Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK


PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI
DI PMB WANTI
TAHUN 2023

STASE III

OLEH :
WARIDHATUL ASHLA
P07524723097

DOSEN PEMBIMBING :
(Ardiana Batubara, SST, M.Keb)
NIP. 196605231986012001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK
PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI
DI PMB WANTI
TAHUN 2023

OLEH :
WARIDHATUL ASHLA
P07524723097

Menyetujui,

Pembimbing Institusi Pembimbimbing Lahan Praktik

(Ardiana Batubara, SST, M.Keb) (Bd. Wantiyem, S.Keb)


NIP. 196605231986012001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Tri Marini, SST, M.Keb)


NIP.1980030820001122002

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
dalam Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dan Menyusui ini ditulis dengan baik. Dalam
kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen pengampu Ardiana Batubara, SST, M.Keb dan ibu Wanti
selaku CI Lahan yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
laporan komprehensif ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, laporan komprehensif ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna
dalam proses perkuliahan Profesi bidan.

Medan, Oktober 2023

Waridhatul Ashla

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................... .... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1. Tujuan Umum ............................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Masa Nifas ................................................................. 3
1. Pengertian Masa Nifas .................................................................. 3
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas ........................................................... 3
3. Periode Masa Nifas ....................................................................... 5
4. Tahapan Masa Nifas ..................................................................... 5
5. Perubahan Fisiologi Masa Nifas ................................................... 5
6. Adaptasi Psikologi Normal ........................................................... 13
7. Asuhan Pada Ibu Nifas .................................................................. 14
8. Dtandar Asuhan Kebidanan .......................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau ±40 hari. Jadi masa puerperium adalah masa
setelah melahirkan bayi dan biasa disebut juga dengan masa pulih kembali, dengan
maksud keadaan pulihnya alat reproduksi seperti sebelum hamil(Sutanto, 2018).

Meskipun angka kematian ibu (AKI) menurun secara signifikan pada antara tahun
2000 dan 2017, namun berdasarkan data terbaru sekitar 800 wanita meninggal setiap
harinya dengan penyebab kehamilan dan persalinan (UNICEF, 2021).

Berdasarkan sensus penduduk, didapati jumlah AKI di Sumatera Utara pada tahun
2015 sebanyak 93/ 100.000 kelahiran hidup dan jumlah AKB di Sumatera Utara pada
tahun 2015 sebanyak 4,3/1.000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara, 2020)

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) jumlah Angka


Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, setiap hari di tahun 2017 tercatat sekitar
810 wanita meninggal karena penyebab yang dapat dicegah terkait kehamilan dan
persalinan. Pada tahun 2017 sekitar 295.000 perempuan meninggal selama dan setelah
kehamilan dan persalinan (Zanah and Magfirah, 2021).
Angka Kematian Neonatus (AKN) menjadi pusat perhatian karena
kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kejadian kematian tertinggi pada
bayi dan balita. Penyebab kematian bayi dapat berupa kongenital dan post neonatal.
Salah satu penyebab kematian bayipost neonatal adalah hiperbilirubinemia (Depkes
RI, 2014). Berbagai penyebab tingginya AKB di Indonesia, 6,6% di antaranya adalah
akibat dari icterus yang berpotensi menjadi enselopati bilirubin (lebih dikenal Kern
Ikterus) insidensi berjumlah 230,000 kasus baru perTahun. Jumlah kematian akibat
ikterus pada bayi 61,000 kematian perTahunnya (Kemenkes RI, 2016) (Wati, 2022).
Neonatus adalah Bayi Baru Lahir yang berusia 0 sampai dengan 28 hari WHO
(Word Health Organization, 2015).Ciri-ciri bayi baru lahir yang sehat yaitu bayinya

