakat bidang kesehatan sebagai wahana
penerapan dan pengembangan ilmu yang dilaksanakan di luar
kampus dalam waktu, mekanisme dan persyaratan tertentu.
(Poltekkes Semarang, 2017).
2.2 DEFINISI DIABETES MELLITUS
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai
suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan
multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin.
5
 

Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula


darah dapat dikendalikan melalui diet, olah raga, dan obat-
obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis,
diperlukan pengendalian DM yang baik (Perkeni, 2011).
Diabetes Militus adalah keadaan kronik yang
berkarakteristik penyakit progresif oleh ketidakmampuan tubuh
untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
menuju pada hiperglikemia(peningkatan gula darah). Diabetes
militus mengacu sebagai “gula yang tinggi” oleh Klien dan
penyedia perawatan kesehatan.
2.3 Etiologi Diabetes Mellitus
Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American
Diabetes Association, 2010 adalah sebagai berikut:
1. Diabetes tipe 1(destruksi sel beta, umumnya menjurus
ke defisiensi insulin absolut) : Autoimun dan Idiopatik.
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent),
lebih sering ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90%
dari sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami
kerusakan secara permanen.
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama
dominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin
relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin).Diabetes tipe 2 (Diabetes Non
Insulin Dependent) ini tidak ada kerusakan pada
pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin,
bahkan kadang - kadang insulin pada tingkat tinggi dari
normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap
efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes melitus tipe
2 yang dahulu disebut diabetes melitus tidak tergantung
insulin (non-insulin-dependent diabetes
6
 

melitus/NIDDM)  atau diabetes onset


dewasa – merupakan kelainan metabolik yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks
resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Gejala
klasiknya antara lain haus berlebihan,  sering
berkemih,  dan lapar terus-menerus.  Diabetes tipe 2
berjumlah 90% dari seluruh kasus diabetes dan 10%
sisanya terutama merupakan diabetes tipe 1 dan
diabetes gestasional. Kegemukan diduga
merupakan penyebab utama diabetes tipe 2
pada orang yang secara genetik memiliki
kecenderungan penyakit ini. Diabetes tipe 2 diduga
disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan
lingkungan. Banyak Klien diabetes tipe 2 memiliki
anggota keluarga yang juga menderita diabetes tipe 2
atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan
diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, tekanan
darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras
Hispanik, Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih
tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan
faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita
diabetes tipe 2 adalah makanan dan aktivitas fisik kita
sehari-hari.
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor
seseorang untuk menderita diabetes tipe 2.
1. Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2
(orang tua atau kakak atau adik)
2. Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
3. Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah
yang tinggi (>150mg/dl) atau kadar kolesterol HDL
<40mg/dl
7
 

4. Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau


Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)
5. Riwayat menderita diabetes gestasional atau
riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir lebih
dari 4.500 gram
6. Makanan tinggi lemak, tinggi kalori
7. Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
8. Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan
120% dari berat badan ideal)
9. usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara
signifikan pada usia 45 tahun
10. Riwayat menderita polycystic ovarian
syndrome, di mana terjadi juga resistensi insulin
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan,
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

8
 

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri


khas dari diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis
diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah
akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonkotik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif,
maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami Klien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan
dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliura, polidipsia, luka pada
kulit yang lama tak sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan
kabur. Untuk sebagian besar Klien (kurang lebih 75%) penyakit
diabetes tipe II yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja
(misalnya, pada saat Klien menjalani pemeriksaan laboratorium yang
rutin). Salah satu konskuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes
selama bertahun-tahun adalah bahwa komplikasi diabetes jangka
panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati, perifer, kelainan
vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosa
ditegakkan.
Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan
berat badan. Karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas.
Latihan merupakan unsur yang penting pula untuk meningkatkan
efektifitas insulin. Obat hipoglikemia oral dapat ditambahkan jika diet
dan latihan tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Jika
penggunaan obat oral dengan dosis maksimal tidak berhasil
menurunkan kadar glukosa hingga tingkat yang memuaskan, maka
insulin dapat digunakan. Sebagian Klien memerlukan insulin untuk
9
 

