Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN SEMINAR AKHIR STASE

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN


(NYERI) DI RUANG IGD PONEK RSD IDAMAN
BANJARBARU

Oleh :
Kelompok 3

Karin Vera Maritha P17212215102


M.Rezkiansyah Al Fitri P17212215103
Maulidia Selfiani P17212215104
Mira Thalita Fitriani P17212215105

KEMENTIRAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LAPORAN SEMINAR AKHIR STASE

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN


(NYERI) DI RUANG IGD PONEK RSD IDAMAN
BANJARBARU

Disusun Untuk memenuhi Tugas Laporan Seminar Akhir Stase Praktek Profesi
Keperawatan Departemen Keperawatan Dasar Profesi

Oleh :
Kelompok 3

Karin Vera Maritha P17212215102


M.Rezkiansyah Al Fitri P17212215103
Maulidia Selfiani P17212215104
Mira Thalita Fitriani P17212215105

KEMENTIRAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Seminar Hasil Stase KDP Di Ruang Di Ruang IGD PONEK RSD
IDAMAN Banjarbaru

Periode tanggal 27 September – 09 Oktober 2021

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal......... bulan……………..


Tahun…………….

Banjarbaru, Oktober 2021

Preseptor Lahan RS Preseptor Akademik

Mengetahui,

Kepala Ruang bedah

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak makalah
ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bimbingan, bantuan, dukungan, dan saran kepada Bapak Nasrullah Wilutono,
SST., MARS.
Penulis menyadari bahwa kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
yang penulis miliki sangat terbatas, sehingga penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk penulis maupun pembaca lainnya.

Banjarbaru, Oktober 2021

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................4
D. Manfaat............................................................................................4
BAB II KONSEP DASAR.................................................................................5
A. LAPORAN PENDAHULUAN........................................................5
1. Masalah Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri)................................5
2. Definisi......................................................................................6
3. Etiologi......................................................................................7
4. Tanda dan Gejala.......................................................................7
5. Patofisiolgi/Pohon Masalah......................................................9
6. Pemeriksaan Diagnostik............................................................10
7. Penatalaksanaan........................................................................10
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.........................................11
BAB III KASUS ASUHAN KEPERAWATAN..............................................28
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................32
A. Review Jurnal...................................................................................32
B. Pembahasan......................................................................................36
BAB V PENUTUP..........................................................................................39
A. Kesimpulan......................................................................................39
B. Saran.................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar kematian ibu tidak hanya dalam masa kehamilan dan
persalinan. Namun, pasca persalinan atau masa nifas juga menjadi
penyumbang angka kemaatian ibu yang disebabkan karena perdarahan, dan
infeksi masa nifas. Dalam menurunkan angka kematian ibu berbagai upaya
telah dilakukan. Namun, angka kematian ibu masih cukup tinggi. Menurut
laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000
jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia
Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara
yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000
kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per
100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (Kusmindarti Indah,dkk , 2016).
Di Indonesia sendiri menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
pada tahun 2009 AKI mencapai 226/100.000 kelahiran hidup, hal ini terus
diupayakan agar pada tahun 2015 AKI dapat mencapai target Millenium
Development Goals (MDGs) yakni 102/100.000 kelahiran hidup ( Hilmiati,
Elty, 2011). Dalam upaya menurunkan AKI salah satu program pemerintah
adalah Program Kerja Gerakan Sayang Ibu antara lain memberikan
kenyamanan ketika persalinan karena dapat terjadi robekan, baik robekan
spontan atau melalui pembedahan (episiotomy).
Episiotomi adalah membuat sayatan antara anus dan vulva untuk
memperbesar pintu vagina agar fetus tidak mengalami disproporsi yang
membuat kelahiran menjadi tertunda dan terjadi hypoxia pada bayi (Rukiyah.
2013). Jahitan episiotomi selain memiliki manfaat, ternyata menimbulkan
rasa nyeri yang mengganggu kenyamanan ibu . Pernyataan ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan Kuncahyana (2013) bahwa sebanyak 70,9% ibu
mengalami nyeri di sekitar jahitan episiotomi . Selain itu Oliveira juga

1
2

mengatakan sebanyak 73% nyeri post episiotomi sangat mengganggu


kenyamanan ibu yang mengakibatkan kesulitan pada saat buang air besar,
buang air kecil serta insomnia (Oliviera, 2012). Kondisi ini akan berlangsung
selama beberapa minggu sampai satu bulan postpartum, oleh karena itu
diperlukan intervensi dan penanganan agar tidak menambah rasa nyeri
(Rohani. dkk, 2011).
Pada dasarnya penanganan nyeri dapat dilakukan secara farmakologis
dan nonfarmakologis. Penanganan nyeri secara farmakologis berisiko bagi
bayi karena masuk ke dalam peredaran darah yang terkumpul pada air susu
ibu sedangkan secara nonfarmakologis lebih aman diterapkan karena
mempunyai risiko yang lebih kecil, tidak menimbulkan efek samping serta
menggunakan proses fisiologis. Salah satu cara penanganan nyeri
nonfarmakologis dengan pemberian kompres dingin dalam bentuk kantong es
(ice pack) yakni sebuah kompres es yang dikemas dengan menggunakan
sarung tangan karet yang diisi batu es dan dibungkus dengan sesuatu yang
bersih seperti kain lap sekali pakai atau handuk sekali pakai. Kompres dingin
ini sendiri tidak memiliki efek samping, sederhana, dan nyaman untuk ibu
akibat luka laserasi perineum yang sangat mengganggu bagi ibu (Zakiyah, A.
2015).
Menurut Andarmoyo, S. (2013) ketidaknyamanan akibat nyeri dapat
mereda karena ice pack mengurangi prostaglandin yang memperkuat reseptor
nyeri, menghambat proses inflamasi, merangsang pelepasan endorfin
sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui diameter serabut C yang
mengecil serta mengaktivasi transmisi serabut saraf sensorik A-beta yang
lebih cepat dan besar. Perawatan post episiotomi dengan menggunakan terapi
ice pack dapat diberikan selama 20 menit sebanyak 2 kali dalam sehari
dengan suhu 15 C . Pembuatan serta penggunaan ice pack sangat mudah dan
murah, oleh karena itu perawat dapat menjadi edukator bagi ibu dan keluarga
agar mampu menerapkan terapi ini secara mandiri ketika berada di rumah
(Bahiyatun. 2013).
Menurut Ilda Raniva Wita, dkk (2019) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa kompres dingin menimbulkan efek analgetik dan
3