1
bergerak aktif, berat lahir sekitar 2.500 – 4000 gram, memiliki warna kulit yang
mencerahkan, segera menangis ketika lahir, memiliki suhu tubuh normal yaitu 36,5-
37,5C. Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yang menyebabkan kecacatan dan kematian, seperti asfiksia, icterus,
hipotermi, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma
gangguan pernafasan, dan kelainan maupun yang termasuk klasifikasi kuningh dan
merah pada pemeriksaan dengan manajemen terpadu bayi muda (MTBM) (Kemenkes
RI, 2016) (Mona et al., 2022).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melakukan asuhan kebidanan komprehensif dan menganalisis
keterkaitan antara penyebab, masalah, faktor risiko, serta penatalaksanaan yang sesuai
dengan kasus pada ibu nifas dan menyusui dalam bentuk pendokumentasi manajemen
SOAP.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan asuhan pada ibu nifas
dan menyusui.
2) Melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui di PMB Wanti
dengan manajemen kebidanan dan pendokumentasian SOAP.
C. Manfaat
1. Bagi Tenaga kesehatan
Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dan menyusi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan untuk
menambah pengetahuan khususnya untuk program study Profesi Kebidanan di
Politeknik Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan dalam asuhan
kebidanan pada ibu nifas dan menyusui.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR NIFAS


1. Pengertian Masa Nifas
Masa Nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu “Puer” yang
artinya bayi dan “Parous” yang melahirkan merupakan masa setelah lahirnya plasenta
dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula ini
berlansung selama 6 minggu (Prawirohardjo 2012). Pada masa ini di perlukan asuhan
yang berlansung secara konfrensif mulai dari ibu masih dalam perawatan pasca
persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sampai ibu nifas kembali ke rumahnya.
Banyak perubahan yang terjadi pada masa nifas seperti perubahan fisik, involusio
uteri, laktasi. Berikut ini beberapa pengertian masa nifas (Sulfianti and Dkk, 2021).
Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah masa persalanian,
yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta, yakni setelah berakhirnya kala
IV dalam persalinan dan berakhir sampai dengan 6 minggu (42 hari) yang ditandai
dengan berhentinya perdarahan (Nurul Azizah, 2019).
Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan. Jika secara fisiologis sudah terjadi
perubahan pada bentuk semula (sebelum hamil), tetapi secara psikologis masih
terganggu maka dikatakan masa nifas tersebut belum berjalan dengan normal atau
sempurna (Sulfianti and Dkk, 2021).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan pada masa nifas diperlukan karena pada periode ini masa kritis baik ibu
maupun bayinya terutama dalam 24 jam waktu jam pertama. Adapun tujuan asuhan
masa nifas yaitu (Maya Puspita et al., 2022)
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun fisiologiknya.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologik harus di
berikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh
tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimna membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan

3
daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang dan baru membersihkan
daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan darah kelaminnya, jika ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari/ tidak menyentuh daerah luka.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah mengobati/merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
Melaksanakan Skrining secara Komprehensif dengan mendeteksi masalah,
megobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal ini
seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi
pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan konsistensi rahim, dan
pengawasan keadaan umum ibu. Bila mengetahui permasalahan maka harus
segeramelakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan
masa nifas.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, dan perawatan bayi sehat.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB
menyusui,pemberian imunisasi pada bayinya, dan pentingnya gizi antara lain
kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu :
a. Mengomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang
cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum
menyusui).
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Bidan memberikan konseling KB sebagai berikut :
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka
ingin merencanakan keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka dengan tentang
cara mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.
b. Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia mendapatkan lagi haidnya
setelah persalinan. Oleh karena itu, penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama

4
untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu
setelah persalinan
c. Sebelum menggunakan KB sebaiknya di jelaskan efektifitasnya, efek samping, untung
ruginya, serta kapan metode tersebut dapat digunakan. Jika ibu dan pasangan telah
memiliki metode KB tertentu, dalam 2 minggu ibu di anjurkan untuk kembali. Hal ini
untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik
3. Periode Masa Nifas.
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan, dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan setelah sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan. (Juneris, Aritonang.,
Yunida Turisna Octavia 2021)
4. Tahapan Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:(Fitriani 2021) :
1) Periode Immediate Post Partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluran
lochia, tekanan darah dan suhu.
2) Periode Early Post Partum (24 jam - 1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada
pendarahan, lochia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3) Periode Late Post Partum (1 minggu – 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
5. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Perubahan-perubahan fisiologi yang terjadi pada masa nifas adalah (Kasmiati,
2023) :

