Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA IBU NIFAS NY. L USIA 25 TAHUN


P1AB0H1 POSTPARTUM NORMAL HARI KE 4 DI PUSKESMAS PUNDONG
BANTUL

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik pada
Masa Nifas dan Menyusui (BD. 7005)

Oleh :
NETI SEPTIANA
P07124522020

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif

“Asuhan Kebidanan Holistik pada Ny. L Usia 25 Tahun P1AB0AH1 Postpartum


Normal Hari Ke 4 Di Puskesmas Pundong Bantul ”

Oleh:
NETI SEPTIANA
P07124522020

Menyetujui

Pembimbing Klinik

(Rusminingsih, S.SiT. M. Kes) (…………………………….)


NIP.

Pembimbing Akademik

(Annisa Bekti Tarisma, S.Tr.Keb, Bdn) (…………………………….)


NIP.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Nanik Setiyawati, S. ST, Bdn, M. Kes

ii
NIP. 198010282006042002

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan
komprehensif ini. Laporan komprehensif ini terwujud atas bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Joko Susilo, SKM. , M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang
telah memberikan kesempatan dalam melakukan praktik,
2. Dr. Yuni Kusmiyati, SST. , MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan
praktik
3. Nanik Setiyawati, S. ST, Bdn, M. Kes selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Bidan yang telah mendukung dalam seluruh proses praktik
4. Ibu Annisa Bekti Tarisma, S.Tr. Keb, Bdn selaku pembimbing akademik.
5. Ibu Rusminingsih, S.SiT, M. Kes, selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama praktik asuhan kebidanana pada masa
nifas
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
pendahuluan ini
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari banyak kekurangan
dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu sangat diharapkan masukan dari
pembaca baik berupa kritik maupun saran. Semoga laporan ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu khususnya ilmu kebidanan.

Yogyakarta, November 2022


Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan ...........................................................................................................3
C. Ruang Lingkup...............................................................................................4
D. Manfaat .........................................................................................................4
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI.................................................................5
A. Kajian Masalah Kasus....................................................................................5
B. Kajian Teori....................................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................20
A. Pengkajian......................................................................................................20
B. Analisa ..........................................................................................................21
C. Penatalaksanaan ............................................................................................22
BAB IV PENUTUP..................................................................................................25
A. Kesimpulan....................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................28
LAMPIRAN..............................................................................................................30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Postpartum dengan partus spontan atau partus dengan persalinan normal
diutamakan pada ibu primipara, partus termasuk pengalaman pertama kali yang
dirasakan sehingga bisa menjadi stress pada saat proses serta setelah melahirkan.
Stres biasanya dirasakan ibu postpartum sehingga bisa menyebabkan
peningkatan kadar hormon kortisol yang memmpengaruhi penurunan hormon
oksitosin dan akibatnya terjadi penundaan omset laktasi (Astuti, 2015).
Pelayanan kesehatan masa nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari setelah
melahirkan. Terdapat 81,9% ibu bersalin yang mendapat pelayanan nifas pertama
pada periode 6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan (KF 1), periode 7 sampai 28
hari setelah melahirkan (KF 2) sebesar 51,8% dan periode 29 sampai 42 hari
setelah melahirkan (KF 3) 43,4 %. Akan tetapi angka nasional untuk KF lengkap
yang dicapai baru sebesar 32,1% (Kemenkes RI, 2013).
Salah satu pelayanan KIA yang Harus ditingkatkan adalah perawatan bagi
ibu nifas, dalam hal ini yang berhubungan dengan perawatan payudara yang
benar untuk kelancaran ASI, mengingat ASI memiliki manfaat yang besar bagi
bayi dan ibu bila diberikan sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI mengandung zat-
zat gizi yang sesuai untuk bayi, mengandung protektif dan mempunyai efek
psikologis yang menguntungkan. Pada hari pertama kelahiran sampai bayi
berusia 3 hari produksi kolostrom merupakan ASI yang berwarna kekuningan
kaya akan antibodi yang berfungsi meningkatkan imunitas sehingga menurunkan
risiko kematian bayi. Kandungan Ig (immunoglobulin), lactose, protein pada ASI
hari ke empat hingga sepuluh menjadi lebih sedikit namun kandungan lemak dan
kalori lebih banyak. ASI memiliki enzim tertentu yang tidak dimiliki oleh susu

1
formula, dimana enzim tersebut memiliki fungsi sebagai zat penyerap dan tidak
mengganggu enzim lain yang ada di usus (Kemenkes RI, 2020).
Selain itu, ditemukan pula fakta pada masyarakat bahwa salah satu penyebab
mengapa banyak ibu yang tidak mau menyusui bayinya adalah karena tidak
terjadinya kelancaran ASI karena faktor ketidaktahuan ibu tentang bagaimana
cara merawat payudara yang baik pre maupun postpartum. Untuk itu diperlukan
tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang ASI dan
faktor yang terkait didalamnya.
Terget WHO terhadap capaian ASI eksklusif adalah 90%, sedangkan angka
pemberian ASI eksklusif mayoritas negara-negara di dunia masih di bawahnya.
Di Indonesia sendiri target pemberian ASI eksklusif tingkat nasional yaitu 80%.
Pemberian ASI secara eksklusif dapat mencegah 13% (800.000) dari total
kematian balita di dunia (WHO, 2014). Laporan statistik sebesar 92,3% wanita di
Australia menyusui sejak bayi lahir, namun hanya 17,6% yang terus menyusui
secara eksklusif sampai bayi berusia enam bulan dan penurunan terbesar terjadi
antara usia dua bulan dan enam bulan (Charkick et al., 2017).
Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun
2020 mencatat jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah sebesar 81,1%.
Kota Yogyakarta merupakan satu dari lima kabupaten yang dimiliki oleh DIY
yang belum mencapai target cakupan ASI (73,25%) dan empat kabupaten lainnya
telah melebihi target seperti Sleman 85%, Bantul 82,03%, Kulonprogo 80,36%
dan Gunung Kidul 78,01% % (Profil Kesehatan Provinsi DIY, 2020).
Asuhan masa nifas sangat penting dan diperlukan karena dalam periode ini
disebut masa kritis baik pada ibu maupun bayinya. Salah satu usaha untuk
memperbanyak ASI adalah dengan memberi perawatan khusus, yaitu dengan
pemberian rangsangan pada otot-otot payudara, dan untuk mencegah masalah-
masalah yang mungkin timbul pada ibu menyusui, sebaiknya perawatan
payudara dilakukan secara rutin untuk. Ibu bisa mendapatkan informasi
perawatan payudara pada saat mengikuti kelas ibu hamil, di puskesmas, rumah