menyebabkan dampak fisiologis vasokontriksi pada pembuluh darah dan


dapat menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot sehingga memperlambat
hantaran saraf yang mengakibatkan implus nyeri yang akan mencapai otak
lebih sedikit.
Selain dengan menggunakan terapi ice pack , penting juga
diperhatikan untuk masalah vulva hygiene ibu pasca epiostomi karena selain
dapat menimnbulkan resiko infeksi dan juga dapat mengakibatkan nyeri
akibat proses terjadinya infeksi jika personal hygiene tidak diterapkan. Vulva
hygiene itu sendiri merupakan suatu cara untuk membersihkan alat kelamin
wanita pada bagian luar dengan manfaat untuk menjaga vagina dan daerah
sekitarnya agar tetap bersih dan nyaman, mencegah munculnya keputihan,
bau tidak sedap dan gatal-gatal serta menjaga pH vagina tetap normal.
Tindakan vulva hygiene pada luka perineum bisa mencegah terjadinya infeksi
sehingga penyembuhan luka akan semakin baik dan nyeri pada luka perineum
juga dapat berkurang (Nurul , 2017).
Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik untuk melakukan pengelolaan
kasus dengan intervensi terapi ice pack dan vulva hygiene terhadap nyeri
pasca epiostomy pada ibu post partum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas rumusan
masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa saja masalah gangguan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) ?
2. Apa definisi dari rasa nyaman (nyeri) ?
3. Apa etiologi dari rasa nyaman (nyeri) ?
4. Apa Tanda dan gejala dari rasa nyaman (nyeri) ?
5. Bagaimana Patofisiologi dari rasa nyaman (nyeri) ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari rasa nyaman (nyeri) ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari rasa nyaman (nyeri) ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari rasa nyaman (nyeri) ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas tujuan
pada makalah ini adalah :
4

1. Untuk mengetahui masalah gangguan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) ?


2. Untuk mengetahui definisi dari rasa nyaman (nyeri) ?
3. Untuk mengetahui etiologi dari rasa nyaman (nyeri) ?
4. Untuk mengetahui Tanda dan gejala dari rasa nyaman (nyeri) ?
5. Untuk mengetahui Patofisiologi dari rasa nyaman (nyeri) ?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari rasa nyaman (nyeri) ?
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari rasa nyaman (nyeri) ?
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari rasa nyaman (nyeri) ?
D. Manfaat
1. Secara Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah satu bahan
pemikiran dan masukan ilmu pengetahuan dalam aspek keperawatan
mengenai terapi nonfarmakologis dalam mengatasi nyeri pasca epiostomi
pada ibu post partum.
2. Secara Praktis
a. Bagi klien
Di harapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
klien mengenai terapi nonfarmakologis ice pack dan pentingnya
vulva hygiene dalam mengatasi nyeri pasca epiostomi pada ibu post
partum.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi tenaga
kesehatan,khususnya tentang terapi nonfarmakologis ice pack dan
pentingnya vulva hygiene dalam mengatasi nyeri pasca epiostomi
pada ibu post partum.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapakan menjadi tambahan referensi mengenai terapi
nonfarmakologis ice pack dan pentingnya vulva hygiene dalam
mengatasi nyeri pasca epiostomi pada ibu post partum.
5

BAB II

KONSEP KEBUTUHAN DASAR NYERI

A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Masalah Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan harus dipandang secara holistik
yang mencakup empat aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
sosial.
c. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur
alamiah lainnya.

Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat


lebih memberikan kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan dan
bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan
hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak
nyaman pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada
pasien. Pada gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri terdapat beberapa
masalah yang mungkin muncul yaitu :

a. (D.0077) Nyeri akut


b. (D.0078) Nyeri kronis
6

c. D.0079 Nyeri Melahirkan


d. D.0075 Ketidaknyamanan Pasca Partum
e. (D.0074) Gangguan rasa nyaman
f. (D.0109) Defisit perawatan diri
g. (D.0080) Ansietas

2. Pengertian
Kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi Kebutuhan
Dasar Manusia, kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari) kelegaan
(kebutuhan terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah/nyeri) (Potter & Perry.2013) Gangguan kenyamanan
adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, Linda Jual 2013).
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke
otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan emosional (Hidayat Aziz,
2014). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subjektif.Perasaan nyeri pada setiap orang
berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Tetty, 2015).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah
suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan
fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak yang diikuti oleh
reaksi fisik, fisiologis, dan emosional. Gangguan rasa nyaman secara
umum dibagi menjadi beberapa batasan karakteristik (Carpenito-Moyet,
2016), yaitu:
a. Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan
mengeluhkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi
yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.
7

b. Nyeri kronis adalah keadaan ketika individu mengalami nyeri yang


menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan.
c. Nyeri melahirkan adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
bervariasi dari menyenangkan sampai tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan persalinan.

