Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY.

R
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIGO BALEH
KOTA BUKITTINGGI

LAPORAN

OLEH :

ANGGIA PARAMITA
2215901106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayah-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan kasus kelolaan individu praktik klinik kebidanan yang

berjudul “Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui Pada Ny. R Di Wilayah

Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi”.

Laporan kasus kelolaan ini penulis susun dalam rangka pencapaian

kompetensi, dan merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi oleh setiap

mahasiswa profesi kebidanan.

Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, Ns, M.Kes selaku Rektor Universitas

Fort De Kock Bukittinggi.

2. Ibu Oktavianis, S.ST, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

3. Ibu Febriniwati Rifdi, S.SiT, M.Biomed selaku Ka. Prodi Kebidanan

Fakultas Kesehatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

4. Ibu Detty Afrianti S, S.ST, M.Kes selaku CI Akademik di Universitas

Fort De Kock Bukittinggi.

5. Ibu Windi Herfita Ayu A.Md.Keb selaku CI Lapangan di Puskesmas

Tigo Baleh Bukittinggi.


Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus kelolaan ini masih

belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus

kelolaan ini dapat memenuhi tugas akhir seminar kasus kelolaan individu dan

dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Bukittinggi, Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
D. Manfaat......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Masa Nifas.................................................................................................
1. Pengertian Masa Nifas.........................................................................
2. Tahapan Masa Nifas............................................................................
3. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas..............................................
4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas........................................................
5. Kebutuhan Masa Nifas........................................................................
6. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas.........................................................
7. Infeksi Masa Nifas...............................................................................
8. Tujuan Perawatan Masa Nifas.............................................................
9. Tujuan Asuhan Masa Nifas.................................................................
10. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas.......................
B. ASI Eksklusif.............................................................................................

BAB III LAPORAN KASUS


BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari

setelah plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana

alat-alat kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas

merupakan masa ibu untuk memulihkan kesehatan ibu yang umumnya

memerlukan waktu 6-12 minggu. Nifas adalah periode mulai dari 6 jam

sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Lilik & Budiono, 2021).

Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah

satunya yaitu timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan

pengeluaran air susu ibu. Laktasi terjadi oleh karena pengaruh hormon

estrogen dan progesterone yang merangsang kelenjar-kelenjar payudara

ibu. Air susu ibu atau ASI eksklusif sangat penting diberikan kepada bayi

sejak bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa menambahkan atau

mengganti dengan makanan atau minuman. Pemberian ASI eksklusif

bertujuan untuk memenuhi asupan ASI pada bayi sejak dilahirkan sampai

dengan berusia enam bulan karena ASI mengandung kolostrum yang kaya

akan antibodi dan mengandung zat-zat penting seperti protein untuk daya

tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga

pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi

(Faridah et al., 2022).

Dampak ketidakmampuan ibu nifas dalam pemberian cakupan ASI

yang cukup bagi bayi berdampak pada proses pertumbuhan bayi karena
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan mengandung

protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi

sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada

bayi (Fitriyanti et al., 2020).

Menurut World Health Organization (WHO, 2017) setiap tahunnya

lebih dari 25.000 bayi di dunia dapat diselamatkan dari kematian dengan

diberikan ASI eksklusif. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada

tahun 2017, cakupan presentasi bayi yang mendapat ASI eksklusif di

Indonesia sebesar 61,33% (Andammori et al., 2013).

Pemerintah telah menargetkan pencapaian ASI eksklusif di

Indonesia sebesar 80%. Upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian

ASI eksklusif dengan memberikan informasi yang benar dan tepat

mengenai berbagai manfaat ASI eksklusif bagi ibu maupun bayi sehingga

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

pemberian ASI eksklusif pada bayi (Abdullah & Ayubi, 2013).

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan ASI

eksklusif diantaranya pengetahuan, sosial budaya, psikologis, fisik ibu,

perilaku atau rangsangan dan tenaga kesehatan. Faktor dari psikologis ibu

akanberkaitan dengan produksi ASI, apabila ibu senang, bahagia maka

produksi ASI akan melimpah (Mareta & Masyitoh, 2016).