2
bersalin, rumah sakit atau pada kunjungan masa nifas (Muslim, Vikhabie
Yolanda, St. Halimatusyaadiah, 2017)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan
menyusui menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan
pendokumentasian asuhan menggunakan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus ibu nifas Ny. L
usia 25 tahun P1Ab0Ah1 Postpartum Normal Hari Ke 4
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa atau masalah kebidanan
berdasarkan data subjektif dan objektif pada kasus ibu nifas Ny. L usia 25
tahun P1Ab0Ah1 Postpartum Normal Hari Ke 4
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi
pada kasus ibu nifas Ny. L usia 25 tahun P1Ab0Ah1 Postpartum Normal
Hari Ke 4
d. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada kasus ibu nifas Ny.
L usia 25 tahun P1Ab0Ah1 Postpartum Normal Hari Ke 4
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada
kasus ibu nifas Ny. L usia 25 tahun P1Ab0Ah1 Postpartum Normal Hari Ke
4
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani kasus ibu
nifas Ny. L usia 25 tahun P1Ab0Ah1 Postpartum Normal Hari Ke 4
g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus ibu
nifas Ny. L usia 25 tahun P1Ab0Ah1 Postpartum Normal Hari Ke 4
h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian ibu nifas Ny. L usia 25
tahun P1Ab0Ah1 Postpartum Normal Hari Ke 4

3
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayanan
kebidanan berfokus pada kesehatan ibu nifas dan menyusui
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa Profesi Bidan Poltekkes Yogyakarta
Menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan bahan dalam penerapan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui.
2. Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pundong Bantul
Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi bidan
pelaksana dalam pelaksanaan asuhan pada ibu nifas dan menyusui.
3. Bagi Ny. L dan keluarga
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pasien, keluarga tentang masa
nifas dan menyusui sehingga mampu mengantisipasi, mencegah dan
menanggulangi terjadinya kegawatdaruratan dan dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas di masyarakat.

4
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


Ny. L berusia 25 tahun P1Ab0Ah postpartum normal pada hari Selasa 15
November 2022 pukul 10.15 WIB ibu datang ke puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan postpartum hari ke 4. Pada tanggal 11 November 2022 Pukul 20.00
Wib ibu melahirkan anak pertamanya secara spontan di Puskesmas Pundong
Bantul berjenis kelamin perempuan dengan berat lahir 3200 gram saat ini kondisi
bayi dalam kondisi baik. Saat ini keluhan yang dirasakan Ny. L masih terasa
sedikit nyeri pada luka jahitannya. Ibu sudah makan nasi dengan lauk telur, ayam
dan sayur hijau serta minum air putih 8-10 gelas dalam sehari. Ibu dan suami
sangat senang dengan kehadiran anaknya. Selain itu suami selalu mendampingi
dan membantu ibu selama di Puskesmas. Saat ini keluhan ibu masih terasa
sedikit nyeri pada luka bekas jahitan perineum dan ibu khawatir karena ASI nya
masih sedikit keluar.
Hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik, kesadaran Composmentis,
keadaan emosional stabil, tinggi badan 155 cm, berat badan 51 kg. Pemeriksaan
tanda-tanda vital tekanan darah 100/60 mmHg, pernapasan 21x/menit, suhu 36,8 0
C, nadi 84 kali/menit. Pada pemeriksaan fisik mata konjungtiva merah muda,
wajah tidak ada edema, kedua puting susu menonjol sudah terdapat pengeluaran
kolostrum. TFU ½ pusat sympisis, kontraksi uterus keras, perdarahan dalam
batas normal, terdapat luka masih sedikit basah dan tidak ada tanda-tanda infeksi,
terdapat pengeluaran lochea sanguilenta.
Pemeriksaan pada Ny.L didapatkan kesimpulan bahwa Ny. L umur 25
tahun P1Ab0H1 Ibu nifas post partum normal Hari ke-4.
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. L adalah pemeriksaan keadaan
umum, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, Tinggi Fundus uteri, luka jahitan pada
perenium, perdarahan. Memberikan kebutuhan rasa nyaman pada Ny.L,

5
Memberikan KIE personal Hygine, perawatan payudara, kebutuhan nutrisi,
rencana KB serta menjelaskan tentang kebutuhan istirahat ibu.