3. Etiologi
Menurut SDKI (2016), penyebab nyeri adalah sebagai berikut:
a. Agen pencedera fisik; penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ
atau jaringan tubuh (misal amputasi, abses, terbakar, terpotong,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebih dan mengangkat berat)
b. Agen pencedera kimiawi; penyebab nyeri karena bahan kimia
(terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisiologis (misal inflamasi, iskemia, neoplasma)
d. Dilatasi servik atau Ppengeluaran janin

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala nyeri akut yaitu (SDKI, 2016):
a. Mengeluh nyeri
b. Tampak meringis
c. Bersikap protektif
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Gelisah
f. Sulit tidur
g. Tekanan darah meningkat
h. Pola nafas berubah
Tanda dan gejala nyeri kronis yaitu (SDKI, 2016):
a. Mengeluh nyeri
b. Merasa depresi (tertekan)
c. Tampak meringis
d. Gelisah
8

e. Tidak mampu menuntaskan aktivitas


f. Merasa takut mengalami cidera ulang
g. Bersikap protektif
h. Waspada
i. Pola tidur berubah
j. Anoreksia

Tanda dan gejala nyeri melahirkan yaitu (SDKI, 2016):


a. Mual meningkat
b. Tekanan darah meningkat
c. Nafsu makan menurun/meningkat
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Ketegangan otot meningkat
f. Pola tidur berubah
g. Fungsi berkemih berubah
h. Diaforesis
i. Gangguan perilaku
j. Perilaku eksprsif
k. Pupil dilatasi
l. Muntah
m. Fokus pada diri sendiri
9

5. Pohon Masalah Keperawatan

Fisiologis Kimiawi Fisik

Otak (korteks Bahan kimia Tekanan mekanis,


somatio sensorik) deformasi suhu ekstrim

Trauma Jaringan, infeksi,


persalinan

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri (histamine, bradikinin,


prostaglandin, serotonin, ion kalikim dll)

Merangsang nosireseptor (reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut tipe A, serabut tipe C

Medula Spinalis

Sistem aktivitas Sistem aktivasi restikular Apla grisea perlakue duktus

Talamus Hipotalamus dan system limbik Talamus

Persepsi nyeri Ansietas

Lebih dari 6 bulan Nyeri

Nyeri Kronis Gangguan Rasa


nyaman
10

6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri
tekan di abdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
3. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan
lainya (Asmadi, 2010)

7. Penatalaksanaan
1. Farmakologi, dengan pemberian obat-obatan
- Analgesik narkotik, berupa berbagai derivat opium (morfin dan
kodein)
- Analgesik nonnarkotik, seperti aspirin, asetaminofen, dan
ibuprofen
2. Non farmakolongi
Distraksi (pengalihan): Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya,
antara lain sebagai berikut:
- Imaging guide
- Distraksi pendengaran (Music theraphy)
- Fisik dan psikis
- Akupresus/akupuntur
- Distrksi/relaksasi
- Hipnotis
- Stimulus kutaneus: massage, rendam air hangat
- Kompres :
a. Kompres panas basah (dilakukan pada pasien yang
mengalami nyeri, risiko terjadi infeksi luka, dan kerusakan
fisik (mobilitas).
b. Kompres panas kering (dilakukan untuk membebaskan rasa
nyeri, spamus otot, peradangan atau kongesti, dan
memberikan rasa hangat)
11

c. Kompres dingin basah, (dilakukan untuk mengurangi aliran


darah ke suatu bagian dan mengurangi perdarahan serta
edema).
d. Kompres dingin kering, (dilakukan pada pasien dengan suhu
tubuh tinggi, perdarahan hebat, kesakitan, misalnya infiltrasi
apendikuler, sakit kepala berat, pasien pascabedah tongsil)
Mubarak, W.I., Indrawati, L.,& Susanto, J.(2015).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan Fokus
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk
mencari bantuan
2) Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu: Apakah kemungkinan pasien belum
pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
4) Riwayat kesehatan keluarga: Meliputi penyakit yang turun temurun
atau penyakit tidak menular
5) Riwayat nyeri: keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri,
kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan
cara ‘PQRST’:
- P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri. Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri
yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan
nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tahanan
terhadap nyeri adalah alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan
atau gasukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat,
dan sebagainya. Sedangkan faktor yang dapat menurunkan
12

tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan,


cemas, nyeri yang tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
- Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat. Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka
potong kecil atau laserasi, dan lain-lain. Sensasi tumpul, seperti
ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien menggunakan bahasa
yang dia ketahui ; nyeri kepala : ada yang membentur.
- R (Region), daerah perjalanan nyeri. Untuk mengetahui lokasi
nyeri, perawat meminta utnuk menunjukkan semua daerah
yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan
baik dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien
untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal ini
sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi (nyeri menyebar
kesegala arah), meliputi beberapa tempat atau melibatkan
segmen terbesar tubuh.
- S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali
diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan,
sedang atau parah. Namun makna istilah-istilah ini berbeda
bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini
juga sulit untuk dipastikan.
- T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan,
durasi dan rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan?
Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan? Apakah nyeri yang
dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa
sering nyeri kembali kambuh?
c. Macam skala nyeri
Menurut Potter & Perry (2013) cara mengkaji nyeri dengan
menggunakan beberapa macam skala nyeri yaitu:
1) Skala Numerik Nyeri
13

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi.Berat


ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0
hingga 10, di bawah ini , dikenal juga sebagai Visual Analog Scale
(VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri,
sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.