Faktor rangsangan berupa perawatan payudara dan pijat oksitosin.

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara

terutama pada masa nifas dan menyusui untuk memperlancarkan

pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan setelah ibu


melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan

untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar (Wijayanti &

Setyoningsih, 2017).

Pijat oksitosin yang berfungsi untuk refleks let down dan

memberikan kenyaman pada ibu, mengurangi bengkak pada payudara,

mengurangi sumbatan air susu ibu atau ASI eksklusif, merangsang

pengeluaran hormon oksitosin dan mempertahankan produksi ASI ketika

ibu dan bayi sakit (Maita, 2016).

Selain merangsang produksi ASI pada ibu nifas, pijat oksitosin

juga dapat mengembalikan uterus pada waktu proses involusi uteri

menjadi cepat dan kemungkinan tidak terjadi perdarahan. Dukungan

emosional, dukungan fisik dengan pemberian pijat oksitosin dan juga

pemenuhan nutrisi serta istirahat yang cukup akan membuat tubuh ibu

menjadi rileks dan nyaman (Maita, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah

dalam laporan ini adalah “Bagaimana Cara Memberikan Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas Dan Menyusui Dengan Masalah ASI Tidak

Lancar Di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu nifas dan menyusui

dengan masalah ASI tidak lancar Di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo


Baleh Kota Bukittinggi dengan menggunakan manajemen varney dan

catatan perkembangan SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian data yang meliputi data subjektif

secara lengkap pada Ny. R di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo

Baleh Kota Bukittinggi.

b. Mampu melaksanakan pengkajian data yang meliputi data objektif

secara lengkap pada Ny. R di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo

Baleh Kota Bukittinggi.

c. Mampu menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa

kebidanan dan masalah pada Ny. R di Wilayah Kerja Puskesmas

Tigo Baleh Kota Bukittinggi.

d. Mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada Ny. R di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh

Kota Bukittinggi.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, wawasan, serta bahan dalam

penerapan pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

masalah ASI tidak lancar Di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh

Kota Bukittinggi.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Manfaat penelitian bagi tenaga kesehatan dari hasil yang

diperoleh pada saat penelitian dapat dijadikan tambahan

pengetahuan, keterampilan, maupun masukan bagi tenaga

kesehatan terutama bidan dalam memberikan asuhan kepada

masyarakat khususnya pada ibu nifas dengan masalah ASI tidak

lancar dengan melakukan pijat oksitosin.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, informasi,

dan sebagai acuan, serta bahan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada ibu nifas dengan masalah ASI tidak lancar.

c. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan serta infomasi kepada

masyarakat tentang pijat oksitosin pada ibu nifas dengan masalah

ASI tidak lancar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula

seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42

hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan

mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak

memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak

menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti

dengan perawatan yang baik.

2. Tahapan Masa Nifas

Menurut Wulandari (2020), Ada beberapa tahapan yang di

alami oleh wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :

a. Immediate puerperium : yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan.

ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan

b. Early puerperium : yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah

melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi

berlangsung selama 6- minggu.

c. Later puerperium : yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan,

inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat

sempurna. Waktu sehat bisa berminggu-minggu, bulan dan tahun.


3. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post

partum Menurut Sutanto (2019) :

a. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)

1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.

2) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.

4) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu

melahirkan.

5) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke kondisi normal.

6) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi.

7) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian

kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

b. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)

1) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat

bayi, muncul perasaan sedih (baby blues).

2) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan

meningkatkan teng gung jawab akan bayinya.

3) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,

BAK, BAB dan daya tahan tubuh.


4) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi

seperti menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti

popok.

5) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan

pribadi.

6) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena

merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

7) Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya,

cepat tersinggung, dan cenderung menganggap pemberitahuan

bidan sebagai teguran. Dianjurkan untuk berhati-hati dalam

berkomunikasi dan perlu memberi support.

c. Fase Letting Go (Hari ke-10 sampai akhir masa nifas)

1) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya.

Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan

serta perhatian keluarga.

2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi.

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk

menyesuaikan dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu

yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain Risa & Rika

(2014) :

a. Uterus involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan


melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi

Fundus Uterinya (TFU).

Tabel 1
Perubahan Uterus
Perubahan Uterus TFU Berat Uterus
Waktu
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari dibawah 750 gr
pusat
1 minggu ½ pusat symps 500 gr
2 minggu Tidak teraba 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Normal 30 gr

b. Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada

setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya

infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena

adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis

berdasarkan warna dan waktu keluarnya :

1) Lokhea rubra : keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa

post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi

darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak

bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

2) Lokhea sanguinolenta : berwarna merah kecokelatan dan

berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7

post partum.
3) Lokhea serosa : berwarna kuning kecokelatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

4) Lokhea alba : mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea

alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.

Lokhea yang menetap pada awal periode post partum

menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang

mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput

plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat

menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan

nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan

keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea

purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut

“lokhea statis”.

c. Perubahan vulva dan vagina mengalami penekanan, serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.

Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ

ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara

labia menjadi lebih menonjol.

d. Perubahan perineum segera setelah melahirkan, perineum menjadi

kendor karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang


bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah

mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih

kendur daripada keadaan sebelum hamil.

e. Perubahan sistem pencernaan biasanya ibu mengalami konstipasi

setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu

melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan

kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada

waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan

kurangnya aktivitas tubuh.

f. Perubahan sistem perkemihan setelah proses persalinan

berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam

24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme

sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami

kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat

menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan

tersebut disebut “diuresis”.

g. Perubahan sistem muskuloskeletal otot-otot uterus berkontraksi

segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara

anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan

menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis,

serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara

berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara

sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.


h. Perubahan sistem kardiovaskuler setelah persalinan, shunt akan

hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan

menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia.

Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan

timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti

sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai

kelima postpartum.

i. Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas, tanda-tanda vital

yang harus dikaji antara lain :

1) Suhu badan dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan

akan naik sedikit (37,50 - 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam

keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya

pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan

Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan

adanya infeksi pada endometrium.

2) Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.

Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.

Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada

kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.

3) Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan

darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada

perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum

menandakan terjadinya preeklampsi post partum.


4) Pernafasan, keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,

pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada

masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-

tanda syok.

5. Kebutuhan Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan

nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan gizi iba saat menyusui

adalah sebagai berikut :

1) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

2) Diet berimbang protein, mineral dan vitamin

3) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)

4) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

5) Kapsul Vit. A 200.000 unit

b. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan

agar secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum

bangun dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk

berjalan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat

tidur dalam 24 - 48 jam postpartum. Hal ini dilakukan bertahap.

Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan


penyulit misalnya anemia, penyakit jantung penyakit paru-paru,

demam dan sebagainya.

Keuntungan dari ambulasi dini:

1) Ibu merasa lebih sehat

2) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.

3) Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.

4) Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan,

tidak memengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan

perdarahan, tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau

retrotexto uteri

c. Eliminasi

Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih,

jika kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih

disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan

kesulitan berkemih (predlo urine) pada post partum :

1) Berkurangnya tekanan intra abdominal.

2) Otot-otot perut masih lemah.

3) Oedema dan uretra

4) Dinding kandung kemih kurang sensitif

5) Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar

setelah hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi

bisa diberi obat pencahar oral atau rektal.


d. Kebersihan diri

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap

infeksi. Oleh karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur,

dan lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum

2) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun

dan air dari depan ke belakang.

3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari.

4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan alat kelamin.

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit

pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah

tersebut.

6. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba

(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih

dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam).

b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.

c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung.

d. Sakit Kepala yang terus menerus. nyeri epigastrium, atau, masalah

penglihatan.

e. Pembengkakan pada wajah dan tangan


f. Deman muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa

tidak enak badan.

g. Payudara yang memerah panas dan atau sakit.

h. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan

i. Rasa sakit, warna merah dan pembengkakan pada kaki.

j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau

bayi.

k. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.