5
1) Perubahan sistem reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur- angsur kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut
involusio. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan -perubahan
yang terjadi antara lain sebagai berikut:
a. Uterus
a) Involusio uterus
Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 30 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Perubahan uterus dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi dengan meraba bagian dari TFU
(tinggi fundus uteri).
− Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
− Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.
− Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500
gram.
− Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350 gram.
− Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan berat 50
gram.
− Pada 8 minggu post partu, fundus uteri normal dengan berat 30 gram.
b) Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan proses persalinan, setelah janin lahir, berangsur-angsur mengerut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligamen, fascia, dan jaringan
penunjang alat genitalia menjadi agak kendur.
c) Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan yang terjadi pada
serviks pada masa postpartum adalah dari bentuk serviks yang akan membuka seperti
corong. Bentuk ini disebabkan karena korpus uteri yang sedang kontraksi, sedangkan
serviks uteri tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus

6
dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-
hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi
selama persalinan, maka serviks tidak akan pernah kembali lagi seperti keadaan
sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan maka akan
menutup seacara bertahap. Setelah 2 jam pasca persalinan, ostium uteri eksternum
dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena
robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari
saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikalis.
Pada minggu ke 6 post partum serviks sudah menutup kembali.
d) Lochea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan
sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lochea, yang
biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Locheamempunyai bau yang amis
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Sekret mikroskopik Locheaterdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan
bakteri. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran Lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya di antaranya
sebagai berikut:
1. Lochea rubra/merah (kruenta)
Locheaini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai
dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari
perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Locheaterdiri atas
sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah.
2. Lochea sanguinolenta
Locheaini berwarna merah kecoklatan dan berlendir karena pengaruh plasma
darah, pengeluarannya pada hari ke 4 hingga hari ke 7 hari postpartum.

7
3. Lochea serosa
Locheaini muncul pada hari ke 7 hingga hari ke 14 pospartum. Warnanya biasanya
kekuningan atau kecoklatan. Locheaini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.
4. Lochea alba
Locheaini muncul pada minggu ke 2 hingga minggu ke 6 postpartum. Warnanya
lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, sel desidua,
sel epitel, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lochea yang menetap pada periode awal postpartum menunjukkan adanya tanda-
tanda perdarahan sekunder yang mungkin dapat disebabkan oleh tertinggalnya sisa
atau selaput plasenta. Lochea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan
adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam.
Bila pengeluaran lochea tidak lancar, maka disebut lochiastasis. Jika lochea tetap
berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau
karena involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri.
Lochea mempunyai suatu karakteristik bau yang tidak sama dengan sekret menstrual.
Bau yang paling kuat pada lochea serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang
menandakan infeksi.
Lochea disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam postpartum yang
selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagai lochea rubra, sejumlah kecil
sebagai lochea serosa, dan sejumlah lebih sedikit lagi lochea alba. Umumnya jumlah
lochea lebih sedikit bila wanita postpartum berada dalam posisi berbaring daripada
berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala
wanita dalam berbaring dan kemudia akan mengalir keluar manakala dia berdiri. Total
jumlah rata-rata pembuangan lochea kira-kira 8-9 oz atau sekita 240-270 ml (Nurul
Azizah, 2019).

2) Perubahan pada Vulva dan Vagina dan Perineum


Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses persalinan, akibat dari penekanan tersebut vulva dan vagina akan
mengalami kekenduran, hingga beberapa hari pasca proses persalinan, pada masa ini
terjadi penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae yang diakibatkan karena
penurunan estrogen pasca persalinan. Vagina yang semula sangat teregang akan

8
kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi
lahir. Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu kempat, walaupun tidak akan
menonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen.
Mukosa tetap atrofik, pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai
menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan
fungsi ovarium.

Pada perineum setelah melahirkan akan menjadi kendur, karena sebelumnya


teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Post natal hari ke 5 perinium sudah
mendapatkan kembali tonusnya walapun tonusnya tidak seperti sebelum hamil. Pada
awalnya, introitus vagina mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada
daerah episiotomy atau jahitan laserasi. Proses penyembuhan luka episiotomy sama
dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, dan bengkak) atau
tepian insisi tidak saling melekat bisa terjadi. Penyembuhan akan berlangsung dalam
dua sampai tiga minggu. Luka jalan lahir yang tidak terlalu luas akan sembuh secara
perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali luka jahitan yang terinfeksi akan
menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar hingga terjadi sepsis (Nurul Azizah,
2019).