B. Kajian Teori
1. Nifas
a. Definisi
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
terakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil), masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Periode
postpartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin,
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Islami, 2015).
b. Perubahan Fisiologis pada Ibu Masa Nifas
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis sebagai berikut:
1) Involusi Uterus Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses di mana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat
sekitar 30 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. TFU dan Berat Uterus Menurut Masa
Involusi Involusi TFU Berat Uterus Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari di
bawah pusat 1.000 gr 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr 2
minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr 6 minggu Normal 50 gr 8
minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gr bulan.
2) Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Pemeriksaan lochea meliputi perubahan warna dan bau karena
lochea memiliki ciri khas: bau amis atau khas darah dan adanya bau
busuk menandakan adanya infeksi. Jumlah total pengeluaran seluruh
periode lochea rata-rata 240-270 ml.
Lochea terbagi menjadi 4 tahapan:

6
a) Lochea rubra
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-3 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo, dan meconium.
b) Lochea sanguilenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecokelatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari
ke-8 sampai hari ke-14 postpartum.
d) Lochea alba
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.
3) Proses Laktasi
Sejak masa hamil payudara sudah memproduksi air susu di
bawah kontrol beberapa hormon, tetapi volume yang diproduksi
masih sangat sedikit. Selama masa nifas payudara bagian alveolus
mulai optimal memproduksi air susu (ASI). Dari alveolus ini ASI
disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), di mana beberapa
saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar
(duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami
pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya semua saluran yang besar ini
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran, terdapat otot yang apabila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar bulan.(Wahyuni, 2017)

7
Jenis-jenis ASI sebagai berikut :
a) Kolostrum cairan pertama yang dikeluarkan oleh kelenjar
payudara pada hari pertama sampai dengan hari ke-3, berwarna
kuning keemasan, mengandung protein tinggi rendah laktosa.
b) ASI transisi keluar pada hari ke 3–8; jumlah ASI meningkat tetapi
protein rendah dan lemak, hidrat arang tinggi.
c) ASI Mature: ASI yang keluar hari ke 8–11 dan seterusnya, nutrisi
terus berubah sampai bayi berusia 6 bulan
Beberapa hormon yang berperan dalam proses laktasi:
a) Hormon Prolaktin Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan
rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan
hormon prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju
kembali ke payudara. Hormon prolaktin merangsang sel-sel
pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu. Semakin sering
dihisap bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi. Semakin
jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika
bayi berhenti menyusu, payudara juga akan berhenti
memproduksi ASI.
b) Hormon Oksitosin, Setelah menerima rangsangan dari payudara,
otak juga mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin
diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Hormon ini juga masuk
ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon
oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi.
Kontraksi ini menyebabkan ASI yang diproduksi sel-sel pembuat
susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju muara saluran
ASI. Kadangkadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar
payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini
disebut refleks pelepasan ASI.

8
c. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting pada
ibu dalam masa nifas. Ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga
diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat
penting pada masa nifas untuk memberi pegarahan pada keluarga tentang
kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu
nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis (Wahyuni,
2017) Adaptasi psikologis yang perlu dilakukan sesuai dengan fase di
bawah ini:
1) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama
proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat
ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah
tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ibu perlu dipahami dengan
menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan
pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3–10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan karena
saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri.

9
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini bulan.
d. Kebutuhan Ibu dalam Masa Nifas
Menurut Asih (2016) kebutuhan ibu dalam masa nifas antara lain:
1) Nutrisi dan Cairan
a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
c) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya
selama 41 hari pasca persalinan.
2) Pemberian Kapsul Vitamin A 200.000 IU
Kapsul vitamin A 200.000 IU pada masa diberikan sebanyak
dua kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua di berikan setelah
24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama. Manfaat kapsul vitamin
A untuk ibu nifas sebagai berikut :
a) Meningkatkan kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI).
b) Bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi.
c) Kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan.
d) Ibu nifas harus minum 2 kapsul vitamin A karena bayi lahir
dengan cadangan vitamin A yang rendah, kebutuhan bayi akan
vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan daya tahan
tubuh. Pemberian 1 kapsul vitamin A 200.000 IU warna merah
pada ibu nifas hanya cukup untuk meningkatkan kandungan
vitamin A dalam ASI selama 60 hari, sedangkan dengan
pemberian 2 kapsul dapat menambah kandungan vitamin A
sampai bayi 6 bulan.

10
3) Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari
tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk
berjalan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat
tidur dalam 24–48 jam postpartum. Early ambulation tidak
diperbolehkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya
anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam dan sebagainya bulan
(Asih, 2016).
4) Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. jika dalam 8
jam belum dapat berkemih atau sekali berkemih atau belum melebihi
100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari ke-2
postpartum. Jika hari ke-3 belum juga BAB, maka perlu diberi obat
pencahar per oral atau per rektal.
5) Personal Hygiene
Kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi.
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, terutama
perineum. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut dua kali sehari,
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya dan bagi ibu yang mempunyai luka
episiotomi atau laserasi, disarankan untuk mencuci luka tersebut
dengan air dingin dan sabun.
6) Istirahat dan tidur menyarankan ibu untuk istirahat cukup. Tidur siang
atau beristirahat selagi bayi tidur.

11
7) Seksual ibu diperbolehkan untuk melakukan aktivitas kapan saja ibu
siap dan secara fisik aman serta tidak ada rasa nyeri.
e. Ketidaknyamanan pasca partum
Menurut Wahyuni (2016) ketidaknyamanan pasca partum yaitu:
1) Pengertian ketidaknyamanan pasca partum
Ketidaknyamanan pasca partum adalah perasaan tidak nyaman
yang berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan.
2) Penyebab ketidaknyamanan pasca partum
Ketidaknyamanan pasca partum disebabkan oleh trauma
perineum selama persalinan dan kelahiran, involusi uterus, proses
pengembalian ukuran rahim ke ukuran semula, pembengkakan
payudara dimana alveoli mulai terisi ASI, kekurangan dukungan dari
keluarga dan tenaga kesehatan, ketidaktepatan posisi duduk, dan
faktor budaya.
Beberapa ketidaknyamanan pada masa nifas, meskipun dianggap
normal, ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distres fisik
yang bermakna.
a) Nyeri setelah melahirkan
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan
relaksasi uterus yang berurutan yang terjadi secara terus menerus.
Nyeri ini lebih umum terjadi pada paritas tinggi dan pada wanita
menyusui. Alasan nyeri yang lebih berat pada wanita dengan
paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara
bersamaan, menyebabkan relaksasi intermiten. Berbeda pada
wanita primipara yang tonus ototnya masih kuat dan uterus tetap
berkontraksi tanpa relaksasi intermiten. Pada wanita menyusui,
isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofise
posterior. Pelepasan oksitosin tidak hanya memicu refleks let
down (pengeluaran ASI) pada payudara, tetapi juga menyebabkan