sementara waktu selama periode stress fisiologik yang akut, seperti


selama sakit atau pembedahan (Brunner & Suddart. 2002).
2.5 KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk
diabetes melitus berdasarkan perawatan dan simtoma yaitu Diabetes
tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali
disertai dengan sindrom resistansi insulin.
Diabetes melitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset
diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-dependent
diabetes mellitus, NIDDM ) merupakan tipe diabetes melitus
yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam
sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme
yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk
yang mengekspresikan disfungsi sel β,  gangguan sekresi
hormon insulin, resisten sel terhadap insulin yang
disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor horon
resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati
menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang
menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun
meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen
tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan
kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah
berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai
dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes
yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin
parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang,
dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Faktor lain
meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade
10
 

yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi


anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil
diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan
cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya
pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan
berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon
insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah
hati.
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum Klien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu Klien
adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh
darah dan saraf. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai
serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang
sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Menurut Supartondo,
gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah Katarak, Glaukoma, Retinopati, Gatal seluruh badan, Pruritus
Vulvae, Infeksi bakteri kulit, Infeksi jamur di kulit, Dermatopati,
Neuropati perifer, Neuropati visceral, Amiotropi, Ulkus Neurotropik,
Penyakit ginjal, Penyakit pembuluh darah perifer, Penyakit koroner,
Penyakit pembuluh darah otak, Hipertensi, Komplikasi.
1. Akut : Hipoglikemia, Diabetik ketoasidosis (KTA), Sindrom non
ketotik hiperosmolar hiperglikemia (SNKHH).
2. Kronis
a. Mikrovaskular (Retinopati, Nefropati, Neuropati),
b. Makrovaskular (Kardiovaskular)
c. Serangan jantung.
Kadar gula darah tak terkendali membuat darah mengental serta
menyebabkan pengerasan dan penyempitan pembuluh darah.
11
 

Sumbatan pembuluh darah mudah terjadi, jantung kurang darah,


akhirnya otot jantung berhenti (infark).

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium :
1. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang, > 200 mg/dL. Biasanya
tes ini dianjurkan untuk Klien yang menunjukkan kadar glukosa
darah meningkat di bawah kondisi stress.
2. Gula darah puasa (FBS) ; >140 mg/dl
3. Kadar glukosa sewaktu (GDS) ; >200 mg/dl
4. Urinolisa positif terhadap glukosa dan keton.
5. Untuk kelompok resiko tinggi DM seperti usia dewasa tua,
hipertensi, obesitas, dan riwayat keluarga, dan menghasilkan
hasil pemeriksaan negatif. Perlu pemeriksaan penyaring setiap
tahun bagi beberapa paisen.

12
 

BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 TINJAUAN KASUS


Nama KK : Tn. S
Alamat Lengkap : Kp.Tegal Kembang RT 10 RW 03, Desa
Pipitan Kec. Walantaka Kota. Serang
3.1.1 Identitas Klien
Nama Kk : Tn. S
Nama : Ny. S
Nama Orangtua : Tn. R
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
3.1.2 Keluhan Utama/Kondisi Saat Ini
Klien mengatakan sering terbangun di malam hari
untuk buang air kecil, sering mengatakan haus, sering
merasa kelelahan dan lemas.
3.1.3 Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan jika tidak pernah menderita
penyakit tertentu dan di keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit keturunan.
3.1.4 Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Pola Pemenuhan Nutrisi
Klien mengatakan makan tidak tentu terkadang 2 kali
sehari dan porsi makan hanya 2 –  3 sendok nasi putih
dengan jenis makanan berupa sayur dan lauk, dan
Klien minum air putih sebanyak 8-10 gelas perhari
2) Pola Pemenuhan Eliminasi
Klien mengatakan BAB 1x/hari konsistensi lunak dan
13
 

berwarna kuning, BAK lebih dari 10x/ hari dan


berwarna coklat keruh.
3) Pola Pemenuhan Kebutuhan Istirahat
Klien mengatakan hanya tidur ± 5 jam sehari, sering
terbangun di malam hari sehingga tidak menentu.
4) Personal Hygine
Klien mengatakan mandi 2x sehari, menggosok gigi 2x
sehari Ketika mandi, mencuci rambut dengan
menggunakan sampo 2 hari sekali, dan Klien
menggunting kuku seminggu sekali.
5) Pemeriksaan Kesehatan
Klien rutin melakukan pemeriksaan DM di Puskesmas
terdekat.
6) Pemeriksaan Fisik
BB : 52 kg
TB : 155 cm
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,0 oC
Nadi : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
7) Data Lingkungan yang menunjang
a. Rumah : Type rumah permanen dengan ukuran
terdapat 4 kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu dan
dapur dengan pencahayaan yang cukup merata dan
terdapat jendela pada sisi rumah dengan ventilas yang
cukup baik.
b. Penyedian Air Bersih : Terdapat mesin air atau listrik
yang airnya digunaan untuk memenuhi kebutuhan
sumber air bersih sehari-hari.
c. Pembuangan Sampah : Untuk pembuangan sampah
dikelola petugas sampah keliling.
14
 