Keterangan:
0: tidak nyeri
1-3: nyeri ringan
4-6: nyeri sedang
7-9: sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10: sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
2) Visual Analog Scale
Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka.
Bisa bebas mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit,
arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri
yang sedang. Visual Analog Scale (VAS)

3) Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda,
menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan
14

untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat dipergunakan


mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

d. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan,
minum, eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri,
pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi,
prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
e. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh,
warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
b. Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi
c. Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas
bawah.
- Inspeksi: kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan
umum, keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan
dinding dada.
- Palpasi: daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan
jaringan payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer,
temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler.
- Perkusi: mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau
kerja diafragma.
- Auskultasi: bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta
bunyi gesekan, atau suara napas tambahan.
15

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. (D.0077) Nyeri akut
b. D.0078) Nyeri kronis
c. D.0079 Nyeri Melahirkan
d. D.0075 Ketidaknyamanan Pasca Partum
e. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik
f. (D.0109) Defisit perawatan diri
g. (D.0080) Ansietas
16

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Rencana Keperawatan (SIKI)


Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1 (D.0077) Nyeri akut bd Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
agen pencedera fisik, keperawatan dalam 3x24 jam, Observasi
kimia, fisiologis. diharapkan masalah nyeri akut - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dapat diatasi dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
Gejala dan Tanda Mayor : hasil : - Identifikasi skala nyeri
Subjektif (tidak tersedia) 1. Keluhan nyerimenurun - Identifikasi respon nyeri nonverbal
Objektif 2. Meringismenurun - Identifikasi factor yang memperingan dan memperberat
- Tampak meringis 3. Sikap protektif menurun nyeri
- Bersikap protektif 4. Vital sign membaik - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(mis. waspada, posisi 5. Pola tidur membaik - Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
menghindari nyeri) - Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Gelisah pasien
- Frekuensi nadi - Monitor efek samping penggunaan analgetik
meningkat - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
- Sulit tidur diberikan
Gejala dan Minor : Terapeutik
Subjektif(tidak tersedia) - Fasilitasi istirahat tidur
17

Objektif - Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (misal:


- Tekanan darah suhuruangan, pencahayaan dan kebisingan).
meningkat - Beri teknik non farmakologis untuk meredakan nyeri
- pola napas berubah (aromaterapi, terapi pijat, teknik imajinasi
- nafsu makan terbimbimbing, teknik tarik napas dalam dan kompres
berubah hangat/ dingin.
- proses berpikir Edukasi
terganggu - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Menarik diri - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Berfokus pada diri - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
sendiri - Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Diaforesis Kolaborasi
Kondisi Klinis Terkait : - Pemberian analgetik, jika perlu
- Kondisi pembedahan
- Cedera traumatis
- Infeksi
- Sindrom koroner akut
- Glaukoma
2. (D.0078) Nyeri kronis bd Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
kerusakan system syaraf, keperawatan dalam 3x24 jam, Observasi
kondisi muskulo- skeletal diharapkan masalah nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
18

kronis, kondisi kronis dapat diatasi dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pascatrauma. kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
1. Kemampuan - Identifikasi respons nhyeri non verbal
Gejala dan Tanda Mayor : menuntaskan aktivitas - Identifikasi faktor yang memperberat dan
Subjektif meningkat memperingan nyeri
- Mengeluh nyeri 2. Keluhan nyeri - Identifikasi pengetahuan dan keyaninan
- Merasa depresi menurun tentang nyeri
(tertekan) 3. Meringis menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Objektif 4. Sikap protektif respon nyeri
- Tampak meringis menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
- Gelisah 5. Gelisah menurun hidup
- Tidak mampu 6. Kesulitan tidur - Monitor keberhasilan terapi komplementer
menuntaskan aktivitas menurun yang sudah diberikan
Gejala dan Tanda Minor : - Monitor efek samping penggunaan analgetik
Subjektif Terapeutik
- Merasa takut - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengalami cedera mengurangi rasa nyeri
berulang - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Objektif nyeri
- Bersikap protektif - Fasilitasi istirahat dan tidur
19

(mis. posisi - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri


menghindari nyeri) dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- Waspada Edukasi
- Pola tidur berubah - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
- Anoreksia nyeri
- Fokus menyempit - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Berfokus pada diri - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
sendiri - Anjurkan menggunakan analgetik secara
Kondisi Klinis Terkait : tepat
- Kondisi kronis - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
(mis arthritis mengurangi nyeri
reumatoid) Kolaborasi
- Infeksi - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- Cedera modula
Perawatan kenyamanan
spinalis
Observasi
- Kondisi pasca
- Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
trauma
(mis. Mual, nyeri, gatal, sesak
- Tumor
- Identifikasi pemahaman tentang kondisi,
situasi, dan perasaanya
- Identifikasi masalah emosional dan spiritual
20

Terapeutik
- Berikan posisi yang nyaman
- Berikan kompres dingin datau hangat
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Diskusikan mengenai situasi dan pilihan
terapi/pengobatan yang diinginkan
Edukasi
- Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihanterapi/pengobatan
- Ajarkan terapi relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesic,antipruiritus, anthistamin, jika perlu
3. D.0079 Nyeri Melahirkan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
Penyebab : keperawatan 3x24 jam Observasi:
- Dilatasi servik diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Pengeluaran janin menurun dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Gejala dan Tanda Mayor : - Identifikasi skala nyeri
Subjektif 1. Frekuensi nadi membaik - Identifikasi respons nyeri non verbal
- Mengeluh nyeri    2. Pola nafas membaik - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Perineum terasa 3. Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
21

tertekan 4. Meringis menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang


- Uterus teraba 5. Gelisah menurun nyeri
membulat - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Objektif - Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Ekspresi wajah Terapeutik:
meringis - Berikan teknik nonfarmakologi untuk
- Berposisi mengurangi rasa nyeri
meringankan nyeri - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Gejala dan Tanda minor nyeri
- Subjektif - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Mual meningkat - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
- Nafsu makan pemilihan strategi meredakan nyeri
menurun/meningkat Edukasi
- Ketegangan otot - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
meningkat - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Pola tidur berubah - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
- Fungsi berkemih mengurangi rasa nyeri
berubah Kolaborasi
- Diaforesis - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- Gangguan perilaku
22