12
kontraksi uterus. Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika uterus
tetap berkontraksi dengan baik saat kandung kemih kosong.
Kandung kemih yang penuh mengubah posisi uterus ke atas,
menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus lebih nyeri
b) Keringat berlebih
Ibu post partum mengeluarkan keringat berlebihan karena
tubuh menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan
kelebihan cairan interstisial yang disebabkan oleh peningkatan
normal cairan intraselular selama kehamilan. Cara menguranginya
sangat sederhana yaitu dengan membuat kulit tetap bersih dan
kering.
c) Pembesaran payudara
Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh
kombinasi akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan
vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini mengakibatkan kongesti
lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi saat
pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ketiga post partum
baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir
sekitar 24 hingga 48 jam.
d) Nyeri perineum
Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau
nyeri akibat laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau
episiotomi tersebut. Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk
memeriksa perineum untuk menyingkirkan komplikasi seperti
hematoma. Pemeriksaan ini juga mengindikasikan tindakan
lanjutan apa yang mungkin paling efektif.
e) Konstipasi
Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut
bahwa hal tersebut dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang

13
disebabkan oleh ingatannya tentang tekanan bowel pada saat
persalinan. Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan
longgarnya abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan
perineum derajat tiga atau empat.
f) Hemoroid
Jika wanita mengalami hemoroid, mungkin mereka sangat
merasakan nyeri selama beberapa hari. Hemoroid yang terjadi
selama masa kehamilan dapat menimbulkan trauma dan menjadi
lebih edema selama kala dua persalinan.
2. Konsep Teknik Menyusui
a. Proses Laktasi dan Menyusui
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di
produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk
manusia. Masa laktasi mempunya tujuan meningkatkan pemberian ASI
sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendaptkan
kekebalan tubuh secara alami. Proses ini timbul setelah plasenta lepas.
Plasenta mengandung hormon menghambat prolaktin (hormon plasenta)
yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon
plasenta tersebut tak ada lagi sehingga susu keluar. ASI keluar 2-3 hari
setelah melahirkan. Payudara sudah terbentuk kolestrum yang bagus
sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibody
pembunuh kuman. Bayi mengisap payudara, hormon oksitosin membuat
ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ductus/milk
canals) menuju reservoir susu sacs yang berlikasi dibelakang areola, lalu
kedalam mulut bayi (Mansyur, 2014).
b. Posisi dan Pelekatan Menyusui
Dalam menyusui yang benar ada beberapa macam posisi menyusui antara
lain (Kemenkes RI, 2015):

14
1) Posisi berbaring miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu
menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus
diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar
tidak tertutupi oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus selalu
didampingi oleh orang lain ketika menyusui.
2) Posisi duduk
Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada
punggung ibu, dalam posisinya agak tegak lurus (90 0) terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila
diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
3) Posisi dibawah lengan (underarm position)
Posisi lainnya yang dapat digunakan yaitu memgang bayi pada
lengan dengan posisi lengan bawah (underarm position). Posisi ini
berguna untuk bayi kembar atau jika ada kesulitan meletakkan bayi.
4) Posisi menyusui bayi kembar
Ibu dapat menyusui sekaligus dua bayi, yaitu dengan posisi
seperti memegang bola (football position). Ibu menyusui bersama-
sama, maka bayi sebaiknya menyusu pada payudara secara
bergantian, jangan menetap pada satu payudara. Walaupun football
position merupakan cara yang baik, namun ibu sebaiknya mencoba
posisi lainnya secara berganti-ganti, dan yang penting adalah
menyusui bayi lebih sering.
c. Langkah-langkah menyusui yang benar
Beberapa langkah yang benar dalam menyusui bayi antara lain
(Kemenkes RI, 2015) :

15
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
putting susu dan areola sekitarnya. Cara ini memiliki manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
3) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi.
4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak
boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
ibu.
5) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu di
depan.
6) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
7) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
8) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
9) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
10) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara:
a) Menyentuh pipi dengan puting susu, atau
b) Menyentuh sisi mulut bayi.
c) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi.
d) Usahakan sebagian besar areola dimasukkan ke mulut bayi, susu
berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI

16
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah
areola.
e) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi.
11) Melepas isapan bayi. Setelah menyusu pada satu payudara sampai
terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain.
Cara melepas isapan bayi menggunakan jari kelingking ibu
dimasukan kedalam mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi
ditekan kebawah.
12) Menyusui berikutnya dimulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang dihisap terakhir)
13) Setelah selesai menyusu, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
sendirinya.
14) Menyendawakan bayi. Tujuan menyendawakan bayi yakni untuk
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah
menyusui, dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar pada
bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk-tepuk perlahan.
3. KB
a. Definisi
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda
kehamilan (Setyawati, dkk. 2014).
b. Tujuan program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kondisi sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Setyawati, dkk. 2014).

17
c. Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Setyawati, dkk. 2014).
d. Macam-macam Kontrasepsi
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup
serviks dan spermisida.
2) Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.
Sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant.
3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan
yang tidak mengandung hormon. AKDR yang mengandung hormon
Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan
daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel

18
4) Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP
sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong
atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak
dapat keluar atau ejakulasi.

19
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian data subjektif dan objektif diperoleh data Ny. L
berusia 25 tahun seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA
beragama Islam. Suami Tn. D umur 27 tahun pekerjaan karyawan swasta, agama
Islam dan pendidikan terakhir SMK. Menikah sejak tahun 2021 dengan suami
sekarang sudah 1 tahun. Menarche sejak usia 12 tahun dengan haid teratur setiap
bulannya, untuk riwayat kesehatan ibu dan keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit menahun (Jantung, Paru-paru, Ginjal), penyakit menular (IMS, Sifilis,
TBC) dan tidak ada riwayat penyakit menurun (Hipertensi, DM, Asma).
Ny. L melahirkan pada tanggal 11 November 2022 secara normal,
berjenis kelamin perempuan dengan berat lahir 3200 gram. Saat ini kondisi ibu
baik, ibu sudah mampu melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, memasak.
Ibu sudah makan nasi dengan lauk telur, ayam dan sayur hijau serta minum air
putih. Ibu dan suami sangat senang dengan kehadiran anaknya dan anaknya
dalam kondisi baik.
Hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik, kesadaran Composmentis,
keadaan emosional stabil, tinggi badan 155 cm, berat badan 51 kg. Pemeriksaan
tanda-tanda vital tekanan darah 100/60 mmHg, pernapasan 21x/menit, suhu 36,8 0
C, nadi 84 kali/menit. Pada pemeriksaan fisik mata konjungtiva merah muda,
wajah tidak ada edema, kedua puting susu menonjol sudah terdapat pengeluaran
kolostrum. TFU ½ pusat sympisis, kontraksi uterus baik, perdarahan dalam batas
normal, terdapat luka jahitan perineum bagus namub masih sedikit basah dan
tidak ada tanda-tanda infeksi, pengeluaran lochea sanguilenta.
Dalam hasil pengkajian Tinggi Fundus Uteri Ibu adalah ½ pusat sympisis.
Sesuai dengan teori bahwa Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur
menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Perubahan fisik

20
yang terjadi seperti perubahan pada uterus, yaitu pada saat uri telah lahir maka
TFU setinggi dua jari dibawah pusat kemudian lokhea pada hari pertama hinga
ketiga yaitu rubra dan hingga hari keempat merupakan lokhea sanguilenta.
Kemudian perubahan pada payudara yaitu membesar, areola hiperpigmentasi,
dan mengeluarkan kolostrum. Selain itu, vagina dan perineum ibu juga masih
kendur akibat proses melahirkan. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, vulva vagina tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol
(Hammes, 2014).
Kemudian dari sikap yang ditunjukan ibu, ibu sedang berada dalam
perubahan psikologis yaitu fase taking hold. Fase taking hold yaitu ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika
komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan
karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
Periode ini berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 10 setelah melahirkan.
B. Analisis
Berdasarkan kasus Ny. L datang Ke Puskesmas untuk melakukan
kunjungan ulang nifas hari ke 4. Tekanan darah ibu saat ini dalam batas normal
yaitu 100/60 mmHg. Kemudian di tegakkan diagnosa Ny. L usia 25 tahun
P1Ab0H1 Postpartum normal hari ke 4.
Asuhan nifas bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik
fisik maupun psikologiknya, melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi yang sehat memberikan pelayanan KB,

21
mempercepat involusi alat kandung, melancarkan pengeluaran lochea,
mengurangi infeksi puerperium, melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau
perkamihan dan meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mampu
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme (Prwirorahadjo,
2014).
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui meliputi
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dalam penatalaksanaan memberitahu ibu
bahwa ibu masih dalam masa nifas. Pasien diberikan tindakan pemantauan
asuhan ibu nifas. Periode postpartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin, (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Islami, 2015).
Memberikan KIE dan mengajarkan ibu tentang teknik menyusui,
memotivasi ibu mengenai pemberian ASI eksklusif secara on demand (sesering
yang bayi mau) dan memberikan KIE tentang perawatan payudara, personal
hygine serta tanda bahaya pada masa nifas. Bidan juga memberitahu tekhnik–
tekhnik pemberian ASI yang harus diketahui oleh Ny.L, seperti yang di katakan
bahwa peranan ibu post partum dalam pemberian ASI sangat menentukan
kualitas ASI selanjutnya (Widyasih H, dkk., 2012) . Menurut penelitian bahwa
terdapat hubungan positif antara pengetahuan ibu tentang tekhnik menyusui
dengan status gizi bayi (Hammes T, dkk., 2015).
Memberitahu kepada ibu kebutuhan nutrisi dan minum pada ibu nifas
menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein yang tinggi seperti ikan, daging ayam, telur, tahu untuk mempercepat
penyembuhan luka. Serta menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih
minimal 10-12 gelas perhari untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Kualitas dan
jumlah makanan yang dikonsumsi ibu nifas sangat mempengaruhi produksi ASI.
Ibu nifas harus mendapatkan zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan
untuk memproduksi ASI dan untuk proses kesembuhan ibu (Maritalia, 2012).