3) Perubahan pada Serviks


Segera setelah berakhirnya kala II, serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan
terkulasi. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama dibagian anterior. Serviks
akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularisasinya yang tinggi, lubang serviks,
lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam
persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan
sebelum hamil pada saat empat minggu post partum.

Serviks setelah persalinan, bentuk serviks sedikit menganga seperti corong


berwarna kehitaman, setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk kedalam rongga
rahim setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1
jari (Kasmiati, 2023).

4) Perubahan pada payudara


Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.
Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi, yaitu sebagai berikut.(Vianty

9
Mutya Sari & Tonasih 2020)
a. Produksi ASI
b. Sekresi susu atau let down
Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan,
ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar
pituitare akan mengeluarkan prolaktin. Sampai hari ke III setelah melahirkan, efek
prolaktin pada payudara mulai dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak
berisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acinin yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi (Kasmiati, 2023).
5) Perubahan pada Sistem Pencernaan
a. Nafsu makan
Ibu biasanya merasa lapar segera pada 1-2 jam setelah proses persalinan, Setelah
benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia dan keletihan, kebanyakan ibu merasa
sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa
dikonsumsi disertai konsumsi camilan sering ditemukan, untuk pemulihan nafsu
makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum fasal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama 1 atau 2 hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering
kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c. Pengosongan usus
Pada masa nifas sering terjadi konstipasi setelah persalinan. hal ini disebabkan
karena pada waktu persalinan alat pencernaan mengalami tekanan, dan pasca
persalinan tonus otot menurun sehingga menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan makanan,
cairan dan aktivitas tubuh.
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan.
Ibu nifas seringkali ketakutan saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di

10
perineum akibat laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur dapat
dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus
secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus. Agar dapat
buang air besar kembali normal dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan
asupan cairan, dan ambulasi awal.
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur
untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa
hari dan perineum ibu akan terasa sakit saat defekasi. Faktor-faktor tersebut
mendukung kejadian konstipasi pada ibu nifas pada minggu pertama. Supositoria
dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu nifas akan tetapi, terjadinya konstipasi
juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran terhadap
lukanya akan terbuka apabila ibu buang air besar (Nurul Azizah, 2019).
6) Perubahan pada Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, ibu nifas akan kesulitan untuk berkemih
dalam 24 jam pertama. Kemungkinan dari penyebab ini adalah terdapar spasme
sfinkter dan edema leher kandung kemih yang telah mengalami kompresi (tekanan)
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar
hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok (diuresis). Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia, kadang-kadang
odem trigonum yang dapat menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga dapat menjadi
retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan
kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urin residual
(normal kurang lebih 15 cc). dalam hal ini, sisa urin dan trauma pada kandung kemih
sewaktu persalinan dapat beresiko terjadinya infeksi (Nurul Azizah, 2019).
7) Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia dan diagfragma pelvis yang meregang waktu
kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali pada sediakala. Tidak jarang
ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan
penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu.
Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan.
- Sistem musculoskeletal pada masa nifas

11
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pasca partum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat
pembesaran rahim.
a. Dinding perut dan peritoneum Setelah persalinan, dinding perut longgar karena
diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang pada
wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis
dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
b. Kulit abdomen Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak
melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan (striae).
Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali dalam
beberapa minggu.
8) Perubahan pada Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% sekitar 3 jam nifas. Progesteron turun pada hari
ke-3 nifas dan kadar prolaktin dalam darah berangsur akan hilang.

Setelah terjadi diuresis akibat penurunan kadar estrogen, volume darah


kembali ke keadaan tidak hamil. Jumlah eritrosit dan hemoglobin kembali normal pada
hari ke-5. Meskipun kadar estrogen menurun pada masa nifas, namun kadarnya tetap
lebih tinggi dari normal.
9) Perubahan pada Sistem Hematologi
Selama minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen, plasma dan faktor
pembekuan darah meningkat. Hari ke-1 masa nifas, kadar fibrinogen dan plasma
sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental. Penurunan volume dan peningkatan
eritrosit pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada hari ke 3-7 masa nifas, akan kembali normal dalam 4-5 minggu masa
nifas.
10) Perubahan pada Tanda-Tanda Vital
a. Suhu kisaran pada suhu tubuh normal adalah antara 36,5-37,5°C. Kenaikan suhu tubuh
dapat mengindikasikan adanya tanda infeksi.
b. Denyut nadi pada kisaran normal adalah 60-80x/menit. Frekuensi nadi yang cepat
dapat juga mengindikasikan terjadinya infeksi.