- Perilaku eksprsif
- Pupil dilatasi
- Muntah
- Fokus pada diri
sendiri
Objektif
- Tekanan darah
meningkat
- Frekuensi nadi
meningkat
Kondisi Klinis Terkait :
- Proses persalinan
- Nyeri melahirkan
- Status Intrapartum
- Status Kenyamanan
- Tingkat Ansietas
- Tingkat Pengetahuan
4. D.0075 Ketidaknyamanan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
Pasca Partum keperawatan 3x24 jam status Observasi:
Penyebab : kenyamanan pasca partum - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Trauma perinium meningkat dengan kriteria hasil frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
23

selama persalinan dan : - Identifikasi skala nyeri


kelahiran 1. Ketuban tidak nyaman - Identifikasi respons nyeri non verbal
- Involusi uterus, proses menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan
pengembalian ukuran 2. Meringis menurun memperingan nyeri
rahim ke ukuran 3. Luka epiostomy menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
semula 4. Kontraksi uterus menurun nyeri
- Pembekuan payudara 5. Payudara bengkak - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
dimana alveoli mulai menurun - Monitor efek samping penggunaan analgetik
terisi ASI Terapeutik:
- Kekurangan dukungan - Berikan teknik nonfarmakologi untuk
dari keluarga dan mengurangi rasa nyeri
tenaga kesehatan - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
- Ketidaktepatan posisi nyeri
duduk - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Faktor budaya - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Gejala dan Tanda pemilihan strategi meredakan nyeri
Mayor : Edukasi
Subjektif - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Mengeluh tidak - Jelaskan strategi meredakan nyeri
nyaman - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
24

Objektif mengurangi rasa nyeri


- Tampak menangis Kolaborasi
- Terdapat kontraksi - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
uterus
- Lika epislotomi
- Payuadara bengkak
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif (tidak
tersedia)
Objektif
- Tekanan darah
meningkat
- Frekuensi nadi
meningkat
- Brkeringat berlebihan
- menangis/merintih
- Haemorroid
Kondisi Klinis Terkait
- Kondisi pasca
25

persalinan
5. (D.0074) Gangguan rasa Setelah dilakukan Pengaturan Posisi
nyaman bd gejala penyakit tindakan keperawatan Observasi
Gejala dan Tanda 3x24 jam, masalah - Monitor statusoksigenasi sebelum dan sesudah
Mayor Subjektif gangguan rasa nyaman mengubah posisi
dapat teratasi dengan - Monitor alat traksi agar selalu tepat
1. Mengeluh tidaknyaman
ktiteria hasil:
Objektif Terapeutik
6. Keluhan tidak nyaman
- Gelisah - Tempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik
menurun dari skala 1
Gejala dan Tanda Minor : yangtepat
(meningkat) menjadi skala
Subjektif - Tempatkan pada posisi terapeutik
5 (menurun)
- Mengeluh sulittidur - Tempatkan objek yang sering digunakan dalam
- Tidak mampu rileks jangkauan
- Mengeluh - Berikan bantal yangtepat padaleher
kedinginan/kepan - Hindari menempatkanpada posisi yang dapat
asan meningkatkannyeri
- Merasagatal - Ubah posisi pada setiapdua jam
- Mengeluhmual Edukasi
- Mengeluhlelah - Informasikan saat akan dilakukan perubahanposisi
Objektif - Ajarkan caramenggunakan postur yang baik dan
- Menunjukkan gejala mekanika tubuh yang baik selama melakukan
26

distress perubahan posisi.


- Tampak Kolaborasi
- merintih/menangis - Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah
- Pola eliminasiberubah posisi, jikaperlu
- Postur tubuhberubah Dukungan pengungkapan kebutuhan
- Iritabilitas Observasi
Kondisi klinis terkait : - Periksa gangguan komunikasi verbal(mis.
- Penyakit Kronis Ketidakmampuanberbicara, kesulitan mengekspresikan
- Keganasan fikiran secaraverbal)
- Distrespsikologis
- Kehamilan
27
28

BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS
Ny. A tanggal 29 September 2021 pukul 10.40 WITA datang ke Rumah Sakit
Idaman diantar oleh suaminya. Klien hamil anak kedua dan pernah keguguran 1x
(G2P0A1) hamil 39-40 minggu+Inpartu Kala I Fase aktif dan mengalami
gligohidramnion klien telah di induksi. Pukul 11.30 WITA Bayi lahir spontan
belakang kepala jenis kelamin laki-laki. Plasenta lahir spontan lengkap dengan
selaputnya. Tampak luka episiotomy tingkat II, dilakukan hecting jelujur. Klien
terpasang drip oxy I ampul 20 tpm fls I. Klien mengeluh nyeri yang terasa hilang
timbul dengan durasi ± 15 detik, nyeri terasa pada sekitar jalan lahir, yang dirasakan
setiap ia melakukan pergerakan, rasanya seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 4
dari 10. Pasien tampak merintih saat bergerak. Hasil pengkajian tanda-tanda vital
klien, yaitu TD : 110/70 mmHg, N : 86 x/m, RR : 20 x/m, T: 36.3ºC

B. ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.A
Umur : 21 Tahun
No RM : 31 16 XX

ANALISA DATA

Hari/ DATA ETIOLOGI MASALAH


Tgl/
Jam
28 Data Subjektif: Pasca bersalin D.0075
September - Pasien mengeluh Ketidaknyamanan
2021 nyeri pada jalan Pasca Partum
Jam 10.30 lahir Trauma perineum
- Pengkajian nyeri: selama persalinan dan
P : Saat bergerak kelahiran
Q : ditusuk-tusuk
R : jalan lahir
S : 4 dari 10 Perubahan fisiologi
T : Hilang timbul perineum
29

dengan durasi
± 15 detik
Perlukaan jalan lahir
Data Objektif: (epiostomy derajat 2)
- Pasien nampak
merintih saat
bergerak Ketidaknyamanan
- Pasien pasca pasca partum
persalinan
normal
- Terdapat luka
epiostomy
derajat 2
- TTV
TD : 110/70
mmHg
N : 86 x/m
RR : 20 x/m
T : 36.3º C