22
Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan
ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya
setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen
zat besi (Walyani, 2017).
Melakukan pemeriksaan pada daerah genetalia, melakukan pengecekan
luka jahitan perineum dan ditemukan jahitan masih sedikit basah dan tidak
ditemukan adanya tanda-tanda infeksi. Kemudian menjelaskan kepada ibu untuk
tetap menjaga kebersihan diri dan daerah genitalianya untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan kesejahteraan ibu. Personal Hygiene yang bisa dilakukan
ibu nifas untuk memelihara kebersihan diri tidak hanya mandi, tetapi juga
menggosok gigi dan menjaga kebersihan mulut, menjaga kebersihan rambut
dengan keramas, menjaga kebersihan pakaian, dan menjaga kebersihan kaki,
kuku, telinga, mata dan hidung (Hamilton, 2014). Anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum. Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya dan bagi ibu yang mempunyai luka
episiotomi atau laserasi, disarankan untuk mencuci luka tersebut dengan air
dingin dan sabun (Wahyuni, 2016).
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu nifas memerlukan
istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari. Pada tiga hari pertama dapat merupakan
hari yang sulit bagi ibu akibat menumpuknya kelelahan karena proses persalinan
dan nyeri yang timbul pada luka perineum (Maritalia, 2012). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Deswita (2018) dimana pola istirahat berpengaruh pada
produksi ASI dan responden yang memiliki 6,545 kali lebih baik memproduksi
ASI dibandingkan responden yang pola istirahatnya tidak cukup.
Melakukan perawatan payudara dan mengajarkan pada ibu cara pijat
payudara untuk menjaga kebersihan payudara dan merangsang untuk produksi

23
ASI dengan cara terlebih dahulu bersihkan kedua putih dengan kapas yang telah
dibahasi dengan air hangat untuk menghilangkan kerak pada putting, lalu
melakukan pemijatan pada payudara dengan jari-jari tangan lakukan pemijatan
dengan gerakan memutar hingga keputing. Perawatan payudara merupakan suatu
tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar
pengeluaran ASI (Kumalasari, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (Muslim,Vikhabie Yolanda, St. Halimatusyaadiah. 2017) yang berjudul
“Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu
Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Tahun 2017” yang dimana
sampel yang digunakan sebanyak 30 ibu postpartum di Puskesmas karang Pule,
dilakukan intervensi berupa perawatan payudara yang dilakukan dengan metode
pre eksperimental, dengan pendekatan pre dan post test design. Sebelum
responden mendapatkan perawatan payudara, hasil pre test kelancaran
pengeluaran ASI yakni kategori tidak lancar sebanyak 25 responden (83,3%),
sedangkan pada kategori lancar sebanyak 5 responden (16,7%). Sedangkan
setelah diberikan perawatan payudara, kategori tidak lancar sebanyak 4
responden (13,3%), sedangkan pada kategori lancar sebanyak 26 responden
(86,7%). Berdasarkan hasil uji statistic dengan McNemar Test diperoleh nilai p
value = 0,000 atau p < α=0,05 yang berarti terdapat pengaruh perawatan
payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada Ibu postpartum.
Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya masa nifas yaitu pusing
disertai pandangan kabur, demam tinggi, pengeluaran darah yang banyak dari
jalan lahir, nyeri perut yang hebat dan pengeluaran darah dari jalan lahir yang
berbau busuk. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk menghubungi bidan atau
petugas kesehatan terdekat bila ada keluhan dengan keadaannya.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kasus ibu nifas dan menyusui ini asuhan yang diberikan
pada Ny. L berjalan sesuai teori. Sehingga dari kasus ini penulis dapat
melakukan:
1. Pengkajian kasus pada Ny. L usia 25 tahun telah dilaksanakan dengan
pengkajian data subjektif dan objektif sehingga penanganan yang diberikan
berdasarkan kebutuhan dan kewenangan bidan
2. Diagnosa yang ditegakkan pada kasus Ny. L adalah Ny. L usia 25 tahun
P1Ab0H1 Post partum Normal hari ke 4
3. Diagnosa dan masalah potensial berdasarkan hasil pengkajian data yaitu tidak
ada
4. Antisipasi masalah dan tindakan segera yang diperlukan pada kasus Ny. L
usia 25 tahun P1Ab0H1 Post partum normal hari ke 4 yaitu melakukan
pemantauan keadaan umum, tanda-tanda vital dan jumlah perdarahan.
5. Perencanaan tindakan pada kasus ini adalah memberitahu kepada ibu hasil
pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
cairan, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, menjelaskan ibu untuk
tetap menjaga kebersihan diri dan daerah genitalia, melakukan perawatan
payudara dan mengajarkan ibu cara pijat payudara untuk merangsang
produksi ASI dan agar lebih relaks, menjelaskan mengenai tanda-tanda
bahaya masa nifas.
6. Asuhan kebidanan berdasarkan rencana asuhan yang telah disusun pada kasus
Ny. L usia 25 tahun P1Ab0H1 Post partum normal hari ke 4, asuhan yang
diberikan sesuai dengan perencanaan asuhan yang telah disusun.