7. Infeksi Masa Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua pera

dangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Infeksi setelah persa linan

disebabkan oleh bakteri atau kuman. Infeksi masa nifas ini menjadi

penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI).

a. Tanda dan Gejala Masa Nifas

Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi

nifas, Oleh karena itu, demam menjadi gejala yang penting untuk

diwaspadai apabila terjadi pada ibu postpartum. Demam pada masa

nifas sering disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks

kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ini ditandai dengan suhu

38'C atau lebih yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan

suhu ini terjadi sesudah 24 jam postpartum dalam 10 hari pertama

masa nifas. Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk :


1) Infeksi Lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan,

perubahan warna kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah,

mobilitasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat

meningkat.

2) Infeksi Umum

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat,

tekanan darah menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat

meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai

menurundan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lokhea

berbau dan bernanah kotor.

b. Faktor Penyebab Infeksi

1) Persalinan lama

2) Pecah ketuban sudah lama sebelum persalinan.

3) Pemeriksaan vagina berulang-ulang selama persalinan,

khususnya untuk kasus pecah ketuban.

4) Teknik aseptik tidak sempurna.

5) Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.

6) Manipulasi intrauteri misal : eksplorasi uteri, penge luaran

plasenta manual.

7) Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti laseri yang

tidak diperbaiki.

8) Hematoma.
9) Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000

ml.

10) Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.

11) Retensi sisa plasenta atau membran janin.

12) Perawatan perineum tidak memadai.

13) Infeksi vagina atau serviks yang tidak ditangani.

8. Tujuan Perawatan Masa Nifas

Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan

pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun

setelah keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa

nifas yaitu, sebagai berikut :

a. Mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan post partum, dan

infeksi, penolong persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya

satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya

komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah

melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung lama.

b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

harus diberikan oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk

menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana

membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air bersihkan

daerah di sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang dan baru

sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau

laserasi sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.


c. Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi

masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala

IV yang meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU,

pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan

KU ibu. Bila ditemukan permasalahan maka segera melakukan

tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan

masa nifas.

d. Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi

KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan

pentingnya di antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum sebelum menyusui).

e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara.

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.

2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.

3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.

Menyusui tetap dilakukan mulai dan putting susu yang tidak

lecet.
4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya

bendungan.

9. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60%

kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

Tujuan asuhan masa nifas normal terbagi 2 yaitu :

a. Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal

mengasuh anak.

b. Tujuan khusus

Menurut Saifuddin, A. 2009 tujuan asuhan masa nifas adalah :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun

psikologis.

2) Melakukan skiring, mendeteksi masalah, atau merujuk bila

terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB).


10. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa

nifas antara lain :

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama masa nifas.

b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningatkan rasa

nyaman.

d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang

berikatan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan

adrimistrasi.

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah pendarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga

gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi

dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

h. Memberikan asuhan secara professional.


B. ASI Eksklusif

Di negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian,

dan sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah

satunya adalah dengan menyusui, karena Air Susu Ibu (ASI) sudah

terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi

dapat diselamatkan. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

anak, United Nation Children Found (UNICEF) dan World Health

Organization (WHO) merekomendasikan agar anak sebaiknya disusui

hanya ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya

diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI seharusnya

dilanjutkan sampai umur dua tahun (Raj et al., 2020).

Program ASI eksklusif merupakan program promosi pemberian

ASI saja pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun

1990, pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan

Pemberian ASI (PPASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk

membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir

sampai usia 4 bulan. Tahun 2004, sesuai dengan anjuran WHO, pemberian

ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.450/MENKES/SK/VI/2004 (Raj et al., 2020).

ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan

pertama kehidupannya tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang,

pepaya, bubur susu, biskuit dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai
diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan

sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.


