Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK NIFAS DAN MENYUSUI


PADA NY L P1001 POST PARTUM 6 JAM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SIMOMULYO SURABAYA

Nama Mahasiswa : Seska Anita Nahuway


NIM : P 27824622123

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022

LEMBAR PENGESAHAN

i
Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Nifas dan Menyusui ini
dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik Blok 5 yang telah dilaksanakan
di Puskesmas Simomulyo Surabaya Periode praktik tanggal 16 Januari 2023
s.d 4 Februari 2023

Surabaya, 2023

Seska Anita Nahuway


NIM.P27824622123

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan Pembimbing Pendidikan

Zanuarita Fidya H, Amd.Keb Novita Eka K.W, SST., M.Keb Tatarini Ika P, SST., M.Kes
NIP.198701262011012014 NIP. 198411302009122001 NIP. 198012052006042002

Mengetahui, Mengetahui,
Kepala Puskesmas Simomulyo Ka Prodi Pendidikan Profesi Bidan

dr. Nurul Lailah Uswatun Khasanah, SST, M.Keb


NIP. 196811202000032003 NIP. 197910052014022001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Pada Nifas dan Menyusui (Ny L usia 23 tahun Pust partum 6 jam)
di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah
satu syarat menyelesaikan tugas blok 5 Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Nifas
dan Menyusui pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk, dan
saran dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Luthfi Rusyadi, SKM., M.Sc, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Surabaya.
2. Dwi Wahyu S, S.ST., M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya.
3. Uswatun Khasanah, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
4. dr. Nurul Lailah, selaku Kepala Puskesmas Simomulyo Surabaya.
5. Zanuarita Fidya H, Amd.Keb, selaku pembimbing praktik lapangan yang telah
memberi bimbingan dalam menyusun laporan ini.
6. Novita Eka, SST., M.Keb, selaku pembimbing 1 pendidikan saya yang telah
memberi bimbingan dalam menyusun laporan ini.
7. Tatarini Ika P, SST., M.Kes, selaku pembimbing 2 pendidikan saya yang telah
memberi bimbingan dalam menyusun laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Surabaya, 2022
Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB 1......................................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Tujuan Asuhan....................................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum.....................................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus....................................................................................................
1.3 Waktu dan Tempat Praktik..................................................................................
BAB 2......................................................................................................................................
TINJAUAN TEORI................................................................................................................
BAB 3....................................................................................................................................
TINJAUAN KASUS.............................................................................................................
BAB 4....................................................................................................................................
PEMBAHASAN...................................................................................................................
BAB 5....................................................................................................................................
PENUTUP.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................................
DOKUMENTASI 59

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira- kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3
bulan (Kemenkes RI, 2015). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
masa nifas (Walyani, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO), kematian maternal merupakan


kematian sewaktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan yang
disebabkan oleh berbagai kemungkinan, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan
yang dilakukan mengakhiri kehamilan. Angka kematian yang tinggi setengah abad yang
lalu umumnya mempunyai dua sebab pokok yaitu, masih kurangnya pengetahuan
mengenai sebab-sebab dan penanggulangan komplikasi-komplikasi penting dalam
kehamilan, persalinan, serta nifas. Penyebab secara langsung tingginya AKI adalah
perdarahan postpartum, infeksi, dan pre-eklamsi atau eklamsi (Yulistiana, 2015).

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan postpartum
untuk membantu ibu dalam proses pemulihan ibu dan memerhatikan kondisi bayi
terutama penanganan tali pusat atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada
masa nifas, serta memberikan penjelasan mengenai masalah kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada
masa nifas diharapkan dapat mencegah kematian maternal (Walyani, 2015). Asuhan
kebidanan pada masa nifas dan menyusui merupakan bagian dari kompetensi utama
seorang bidan. Pada masa nifas dan menyusui merupakan komponen daur hidup siklus
reproduksi seorang perempuan. Bidan mempunyai peran penting dalam memfasilitasi
dan memberikan asuhanyang aman dan efektif, memberikan edukasi dan konseling
serta melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan dengan baik. (Wahyuningsih,
2018).

1
1.1 Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu


nifas secara fisiologis dan dapat melakukan pendokumentasian kebidanan.

1.1.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan anamnesa pada data subjektif dan data objektif ibu nifas fisiologis
2. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu nifas fisiologis
3. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas fisiologis
4. Melakukan perencanaan asuhan yang menyeluruh pada ibu nifas fisiologis
5. Merencanakan asuhan yang dapat diberikan pada ibu nifas fisiologis
6. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan
7. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis

1.2 Manfaat

1.2.1 Manfaat Teoritis


Untuk menambah pengetahuan dan dapat melakukan asuhan kebidanan nifas
yang berkualitas

1.2.2 Manfaat Praktis


Diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah referensi khususnya terkait
asuhan kebidanan pada nifas fisiologis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Konsep Dasar Nifas
A. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira- kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam
waktu 3 bulan (Kemenkes RI, 2015).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas
berlangsung kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009).
B. Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas menurut Walyani (2015) adalah sebagai berikut :
1. Puerperium Dini
Kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama
hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun ini berupa kelegaan hati,
seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati”
yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya.

C. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Tujuan asuhan masa nifas menurut Vivian (2011) adalah sebagai berikut :
1. Mendeteksi Adanya Perdarahan Masa Nifas

3
Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk mencegah dan mendeteksi adanya
kemungkinan adanya perdarahan post partum dan infeksi. Oleh karena itu,
penolong persalinan tetap aspada, sekurang-kurangnya 1 jam post partum
untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi.

2. Menjaga Kesehatan Ibu dan Bayinya


Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus di
berikan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, dan juga ibu
perlu di ajarkan bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin dengan sabun
dan juga air. Dengan cara membersihkan vulva dari depan ke belakang,
setelah itu membersihkan anus, lalu menyarankan ibu untuk mencuci tangan
dengan sabun sesudah membersihkan alat genetalia ibu.
3. Melaksanakan Skrining Secara Kompeherensif
Melaksanakan skrining yang kempeherensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati, merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Pada hal
ini bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV meliputi
pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, Pengawasan tanda-tanda vital ibu
dan keadaan umum ibu. Bila di temukan keluhan atau permasalahan segera
melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan
masa nifas.
4. Memberikan Pendidikan Kesehatan
Memberikan pelayanan tentang perawatan diri ibu pasca melahirkan, Nutrisi,
menyusui, perawatan bayi sehat. Ibu nifas harus di berikan pendidikan mengenai
pentingnya gizi ibu menyusui yaitu mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap
hari, makan makanan dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang
cukup (tidak tarak). Minum sedikitnya 3 liter air setiap harinya. pengompresan
pada payudara dengan menggunakan air hangat jika terjadi bendungan ASI.