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. D.0075 Ketidaknyamanan Pasca Partum berhubungan dengan Trauma perineum


selama persalinan dan kelahiran

RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN
1. D.0075 Tujuan: Setelah Manajemen nyeri
Ketidaknyamanan
dilakukan tindakan Observasi:
Pasca Partum
berhubungan keperawatan 1x 30 menit - Identifikasi
dengan Trauma
Status kenyamanan lokasi, karakteristik,
perineum selama
persalinan dan pascapartum meningkat durasi, frekuensi,
kelahiran
Kriteria Hasil: kualitas, intensitas nyeri
- Keluhan tidak nyaman - Identifikasi
menurun skala nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi
30

respons nyeri non verbal


Terapeutik:
- Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan
strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

IMPLEMENTASI

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Tgl/ Keperawatan (SOAP)
Shift
29 Sept D.0075 Observasi: S:
2021 Ketidaknyama - Pasien
- Mengidentifi
Pagi nan Pasca
mengatakan nyeri
Partum kasi lokasi,
berhubungan masih terasa
karakteristik, durasi,
dengan
- Pengkajia
Trauma frekuensi, kualitas,
perineum n nyeri :
intensitas nyeri dan
selama
P : jika terjadi
persalinan dan skala nyeri
kelahiran kontraksi
- Mengidentifi
Q : perut seperti
kasi respons nyeri non
melilit
verbal
R : perut
Terapeutik:
S : 5 dari 10
- Memberikan
T : Hilang timbul
teknik
dengan durasi ± 5
nonfarmakologi untuk
31

mengurangi rasa nyeri detik


(teknik nafas) O:
Edukasi - Pasien nampak
merintih saat
- Menjelaskan
bergerak
penyebab, periode, - Pasien pasca
persalinan normal
dan pemicu nyeri
- Terdapat luka
- Menjelaskan epiostomy derajat
2
strategi meningkatkan
- Saat dilakukan
rasa nyaman (terapi evaluasi tentang
bagaimana cara
ice pack)
melakukan terapi
- Mengajarka ice pack pasien
n teknik dapat
nonfarmakologis menjelaskan
untuk memberikan kembali materi
kenyamanan (terapi yang dijelaskan
ice pack) dengan cara - TTV
: TD : 110/70
a. Sediakan ice mmHg
pack/ice gel N : 86 x/m
b. Letakkan ice pack RR : 20 x/m
atau/ice gel pada T : 36.3º C
dearah yang A:
mengalami nyeri
Masalah
c. Lakukan
pengompresan keperawatan tidak
selama 5-10 menit
teratasi
atau sampai ice
pack/ice gel sudah P:
tidak dingin.
Intervensi dihentikan
pasien pindah
ruangan.
32

BAB IV
REVIEW JURNAL DAN PEMBAHASAN

A. Review Jurnal

Tabel Review Jurnal 4.1


Authors Study design, sample, Outcome of Analysis
No Title Source Summary of Results
and years Instrument, Analysis Factors
1. Christine E Local Cooling for Cochrain Desain : Systematic Saat dilakukan pembandingan
33
East, Emma Relieving Pain Library review Dari penelitian ini tidak penggunaan perawatan
DF Dorward, From Perineal Sampel : menunjukkan perbedaan pendinginan versus tanpa
Rhiannon E Trauma Sustained 1233 wanita yang secara keseluruhan dalam perawatan pada empat hingga
Whale, Jiajia During Childbirth acak untuk menggunakan pengukuran antar kelompok enam jam setelah bayi, atau
Liu/2020 (Review) satu perawatan pada 24 hingga 48 jam pada 24 sampai 48 jam setelah
pendinginan (es, bantalan setelah melahirkan. melahirkan didapatkan
gel dingin, pendinginan evidance pada setiap studi
plus kompresi, relatif rendah untuk
pendinginan plus mengevaluasi keefektifan
kompresi dibandingkan perawatan pendinginan pada
dengan perawatan nyeri perineum.
pendinginan lain, tanpa
perawatan, atau placebo
(water pack, kompresi).
Instrument : Ice pack /Ice
gel pack
Analisa : uji T-test
2. Ayça Şolt The effect of cold Pubmed Desain : Systematic Tidak terdapat perbedaan Pengaplikasian pad gel dingin,
Kırca, Sevda application on review dan Meta-analysis yang signifikan dari ice gel pad yang dihancurkan
Korkut episiotomy pain: Sampel : penggunaan ice pack dengan dan ice pack yang dimulai
Öksüz Msc, A systematic Tujuh studi dengan 700 minyak lavender dan segera setelah lahir atau hingga
Naci review and meta- total peserta, berbagai akupresur dalam mengurangi 24 jam pasca persalinan efektif
Murat/2021 analysis metode aplikasi dingin rasa sakit setelah episiotomi dalam mengurangi rasa sakit
(pad gel dingin, ice gel selain itu penggunaan kompres
pad yang dihancurkan, ice es memiliki efektivitas yang
pack) sama dengan minyak lavender
Instrument : Ice pack / dan akupresur dalam
Ice gel pack mengurangi nyeri episiotomi.
Analisa : uji T-test Untuk alasan ini, aplikasi dingin
dapat menjadi intervensi sesuai
permintaan di bawah penilaian
klinis bidan, perawat dan
profesional kesehatan lainnya
untuk mengurangi rasa sakit
yang terjadi setelah episiotomi
dengan pertimbangan preferensi
wanita.
3. Derya K. Effects of Cold Pubmed Desain : Randomized Terdapat kesulitan dalam Metode aplikasi dingin
Senol dan Application to the Controlled Trial pembuatan kesimpulan dianggap sebagai intervensi
Ergul Perineum on Pain Sampel : Sebanyak 200 tentang hasil dari yang Intervensi ini
34
B. Pembahasan
Setelah persalinan pervaginam spontan, wanita dapat mengalami
berbagai tingkat nyeri perineum, keparahan nyeri tersebut terkait dengan
keparahan cedera perineum. Selain itu, wanita dengan perineum utuh juga
dapat menderita nyeri dan ketidaknyamanan. Nyeri perineum pasca
persalinan dapat dimulai dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran dan
dapat bertahan hingga satu tahun. Pada periode awal pasca kelahiran, nyeri
perineum dapat mempengaruhi mobilitas dan juga kemampuannya untuk
melakukan perawatan diri dan perawatan bayinya yang baru lahir. Selain itu,
dalam jangka waktu yang lebih lama, nyeri yang terus-menerus juga dapat
menyebabkan iritabilitas, kelelahan, dan bahkan depresi ibu. Oleh karena itu,
mengurangi nyeri perineum dan meningkatkan rasa nyaman merupakan aspek
penting dari kesehatan ibu. Profesional kesehatan perlu secara aktif
mempromosikan cara-cara untuk membantu perempuan mengelola
pengalaman nyeri perineum karena ini akan membantu mereka lebih mudah
menyesuaikan diri dengan menjadi ibu. (de Souza Bosco Paiva et al., 2016).