BAB III
LAPORAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN SOAP ASUHAN KEBIDANAN NIFAS


DAN MENYUSUI PADA NY. R 29 TAHUN P1A0 HARI KE-15
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIGO BALEH
KOTA BUKITTINGGI

Hari : Rabu

Tanggal : 25 Januari 2023

Jam : 11.00 Wib

IDENTITAS Ibu Suami

Nama : Ny. R Tn. D

Umur : 29 tahun 29 tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : S1 S1

Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta

Alamat : Belakang Balok

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan ini hari ke-15 pasca persalinan normal, keadaannya

semakin membaik, ASI lancar keluar, bayi kuat menyusu, ibu selalu menyusui

bayinya, hanya memberikan ASI, tidak ada penyulit dan tidak ada keluhan.
Pola Nutrisi

Makan : Ibu sudah makan dengan menu nasi putih ½ porsi,

1 potong lauk, 1 mangkok sayur bayam

Minum : Setelah persalinan ibu sudah minum 1 gelas teh

hangat dan 4-5 gelas air putih.

Pola Eliminasi

BAB : 1-2 kali sehari

BAK : 6-7 kali sehari

Personal Hygiene

Mandi : 2 kali sehari

Pola Istirahat

Tidur siang : 1 jam

Tidur malam : 6-7 jam

Keluhan : Tidak ada

Aktivitas

Ibu sudah melakukan aktivitas sendiri seperti makan, dan

menyusui bayinya.

Riwayat Laktasi

Ibu mengatakan selalu menyusui bayinya.

Data Psikologi

1. Respon orang tua terhadap kelahiran bayi dan peran orang tua

Orang tua sangat senang dengan kelahiran bayi dan suda hmengasuh

bayi.
2. Respon keluarga terhadap kelahiran bayi

Keluarga sangat senang.

3. Dukungan keluarga

Ibu dibantu suami untuk pekerjaan rumah dan mengurus bayi.

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keluhan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Emosional : Stabil

d. TTV

TD : 120/80 mmHg

N : 90 x/i

S : 36,4 oC

P : 21 x/i

2. Pemeriksaan Fisik

a. Payudara : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan,

terdapat pengeluaran ASI.

b. Abdomen

TFU : Tidak teraba

Kontraksi uterus : Baik

c. Vulva dan Perineum

Terdapat jahitan luka pada perineum

Tidak ada perdarahan dari jahitan

Pengeluaran pervagainam berwarna putih (lochea alba)


d. Ekstremitas

Simetris, tidak oedema dan tidak ada varises pada kedua

tangan dan kaki.

ASSESMENT

Post partum 15 hari normal

PLANNING

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Beritahu ibu penkes tentang nutrisi ibu nifas

3. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

4. Beritahu ibu tentang konseling KB

5. Dokumentasi

Pelaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

2. Memberitahu ibu penkes tentang nutrisi pada ibu nifas

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

4. Menganjurkan ibu untuk menggunakan KB

5. Melakukan pendokumentasian SOAP

Evaluasi

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan tentang nutrsi pada ibu nifas

3. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup

4. Ibu sudah mengerti dengan penjelasaan tentang KB dan ingin

berdisikusi terlebih dahulu dengan suaminya.

5. Asuhan sudah didokumentasikan.


PENDOKUMENTASIAN SOAP ASUHAN KEBIDANAN NIFAS
DAN MENYUSUI PADA NY. R 29 TAHUN P1A0 HARI KE-20
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIGO BALEH
KOTA BUKITTINGGI

Hari : Senin

Tanggal : 30 Januari 2023

Jam : 11.30 Wib

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan ini hari ke-20 pasca persalinan normal, keadaannya sudah

membaik dan selalu menyusui bayinya dengan hanya memberikan ASI,

menerapkan pola istirahat sesuai anjuran dan tidak ada keluhan pada saat ini.

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keluhan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Emosional : Stabil

d. TTV

TD : 110/80 mmHg

N : 82 x/i

S : 36,2 oC

P : 22 x/i

2. Pemeriksaan Fisik

a. Payudara : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan,

terdapat pengeluaran ASI.


b. Abdomen

TFU : Tidak teraba

c. Vulva dan Perineum

Terdapat jahitan luka pada perineum

Tidak ada perdarahan dari jahitan

Pengeluaran pervagainam berwarna putih (lochea alba)

d. Ekstremitas

Simetris, tidak oedema dan tidak ada varises pada kedua

tangan dan kaki.