5. Memberikan Pengetahuan Cara Menyusui dan Perawatan Payudara


Yakni menjaga payudara tetap bersih dan juga kering, menggunakan bra yang
dapat menyokong payudara dengan baik, apabila puting payudara lecet,
dapan menoleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu
setiap kali selesai menyusui bayinya, menyusui tetap di lakukan mulai dari
puting susu yang tidak lecet, lalu melakukan perawatan payudara.

4
D. Perubahan Fisiologis Pada Masa NIfas
Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya
plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG (human chorionic gonadotropin), human
plasental lactogen, estrogen dan progesterone menurun. Human plasental
lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG
dalam 2 minggu setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesterone hampir
sama dengan kadar yang ditemukan pada fase folikuler dari siklus menstruasi
berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini
mengubah fungsi seluruh system sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita
dianggap sedang tidak hamil, sekalipun pada wanita. Perubahan-perubahan yang
terjadi yaitu :

a. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan
beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai
volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran
semula.

a) Volume darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variabel.
Contohnya kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi dan
pengeluaran cairan ekstravaskular. Kehilangan darah mengakibatkan
perubahan volume darah tetapi hanya terbatas pada volume darah total.
Kemudian, perubahan cairan tubuh normal mengakibatkan suatu
penurunan yang lambat pada volume darah. Dalam 2 sampai 3minggu,
setelah persalinan volume darah seringkali menurun sampai pada nilai
sebelum kehamilan.

b) Cardiac output
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan.
Puncaknya selama masa nifas dengan tidak memperhatikan tipe persalinan
dan penggunaan anastesi. Cardiac output tetap tinggi dalam beberapa

5
waktu sampai 48 jam postpartum, ini umumnya mungkin diikuti dengan
peningkatan stroke voluma akibat dari peningkatan venosus return,
bradicardi terlihat selama waktu ini. Cardiac output akan kembali pada
keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 2-3 minggu.

b. Sistem Haematologi
Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun,
tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan pembekuan darah. Haematokrit dan haemoglobin pada hari
ke 3-7 setelah persalinan. Masa nifas bukan masa penghancuran sel
darah merah tetapi tambahan-tambahan akan menghilang secara perlahan
sesuai dengan waktu hdup sel darah merah. Pada keadaan tidak ada
komplikasi, keadaan haematokrit dan haemoglobin akan kembali pada
keadaan normal seperti sebelum hamil dalam 4- 5 minggu postpartum.
a) Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm³ selama persalinan dan
tetap tinggidalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah putih
normal rata-rata pada wanita hamil kira-kira 12000/mm³. Selama 10-12
hari setelah persalinan umumnya bernilai antara 20000-25000/mm³,
neurotropil berjumlah labih banyak dari sel darah putih, dengan
konsekuensi akan berubah. Sel darah putih, bersama dengan peningkatan
normal pada kadar sedimen eritrosit, mungkin sulit diinterpretasikan jika
terjadi infeksi akut pada waktu ini.
b) Faktor pembekuan, yakni suatu aktivasi faktor pembekuan darah terjadi
setelah persalinan. Aktivasi ini, bersamaan dengan dengan tidak adanya
pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya tromboemboli.
Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat
pengeluaran dari tempat plasenta.
c) Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda
trombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan dirasakan
keras atau padat ketika disentuh). yang Mungkin positif terdapat tanda-
tanda human's (doso fleksi kaki di mana menyebabkan otot-otot
mengompresi vena tibia dan ada nyeri jika ada trombosis). Penting untuk
diingat bahwa trombisis vena-vena dalam mungkin tidak terlihat namun

6
itu tidak menyebabkan nyeri.
d) Varises pada kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah umum pada
kehamilan. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali
setelah persalinan.

c. Sistem Reproduksi
a) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berata uterus 750 gr
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berat uterus 500 gr

Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis
dengan berat uterus 350 gr
4) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat
uterus 50 gr

b) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea :
Lochea Waktu Warna Ciri – ciri
Terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa
Rubra/ 1-3 hari Merah
plasenta, dinding Rahim, lemak bayi,
Cruenta
lanugo, dan meconium
Merah
Sanguin
kecoklatan
4-7 hari Sisa darah dan berlendir
olenta
dan
berlendir
8-14 Kuning Mengandug serum, leukosit, dan
Serosa
hari kecoklatan robekan/laserasi plasenta

7
Mengandung leukosit, sel desidua, sel
Alba >14hari Putih
epitel, selaput lender serviks, dan

c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6
minggu persalinan serviks menutup.

d) Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur lebih menonjol.
akan muncul kembali sementara labia manjadi

e) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari
ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

f) Payudara
Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior
meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormon plasenta
menghambat produksi ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi
estrogen dan progesterone menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis ASI
dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan
pembengkakan vascular sementara. Air susu, saat diproduksi, disimpan di
alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi
untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior distimulsi olch
isapan bayi. Hal ini menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel di dalam
payudara dan pengeluaran ASI. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi

8
miometrium pada uterus, yang biasanya dilaporkan wanita sebagai
afterpain (nyeri kontraksi uterus setelah melahirkan).
ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya +150-300 ml,
sehingga kebutuhan bayi setiap harinya. ASI dapat dihasilkan oleh
kelenjar susu yang dipengaruhi oleh kerja hormon- hormon, di antaranya
hormon laktogen.
ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas adalah ASI yang
berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum.
Kolostrum sebenarnya telah terbentuk di dalam tubuh ibu pada usia
kehamilan ± 12 minggu. Dan kolostrum merupakan ASI pertama yang
sangat baik untuk diberikan karena banyak sekali manfaatnya, kolostrum
ini menjadi imun bagi bayi karena mengandung sel darah putih.
Jadi, perubahan pada payudara dapat meliputi:
1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon
prolaktin setelah persalinan
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari
ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya. proses
laktasi

d. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratam.kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesidah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.

e. Sistem Gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh

9
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan
ke belakang.

f. Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar prolaktin dalam darah
berangsur-angsur hilang.

g. Sistem Muskulosklebal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.

h. Sistem Integumen
a) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit
b) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan
akan menghilang pada saat estrogen menurun persalinan (Walyani, 2015)
E. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas
Setelah persalinan ibu perlu waktu untuk menyesuaikan diri, menjadi dirinya
lagi, dan merasa terpisah dengan bayinya sebelum dpt menyentuh bayinya.
Periode ini dalam tiga tahap yaitu :
i. Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung pada 1-2 hari setelah
persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus
perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
j. Fase Taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitive,
sehingga mudah tersinggung dan marah. Dukungan moril sangat diperlukan
untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu,
k. Fase Leting Go

10
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya
dan berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mulai secara penuh menerima
tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasa kebutuhan
bayi sangat bergantung pada dirinya sehingga keinginan untuk merawat diri
dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. (Walyani, 2015)

F. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


a.Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan kalori tambahan sebanyak 500 kalori/hari dan minum
sedikitnya 3L/hari. Pil zat besi juga dibutuhkan untuk menambah zat gizi
minimal selama 40 hari pasca persalinan. Ibu nifas juga perlu untuk
mengonsumsi kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin
A pada bayinya melalui ASI.