12
c. Frekuensi pernapasan pada kisaran normal 12-16x/menit di saat istirahat.
d. Tekanan darah harus kembali ke batas normal dalam 24 jam setelah kelahiran.
Waspada adanya kenaikan tekanan darah sebagai salah satu tanda
preeklampsi/eklampsi. Untuk diingat bahwa preeklampsi/eklampsi dapat terjadi
selama kehamilan, persalinan dan bahkan berlangsung hingga
postpartum(Wahyuningsih, 2018) .
6. Adaptasi Psikologi Normal
Menurut (Sulfianti and Dkk, 2021) periode masa nifas merupakan waktu untuk
terjadi stres, terutama ibu primipara. Masa nifas juga merupakan perubahan besar bagi
ibu dan keluarganya. Peran dan harapan sering berubah sebagai keluarga yang
menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan meringankan transisi ke peran orangtua.
Periode masa nifas ini diekspresikan oleh Reva Rubin yaitu dalam memasuki
peran menjadi seorang ibu, seorang wanita mengalami masa adaptasi psikologis yang
terbagi dalam fase-fase berikut :
a. Fase Taking In
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ketiga setelah melahirkan. Pada fase ini ciri-ciri yang bisa
diperlihatkan adalah :
1) Ibu nifas masih pasif dan sangat ketergantungan dan tidak bias
2) membuat keputusan.
3) Fokus perhatian ibu adalah pada dirinya sendiri
4) Ibu nifas lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan
5) yang dialami sehingga pengalaman selama proses persalinan
6) diceritakan secara berulang-ulang dan lebih suka didengarkan.
b. Fase Taking Hold
Fase taking hold berlangsung mulai hari ketiga sampai kesepuluh masa nifas.
Adapun ciri-ciri fase taking hold antara lain :
1) Ibu nifas sudah aktif,mandiri,dan bisa membuat keputusan
2) Ibu nifas mulai belajar merawat bayi tetapi masih membutuhkan orang lain
3) Ibu nifas lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggung jawab
terhadap perawatan bayi

13
Fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan penyuluhan tentang perawatan
bayi ataupun perawatan masa nifas kepada ibu.
c. Fase Letting Go
Fase Letting Go Fase ini terjadi setelah hari kesepuluh masa nifas sampai enam
minggu postpartum. Pada fase ini ibu nifas sudah bisa menikmati dan menyesuaikan
diri dengan tanggungjawab peran barunya. Selain itu keinginan untuk merawat bayi
secara mandiri serta bertanggungjawab terhadap diri dan bayinya sudah meningkat.
7. Asuhan Pada Ibu Nifas
Menurut Walyani, (2016), dalam masa nifas perlu dilakukan pengawasan secara
umum bertujuan untuk :
a. Membantu ibu dan pasangannya selama masa ransisi awal mengasuh anak.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.
c. Melaksanakan skrining yang komperenshif.
d. Memberikan pendidikan kesehatan,tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, kb,
menyusui,pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.
e. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Jadwal kunjungan massa nifas (Walyani, 2016)
a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
4) Pemberian ASI awal
5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat agar terhindar hipotermia. Bidan harus menjaga ibu
dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan
bayi baru lahir dalam keadaan stabil.
b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
1) Memastikan involusio uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
normal.

14
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan normal.
3) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang cukup, minum dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.
c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, tinggi fundus dibawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanada demam, infeksi, cairan dan istirahat.
3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tandatanda
penyulit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
1) Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama masa nifas.
2) Memberikan konseling KB secara dini.
8. Standar Asuhan Kebidanan

Dalam memberikan asuhan bidan memiliki kewenangan yang telah diatur pada
PERMENKES No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
terdapat pada pasal 18 sampai dengan 27. Dalam memberikan pelayanan bidan harus
menerapkan standar asuhan kebidanan yang telah diatur dalam KEPMENKES No.
938/MENKES/SK/VII/2007 Standar tersebut adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai wewenang dan ruang
lingkupnya. Standar asuhan kebidanan yaitu:

a. Standar I (Pengkajian)
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Kriteria Pengkajian yaitu ;