Episiotomi adalah sayatan bedah yang dilakukan pada otot bulbo


kavernosa di perineum saat kepala bayi dilahirkan untuk melindungi tonus
perineum, mencegah robekan yang tidak diinginkan dan memfasilitasi
persalinan. Perineum adalah area yang sangat sensitif yang terdiri dari otot-
otot yang berhubungan dengan aktivitas duduk, berjalan, membungkuk,
berjongkok, buang air kecil dan buang air besar. Oleh karenanya, setiap
trauma yang disebabkan di wilayah ini karena episiotomi memiliki efek
mental, sosial dan fisik pada wanita. Nyeri perineum dapat disebabkan oleh
pembedahan (episiotomi) dan trauma spontan serta laserasi setelah persalinan
pervaginam. Episiotomi merupakan salah satu bentuk trauma dan setara
dengan laserasi derajat dua yang mempengaruhi mukosa dan otot perineum.
Laserasi tingkat pertama dan kedua menyebabkan rasa sakit, rasa tidak
nyaman dan kegelisahan, yang memberi tekanan ekstra pada ibu yang
mencoba beradaptasi dengan kondisi baru mereka dan akan berdampak
negatif pada aktivitas sehari-hari (Şolt Kırca et al., 2021).
36

Metode farmakologis, seperti obat anti inflamasi nonsteroid, analgesik


dan narkotik, sering digunakan untuk meredakan nyeri perineum postpartum.
Namun, cara-cara tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti,
sembelit, mual, iritasi lambung, pusing, bahkan pendarahan rahim yang
berkepanjangan. Juga telah dilaporkan bahwa beberapa efek dari metode
farmakologis dapat ditransfer ke bayi melalui ASI Ada beberapa cara non
farmakologis dalam mengatasi nyeri dan rasa tidak nyaman akibat episiotomy
(de Souza Bosco Paiva et al., 2016). Di antara metode non-farmakologis ini,
aplikasi dingin memiliki peran penting dalam mengurangi nyeri perineum.
Metode aplikasi dingin telah digunakan selama bertahun-tahun untuk
mengobati trauma jaringan lokal untuk mengurangi rasa sakit jangka pendek.
Pengaplikasian terapi dingin datang dalam berbagai bentuk, seperti kompres
es, bantalan gel dingin, mandi air dingin/es, untuk mengobati laserasi
perineum. Aplikasi terapi dingin merupakan metode non-farmakologis, non-
invasif, murah dan sederhana untuk mengurangi suhu jaringan lokal dan juga
membantu mengurangi rasa sakit setelah episiotomi. (Şolt Kırca et al., 2021).
Pelaksanaan vulva hygiene juga dinilai sebagai intervensi yang tepat untuk
mengurangi nyeri dan memberikan rasa nyaman pada ibu yang mengalami
post partum. Pemberian vulva hygiene dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi yang akan meningkatkan intensitas nyeri dan memperlambat
penyembuhan luka (Timbawa et al., 2015).

Pada jurnal yang membahas tentang efektivitas pemberian terapi dingin


pada nyeri akibat episiotomi didapatkan hasil, dua jurnal (Şolt Kırca et al.,
2021 dan Senol & Aslan, 2017) (Senol & Aslan, 2017)menyatakan pemberian
terapi dingin terbukti efektif dalam mengurangi nyeri dan disarankan
pemakaiannya untuk ibu post partum yang mengalami nyeri akibat
episiotomy. Sedangkan satu jurnal (East et al., 2020) lain menyatakan
pemberian terapi dingin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan nyeri akibat episiotomy. Namun pada ketiga jurnal memiliki
kesamaan hasil yaitu terapi dingin dapat meningkatkan rasa nyaman pada ibu
yang dilakukan episiotomi. Perbedaan hasil pada jurnal yang dibahas
disebabkan adanya perbedaan durasi pelaksanaan, jenis terapi dingin yang
37

diberikan, dan derajat episiotomi. Rerata durasi pemberian terapi dingin pada
jurnal yaitu selama 10-20 menit dan dilakukan setelah 2-4 jam pasca partus,
kegiatan tersebut dilakukan rutin hingga 2-3 hari.

Pada jurnal yang membahas tentang vulva hygiene didapatkan bahwa


pemberian vulva hygiene memiliki hubungan terhadap penurunan risiko
infeski pada luka episiotomi ibu post partum. Menjaga kebersihan perineum
ibu dianggap membantu mengurangi sumber infeksi dan akan membuat rasa
nyaman pada ibu. Merawat dan menjaga perineum ibu tetap selalu bersih dan
kering serta membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang itu akan
membuat proses penyembuhan luka akan cepat sembuh (Kundre, 2017).
Pemberian vulva hygiene baik berpeluang 10 kali lebih besar terhadap
pencegahan infeksi dibandingkan dengan vulva hygiene kurang (Timbawa et
al., 2015). Perlakukan vulva hygiene dilakukan sesaat setelah proses
persalinan dan heacting telah selesai kemudian ibu pasca post partum akan
diajarkan bagaimana cara melakukan vulva hygiene yang baik dan benar
sehingga mereka dapat melakukan kegiatan tersebut secara mandiri.

Dari artikel jurnal yang dibahas dapat dikatakan pemberian terapi


dingin dapat meningkatkan rasa nyaman pada ibu pasca partum, namun
kegiatan tersebut lebih cocok dilakukan di ruang rawat inap karena
memerlukan pemantauan dan implementasi yang continue selama 2-3 hari.
Selain itu ketersedian ice gel pack ataupun ice pack masih belum umum
disediakan diruangan sehingga masih sulit untuk mengaplikasikan intervensi
tersebut. Sedangkan untuk penggunaan vulva hygiene dapat dilaksanakan
secara langsung diruang bersalin dan tidak memerlukan alat khusus sehingga
mudah untuk diaplikasikan. Namun pemberian vulva hygiene memiliki
kelemahan yaitu tidak dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa
nyaman secara langsung.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman dan kelegaan.
Sedangkan nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke otak dan
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan emosional sehingga akan menggangu
kebutuhan rasa aman dan nyaman pasien. Salah satu penyebab nyeri pada ibu
post partum ialah trauma perineum selama persalinan atau kelahiran. Perawat
dapat mengimplementasikan teknik pemberian ice pack pada pasien untuk
meningkatkan kenyamanan pada pasien dan juga intervensi vulva hygiene untuk
mencegah infeksi yang membuat tingkat nyeri semakin meningkat.

B. Saran
Diharapakan setelah membaca laporan seminar kasus ini pembaca dapat
mengetahui pengaruh pemberian ice pack dan teknik vulva hygiene sebagai
evidence based practice dan dapat menerapkan intervensi saat melakukan
perawatan pada pasien post partum dengan gangguan rasa aman dan nyaman,
untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Selanjutnya sebagai bagian dari proses pembelajaran praktik klinik
Kebutuhan Dasar Profesi Besar harapan kami kepada seluruh pembaca untuk
bisa memberikan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar laporan dan
pembelajaran praktik klinik dapat menjadi lebih baik.

38
DAFTAR PUSTAKA

A, Aziz Alimuh.2014.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Andarmoyo, S. 2013. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media
Bahiyatun. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
De Souza Bosco Paiva, C., Junqueira Vasconcellos de Oliveira, S. M., Amorim
Francisco, A., da Silva, R. L., de Paula Batista Mendes, E., & Steen, M.
(2016). Length of perineal pain relief after ice pack application: A quasi-
experimental study. Women and Birth, 29(2), 117–122.
https://doi.org/10.1016/j.wombi.2015.09.002
East, C. E., Dorward, E. D. F., Whale, R. E., & Liu, J. (2020). Local cooling for
relieving pain from perineal trauma sustained during childbirth. Cochrane
Database of Systematic Reviews, 2020(10).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD006304.pub4
Hilmiati, Elty. 2011. Evaluasi Pelaksanaan Standar Asuhan Antenatal Dengan
Metode Manajemen Kebidanan Oleh Bidan Puskesmas Di Kabupaten
Banyumas Tahun 2011. Masters Thesis. Universitas Diponegoro
Ilda Raniva Wita, Susilawati Elly. 2019. Pekan baru : JOMIS(Journal Of
Midwifery Science), 2019, Vol. 3.
Kuamindarti, Indah dan Kholifah. 2016. Faktor Dominan Penyebab Kehamilan
Risiko Tinggi Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto,
Mojokerto: Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
Kuncahyana. 2013. Pengaruh Nyeri Episiotomi Ibu Nifas terhadap Psikologis Ibu
Nifas di Wilayah Kecamatan Sukodono Sragen. Prosiding Seminar
Nasional 2013 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari, ISBN: 978-979-
98438-8-3
Kundre, R. (2017). 104712-ID-hubungan-perawatan-luka-perineum-dengan. 5.
Oliviera. 2012. Comparison of Application Times for Ice Packs Used to Relieve
Perineal Pain after Normal Birth: A Randomised Clinical Trial. Journal of
Clinical Nursing, Hoboken, v. 21, n. 23-24, supl. 4, Part 1, pp. 3382-3391,
dec,2012.http://www.producao.usp.br/hand le/BDPI/41784
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indicator Diagnostic. Jakarta : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia :Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Poeter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. 4th ed. EGC
Potter, P. A. et al. 2013.Fundamental of Nursing : Caring Throughout the Life
Span. 9th ed. Edited by W. R. Ostendorf. USA: Elsevier.
Rohani., Saswita, R., Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta: Salemba Medika
Rukiyah. 2013. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: Trans Info Media
Senol, D. K., & Aslan, E. (2017). The Effects of Cold Application to the
Perineum on Pain Relief After Vaginal Birth. Asian Nursing Research, 11(4),
276–282. https://doi.org/10.1016/j.anr.2017.11.001
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Şolt Kırca, A., Korkut Öksüz, S., & Murat, N. (2021). The effect of cold
application on episiotomy pain: A systematic review and meta-analysis.
Journal of Clinical Nursing, May, 1–10. https://doi.org/10.1111/jocn.15912
Tetty, S. 2015.Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC
Timbawa, S., Kundre, R., & Bataha, Y. (2015). Hubungan Vulva Hygiene Dengan
Pencegahan Infeksi Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Rumah Sakit
Pancaran Kasih Gmim Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 3(2),
108128.
WHO. 2014. Maternal Mortality: World Health Organization.
Zakiyah, A. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Jakarta : s.n., 2015.

Anda mungkin juga menyukai