25
7. Evaluasi asuhan yang telah diberikan pada kasus Ny. L usia 25 tahun P1Ab0H1
Post partum normal hari ke 4, ibu dan suami mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
8. Mahasiswa sudah dapat melakukan dokumentasi asuhan pada kasus Ny. L
usia 25 tahun P1Ab0H1 Post partum normal hari ke 4 dengan menggunakan
metode pendokumentasian SOAP.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Mahasiswa lebih memperdalam ilmu dan teori tentang asuhan kebidanan ibu
nifas, sehingga dapat mengambil tindakan secara lebih cepat dan tepat. Selain
itu mahasiswa diharapkan dapat mengkaji setiap informasi yang dapat
menunjang analisa dengan rinci sehingga pendokumentasian dapat dilakukan
sesuai dengan managemen langkah varney
2. Bagi Bidan Pelaksana Puskesmas Pundong
Pelayanan yang dilakukan di Puskesmas Pundong sudah sangat baik karena
di setiap diagnosa dan juga tindakan, algoritme yang ada di Puskesmas
Pundong sesuai dengan teori yang ada sehingga diharapkan untuk tetap
mempertahankan pelayanan yang baik ini.
3. Bagi Ny. L dan keluarga
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pasien,
keluarga dan masyarakat tentang kehamilan, persalinan, masa nifas, neonatus
dan keluarga berencana, sehingga mampu mengantisipasi, mencegah dan
menanggulangi terjadinya kegawat daruratan dan dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas di masyarakat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Asih Y& S. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta Timur: CV
Trans Info Media; 2016.
Ayu Fitria, 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelancaran Prouksi
ASI pada ibu menyusuidi Rumah Bersalin Hartni, Desa Jeulingke,
Kecamatan Syiah, Kuota Kota, Banda Aceh. Banda Aceh : Jurnal Ayu
Fitria Volume 1, No. 2, Mei 2012 : 15-23.
Betts,Debra. 2009. How to Do Maternity Acupressur.
http://www.maternityacupressure.com/indexd.html , diakses pada tanggal
5 november 2022
Hammes T, Sebold LF, Kempfer SS, Reis Girondi JB. Nursing care inpostpartum
adaptation: Perceptions of brazilian mothers. Journal of NursingEducation
andPractice.2014;4(12),
125.doi:http://dx.doi.org/10.5430/jnep.v4n12p125
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Kemenkes. 2021
Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru
Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2020.
Kemenkes RI. Buku Konselor ASI. Kemenkes. 2015
Kumalasari, I. 2015. Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta : Salemba Medika.
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerperium Care”.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Meilani N, Setiyawati N, Estiwidani D. Pelayanan Keluarga berencana
DIlengkapi dengan Penuntun Belajar. Fitramaya. 2014
Nanny V. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2011.

27
Pereira APE, Cunha AJL, Pereira MN, Moreira ME, Domingues RM, Vilelass F,
Leal MC,Gama SG. Twin Pregnancy and Perinatal Outcomes: Data from
Birth in Brazil Study. Plos One. Januari 2021.
Rizki Amalia. 2016. Hubungan Stres dengan Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui
Pasca Persalinan di RSIAhmad Yani, Surabaya. Surabaya :Jurnal Ilmiah
Kesehatan Volume 9, No.1, Februari 2016 : 12-16.
Sari TD. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Produksi Air Susu Ibu (ASI)
Ekslusif Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Plus
Mandiangin Kota Bukittinggi Tahun 2018. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis, 2018
Senima. Hubungan pola makan dengan produksi ASI pada ibu Menyusui di
posyandu mawar kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang. Nurs New J Ilmu Keperawatan. ;2(3):154-164, 2017.
Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett
Publisher.

Wahyuni N, Nurlatifah L. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Proses Involusi


Uterus Pada Masa Nifas Diwilayah Kerja Puskesmas Mandala Kabupaten
Lebak Propinsi Banten Tahun 2016. J Med (Media Inf Kesehatan).
2017;4(2):167–76
Walyani dan Purwoastuti. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
WHO/UNICEF. 2008. Breastfeeding Counseling A Training Course :
TRAINER'S GUIDE PART THREE,
http://www.who.int/nutrition/publications/
infantfeeding/bf_counselling_trainers_guide3.pdf,
Widyasih H, dkk (2012).Perawatan masa nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

28
LAMPIRAN ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA IBU NIFAS NY. R USIA 42 TAHUN


P1A0H1 POSTPARTUM NORMAL HARI KE 4 DI PUSKESMAS PUNDONG
BANTUL

Tanggal/jam : 15 November 2022/10.15 WIB


A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata

Ibu Suami
Nama Klien : Ny. L Nama Klien : Tn. D
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat Rumah : Panjang, RT 001, Panjang, Panjangrejo
2. Keluhan
Ibu mengatakan telah melahirkan secara normal pada tanggal 11 November
2022 pukul 20.00 wib. Saat ini keluhan yang dirasakan oleh ibu masih terasa
sedikit nyeri pada luka jahitan dan merasa khawatir ASI nya masih sedikit
yang keluar.
3. Riwayat perkawinan
Ibu dan suami mengatakan ini pernikahan pertama sejak tahun 2021.

4. Riwayat Menstruasi
Memarche usia 12 tahun, siklus teratur 28-30 hari. Lama haid 6 hari. Banyak
darah 3 kali ganti pembalut.

29
HPHT : 12-2-2022
HPL : 19-11-2022
5. Riwayat Kesehatan
a. Ibu : ibu mengatakan bahwa ibu tidak sedang menderita penyakit
jantung, diabetes mellitus, asma, hepatitis, hipertensi
b. Suami : tidak sedang atau pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, diabetes mellitus, penyakit ginjal, batuk lama dan
penyakit menular seksual seperti hepatitis, IMS dan HIV.
c. Riwayat penyakit berkaitan dengan covid-19
Ibu tidak pernah menderita : demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan sulit
bernapas / sesak napas, sakit kepala, dan ibu tidak pernah berpergian ke
luar daerah dalam waktu 3 bulan ini
6. Riwayat Obstetri
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu P1Ab0H1
Persalinan Nifas
Ham Jenis Komplikasi
Tgl Penolo J BB Lakt Kompli
il ke UK Persalin
lahir ng Ibu Bayi K Lahir asi kasi
an
11-11- Tidak
1 Aterm spontan Bidan - - P 3200 iya
22 ada

7. Riwayat persalinan :
Dilakukan IMD dan berhasil dilakukan IMD.
8. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
9. Pola Aktivitas Post Partum
a. Kebutuhan makan dan minum
Makan
1) Frekuensi makan : ibu makan 2-3x sehari
2) Jenis makanan : Nasi, lauk telur, ayam, dan sayur