d. Sarana Komunikasi : Keluarga Ny. S memiliki TV


dirumah yang digunakan untuk sumber informasi
terkini.
e. Sarana Transportasi : Sarana untuk ke puskesmas
dan ke kota dapat dijangkau dengan kendaraan
bemotor.
f. Fasilitas Pelayanan Umum : Jarak dari rumah Ny.S ke
balai desa cukup jauh, sehingga untuk menjangkaunya
membutuhkan kendaraan.
g. Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Jarak dari rumh Ny.
S ke puskesmas cukup jauh, sehingga untuk
menjangkaunya membutuhkan kendaraan.
3.2 PERMASALAHAN
Klien dengan diagnose medis DM type 2 dengan keluhan luka di
kaki yang tidak gatal dan tidak merasakan sakit, selalu terbangun di
malam hari untuk BAK, sering haus, mudah lelah dan lemas.
3.3 IMPLEMENTASI KEGIATAN
3.3.1 Implementasi Keperawatan
Dalam keperawatan hal yang dilakukan kepada Ny.S
yaitu mahasiswa perawat memberikan pendidikan
kesehatan tentang diabetes mellitus dan merawat luka
yang ada pada Ny. S.
3.3.2 Implementasi Kebidanan
Dalam kebidanan hal yang dilakukan kepada Ny.S yaitu
mahasiswa bidan melakukan tanda-tanda vital.
3.3.3 Implementasi Teknologi Laboratorium Medis
Hal yang dilakukan Teknologi Laboratorium Medis kepada
Ny.S yaitu mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis
m elakukan pemeriksaan penunjang dengan memeriksa
kadar gula darah sewaktu (GDS) dan kadar kolestrol,
didapatkan hasil:
15
 

Gula Darah Sewaktu (GDS) : 106 mg/dl


Kolestrol : 246 mmol/L
3.4 Identifikasi Overlapping
Overlapping antar profesi kesehatan terjadi pada keperawatan dan
kebidanan dalam melakukan pemeriksaan fisik.
3.5 Identifikasi Keunikan Masing-masing Profesi
a. Keperawatan memiliki keunikan tersendiri yaitu dapat
melakukan perawatan luka dan memberikan bentuk support
mental pada klien dengan Diabetes Melitus.
b. Kebidanan memiliki keunikan tersendiri yaitu dapat melakukan
TTV (Tanda-Tanda Vital) pada penderita Diabetes Melitus.
c. Teknologi Laboratorium Medis memiliki keunikan tersendiri
yaitu melakukan pemeriksaan laboratorium glukosa darah
sewaktu (GDS) dan kolestrol pada Ny.S.
3.6 Pengalaman Positif yang Didapat
Pengalaman positif yang kami dapatkan selama memberikan
asuhan kepada klien dan keluarga binaan yaitu saling memberikan
pengetahuan dan berbagi ilmu tentang pemeriksaan yang
dilakukan di masing-masing bidang profesi dan mengaplikasikan
ilmu yang sudah kami dapatkan selama pembelajaran di kampus
dan menerapkannya kepada klien dan keluarga binaan selama
PKL Terpadu ini.