1) Data tepat, akurat, dan lengkap

15
2) Terdiri atas data subjektif (hasil anamnesa ; biodata, keluhan utama, riwayat obstetric,
riwayat kesehatan, dan latar belakang social budaya).
3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis, dan pemeriksaan penunjang).
b. Standar II (Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan)
Bidan menganalisis data yang diperoleh dari pengkajian, menginterpretasikannya
secara akurat dan logis untuk menegakkan suatu diagnosa dan masalah kebidanan yang
tepat. Kriteria perumusan diagnose dan atau masalah yaitu ;

1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan


2) Masalah dirumusakan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
c. Standar III (Perencanaan)
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang
telah ditegakkan. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien ; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif., yaitu

1) Melibatkan klien atau pasien dana tau keluarga


2) Mempertimbangkan kondisi psikologi, social budaya, klien atau keluarga.
3) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien, berdasarkan
evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat pada klien.
4) Mempertimbangakan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya dan fasilitas
yang aja.
d. Standar IV (Implementasi)
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada pasien dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi
dan rujukan dengan kriteria ;

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-klutural.


2) Setiap tindakan asuhan harus medapatkan persetujuan dari klien atau keluarganya
(informconsent).
3) Melaksanaakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
4) Melibatkan klien atau pasien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privisi klien atau pasien

16
6) Melaksanakan prinsip pencegahaan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
e. Standar V (Evaluasi)
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien.
1) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikommmunikasikan pada klien atau keluarga
2) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
3) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien atau pasien
f. Standar VI (Pencatatan Asuhan Kebidanan)
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai
keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan
kebidanan. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang disediakan (rekam medis/ KMS/ status pasien/ buku KIA), ditulis dalam bentuk
catatan perkembangan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan)
dengan ;
1) S adalah data Subjektif, mencatat hasil anamnesa
2) O adalah data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan
3) A adalah hasil Analisa, mencata diagnose dan masalah kebidana
4) P adalah Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif ; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi / Follow Up dan rujukan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2020) ‘Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara’, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, pp. 1–422.
Kasmiati (2023) Asuhan Kebidanan Masa Nifas; Dilengkapi dengan Evidence Based
Perawatan Luka Perineum Masa Nifas. cetakan 1, Paper Knowledge Toward a
Media History of Documents. cetakan 1. Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi.
Maya Puspita, I. et al. (2022) Asuhan Kebidanan Nifas. Cetakan 1. Edited by I. Maya
Puspita. Malang: Penerbit Rena Cipta Mandiri. Available at:
https://books.google.co.id/books?id=H4SfEAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl
=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false.
Mona Rian Manik et al. (2022) ‘Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny.M
Dengan Perawatan Tali Pusa Di Poliklinik Pt.Serdang Tengah Kec.Galang
Kab.Deli Serdang Tahun 2020’, Jurnal Sains dan Kesehatan, 6(2), pp. 60–69.
Available at: https://doi.org/10.57214/jusika.v6i2.240.
Nurul Azizah, N.A. (2019) Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui, Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Available at: https://doi.org/10.21070/2019/978-602-5914-78-2.
Sulfiani et al. (2020) Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. 1st edn. Edited by J.
Simarmata. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Sulfianti and Dkk (2021) Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. cetakan 1. Edited by R.
Watrianthos. Yayasan Kita Menulis.
Sutanto, A. (2018) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: PUSTAKA
BARU PRESS.
Wahyuningsih, H.P. (2018) Bahan Ajar Kebidanan Asuhan Kebidanan Nifas Dan
Menyusui. Cetakan Pe.
Wati, M.T., Handoko, G. and Suhartin (2022) ‘Jurnal Penelitian Perawat Profesional’,
Penelitian Perawat Profesional, 4(November), pp. 1377–1386.
Zanah, N. and Magfirah (2021) ‘Asuhan Kebidanan Persalinan Normal Di Desa Tanjung
Mulia Kabupaten Aceh Tamiang , Aceh Normal Delivery Midwife Care in
Tanjung Mulia’, Femina Jurnal Kebidanan, 1(1), pp. 16–24.

18

Anda mungkin juga menyukai