30
3) Keluhan : Tidak ada
Minum
1) Frekuensi minum : 8-9 kali(1 gelas)
2) Jenis minuman : Air putih
3) Keluhan : Tidak ada
b. Mobilisasi dini
Ibu sudah melakukan pekerjaan rumah seperti memasak dan menyapu.
c. Eliminasi
Ibu sudah BAB
d. Istirahat
Ibu mengatakan tidur siang 1 jam malam 5-6 jam.
10. Personal hygiene
a. Kebersihan daerah genitalia : ibu mengatakan mengganti pembalut dan
pakaian dalam 2-3x sehari.
b. Pakaian : ibu mengatakan menggati pakaian dengan yang bersih 2x
sehari.
11. Riwayat Psikososial
a. Respon ibu terhadap bayi : ibu merasa senang atas kelahiran bayinya
dengan selamat.
b. Respon suami dan keluarga : suami dan keluarga sangat senang dengan
kehadiran bayinya yang ditandai dengan selalu mendampingi dan
membantu selama perawatan.
c. Ibu dan suami tidak mengikuti budaya maupun kepercayaan apapun yang
berhubungan dengan perawatan pada masa nifas

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis

31
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 21x/menit
Suhu : 36,80 C
d. Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 51 kg
Lila : 25 kg/m2
IMT : 21,25 kg/m2
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan leher
Oedema wajah : tidak ada edema pada wajah
Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih
Mulut dan gigi : lembab, gigi tidak terdapat gigi yang berlubang
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, kelenjar
limfe dan bendungan vena jugularis
b. Payudara
Bentuk : bulat, tidak teraba masa atau benjolan
Areola mamae : hiperpigmentasi
Putting : kedua puting menonjol
Colostrum : sudah keluar, ibu sudah menyusui bayinya
c. Abdomen
Bentuk : bulat, tidak teraba masa atau benjolan
Bekas luka : tidak ada bekas luka operasi
Striae gravidarum : terdapat striae gravidarum
TFU ½ pusat sympisis, kontraksi uterus keras
d. Genitalia
Terdapat bekas jahitan masih sedikit basah, lochea sanguilenta, perdarahan
dalam batas normal ±100 cc.

32
e. Anus
Tidak terdapat hemoroid
f. Ekstremitas
Oedema : tidak terdapat oedema
Varices : tidak ada avarices
Kuku : bersih
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium (21-10-2022)
a. Darah
Hemoglobin : 11,8 gr/dl
b. Urine
Protein : -
C. Analisa
1. Diagnosa
Ny. L usia 25 Tahun P1Ab0H1 Postpartum Normal Hari ke 4
2. Masalah potensial :
Tidak ada
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu tekanan darah 100/60
mmHg, suhu 36,80 C, tinggi fundus uteri ½ pusat sympisis, pengeluaran
pervaginam berupa darah dengan jumlah dalam batas normal
Hasil : ibu dan suami sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Melakukan pemeriksaan luka jahitan perineum ibu
E : ditemukan luka jahitan sedikit basah dan tidak ditemukan adanya tanda-
tanda infeksi.
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan yang dirasakan yaitu sedikit nyeri
pada luka bekas jahitan merupakan hal yang normal, lama kelamaan nyeri
yang dirasakan akan berkurang. Ibu tidak perlu khawatir dengan keadaannya.
E : ibu sudah mengerti dengan keadaanya dan sedikit lega

33
4. Memberitahu ibu untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan minum.
Menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein yang tinggi seperti ikan, daging ayam, telur, tahu untuk mempercepat
penyembuhan luka. Serta menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih
minimal 10-12 gelas perhari untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
E : ibu bersedia melakukan seperti yang dianjurkan
5. Menjelaskan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dan daerah
genitalia. Menganjurkan ibu untuk tetap mengganti pakaian ketika terasa
basah terkena keringat dan kotor, serta mengganti pembalut minimial setiap 3
jam sekali untuk mencegah terjadinya infeksi.
E : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia
melakukannya
6. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup, relaks dan fokus pada kesehatan
ibu dan bayi untuk mempercepat proses pemulihan.
E : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
7. Melakukan perawatan payudara dan mengajarkan pada ibu cara pijat
payudara untuk merangsang produksi ASI, yaitu dengan bersihkan terlebih
dahulu kedua puting susu dengan kapas untuk membersihkan kerak pada
puting, lakukan gerakan kecil dengan jari tangan mulai dari pangkal payudara
dengan gerakan memutar hingga keputing.
E : perawatan payudara sudah dilakukan dan ibu akan melakukannya
8. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya masa nifas yaitu pusing
disertai pandangan kabur, demam tinggi, pengeluaran darah yang banyak dari
jalan lahir, nyeri perut yang hebat dan pengeluaran darah dari jalan lahir yang
berbau busuk. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk menghubungi bidan
jaga bila ada keluh an dengan keadaannya.
E : ibu mengerti.
9. Mengingatkan ibu untuk menggunakan KB dan membuat keputusan bersama
suami mengenai kontrasepsi yang akan ibu gunakan.

34
E : ibu mengerti dan akan membicarakan mengenai kontrasepsi yang akan
digunakan dengan suami.
10. Menjelaskan kepada keluarga untuk memberikan motivasi kepada ibu terkait
kondisi dan perhatian kecil seperti dengan cara membantu pekerjaan rumah,
menjaga bayi agar kebutuhan istirahat ibu tercukupi.
E : ibu dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
11. Menjadwalkan kunjungan ulang pada hari ke 29 setelah melahirkan.
E : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang

35

Anda mungkin juga menyukai