16
 

BAB IV
MONITORING SETELAH INTERVENSI

Monitoring dilakukan selama 3 hari 23-25 Maret 2021, didapatkan


hasil monitoring yaitu melakukan pemeriksaan TTV normal dengan
hasil TD : 120/80 mmHg, S: 36,0 oC, N : 85 x/menit, RR : 20 x/menit
dengan hasil GDS 106 mg/dl dan kolestrol 246mmol/L. Sebelumnya
Ny. S tidak memilki riwayat penyakit, klien sering merasakan lemas
dan lelah, tanpa klien sadari kaki sudah luka dibagian ibu jari.
Kemudian klien memeriksaan keadaanya ke puskesmas terdekat
didapatkan hasil sebelum kita intervensi GDS :150 mg/dl.
No Implementasi Evaluasi
1. Selasa, 23 Klien mengatakan sering - Klien memahami apa
Maret 2021 terbangun di malam hari yang disampaikan tentang
untuk buang air kecil, penyuluhan Diabetes
terdapat luka dikaki yang Mellitus berupa pengertian
tidak dirawat serta tidak DM, klasifikasi DM, gejala
merasakan sakit diluka DM dan komplikasi DM.
tersebut, sering haus, sering Menganjurkan klien untuk
merasa kelelahan, nafsu tidak memakan makanan
makan berkurang dan lemas. yang mengandung
2. melakukan pengukuran glukosa berat seperti gula,
tanda-tanda vital susu, kopi, mangga, dll.
Hasil Menganjurkan klien
BB : 52 kg memakan nasi dengan
TB : 155 cm keadaan dingin.
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,0 oC
Nadi : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
3. melakukan pemeriksaan

17
 

Gula Darah Sewaktu (GDS)


dan Kolestrol
Hasil
Gula Darah Sewaktu (GDS) :
106 mg/dl
Kolestrol : 246 mmol/L
4. melakukan penyuluhan
diabetes mellitus
Hasil
Klien memahami apa yang
telah disampaikan penyaji
2. Rabu, 24 1. evaluasi tindakan validasi Menganjurkan pasien
Maret 2021 kemarin memakai alas kaki ketika
Hasil : berpergian keluar rumah
Klien mengatakan nafsu agar lukanya tidak
makan masih belum terinfeksi, dan
bertambah, masih lelah, dan membersihkan luka.
lemas. Menganjurkan klien untuk
2. perawatan luka di ibu jari sering melakukan
kaki NY.S pemeriksaan ke
Hasil puskesmas terdekat.
Merawat luka dengan
menggunakan kasa steril
dan cairan NaCl
3. Kamis, 25 Klien mengatakan nafsu Klien memahami cara
Maret 2021 makan bertambah, tidak merawat luka yang baik
terlalu sering buang air kecil dan benar dengan
dimalam hari dan tidak lemas peralatan yang telah
2. Perawatan luka diberikan.
Hasil
Klien memahami cara

18
 

merawat luka setelah


diberikan dan dipraktikkan
oleh penyaji

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya implementasi selama 3 hari terhadap klien,
didapatkan hasil yakni klien dapat memahami tentang Diabetes

19
 

Melitus terutama dalam pengobatan. Klien mampu melakukan


perubahan perilaku hidup sehat dan sedikit demi sedikit
memiliki keinginan untuk melakukan pengobatan kembali secara
rutin ke fasilitas kesehatan.
5.2 Saran
Diharapkan masyarakat mampu melakukan perubahan pola
hidup sehatnya agar terhindar dari berbagai penyakit, baik
menular ataupun tidak menular. Agar kesejahteraan hidup
tercapai dan terlaksananya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes (2005) Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes Melitus. Di ambil


tanggal 29 september 2012.
Jackson, Marilynn (2021). Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien Jakarta
:Erlangga
20
 

Mansjoer,Arif,dk.(2007). KAPITA Selekta Kedokteran Jakarta:FK UI


Suddarth, Brunner.(2004). Keperawatan Medikal bedah edisi 8 Volume 2
jakarta :EGC.

Lampiran 1

21
 

Pemeriksaan Glukosa dan Kolestrol

Pemeriksaan Tanda Tanda Vital

Penyuluhan tentang Diabetes Mellitus

22
 

Perawatan luka pada ibu jari Ny.S

Pemberian sembako

Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN


DIABETES MELLITUS

23
 

Disusun Oleh :
Kelompok 20

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
2021

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Pokok Bahasan : Diabetes Mellitus
Sub Pokok Bahasan : Pengetahuan tentang Diabetes Mellitus
Tempat : RW 03 Kelurahan Pipitan, Kecamatan Walantaka
Sasaran : Masyarakat
Waktu : 60 menit
Tanggal : 23 Maret 2021
24
 

A. Tujuan Instuksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan ini klien dapat mengetahui
tentang Diabetes Melitus.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Sasaran dapat:
Setelah mendapatkan penyuluhan ini, diharapkan klien dapat
mengetahui:
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
3. Gejala-gejala Diabetes Melitus
4. Komplikasi Diabetes Melitus
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Penyuluhan
2. Pemeriksaan
E. Media
1. Lisan

F. Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan
. ( menit ) Penyuluhan Peserta
1. Perkenalan 5 menit 1. Mengucapkan 1. Menjawab
dan salam dan salam
pembukaan memperkenal 2. Mendengarkan
kan diri dan

25
 

2. Menyampaika memperhatikan
n topik dan
tujuan
penyuluhan
kesehatan
kepada
sasaran
2. Inti 30 menit 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan
tentang dan
Diabetes memperhatikan
Melitus penyuluhan
2. Menjelaskan 2. Menanyakan
tentang hal-hal yang
Klasifikasi tidak
Diabetes dimengerti dari
Melitus pemateri
3. Menjelaskan penyuluh
menifestasi 3. Menerima
klinik dari pemeriksaan
Diabetes gula darah
Melitus sewaktu
4. Menjelaskan
tentang
komplikasi
yang dapat
timbul dari
Diabetes
Melitus.
5. Melakukan
pemeriksaan
gula darah

26
 

sewaktu
3. Penutup 10 menit 1. Menyampaik 1. Mendengarkan
an penyuluh
terimakasih menutup acara
atas waktu dan menjawab
yang telah salam.
diberikan.

G. Sumber Bacaan
Depkes (2005) Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes Melitus.
Di ambil tanggal 29 september 2012.
Jackson, Marilynn (2021). Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien Jakarta
:Erlangga
Mansjoer,Arif,dk.(2007). KAPITA Selekta Kedokteran Jakarta:FK UI
Suddarth, Brunner.(2004). Keperawatan Medikal bedah edisi 8
Volume 2 jakarta :EGC.
H. Evaluasi ( Cara, Jenis, Waktu, Soal )
1. Audiens mengetahui apa itu Diabetes Melitus
2. Audiens mengetahui Klasifikasi Diabetes Melitus
3. Audiens mengetahui manifestasi klinis dari diabetes Mellitus
4. Audiens mengetahui tentang komplikasi dari diabetes Melitus.

Tangerang, 15 Maret 2021

Penyuluh

Lampiran Materi:
A. Pengertian
27
 

Diabetes Melitus adalah sekumpulan gejala yang timbul pada


seseorang yang mengalami pengingkatan kadar gula darah
(glukosa)akibat kekurangan hormone insulin.
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik metabolism yang
kompleks mengakibatkan gangguan metabolic karbohidrat, protein
dan lemak, perkembangan komplikasi secara
microvaskuler,macrovaskuler serta neuropati.
Diabetes Melitus merupakan kelinan heterogen, yang ditandai
dengan sirkulasi glukosa, lipid dan asam amino berkadar tinggi,
karena tidak memadainya insulin dalam memenuhi tuntutan
metabolism tubuh( Keith,1996).
B. Klasifikasi
Klasifikasi yang dianjurkan oleh Perkeni adalah yang sesuai
dengan anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association (ADA)
1997. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (ADA1997):
1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke definisi
insulin absolut)
2. Diabetes tipe 2 (berfariasi mulai yang terutama dominan restensi
insulin disertai definisi reltif sampai yang terutama defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin).
3. Diabetes tipe lain.
a. Karena obat dan zat kimia
b. Infeksi
c. Sebab imunologi yang jarang
d. Sindrom Generik yang berkaitan dengan DM
e. Diabetes Melitus Gestasional (DMG) yaitu penyakit diabetes
yang dialami saat hamil.

C. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


1. Penglihatan kabur
2. Gatal-gatal terutama di daerah kemaluan
28
 

3. Cepat lelah dan mengantuk


4. Luka sulit sembuh
5. Banyak kencing
6. Sering merasa haus
7. Penurunan berat badan
8. Banyak makan
D. Komplikasi Diabetes Melitus
Adapun komplikasi pada Diabetes Melitus meliputi berikut:
1. Akut
a. Hiperglikemia (kadar Gula darah yang meningkat)
b. Penurunan kesadaran
2. Kronis
a. Kerusakan pembuluh darah kecil, contoh kerusakan darah
pada mata, jantung dll
b. Rentan infeksi TBC
c. Kebutaan

29

Anda mungkin juga menyukai