ASSESMENT

Post partum 20 hari normal

PLANNING

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Ingatkan kembali ibu untuk tetap menyusui bayinya sesuai kebutuhan

3. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi

4. Menanyakan kepada ibu KB apa yang akan digunakan

5. Dokumentasi

Pelaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

2. Meningatkan kembali ibu untuk tetap menyusui bayinya sesuai

kebutuhan.

3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan

bergizi karena mempengaruhi produksi ASI.

4. Ibu sudah mengetahui KB yang akan digunakan


5. Melakukan pendokumentasian SOAP

Evaluasi

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu sudah menyusui bayinya sesuai kebutuhan dan anjuran

3. Ibu sudah menjaga pola makan yang sehat dan bergizi

4. Ibu sudah memutuskan akan menggunakan KB suntik 3 bulan yang

akan dilakukan di Puskesmas Tigo Baleh.

5. Asuhan sudah didokumentasikan.


PENDOKUMENTASIAN SOAP ASUHAN KEBIDANAN NIFAS
DAN MENYUSUI PADA NY. R 29 TAHUN P1A0 HARI KE-25
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIGO BALEH
KOTA BUKITTINGGI

Hari : Sabtu

Tanggal : 04 Februari 2023

Jam : 12.30 Wib

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan ini hari ke-25 pasca persalinan normal, keadaannya sudah

sangat membaik, selalu menyusui bayinya sesering mungkin, sudah melakukan

aktivitas sendiri dan tidak ada keluhan pada saat ini.

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keluhan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Emosional : Stabil

d. TTV

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/i

S : 36,5 oC

P : 22 x/i

2. Pemeriksaan Fisik

a. Payudara : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan,

terdapat pengeluaran ASI.


b. Abdomen

TFU : Tidak teraba

c. Vulva dan Perineum

Terdapat jahitan luka pada perineum

Tidak ada perdarahan dari jahitan

Pengeluaran pervagainam berwarna putih (lochea alba)

d. Ekstremitas

Simetris, tidak oedema dan tidak ada varises pada kedua

tangan dan kaki.

ASSESMENT

Post partum 25 hari normal

PLANNING

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi.

3. Dokumentasi

Pelaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan

bergizi karena mempengaruhi produksi ASI.

3. Melakukan pendokumentasian SOAP

Evaluasi

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu sudah menjaga pola makan yang sehat dan bergizi.

3. Asuhan sudah didokumentasikan.


BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan pada Ny. R dilakukan dengan menggunakan 7

langkah varney dan dengan pendokumentasian SOAP. Data subjektif ibu

mengatakan melahirkan anak pertamanya 15 hari yang lalu secara normal

pada tanggal 10 Januari 2023 pukul 08.45 WIB, ibu mengatakan saat ini

masa nifas hari ke-15 pengeluaran ASI sudah lancar.

Masa nifas Ny. R berjalan dengan normal. Penulis melakukan

kunjungan sebanyak 3 kali.

Pada kunjungan 15 hari masa nifas dilakukan pemeriksaan fisik,

hasil keadaan ibu baik, TTV normal, kontraksi baik, TFU tidak teraba.

Pada kunjungan 20 hari masa nifas, keadaan umum ibu baik, TTV

dalam batas normal, ASI lancar dan pola nutrisi ibu baik. Ibu masih

mengonsumsi tablet Fe, tidak ada masalah saat BAK dan BAB, bayi

menyusui dengan baik. Menurut Rukiah (2012), ibu dalam masa nifas

harus mengkonsumsi pil zat besi setidaknya 40 hari pasca persalinan dan

vitamin A agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui

ASInya.