b.Ambulasi
Ibu nifas harus melakukan ambulasi dalam 24 jam setelah persalinan. Ambulasi
dini tersebut sangat penting dalam mencegah trombosis vena, menguatkan otot
perut, mengencangkan otot dasar panggul sehingga dapat memperbaiki sistem
sirkulasi darah.

c. Eliminasi
Diuresis terjadi pada 1 atau 2 hari pertama setelah melahirkan. Ibu nifas dapat
dibantu untuk duduk di atas kursi berlubang untuk BAK jika masih belum
diperbolehkan untuk berjalan sendiri dan mengalami kesulitan untuk BAK
dengaqn pispot. Pemberian obat untuk pengaturan kerja usus dapat membantu
melancarkan BAB pada ibu nifas yang cenderung mengalami konstipasi.

d. Personal Hygiene
Menganjurkan ibu nifas untuk membersihkan seluruh tubuh dan alat kelamin
menggunakan sabun dan air dari depan ke belakang. Menganjurkan pada ibu
agar mengganti pembalut minimal 2 kali sehari dan menganjurkan untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin.

e. Istirahat dan Tidur


Kurangnya istirahat dan tidur saat nifas akan menyebabkan prosuksi ASI
berkurang, proses involusi uterus berkurang, memperbanyak perdarahan,

11
hingga dapat menyebabkan depresi.

f. Seksual
Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri saat darah merah
berhenti keluar dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina
tanpa nyeri.

g. Keluarga Berencana (KB)


Idealnya jarak antara kehamilan satu dan selanjutnya adalah 2 tahun. Biasanya
wanita tidak akan menghasilkan sel telur atau mengalami ovulasi sampaiia
mendapatkan haidnya selama menyusui. Metode amenorhea laktasi dapat
digunakan untuk mencegah kehamilan saat nifas. Sebelum ibu memutuskan
untuk menggunakan KB, ada beberapa hal yang harus dijelaskan, yaitu:
a. Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan keefektifitasannya
b. Kekurangan metode KB
c. Efek samping
d. Bagaimana cara menggunakannya
e. Kapan metode tersebut dapat dimulai untuk ibu pasca melahirkan dan
menyusui.

h. Senam Nifas
Senam nifas dapat membantu mengembalikan otot perut dan panggul kembali
normal. Dimulai dengan melakukan 5x latihanuntuk setiap gerakan, setiap
minggu dinaikkan lebih banyak dan pada minggu ke-6.

i. Respon Orangtua Terhadap Bayi Baru Lahir


a) Bounding Attachmet
Bounding attachment adalah suatu proses sebagai hasil interaksi yang terus
menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai,
memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Bounding attachment/ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan
erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi. Rasa
cinta menimbulkan ikatan batin/keterikatan untuk memperkuat ikatan ibu
dan bayi disarankan ibu untuk menciptakan waktu berduaan bersama
dngbayi untuk saling mengenal lebih dalan dan menikmati kebersamaan.

12
b) Reaksi orang tua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir berbeda-beda
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi
maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya
masalah pada jumlah anak, keadaan emosi, dan lain lain. Respons yang
mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif, dan ada juga
yang negatif. Respon positif dapat ditunjukan dengan ayah dan keluarga
menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia, ayah bertambah giat
bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik, ayah dan keluarga
melibatkan diri dalam perawatan bayi, dan perasaan sayang terhadap ibu
yang telah melahirkan bayi. Respon negatif dapat ditunjukan dengan
kelahiran bayi tidak diinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak
sesuai keinginan, kurang berbahagia karena kegagalan KB, perhatian ibu
pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapat perhatian dan sebagainya.
c) Sibling Rivalry
Sibling rivalry adalah kompitisi antara saudara kandung untuk
mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang
tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih. Sibling
rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara
laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang
mempunyai dua anak atau lebih. Sibling rivalry atau perselisihan yang
terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak- anak usia
antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah
terjadi Sibling rivalry.

G. Konsep Dasar Laktasi


a.Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan
pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19
minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi. Dengan terbentuknya
hormone estrogen dan progesterone yang berfungsi untuk maturasi alveoli.
Sedangkan hormone prolactin adalah hormone yang berfungsi untuk produksi
ASI disamping hormone lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya. Dua

13
refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolactin
dan refleks aliran timbul akibat pernagsangan putting susu oleh hisapan bayi.

b. Refleks Prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensorik. Bila dirangsang,
timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis
bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormone prolaktin. Hormone
inilah yang berperan dalam peroduksi ASI di tingkat alveoli.

c.Refleks Aliran (Let Down Reflex)


Rangsang putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis
depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan
hormone oksitosin. Hormone ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
ada di dinding alveolus dan didinding saluran, sehingga ASI di pompa keluar.

d. Komposisi Gizi Dalam ASI


Penelitian menemukan bahwa ASI Eksklusif membuat bayi berkembang
dengan baik pada usia 6 bulan pertama, atau bahkan pada usia lebih dari 6
bulan. Kekebalan yang paling besar yang diterima bayi adalah pada saat
diberikan ASI Eksklusif, karena ASI memiliki kandungan 50% faktor
imunisasi yang sudah dikenal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
merekomendasikan pemberian ASI pertama kali dilakukan sejak 1 jam pertama
setelah bayi lahir. Macam-macam ASI diantaranya adalah Nutrien (zat gizi)
yang sesuai untuk bayi :
a) Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak, sekitar 50% kalori ASI
adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI adalah 3,5 - 4,5%. Walaupun kadar
lemak dalam ASI tinggi, akan tetapi lemak tersebut mudah diserap oleh
bayi karena trigelserida dalam ASI lebih dulu pecah menjadi asam lemak
dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol
ASI lebih tinggi dibanding susu formula, sehingga bayi yang mendapat
ASI seharusnya mempunyai kadar kolesterol darah lebih tinggi.
b) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi

14
dibanding susu mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai menjadi
glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim lactase yang sudah ada
didalam mukosa saluran pencernaan sejak bayi lahir. Laktosa mempunyai
manfaat lain yaitu mempertinggi absorbs kalsium dan merangsang
pertumbuhan laktobasilus bifidus.
c) Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein dalam dalam
ASI sebesar 0,9% - 60%. Protein mudah dicerna dalam ASI karena
terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu
sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan
taurin untuk pertumbuhan otak.
d) Mineral
Mineral dalam susu sapi seperti natrium, kalium, kalsium, fosfor,
magnesium, dan klorida lebih tinggi 3-4 kali dibanding dengan yang
terdapat dalam ASI. Pada pembuatan susu formula adaptasi kandungan
berbagai mineral tersebut harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar
0,25% - 0,34% dalam setiap 100 ml. Hal ini harus dilakukan karena tubuh
bayi belum mampu untuk mengekskresikan atau membuang dengan
sempurna kelebihan mineral tersebut.
e) Zat Protektif
1) Laktobasilus Bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat
dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan
bersifat asam sehingga menghambat mikroorganisme seperti bakteri
E.coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela dan jamur.
Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat
ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang berkaitan dengan
nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan laktobasilus bifidus.
2) Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berkaitan dengan zat besi.
Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi diantara
semua cairan biologis. Dengan meningkat zat besi, maka laktoferin

15
bermanfaat untuk untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu,
yaitu stafilokokus dan E.coli yang juga memerlukan zat besi untuk
pertumbuhannya.

1) Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
(bakteriosidal) dan antiinflamatori. Konsentrasinya dalam ASI sangat
banyak (400 mg/ml). Keunggulan lisozim adalah bila faktor protektif
lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru
meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran.
2) Antibodi
Antibodi dalam ASI dapat bertahan didalam saluran pencernaan dan
membuat lapisan pada mukosanya, sehingga mencegah bakteri patogen
dan enterovirus masuk ke alam mukosa usus. Mekanisme antibodi pada
ASI adalah sebagai berikut: apabila ibu mendapat infeksi, maka tubuh
ibu akan membentuk antibodi dan akan disalurkan dengan bantuan
jaringan limfosit.

a. Manfaat Pemberian ASI


a) Merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.
b) Pencegahan terjadinya perdarahan postpartum.
c) Dapat mengurangi prevelensi anemia defisiensi besi.
d) Dapat menjadi metode KB yang alami (Metode Amenore Laktasi). \
e) Memberikan pengaruh psikologis yang baik bagi ibu.
f) Lebih hemat karena ASI tidak perlu dibeli.
g) Kebahagiaan keluarga semakin bertambah, karena kelahiran lebih jarang.
h) Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja.
i) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
j) Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit.

b. Upaya Memperbanyak ASI


a) Berikan ASI sesering mungkin, meskipun ASI tidak begitu banyak akan
tetapi dengan cara merangsang produksi ASI maka akan meningkat.

16
b) Berikan ASI pada bayi dengan durasi waktu yang lama.
c) Berikan ASI bergantian sehingga bayi tidak bosan dengan bagian kiri atau
kanan saja.
d) Pijatan oksitosin dengan benar dapat membantu dalam memperbanyak ASI.
e) Memompa ASI setelah selesai menyusui apabila ASI masin banyak.
f) Buatlah suasana yang tenang dan rileks sehingga bayi lebih lama menyusu.
g) Banyak mengkonsumsi air putih.
h) Hindari perasaan cemas akan ASI yang tidak lancar.
H. Program dan Kebijakan Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk :

a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya


gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi

c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas

d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu


kesehatan ibu nifas maupun bayinya

Kunjungan Waktu Tujuan


a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan mencegah perdarahan karena
penyebab lain. Rujuk klien bila perdarahan berlanjut.
c. Mengajarkan kepada ibu atau saah satu anggota
6-8 jam
keluarga untuk memijat uterus dan melakukan
KF-1 post
observasi
partum
d. Memberikan ASI sedini mungkin
e. Membina hubungan baik antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dan hangat dengan
cara mencegah hipotermi

17
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
kelainan pasca melahirkan
6 hari
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
KF-2 post
istirahat
partum
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak muncul tanda-tanda penyulit nifas
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga
bayi
agar tetap hangat.
2 minggu
KF-3 post Sama seperti saat kunjungan 6 hari setelah persalinan
partum

6 minggu a. Menanyakan kepada ibu keluhan yang kerap kali ibu


KF-4 post dan bayi alami
partum b. Memberikan konseling KB sejak dini
c. Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup

(Walyani, 2015)

2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Nifas dan Menyusui

2.2.1. Pengkajian

1. Data subjektif / anamnesa


a. Biodata
Nama : Nama merupakan identitas khusus yang
membedakan seseorang dengan orang lain.
Umur : Umur dalam kategori reproduksi sehat yaitu
antara 20 hingga kurang dari 35 tahun karena jika kurang ataupun lebih
merupakan usia dengan resiko.
Agama : masa nifas juga melibatkan aspek spiritual
karena kepercayaan dan kebiasaan.
Pendidikan : tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi kemampuan dalam
pengetahuan ibu tentang masa nifas selain itu kemampuan menyerap
informasi pada saat diberikan penyuluhan kesehatan.

18
Pekerjaan : Pekerjaan berhubungan erat dengan status social ekonomi dari
suatu keluarga mengenai kebutuhan ibu dan bayi selama masa nifas dan
menyusui.
Alamat : bertujuan untuk mengetahui jarak tempuh
menuju fasilitas kesehatan dan duperlukan jika akan dilakukan kunjungan
rumah.
Nomor telp : untuk mengtahui nomor yang bisa dihubungi jika asewaktu-
waktu diperlukan
b. Keluhan utama
Normalnya ibu akan merasakan nyeri perut setelah lahir, nyeri perineum
khusunya jika terdapat luka jahitan (Iriyanti, 2014).
c. Riwayat Menstruasi
i. Siklus haid : Siklus haid normalnya 21 – 35 hari, mayoritas wanita mengalami
siklus 28 – 30 hari. Lama haid normalnya 4-7 hari namun 2-8 hari masih
dianggap normal.
ii. HPHT : Hari pertama haid terakhir (HPHT) membantu
penetapan tanggal perkiraan partus dengan siklus menstruasi selama enam
bulan terakhir dan mengetahui usia kehamilan saat bersalin (Irianti, 2014).
iii. HPL : Untuk memperkirakan tangal persalinan. HPL dihitung
menurut rumus Neagle yaitu dari HPHT tanggal ditambah tujuh, bulan
dikurangi 3, dan tahun ditambah satu atau tetap (Saifuddin, 2014). Walaupun
terkadang ibu bersalin tidak selalu sesuai HPL namun dengan HPL dapat
diketahui ibu sudah siap bersalin atau tidak.
d. Riwayat Persalinan Ini
Dikaji mulai dari tanggal ibu bersalin, cara ibu bersalin, kondisi bayi muali dari
jenis kelamin, berat badan, panjang badan dan kodisi segera setelah lahir, selain
itu dikaji adanya penyulit yang mungkin terjadi saat setelah bersalin. Pada
riwayat persalinan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ibu dan bayi
sebelumnya apakah terdapat riwayat komplikasi atau lainnya sehingga dapat
diberikan asuhan yang sesuai.
e. Riwayat Obstetri yang Lalu

19
Menurut Rochjati (2011) kehamilan dengan risiko tinggi terjadi pada ibu yang
mempunyai riwayat obstetrik buruk, yaitu :
i. Pernah gagal kehamilan (keguguran/abortus)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada usia <20 minggu (berat
janin kurang dari 500 gram)
ii. Persalinan dengan tindakan :
 Induksi persalinan yaitu tindakan ibu hamil untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan.
 Sectio Cesaria merupakan tindakan untuk melahirkan bayi melalui
abdomen dengan membuka dinding uterus dengan cara mengiris dinding
perut dan dinding uterus.
 Plasenta manual.
 Perdarahan setelah melahirkan diberi infus.
 Pernah melahirkan dengan bantuan vakum.
iii. Nifas
Adakah perdarahan, bagaimana riwayat laktasi dan ditanyakan adanya
penyulit masa nifas.

A. Riwayat kesehatan ibu


Riwayat kesehatan saat ini dapat untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat
penyakit berat seperti jantung dan riwayat penyakit menurun seperti darah tinggi,
sesak nafas dan kencing manis, riwayat penyakit menular seperti penyakit
kuning, batuk menahun, HIV/AIDS yang dibuktikan dengan tes laboratorium
dan penyakit kelamin dengan gejala keputihan yang berbau, berwarna hijau,
gatal di sekitar kelamin dan kutil di area kelamin.
B. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya.
C. Riwayat psiko, social, kultural dan spiritual
Pada masa nifas 6 jam sampai 48 jam setelah persalinan ibu berada pada fase

20
taking in yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif tehadap lingkungan (Manuaba, 2010).
D. Pola Aktivitas sehari-hari
 Nutrisi : Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat makanan, sebesar
800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu
sendiri. Pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain mengkonsumsi tambahan
kalori tiap hari sebanyak 500 kal, makan dengan diet seimbang, cukup protein,
mineral dan vitamin, minum sedikitnya 3 liter per hari, terutama setelah
menyusui, mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) selama masa nifas, minum
kapsul vitamin A (200.000 unit)
 Istirahat : Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari. Dapat
dipenuhi dengan istirahat siang dan malam. Apabila istirahat ibu tidak
tercukupi maka akan mengganggu produksi ASI, memperlambat proses
involusi uterus, menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
 Eliminasi : Pada ibu nifas diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari masa nifas
dan BAK harus sudah dapat BAK spontan setiap 3 -4 jam (Prawirohardjo, 2014).
Pada 6 jam pertama postpartum, pasien sudah harus BAK, apabila air
kencing di tahan maka akan mengakibatkan kesulitan pada organ
perkemihan, misal infeksi. Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3
hari postpartum (Tonasih dan Sari, 2019). Anjurkan pasien untuk makan
makanan berserat tinggi dan banyak air putih.
 Aktivitas : Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2
jam (ibu boleh miring kiri atau kanan untuk mencegah adanya trombosit).
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa
nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan
normal dan tidak ada penyulit.
 Personal hygiene : Pada masa nifas, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk menceagh
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan

21
sangat penting untuk tetap dijaga (Prawirohardjo, 2014).
2. Data objektif
A. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Keadaan umum: respon baik terhadap stimulasi lingkungan dan tidak lemah
Kesadaran : composmentis yaitu kesadaran total
2) Tanda-tanda vital
Menurut Prawirohardjo (2014) pemeriksaan tanda-tanda vital pada masa nifas
sebagai berikut:
a) Tekanan Darah : Tekanan darah<140/90 mmHg. Tekanan darah biasanya bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Bila tekanan darah
menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum ataupun tanda
anemia.
b) Pernafasan : Frekuensi pernafasan normal orang dewasa 16-24 x/menit. Pada
masa nifas umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu
dalam keadraan pemulihan atau dala kondisi istirahat.
c) Nadi : Normalnya 80-100 x/menit. Denyut nadi yang semakin meningkat selama
persalinan aktif, kembali normal beberapa jam pertama masa nifas. Apabila
denyut nadi aiatas 100 kali/ menit selama masa nifas, hal tersebut abnormal dan
mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pasca nifas lambat.
d) Suhu : Normalnya 36,5-37,5℃, adanya kenaikan suhu sampai hari kesepuluh
yang menunjukkan adanya mobiditas puerperalis.
B. Pemeriksaan fisik
1) Mata : konjungtiva pucat dan skelera putih.
2) Payudara : payudara bersih, putting tidak lecet, putting menonjol, terdapat
pengeluaran ASI dan tidak bengkak.
3) Abdomen : menentukan kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri, dan
pengosongan kandung kemih karena kandung kemih yang penuh bisa
memperlambat involusi uterus, dinding abdomen tampak lunak setelah pelahiran
karena dinding ini meregang selama kehamilan.
4) Genetalia : terdapat pengeluaran darah disebut lochea yaitu cairan sekret yang

22
berasal dari uterus melalui vagina, lochea yang keluar adalah lochea rubra
5) Ekstremitas : ada/tidak tanda homan, jika tanda homan positif menunjukkan ibu
mengalami tromboplebitis, jika ibu mengalaminya maka motivasi ibu untuk
mobilisasi dini (Sulistyawati, 2015).
2.2.2. Intrepetasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan


kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah
pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya
sehingga tergambar fakta.

Dx : PAPIAH dengan Nifas Fisiologis hari Ke-1


Ds : mules pada perut, nyeri pada luka jahitan Do :
Pemeriksaan Umum : KU baik, kesadaran Composmentis. TTV yaitu :
TD : 120/80 – 130/90 mmHg
S : 36,5 – 37,5 oC
N : 60-80 x/menit
R : 16 – 24x/menit.
TFU : pertengahan pusat sympisis
Kontraksi : keras
Kandung kemih : kosong
Pengeluaran Lochea : lochea rubra
Pemeriksaan fisik tidak terdapat keabnormalan
2.2.3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Normalnya ibu akan merasakan nyeri perut setelah lahir, nyeri perineum
khusunya jika terdapat luka jahitan (Iriyanti, 2014).
2.2.4. Identifikasi Kebutuhan Segera

Dalam pelaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa situasi yang


memerlukan penanganan segera dimana bidan harus segera melakukan tindakan
untuk menyelamatkan klien, namun kadang juga berada pada situasi pasien
memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter, atau bahkan
mungkin juga situasi klien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan

23
lain. Disini bidan sangat dituntut kemampuannya untuk dapat selalu melakukan
evaluasi keadaan klien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman.

2.2.5. Intervensi

Diagnosa : PAPIAH dengan Nifas Fisiologis hari Ke-1


Tujuan : memberikan pelayanan kesehatan pada ibu nifas dan menyusui agar ibu
dapat melewati masa nifas secara aman.
Kriteria :
1. KU baik, kesadaran Composmentis.
2. TD : 120/80 – 130/90 mmHg
3. S : 36,5 – 37,5 oC
4. N : 60-80 x/menit
5. R : 16 – 24x/menit.
6. TFU : pertengahan pusat sympisis
7. Kontraksi : keras
8. Kandung kemih : kosong
9. Pengeluaran Lochea : lochea rubra 10.Pemeriksaan fisik tidak terdapat
keabnormalan Intervensi :
1. Penjelasan hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Melakukan konseling sesuai dengan keluhan yang dialami ibu
3. Memberikan KIE:
a. Makan makanan yang bervariasi dalam porsi yang sesuai
b. Kebutuhan air minum pada ibu menyusui
c. Menjaga kebersihan diri, terutama pada daerah genetalia
d. Istirahat cukup saat bayi tertidur
e. Cara menyusui yang benar dan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
f. Perawatan bayi yang benar
g. Konseling KB pasca salin
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin A,
antibiotik dan anti nyeri
5. Anjuran kunjungan ulang 3 hari lagi
2.2.6. Pelaksanaan

24
Menurut Kemenkes RI (2011). Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/klien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

2.2.7. Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk


melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah
selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat
dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.
Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai
berikut:
S : data subjektif, mencatat hasil anamnesa. O : data objektif, mencatat hasil
pemeriksaan.
A : hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dan
rujukan.

25
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal : 28 November 2022
Pukul : 06.00 WIB
Tempat : Puskesmas Simomulyo Surabaya
Oleh : Seska Anita Nahuway
3.1.1 Data Subjektif

1. Biodata
Nama : Ny. LQ Nama : Tn. L
Umur : 23 thn Umur : 25 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

26
Pekerjaan : Tidak Bekerja Pekerjaan : Wiraswata

Alamat : Simomulyo baru


Nomor Telp. : 085858xxxxx

2. Keluhan
Ibu masih merasakan mules pada perut bagian bawah ibu namun nyeri tersebut
sudah lebih baik dibandingkan setelah melahirkan tadi malam, selain itu ibu
juga merasakan nyeri pada luka jahitan.

Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : teratur
Lama Haid : 5-6 hari
Nyeri/tidak : kadang-kadang
Frekuensi : darah haid keluar cukup banyak pada hari 1 hingga
hari ke 4 dan . kemudian keluar hanya bercak sampai hari
ke 6. Ganti pembalut 3-4x/hari
Flour Albus : tidak

3. Riwayat Pernikahan
Pernikahan ke : pertama
Lama Pernikahan : 1 th
Usia Menikah :22 tahun
4. Riwayat Obstetri

Anak UK Persalinan Nifas KB


ke
Jeni Penolong penyulit JK BB/PB Kondisi penyulit ASI
s anak

1 9 Spt Puskesm - L 3200/ 6 jam - + -


bln B as 49

5. Riwayat Kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun sebelumnya. Saat ini ibu

27
belum menentukan kontrasepsi yang akan digunakan dan akan berdiskusi dengan
suami terlebih dahulu untuk menentukan pilihan kontrasepsi.

6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Saat ini

Saat hamil ibu rutin melakukan pemeriksaan ANC sejak trimester 1 di Puskesmas
dan mendapatkan pelayanan ANC terpadu secara kontinyu. Hasil pemeriksaan
kehamilan dalam batas normal dan tidak terdapat penyulit maupun tanda bahaya.
Ibu juga rutin mengonsumsi tablet tambah darah, kalsium dan multivitamin saat
kehamilan. Pada tanggal 27-11-2022 pukul 23.30 WIB, ibu bersalin secara normal
spontan belakang kepala di Puskesmas Simomulyo. Bayi lahir menangis spontan,
kulit kemerahan berjenis kelamin laki-laki, berat 3100 gram, panjang badan 52 cm,
lingkar kepala 34 cm. Plasenta lahir lengkap, laserasi jalan lahir grade II, estimasi
perdarahan ± 200 cc. IMD dilakukan segera setelah bayi lahir selama 1 jam. Tidak
ditemukan komplikasi pada saat persalinan dan setelah persalinan.

7. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis) dan
penyakit menurun (Hipertensi, Diabetes, Asma, Jantung).

8. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis) dan
menurun (Hipertensi, Diabetes, Asma, Jantung). Ibu tidak pernah melakukan
operasi. Ibu tidak memiliki alergi makanan atau obat.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak memiliki penyakit menurun (DM, Thalasemia, dan lain-lain), tidak
memiliki penyakit menular (HIV, TBC dan lain-lain)

10. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1) Nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, nasi, lauk, sayur, dan buah. Minum
air putih 2-3 liter sehari. Tidak ada pantangan / alergi makanan.
2) Eliminasi
Klien BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna kecoklatan. BAK 4-5 kali
sehari, warna kuning jerami. Tidak ada keluhan BAB dan BAK.

28
3) Istirahat
Setelah melahirkan ini ibu mengatakan tidur menyesuaikan bayinya, tidur siang jika
bayinya sedang tidur juga, tidur malam +/- 3-4 jam.

4) Hygine
Ibu mandi 2x sehari, ganti celana dalam 2x/hari dan apabila lembab, ibu melakukan
cebok dari depan ke belakang.
5) Aktivitas
Saat dirumah tidak pernah melakukan aktivitas berat, hanya pekerjaan rumah.
11. Riwayat psikososial dan Spiritual
a. Kelahiran anak yang diinginkan, ibu merasa bersemangat untuk belajar mengauh
bayi dan mengasihi bayinya.
b. Tidak ada masalah yang mengganggu, suami dan keluarga mendukung.
c. Tidak ada kebiasaan/budaya yang merugikan.
3.2 Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran Umum : Composmentis
c) TB : 155 cm
d) BB saat ini : 65 kg
e) IMT saat ini : 27,1 (overweight)
f)Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 xmenit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,8 oC

b. Pemeriksaan Fisik
a) Wajah : Konjungtiva merah muda dan wajah tidak oedema
b) Dada : Puting susu menonjol, puting bersih, ASI +/+ keluar lancer
c) Abdomen : TFU tidak teraba dan kandung kemih kosong TFU 2 jari
bawah pusat, kontaksi keras, kandung kemih kosong

d) Genetalia : Pengeluaran lochea rubra, luka jahitan masih basah, tidak

29
ada tanda-tanda infeksi seperti berbau, bengkak, maupun kemerahan.
e) Ekstremitas : Tidak terdapat oedema di ekstemitas
Data penunjang
Cara Menyusui : cara menyusui ibu sudah sesuai walaupun ada beberapa
langkah yang terlewat seperti mengoleskan ASI pada puting dan
memasukkan areola secara keseluruhan kedalam mulut bayi.

3.3 Analisa Data

P1001 Post partum 6 jam

3.4 Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal : Senin/ 28 November 2022
Pukul : 06.00 WIB
Tanggal Penatalaksanaan TTD

1. Menjelaskan kepada klien mengenai hasil


pemeriksaan yang telah dilakukan e/ ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang
sedang dialami ibu merupakan hal yang fisiologis,
keluhan terjadi karena adanya proses involusi uteri
dan terdapat luka jahitan pada jalan lahir ibu
e/ ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
oleh petugas
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang
dirasakan ibu dapat dibantu dengan melakukan
mobilisasi dini seperti yang sudah dilakukan ibu
yaitu berjalan ke kamar mandi hal ini bertujuan
untuk membantu proses involusi uteri, dan nyeri
luka jahitan dengan tetap menjaganya dalam
kondisi bersih dan asupan makanan yang
mengandung tinggi protein

30
e/ ibu mengerti dan memahami penjelasan yang
diberikan pada ibu
4. Menganjurkan ibu untuk tetap tidak tarak makan
selama ibu tidak memiliki alergi, terutama makanan
yang mengandung banyak protein seperti putih
telur, ikan dan lainnya yang sangat berpengaruh
dalam penyembuhan luka jahitan. Selain itu
kebutuhan minum yang cukup minimal 8 gelas sehari
dan dianjurkan 12 -14 gelas untuk ibu menyusui
e/ ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran
untuk tidak tarak makan
5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan
diri seperti saat ini terutama pada organ genetalia
yang mana terdapat luka jahitan dengan cara mencuci
organ dari depan kebelakang, dan sering mengganti
pembalut.
e/ ibu bersedia untuk melakukan anjuran yang
diberikan
6. Memberikan KIE menggunakan buku KIA meliputi:
a. Istirahat yang cukup pada saat bayi tertidur
b. Cara menyusui yang benar
c. ASI eksklusif 6 bulan pertama
d. Cara perawatan bayi
e. Tanda bahaya masa nifas
e/ klien mengerti penjelasan yang disampaikan
1. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi yakni vitamin A, amoxilin, tablet tambah
darah dan paracetamol untuk ibu
e/ ibu menerima dan meminum terapi setelah
mendapatkannya
2. Menganjurkan ibu kembali pada tanggal 4
Desember 2022 untuk kunjungan ulang, jika ibu
mengalami tanda bahaya dan keluhan lain ibu

31
dianjurkan untuk segera pergi ke fasilitas kesehatan.
e/ ibu bersedia untuk datang kembali sesuai dengan
anjuran yang diberikan

Kunjungan Kedua

Tanggal : 4 Desember 2022

Pukul : 90.30

S: ibu mengatakan sudah tidak merasakan mules seperti sebelumnya dan nyeri
pada luka jahitan juga sudah jarang dirasakan ibu.
O:
TTV TD : 100/70 mmHg
N : 78 x/ menit
S : 36,70C
RR : 20 x/menit
BB : 55 kg
Payudara : ASI sudah keluar lancar dari kedua payudara ibu TFU
: pertengahan pusat sympisis
Kontraksi : keras
Kandung Kemih : Kosong
Genetalia : luka jahitan sudah mulai menyatu, lochea sanguilenta
Perdarahan : ibu mengganti pembalut 3-4 kali/ hari
A : P10001 dengan nifas fisiologis hari ke 6
P:

Tanggal Penatalaksanaan TTD

1) Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah


dilakukan bahwa ibu dalam kondisi baik dan involusi
masa nifas ibu dalam batas normal. Ibu mengeti

32
2) Menjelaskan kepada ibu untuk ikut beristirahat selagi
bayi tertidur dan bergantian menjaga bayi dengan
suami atau keluarga. Serta menganjurkan ibu untuk
melakukan olahraga ringan dan mengelola stress
dengan membuat suasana kamar lebih nyaman agar
dapat membantu ibu beristirat dengan baik. Ibu
berkata selama ini telah membagi tugas dengan
pasangan dalam menjaga bayi dan akan mencoba
membuat suasana kamar lebih nyaman dengan
wewangian atau aromatherapy.
3) Menjelaskan tanda bahaya masa nifas seperti
perdarahan lewat jalan lahir, infeksi yang ditandai
dengan suhu (>38ºC) dan nadi yang meningkat, keluar
cairan berbau, demam lebih dari 2 hari, bengkak
diwajah, tangan dan kaki. Payudara bengkak dan
merah disertai rasa sakit. Ibu terlihat sedih, murung
dan menangis tanpa sebab. Apabila ibu didapati salah
satu tanda bahaya nifas maka dianjurkan untuk segera
memberitahu bidan.
1) Memberikan KIE terkait

a. Nutrisi : Ibu tidak perlu ada pantangan makan.


Perbanyak konsumsi makanan tinggi protein, makan
makanan yang beraneka ragam mengandung
karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran dan
buah-buahan beragam. Minum 8-10 gelas setiap hari.
1) Personal hygiene : Menganjurkan ibu untuk cebok
dari arah depan ke belakang. Untuk mencegah infeksi
setiap kali habis BAK/BAB dianjurkan untuk cebok
dari bagian depan baru kemudian daerah belakang
(anus). Pembalut hendaknya diganti 2 kali sehari, serta
mengganti celana dalam tiap kali lembab. Untuk
mengganti pembalut tiap 2 jam sekali apabila

33
pengeluaran darah banyak, dan jika sudah sedikit
dapat dilakukan tiap 4 jam sekali.
2) Istirahat : Menganjurkan ibu menyempatkan untuk
istirahat disela waktu istirahat bayi. Serta membagi
waktu menjaga bayi dengan suami atau keluarga.
3) Menganjurkan ibu untuk dapat merencanakan
penggunaan kontrasepsi dan memberi jarak setidaknya
2 tahun jika ingin hamil lagi, ibu dapat berkunjung ke
Puskesmas jika ingin melakukan konseling terkait KB
pada hari Kamis dan Sabtu. Ibu mengerti dan akan
berdiskusi dengan suami terlebih dahulu.
4) Menjelaskan kembali kepada ibu terkait
perawatan bayi yang benar yaitu dengan menjaga
bayi tetap hangat, menjaga kebersihan bayi
dengan mengganti pakaian bayi segera saat kotor
atau basah, cara menyusui yang benar, perawatan
payudara dan pemberian ASI eksklusif. Ibu
mengerti.
5) Memberitahukan jadwal imunisasi BCG dan
Polio 1 yaitu pada tanggal 27 Desember 2022 di
Puskesmas. Ibu bersedia datang kembali.

34
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada pengkajian data subjektif taggal 22 November 2022 pukul 06.00 WIB
didapatkan Ny.L usia 23 tahun P1001 post partum hari Ke-0 dengan keluhan perut
ibu terasa mules pada perut bagian bawah ibu namun nyeri tersebut sudah lebih baik
dibandingkan setelah melahirkan tadi malam, selain itu ibu juga merasakan nyeri
pada luka jahitan. Dari data yang didapatkan terdapat kesesuaian dengan teori
Iriyanti (2014) menyatakan dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu
akan mengalami kram/mules pada abdomen yang berlangsung sebentar, mirip
sekali dengan kram waktu periode menstruasi, keadaan ini disebut afterpains yang
ditimbulkan oleh kontraksi uterus pada waktu mendorong gumpalan darah dan
jaringan yang terkumpul di dalam uterus. Normalnya ibu akan merasakan nyeri
perut setelah lahir, dan nyeri perineum khusunya jika terdapat luka jahitan. Selain

35
itu pada data subjektif riwayat psikologis dan kebutuhan dasar ibu tidak terdapat
masalah yang terjadi, dan data dan teori yang ada tidak terdapat kesenjangan.
Pada data objektif didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas
normal dan pada pemeriksaan fisik didapatkan colostrum sudah keluar dari kedua
payudara ibu, TFU pertengahan pusat sympisis, kontraksi keras, kandung kemih
kosong, lochea rubra, dan terdapat luka jahitan yang masih basah. Hal ini sesuai
dengan teori dari Asih (2016) yakni pada periode pasca salin awal (early post
partum) 24 jam-1 Minggu ini tenaga kesehatan harus memastikan involusi uteri
dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak ada
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
bayinya dengan baik. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa ibu tidak
mengalami tanda bahaya pada masa nifas karena hasil pemeriksaan ibu tidak
ditemukan hasil yang menunjukkan adanya kelainan. Data dengan teori yang ada
saling berhubungan dan tidak terdapat kesenjangan.

Berdasarkan pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan analisis


dengan hasil P1001 nifas fisiologis hari Ke-0 (6 jam). Penatalaksanaan yang
diberikan yakni penjelasan hasil pemeriksaan, penjelasan dan cara membantu
keluhan yang dialami ibu, memberikan KIE mengenai asupan nutrisi tanpa tarak
dan tinggi protein, kebersihan diri, istirahat cukup, ASI eksklusif, perawatan dan
cara menyusui yang benar hingga tanda bahaya pada ibu nifas. Hal ini sesuai
dengan Kemenkes (2013) yakni asuhan yang diberikan pada 6 hari postpartum
yaitu memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahanabnormal, menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi dan perdarahan,
kebutuhan istirahat yang cukup, asupan makanan yang bergizi dan cukup cairan,
ASI Eksklusif hingga cara menyusui dengan baik dan benar dan yang terakhir
konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

Perubahan psikologis pada ibu yang mendapat asuhan yang memadai pada hari-hari
pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai kesepuluh mulai muncul
kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri. (Oktavini, 2019). Hal

36
ini ditunjukkan pada kasus, dimana terkadang suami dan mertua ikut membantu dalam
menjaga bayi, dikarenakan ibu belum memiliki pengalaman merawat bayi sehingga
perlu dukungan dan bantuan. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain
tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri Pada masa ini ibu agak sensitif
dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut, cenderung menerima
nasihat bidan, karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang
bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan penting memperhatikan perubahan yang
mungkin terjadi. Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan perannya,
sehingga memerlukan dukungan tambahan. Pada tahap ini, bidan harus tanggap
terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat
bagi bidan untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu
diperhatikan teknik bimbingannya, jangan sampai menyinggung perasaan ibu atau
membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata “jangan
begitu” atau “kalau seperti itu salah” disampaikan pada ibu karena hal itu akan
sangat menyakiti perasaannya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti
bimbingan yang diberikan bidan (Oktavini, 2019).

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan pada masa nifas, maka ibu membutuhkan diet yang cukup kalori dan
protein, istirahat yang cukup dan sebagainya. Ibu juga tidak perlu takut untuk banyak
bergerak, karena dengan ambulasi dini dapat membantu Rahim untuk kembali ke
bentuk semula (Walyani, 2015). Kebutuhan masa nifas pada kasus yang
memungkinkan dapat menghambat pemulihan masa nifas yaitu kurang istirahat. Ibu
kadang kesulitan untuk tidur dikarenakan bayinya sering menangis pada waktu
istirahat. Ibu perlu beristirahat cukup, mengatur waktu istirahat pada saat bayi tidur,
karena terdapat kemungkinan ibu harus sering terbangun pada malam hari karena
menyusui. Kebanyakan wanita akan mengeluh kelelahan dalam beberapa minggu
pertama setelah persalinan karena kurang tidur pada akhir kehamilan. persalinan
bahkan teap menyusui setelahnya. Oleh karena itu sangat penting bahwa bagi ibu pasca
bersalin untuk meluangkan waktu secara sadar agar dapat tidur cukup selama periode
postpartum. Misalnya dengan mengambil kesempatan untuk tidur siang saat bayinya
sedang tidur dan tidak merasakan perasaan bersalah saat melakukan hal tersebut

37
(Marshall, 2014).

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan masa
nifas. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain: memberikan
dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu
untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas; sebagai
promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga; mendorong ibu untuk menyusui
bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman; membuat kebijakan dan perencana
program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan
administrasi; mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan; memberikan konseling
untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-
tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman;
melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa
dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas;
dan memberikan asuhan secara professional (Walyani, 2015).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Persalinan dan pendokumentasian
secara SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa Data, dan Penatalaksanaan) pada Ny L
P1001 Post partum hari ke 5, maka dapat disimpulkan mahasiswa mampu :
1. Melakuakan Pengkajian secara subjektif dan objektif pada Ibu Nifas
2. Mengidentifikasi diagnose masalah pada Ibu Nifas
3. Menentukan antisipasi masalah potensial pada Ibu Nifas
4. Mengidentifikasi tindakan segera pada Ibu Nifas.
5. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ibu Nifas
6. Melaksanakan dan menjelaskan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas

38
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ibu Nifas
8.
5.2 Saran

1. Bagi Klien
Diharapkan dapat mendorong ibu untuk terus melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu dan berkualits.
2. Bagi Puskesmas
Dapat terus meningkatkan Pelayanan dan asuhan yang diberikan kepada ibu
bersalin agar persalinan ibu dapat berjalan normal dan dapat mendeteksi adanya
tanda bahaya secara dini.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan lebih banyak belajar dan menambah wawasan tentang asuhan
kebidanan pada persalinan agar dapat pelayanan pada klien secara komprehensif
dan sesuai kebutuhan.

Daftar Pustaka

Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika
Marshall, J. E., & Raynor, M. D. (2014). Myles' Textbook for Midwives E-
Book. Elsevier Health Sciences.

Oktavini. (2019). Modul 2: Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Masa


Nifas dan Menyusui. Palangka Raya: Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya.

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka

39
Sarwono Prawirohardjo
Wahyuningsih, H.P. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Kementerian.

Kesehatan R.I
Walyani, E.S. & Purwoastuti, T.E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.


Yulistiana, E. (2015). Hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami pada
ibu hamil terhadap keteraturan kunjungan antenatal care (ANC) di
Puskesmas Wates Lampung Tengah tahun 2014. [Jurnal Kebidanan
Vol 1, No 2, Juli 2015: 81-90].
Yulizawati,at all. 2019.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan.Sidoarjo : Indomedia
Pustaka
Zanah, N., & Magfirah, M. (2022). ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
NORMAL DI DESA TANJUNG MULIA KABUPATEN ACEH TAMIANG,
ACEH. Femina: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(2), 16-24.

40
41
42

Anda mungkin juga menyukai