Pada kunjungan yang ke-3 yaitu 25 hari masa nifas, asuhan yang

diberikan adalah menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh ibu

selama masa nifas dan konseling KB secara dini. Pada kunjungan ini

keadaan ibu sudah pulih kembali, TFU tidak teraba, pendarahan tidak ada,

tidak ditemukan infeksi, bayi menyusui dengan sangat baik, kebutuhan

nutrisi ibu tercukupi, pemberian ASI tetap lancar dan ibu sudah melakukan
aktivitas sendiri.

Setelah diberikan asuhan selama 3 hari dengan kunjungan kerumah

sebanyak 3 kali didapatkan bahwa keadaan ibu dalam kondisi baik, tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik, berdasarkan hasil dari

pemeriksaan tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, pada pemeriksaan

fisik tidak ditemukan kelainan ataupun tanda bahaya pada ibu dan

bayinya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat

disimpulkan bahwa sebagai seorang bidan sangat penting memberikan

asuhan sesuai standar kepada setiap pasien dan masyarakat terutama di

dalam memberikan pelayanan kebidanan. Asuhan masa nifas yang

diberikan pada Ny. R mulai dari kunjungan nifas pertama hingga

kunjungan nifas ketiga di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota

Bukittinggi sudah terlaksana. Asuhan ini dilakukan untuk memantau

perkembangan kesehatan ibu dan bayi serta mendeteksi dini adanya

komplikasi yang mungkin akan terjadi sehingga dapat dihindari sesegera

mungkin.

B. Saran

1. Bagi Bidan

Diharapkan bidan tetap melaksanakan setiap pelayanan

kebidanan dengan baik dan selalu berpegang pada standar asuhan

kebidanan agar tercipta ibu yang sehat untuk generasi yang sehat juga.

2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan

kebidanan yang profesional dengan baik dan benar, dapat untuk lebih

memahami ilmu pengetahuan dan perkembangan ilmu pengetahuan

yang up to date.
3. Bagi Ibu dan Keluarga

Diharapkan ibu dan keluarga dapat menambah ilmu

pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan cara memperlancar

produksi ASI.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, G. I., & Ayubi, D. (2013). Determinan Perilaku Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif pada Ibu Pekerja. Kesmas: National Public Health Journal,
7(7), 298. https://doi.org/10.21109/kesmas.v7i7.27
Andammori, F., Lipoeto, N. I., & Yusrawati, Y. (2013). Hubungan Tekanan
Darah Ibu Hamil Aterm Dengan Berat Badan Lahir di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2), 67.
Faridah, F., Widaningsih, N., Pendidikan, P., Bidan, P., & Bandung, K. (2022).
Pengaruh breastcare menggunakan minyak zaitun terhadap pembengkakan
payudara pada ibu nifas. Jurnal Kesehatan Siliwangi, 2(3), 851–860.
https://doi.org/10.34011/jks.v2i3.762
Fitriyanti, W. O., Yanthi, D., Kebidanan, J., Kendari, P. K., Keperawatan, J., &
Kendari, P. K. (2020). Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Ibu Nifas
dalam Merawat Bayi Baru Lahir. 12.
Lilik, N. I. S., & Budiono, I. (2021). Mutu Pelayanan Kesehatan Setelah
Persalinan Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pelayanan Ibu Nifas.
Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, 1(1), 101–113.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN
Maita, L. (2016). Pengaruh Pijat Oksitosin dengan Produksi ASI. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, vol VII(no 3), 173–175.
Mareta, R., & Masyitoh, R. F. (2016). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Rendahnya Cakupan Asi Eksklusif. Jurnal Keperawatan Anak, 3(1), 53–55.
https://jurnal.unimus.ac.id/
Raj, J. F., Fara, Y. D., Mayasari, A. T., & Abdullah, A. (2020). Faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Wellness And Healthy Magazine,
2(2), 283–291. https://doi.org/10.30604/well.022.82000115
Wijayanti, T., & Setyoningsih, A. (2017). Perbedaan Metode Pijat Oksitosin Dan
Breast Care Dalam Meningkatkan Produksi Asi Pada Ibu Post Partum.
Jurnal Komunikasi Kesehatan, 8(2), 1–12.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai