Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN POSTPARUM PADA Ny. M USIA


33 TAHUN P1A0 DENGAN ASI KURANG
DI PUSKESMAS TANAH MERAH
TAHUN 2023

OLEH :
ANA MARIA BUMAROP
NIM. 230707051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA
TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN POSTPARUM PADA Ny. M 33 TAHUN P1A0


DENGAN ASI KURANG DI PUSKESMAS TANAH MERAH
TAHUN 2023

Telah disetujui, di periksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

PEMBIMBING I

(LILI FARLIKHATUN ,M.KEB)


NIDN. 0323018601

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Postpartum Pada Ny. S P1A0 Dengan Asi Kurang Di Puskesmas
Tanah Merah Tahun 2023”.
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.
Untukitu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Maryati Sutarno, S.Pd, SST, Bd. Mars. MA. Ketua
Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Mariyani, M.Keb. Ketua Program Studi Prodi Profesi Bidan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
4. Ibu Lili Farlikhatun ,M.KEB Selaku Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis
dalam melakukan perbaikan- perbaikan untuk ke sempurnaan laporan
penulis.
5. Ibu/Bapak………….Penguji yang telah banyak memberikan masukan,
pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan
- perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
6. Kedua orangtua tercinta, suami, anakku tersayang serta keluarga
besar yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu dengan
tulus dan kasih sayang serta selalu memberi semangat kepada
penulis.
7. Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi
pembaca umumnya dan profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah
SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita
semua.

Papua, 06 November 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................iii

DAFTAR ISI......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................3

D. Manfaat Penulisan.....................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................5

A. Nifas...........................................................................................5

B. Asi Kurang.................................................................................10

C. Undang-Undang Wewenang Bidan ..........................................13

BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................14

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................24

BAB V PENUTUP................................................................................28

A. Kesimpulan................................................................................28

B. Saran.........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 30

LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2025 WHO secara aktif mempromosikan agar
pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan pertama meningkat hingga
50% sehingga dapat menurunkan AKB serta mencegah terjadinya
stunting. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ASI memberi
manfaat positif baik terhadap kesehatan fisiologis dan psikologis ibu
dan bayi. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat melindungi
bayi dari infeksi gastrointestinal, melindungi bayi baru lahir dari infeksi,
dan menurunkan resiko kematian bayi baru lahir(Ningsih et al., 2021).
Anak yang diberikan ASI juga akan memiliki kecerdasan lebih baik,
mencegah resiko terjadinya obesitas dan menghindari terjadinya
penyakit diabetes di kemudian hari (World Health Organization, 2021).
Selain itu, juga dapat terhindar dari penyakit hipertensi, penyakit
kardiovaskular, hyperlipidemia, dan juga sosio-emosional anak yang
lebih baik(Terefe & Gelaw, 2019). Pemberian ASI ekslusif baik di
global maupun di Indonesia belum mencapai target. Oleh sebab itu,
butuh perencanaan terkait tindakan yang dapat meningkatkan
keberhasilan pemberian ASI.
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat
komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam
hormon yang berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin
(INDRASARI, 2019). Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama
setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan
hormon oksitosin dan prolaktin yang sangat berperan dalam kelancaran
ASI, sehingga menyebabkan ASI tidak segera keluar setelah
melahirkan, bayi kesulitan dalam menghisap keadaan puting susu ibu
yang tidak menunjang(Fang et al., 2020). Pengeluaran hormon
oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh
reseptor yang terletak pada sistim duktus, bila duktus melebar atau

1
menjadi lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh
hipofisis yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli galndula
mammae (Handayani et al., 2019).
ASI dapat mencerdaskan dan meningkatkan kualitas generasi
muda bangsa, setiap bayi yang diberi ASI akan mempunyai kekebalan
alami terhadap penyakit karena ASI banyak mengandung antibodi, zat
kekebalan aktif yang akan melawan masuknya infeksi ke dalam tubuh
bayi(Mardiana, Arsin, et al., 2020). Saat ini sekitar 40% kematian balita
terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi, dengan pemberian
ASI akan mengurangi 22 % kematian bayi dibawah 28 hari, dengan
demikian kematian bayi dan balita dapat dicegah melalui pemberian
ASI Eksklusif secara dini dari sejak bayi dilahirkan di awal kehidupan.
Upaya pemerintah ini lantas mendapatkan sambutan positif
dari dunia internasonal, tetapi pada kenyataannya, realisasi tersebut
masih kurang. selain itu kegagalan dalam proses menyusui sering
disebabkan karena timbulnya beberapa faktor, antara lain faktor ibu,
faktor bayi dan faktor psikologis dan faktor tenaga kesehatan, faktor
sosial budaya. Penelitian yang dilakukan dalam penelitian Kualitatif
menunjukkan faktor penghambat berupa keyakinan yang keliru tentang
makanan bayi, promosi susu formula, dan masalah kesehatan pada ibu
dan bayi menyebabkan kegagalan pemberian ASI esklusif (Siti
Muawanah & Desi Sariyani, 2021).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2021 yang
menunjukkan bahwa responden yang melakukan perawatan payudara
lebih sedikit mengalami bendungan ASI (28,6%) dibandingkan dengan
responden dengan yang tidak melakukan perawatan payudara (77,8%).
Dari hasil uji Chi Square didapatkan nilai p value = 0,020 (p< 0,05)
sehingga terdapat hubungan perawatan payudara dengan kejadian
bendungan ASI pada ibu post partum (Gustirini, 2021).
Berdasarkan data ASEAN tahun 2017 didapatkan bahwa
presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu post partum

2
tercatat sebanyak 107.654 ibu post partum dan pada tahun 2018 ibu
yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 ibu post partum. Hal
ini dikarenakan kurangnya kesadaran ibu post partum dalam
memberikan ASI kepada bayinya, pengeluaran ASI pada hari pertama
setelah melahirkan dapat disebabkan oleh berkurangnya rangsangan
hormon Prolaktin dan Oksitosin serta dapat terjadi bendungan ASI.
Salah satu upaya untuk mencegah bendungan ASI yaitu
dengan perawatan payudara atau breast care. Perawatan payudara
bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar
pengeluaran ASI. Rangsangan taktil saat perawatan payudara dapat
menstimulasi hormon prolaktin dan oksitosin yang membantu bayi
mendapatkan ASI. Selain itu, dapat merangsang hormone prolactin dan
okstosin untuk produksi ASI, prolactin mempengaruhi jumlah produksi
ASI sedangkan Oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI
(Gustirini, 2021).
Berdasarkan latar belakang diatas sehingga membuat penulis
tertarik untuk mmemberikan Asuhan Kebidanan Postpartum dengan
Judul studi kasus pada ibu postpartum dengan ASI Kurang.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari Laporan Seminar Kasus ini
yaitu “Bagaimana menerapkan manajemen kebidanan Postpartum
pada Ny “M” 33 Tahun P1A0 Dengan ASI Kurang di Puskesmas Tanah
Merah Tahun 2023?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan study kasus ini agar dapat menerapkan asuhan kebidanan
postpartum pada Ny “M” 33 Tahun P1A0 Dengan ASI Kurang di
Puskesmas Tanah Merah Tahun 2023 melalui pendekatan
manajemen kebidanan dan Pathwey

3
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sesuai fakta
dibandingkan teori asuhan kebidanan postpartum dengan asi
kurang.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diognosis dan masalah yang
benar sesuai dengan data objektif dan subjektif
c. Mahasiswa mampu melakukan tindakan segera jika dibutuhkan
pada asuhan kebidanan postpartum dengan asi kurang.
d. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan yang benar
dan tepat sesuai dengan diagnosis dan masalah pada
postpartum dengan asi kurang.
e. Mahasiswa mampu membuat rasionalisasi asuhan yang telah
diberikan pada postpartum dengan asi kurang.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang
di berikan pada postpartum dengan asi kurang.
D. Manfaat Penulisan
1. Klien
Dapat menambah wawasan pengetahuan ibu tentang perawatan
Payudara dalam memberikan ASI kepada bayinya.
2. Lembaga Pendidikan
Diharapkan dapat menambah literatur di perpustakaan sebagai
bahan kajian yang berkaitan Asuhan Post Partum dengan ASI
Kurang

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Nifas
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu
(Mardiana, Usman, et al., 2020).
Masa nifas atau masa puerperium atau masa postpartum
adalah mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. Akan tetapi, seluruh otot genitalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ritonga et al., 2019).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Masa nifas merupakan masa dimana ibu telah melahirkan bayi,
palsenta dan 2 jam setelah bersalin dan masa nifas berlangsung
selama 40 hari.
2. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas di bagi menjadi 3 tahapan yaitu sebagai berikut :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan, dalam agama islam
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Peurperium intermedial yaitu kepulihan penyeluruh alat – alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote peurperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, dan berbulan-bulan atau
bertahun (Nurliana & Krasida, 2014).

5
3. Kebutuhan Masa Nifas
a. Nutrisi Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui
akan meningkat 25% karena berguna untuk proses
kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
Semua itu akan meningkatkan tiga kali dari kebutuhan biasa.
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas
normal sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan
makan-makanan mengandung asam lemak omega 3 yang
banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru.
b. Ambulasi Di sebut juga early ambulation. Early ambulation
adalah kebijakan untuk sekelas mungkin membimbing klien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas
mungkin berjalan. Klien sudah di perbolehkan bangun dari
tempat tidur dan dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungannya
early ambulation adalah : 1) Klien merasa lebih baik, lebih
sehat dan lebih kuat. 2) Faal usus dan kandungan kencing
lebih baik. 3) Dapat lebih memungkinkan dalam menggajari ibu
untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan
lain-lain selama ibu masih dalam perawatan.
c. Eliminasi 1) Miksi (BAK) Miksi di sebut normal bila dapat buang
air kecil spontan setiap 3-4 jam dan ibu di usahakan dapat
buang air kecil. 2) Defekasi (BAB) Biasanya 2-3 hari post
partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga
belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria
dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara
teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan
yang banyak, makanan cukup serat, olah raga.
d. Kebersihan diri / perineum Mandi di tempat tidur dilakukan
sampai ibu dapat mandi sendiri dikamar mandi sendriri, yang
terutama di bersihkan adalalah putting susu.

6
e. Perawatan perineum Apabila setelah buang air kecil atau
buang air besar perineum di bersihkan secara rutin. Caranya di
mulsi dsri simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi
cara membersihkanya dengan sabun yang lembut minimal
sekali sehari. Biasanya ibu merasa sakit sehingga perineum
tidak di bersihkan atau di cuci. Ibu di beri tahu caranya
mengganti pembalut yaitu bagian dalamnya jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus
diganti paling sedikit 4 kali dalam sehari.
f. Perawatan payudara 1) Menjaga payudara tetap bersih dan
kering terutama putting susu dengan menggunakan BH yang
menyongkong payudara 2) Apabila putting susu lecet oleskan
colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu
setiap selesai menyusui. Menyusui tetap di lakukan di mulai
dari putting yang tidak lecet. 3) Apabila lecet sangat berat
dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI di keluarkan dan di
minumkan dengan mnenggunakan sendok (Rachmawati et al.,
2014).
4. Kunjungan Nifas (KF)
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin
oleh tenaga kesehatan, untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan
melakukan kunjungan nifas diatur dalam Kebijakan Program
Nasional Nifas.
Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu
dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan
tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung
dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangannya antara
lain (Fatrin et al., 2020).

7
a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan
berlanjut; memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri; pemberian ASI awal; melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir; menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermia; jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk
2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan sehat.
Menurut Varney (2007), selama puerperium awal bidan
sebaiknya menemui wanita sedikitnya satu hari sekali. Setiap
kunjungan meliputi aspek sebagai berikut:
1) Tinjauan Catatan Klien
Sebelum bidan memulai kunjungan, bidan meninjau setiap
bagian perawatan kelahiran dan antepartum yang belum
diketahuinya sehingga ia dapat memiliki pengetahuan ketika
berbicara dengan ibu baru tersebut. Hal ini meliputi
kewaspadaan terhadap adanya komplikasi pada status
kesehatan bayi baru lahir. Peninjauan catatan sejak
kelahiran juga membantu bidan mengetahui catatan tanda-
tanda vital ibu, hasil laboratorium, penggunaan obat-obatan,
dan setiap komentar dari perawat. Catatan perkembangan
dan program sebelumnya juga ditinjau. Waktu yang sudah
berlalu sejak kelahiran, dalam jam atau hari, dipastikan
untuk mengidentifikasi temuan fisik yang diharapkan.
2) Riwayat
Kelahiran. Saat wanita membagi pengalamannya, ia
memberi informasi yang dapat divalidasi atau di perbaiki, dan
memberi petunjuk topic mana yang merupakan masalah

8
besar baginya. Informasi tambahan dapat ditanyakan untuk
mengkaji pemulihan fisik dan kemajuan ibu dalam belajar
menjadi orang tua bagi anaknya yang baru lahir.
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan selama periode pasca partum awal meliputi
sebagai berikut:
a) Pengkajian tanda-tanda vital termasuk
kecenderungan selama periode setelah kelahiran.
b) Pemeriksaan payudara termasuk menunjukkan
adanya kolostrum dan penatalaksanaan puting susu
pada wanita menyusui.
c) Auskultasi jantung dan paru-paru, sesuai indikasi
keluhan ibu, atau perubahan nyata pada penampilan
atau tanda-tanda vital.
d) Evaluasi bagian perut ibu terhadap involusio uterus
dan kandung kemih.
e) Evaluasi nyeri tekan sudut costo-vertebral angle
(CVA) jika di indikasikan oleh keluhan maternal atau
tanda-tanda klinis. Pengkajian perineum terhadap
memar, edema, hematoma dan penyembuhan setiap
jahitan.
f) Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhia
g) Pemeriksaan anus terhadap adanya haemoroid
h) Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya edema,
nyeri tekan atau panas pada betis dan refleks.
b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) : memastikan
involusio uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal;
memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat; memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit; memberikan konseling

9
pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) : disesuaikan
berdasarkan perubahan fisik, fisiologis, dan psikologis yang
diharapkan dalam dua minggu pasca partum. Perhatian khusus
harus diberikan pada seberapa baik wanita mengatasi
perubahan ini dan tanggung jawabnya yang baru sebagai orang
tua. Pada saat ini juga adalah kesempatan terbaik untuk
meninjau pilihan kontrasepsi yang ada. Banyak pasangan
memilih memulai hubungan seksual segera setelah lokhia ibu
menghilang.
d. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) : menanyakan
pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami;
memberikan konseling untuk keluarga berencana secara dini,
imunisasi, senam nifas, dan tanda-tnda bahaya yang dialami
oleh ibu dan bayi. Meskipun puerperium berakhir sekitar enam
minggu, yang menunjukkan lamanya waktu yang digunakan
saluran reproduksi wanita untuk kembali ke kondisi pada saat
tidak hamil. Pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan ini
sering kali terdiri dari pemeriksaan riwayat lengkap, fisik, dan
panggul. Selain itu, kunjungan meliputi penapisan adanya
kontra indikasi terhadap setiap metode keluarga berencana.
Selain pengkajian yang dibahas diatas untuk penggunaan
pnggilan telepon atau kunjungan dua minggu, riwayat tambahan
lain meliputi sebagai berikut:
1) Permulaan hubungan seksual dan waktu penggunaan
kontrasepsi
2) Metode keluarga berencana yang di inginkan
3) Adanya gejala demam, kedinginan, pilek dan flu
4) Payudara apakah ada masalah pada puting susu,
perawatan payudara, atau gejala mastitis.

10
5) Fungsi perkemihanPerubahan lochia
6) Kram atau nyeri tungkai
B. Air Susu Ibu ( ASI)
1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh
kedua belah kelenjar payudara ibu, dan berguna sebagai makanan
bayi (Francis et al., 2021)
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan
kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam
air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki
bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat
yang sama, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem
saraf. Makanan- makanan tiruan untuk bayi yang diramu
menggunakan teknologi masa kini tidak mampu menandingi
keunggulan makanan ajaib ini(Juliastuti & Sulastri, 2018)
2. Pembentukan Air Susu Ibu ( ASI)
Proses pembentukan ASI dipengaruhi oleh kerja sistem
hormon di dalam tubuh. Terdapat 3 proses pembentukan ASI yaitu
memogenesis atau pertumbuhan kelenjar susu, laktogenesi atas
permulaan sekresi air susu ibu dan galaktopoesis
ataukelangsungan produksi ASI. Sekresi telah dumulai pada
trimester pertama kehamilan dibawah pengaruh hormon prolaktin
dan didukung oleh hormon lain dari hipofisi, ovarium, tiroid, adrenal
dan pankreas(Doko et al., 2019).
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu: kolostrum, air susu
transisi, dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum)
berbeda dengan ASI hari 5-10 (transisi) dan ASI matur.

11
a. Kolostrum merupakan susu pertama keluar berbentuk
cairan kekuning- kuningan yang lebih kental dari ASI
matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin yang
larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI
matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena
selain tinggi immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun
pasif bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar
untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir.
Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai
beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya
kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai
empat hari setelah kelahiran bayi(Suri yani, Rosdianah,
Ilcham Syarif, 2021).
b. Asi Transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi
kolostrum sampai kurang lebih dua minggu setelah
melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi
semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa,
vitamin larut air, dan semakin meningkat. Volume ASI
transisi semakin meningkat seiring dengan lamanya
menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang
c. Asi matur atau matang mengandung dua komponen
berbeda berdasarkan waktu pemberian yaitu foremilk dan
hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal
bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah
permulaan let-down. Foremilk mengandung vitamin,
protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung lemak
empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk
3. Manfaat Pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera
sampai berumur sedikitnya dua tahun akan memberikan banyak
manfaat, baik untuk bayi, ibu, maupun masyarakat pada umumnya.

12
a. Bagi Bayi
Bayi mendapatkan kolostrum yang mengandung zat
kekebalan terutama Immunoglobullin A (IgA) yang melindungi
bayi dari berbagai infeksi terutama diare, membantu
pengeluaran meconium (Partiwi, 2008); kandungan gizi paling
sempurna untuk pertumbuhan bayi dan perkembangan
kecerdasannya; pertumbuhan sel otak secara optimal terutama
kandungan protein khusus, yaitu taurin, selain mengandung
laktosa dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak susu
sapi/kaleng; mudah dicerna, penyerapan lebih sempurna,
terdapat kandungan berbagai enzim untuk penyerapan
makanan, komposisi selalu menyesuaikan diri dengan
kebutuhan bayi(Mardiana, Arsin, et al., 2020);
Protein ASI adalah spesifik species sehingga jarang
menyebabkan alergi untuk manusia; membantu pertumbuhan
gigi; mengandung zat antibodi mencegah infeksi, merangsang
pertumbuhan sistem kekebalan tubuh; mempererat ikatan batin
antara ibu dan bayi. Ini akan menjadi dasar si kecil percaya pada
orang lain, lalu diri sendiri, dan akhirnya berpotensi untuk
mengasihi orang lain; bayi tumbuh optimal dan sehat tidak
kegemukan atau terlalu kurus untuk mengurangi resiko terkena
penyakit kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi
kemungkinan menderita penyakit jantung; menunjang
perkembangan motorik(Sampara & Ernawati, 2020)
b. Bagi Ibu
Manfaat bagi ibu yakni: mudah, murah, praktis tidak
merepotkan dan selalu tersedia kapan saja; mempercepat
involusi/memulihkan dari proses persalinan dan dapat
mengurangi perdarahan karena otot-otot di rahim mengerut,
otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit
sehingga perdarahan akan segera berhenti; mencegah

13
kehamilan karena kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon
FSH dan ovulasi, bisa mencapai 99 %, apabila ASI diberikan
secara terus-menerus tanpa tambahan selain ASI;
c. Bagi Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli
susu formula, botol susu, serta kayu bakar atau minyak tanah
untuk merebus air, susu, dan peralatannya; jika bayi sehat
berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna
perawatan kesehatan; penjarangan kelahiran lantaran efek
kontrasepsi LAM (The Lactation Amenorrhea Methods) dari ASI.
d. Bagi Masyarakat
Menghemat devisa Negara lantaran tidak perlu
mengimpor susu formula dan peralatan lainnya; bayi sehat
membuat negara lebih sehat; penghematan pada sektor
kesehatan karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit;
memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan
angka kematian; melindungi lingkungan lantaran tidak ada
pohon yang digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air,
susu dan peralatannya dan ASI merupakan sumber daya yang
terus-menerus diproduksi(Alexandre-Gouabau et al., 2018).
4. Faktor-factor mempengaruhi Peningkatan Produksi ASI
a. Kulit ke kulit (skin to skin) antara ibu dan bayi
Manfaatnya yaitu respon hormonal memicu pelepasan prolaktin,
perilaku spontan ibu dan bayi berperan penting untuk menyusui,
bayi tenang, serta mengatur suhu, pernapasan dan detak
jantung.
b. Mengajarkan ibu posisi, pelekatan dan tangan
Manfaatnya yaitu meningkatkan kemungkinan pelekatan yang
efektif sehingga pemberian ASI efektif, meningkatkan
kepercayaan diri ibu, mencegah pembengkakan.

14
c. Sering Menyusui
Manfaatnya yaitu meningkatkan sirkulasi prolaktin, mengurangi
tingkat FIL (Feedback Inhibitor of Lactation), melatih menyusui
dan mencegah pembengkakan.
d. Waktu menyusui tidak dibatasi
Hal ini dilakukan agar memastikan asupan lemak yang cukup
untuk bayi, memungkinkan bayi untuk mengatur persediaan
susu, memastikan bayi puas dan mengurangi colic
e. Rawat Gabung
Manfaatnya yaitu memungkinkan sering menyusui,
meningkatkan kadar oksitosin, memungkinkan ibu dan bayi
untuk mengenal satu sama lain terutama tanda-tanda menyusui
dan mengurangi risiko kematian bayi yang tiba-tiba.
f. Perawatan Payudara
Berdasarkan dari permasalah perawatan payudara itu
disebabkan ibu tidak menyusui, dikarenakan air susu tidak
keluar dan akhirnya mengakibatkan pembekakan payudara atau
bendungan ASI. Bendungan ASI (Engorgement) itu dikarenakan
penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga sisa ASI
terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembekakan, penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada
puting susu, payudara bengkak, nyeri, dan panas(Meihartati,
2016).
5. Faktor – factor yang mempengaruhi Produksi ASI
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI antara
lain :
a. Makanan ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu sedang dalam masa
menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun
jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan

15
berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjer-kelenjer pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak
akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap produksi ASI.
b. Ketentraman jiwa dan fikiran ibu
Pembentukan air susu sangat dipengaruhi oleh factor
kejiwaan ibu. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang
percaya diri, rasa tertekan dan berbagai ketegangan emosional,
mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2
macam refleksi yang menentukan keberhasilan dalam menyusui
bayinya, refleksi tersebut adalah refleksi prolactin dan reflex let
down.
C. Pendokumentasian Dengan SOAP
Pengkajian merupakan suatu cara awal dari proses keperawatan
dan sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk dievaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai dengan kenyataan,
kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan memberikan pelayanan (Bawaulu, 2019).
a. Subjektif
Data subjektif merupakan informasi yang diperoleh berdasarkan
persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Pada klien
anak atau bayi, data subjektif didapat dari orangtua atau sumber
lainnya.
b. Objektif
Data objektif merupakan informasi yang diperoleh melalui
pengamatan, observasi, dan pengukuran atau pemeriksaan fisik
dengan beberapa metode (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi)

16
c. Analisis data
Analisis data merupakan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan
pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun objektif
maka proses pengkajian data akan sangat dinamis. Analisis
yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien
dapat terus diikuti dan diambil keputusan atau tindakan yang
tepat.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah membuat asuhan saat ini dan akan
datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien sebaik
mungkin atau menjaga/mempertahankan kesehatan
kesejahteraan nya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu
dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu
tertentu tindakan yang diambil harus membantu pasien
mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung
rencana dokter jika melakukan kolaborasi
D. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1. Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang
Standar Profesi Bidan.
Pertumbuhan dan perkembangan reproduksi perempuan dimulai
sejak terbentuknya organ reproduksi, jauh sebelum seorang
perempuan dilahirkan dan berketurunan diperlukan untuk menjaga
keberlanjutan generasi agar tidak penuh. hal Ini merupakan proses
dan fungsi reproduksi perempuan secara ilmiah.
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan
(Indonesia 2019).

17
a. Tugas dan wewenang bidan
Pasal 46
1. Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
b. Pelayanan kesehatan ibu
c. Pelayanan kesehatan anak
d. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
e. Pelaksanaan tugas berdasarkan perlimahan wewenang
f. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
2. Tugas bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan secara bersama atau sendiri
3. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel
Pasal 47
1. Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan dapat
berperan sebagai:
a. Pemberi pelayanan kebidanan
b. Pengelola pelayanan kebidanan
c. Penyuluh dan konselor
d. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik
e. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan
perempuan
f. Peneliti

2. Peran bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Pelayanan kesehatan ibu .


Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan

18
ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf b, bidan
berwenang:
a. Memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil
b. Memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan normal
c. Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal
d. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas
e. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, nifas dan rujukan
f. Melakukan deteksi dini kasus resiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pasca persalinan, masa nifas,
serta asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan
Pasal 51
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana sebagaimana dalam pasal 46
ayat (1) huruf c, bidan berwenang melakukan komunikasi, edukasi,
konseling dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Peraturan menteri kesehatan (Permenkes) nomor 28 tahun 2017 (RI,
2017). Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia
nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan:
a. Kewenangan
Pasal 19
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal
18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil,
masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara
dua kehamilan
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi pelayanan:
a. Konseling pada masa sebelum hamil

19
b. Antenatal pada kehamilan normal
c. Persalinan normal
d. Ibu nifas normal
e. Ibu menyusui
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan
3. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), bidan berwenang melakukan:
a. Episiotomy
b. Pertolongan persalinan normal
c. Penjahitan luka lahir tingkat I dan II
d. Penanganan kegawatdaruratan,dilanjutkan dengan perujukan
e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air
susu ibu eksklusif
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan
post partum
i. Penyuluhan dan konseling

20
BAB III
TINJAUAN KASUS (SOAP)

No. Registrasi :-
Tanggal Pengkajian : 06 November 2023
Waktu Pengkajian : 19.00
Tempat Pengkajian : Puskesmas Tanah Merah
Pengkaji : ANA MARIA BUMAROP
DATA SUBYEKTIF
3.1.1 BIODATA
Nama : Ny. “M” Nama Suami : Tn. “F”
Umur : 33 th Umur : 35 th
Suku : Suku/kebangsaan :
Agama :khatolik Agama : Khatolik
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah :

1. Keluhan Utama: Ibu mengatakan ASI keluar dan sangat sedikit


dan takut tidak mampu memberikan ASi kepada anaknya
2. Riwayat Persalinan
a. Tempat melahirkan : Puskesmas Tanah Merah
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Lama persalinan
1) Dipimpin Meneran : 40 Menit
2) Kala I : 6 jam 30 Menit
3) Kala II : 40 Menit
4) Kala III : 15 Menit
e. Ketuban pecah pukul :14.40 WITA
f. Amniotomi : Ya / Tidak

21
g. Banyak air ketuban : sekitar 500 cc
h. Komplikasi dalam persalinan : Ada / tidak
i. Plasenta
1) Lahir spontan : Ya/ Tidak
2) Dilahirkan dengan indikasi : Ya / Tidak
3) Lengkap, ukuran : 16 cm Berat : 500gr
4) Kelainan : tidak ada
5) Panjang tali pusat : 50 cm
6) Kelainan : tidak ada
7) Sisa plasenta : ada / tidak
j. Perineum
1) Utuh : Ya / tidak
2) Robekan : Ya /tidak, jika Ya tingkat II
3) Episiotomi : Ya / tidak
4) Anastesi : Ya / tidak
5) Jahitan dengan : catgut dengan teknik jelujur
k. Perdarahan
1) Kala I : 5 ml
2) Kala II : sekitar 100 ml
3) Kala III : sekitar 200 ml
4) Kala IV : sekitar 100 ml
5) Selama operasi :-
l. Tindakan lain :-
m. Bayi
1) Lahir pukul : 15.00
2) BB : 3100 gr
3) PB : 49 cm
4) Nilai Apgar : 8/10
5) Cacat bawaan : Ya / tidak
6) Masa gestasi : 39 mg

22
n. Komplikasi
1) Kala I :-
2) Kala II :-
o. Air ketuban banyaknya : 200 cc
p. Warna : jernih

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik, kesadaran composmentis
b. Keadaan emosional : stabil
c. Tanda – tanda vital :
1) Tekanan darah : 110/70 mmHg
2) Nadi :80 x/i
3) Suhu tubuh : 36,5 oC
4) Pernapasan : 24x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara
1) Pengeluaran : ASI (+) Sedikit
2) Puting susu : Menonjol
3) Benjolan :-
4) Konsistensi : lunak
b. Uterus
1) TFU : 3jari dibawah pusat
2) Konsistensi uterus : teraba bundar dan keras
3) Kontraksi uterus : baik
4) Posisi uterus : normal
a. Pengeluaran lochea
1) Warna : Merah segar
2) Bau : amis
3) Jumlah : 20 cc
4) Konsistensi : cair

23
b. Perineum : terdapat luka jahitan
c. Kandung kemih : kosong
d. Ekstremitas
1) Oedema : tidak ada
2) Kemerahan : tidak ada
3) Tanda Homan : negatif
e. Pemeriksaan Penunjang
1) HB : 10,5 gr%
2) Protein urin : negatif
3) Glukosa urin : negative
4) Golongan darah :O

ANALISIS DATA
Ny. M P2 A0 Post Partum hari keempat dengan ASI Kurang

PENATALAKSANAAN:
1. Melakukan Informed Concent dan izin mendokumentasikan
Hasil : Ibu bersedia menandatangani form informed consent
2. Memberikan edukasi tentang manfaat ASI pada ibu post partum
Manfaat ASI esklusif sangatlah besar, manfaat untuk bayi yaitu
melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal. Tercukupi kebutuhan
zatn gizinya, ASI juga mengandung zat protektif sehingga bayi
jarang menderita sakit, semestra itu, manfaat untuk ibunya sendiri
yaitu menambah kembalinya kesuburan pasca melahirkan sehingga
menunda kehamilan berikutnya dan mencegah anemia defisiensi
karena kembalinya mentruasi yang sempat tertunda dan ibu lebih
cepat kembali langsing.
Hasil : Ibu memehami dengan penjelasan yan diberikan
3. Menjelaskan pada ibu tentang usaha-usaha yang bisa dilakukan
guna untuk melancarkan produksi ASI

24
Usaha- usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
pada ibu setelah melahirkan dengan perawatan payudara yang baik
meliputi melakukan pumping ASI, perawatan atau pemijatan
payudara, membersihkan putting susu, sering- sering menysui bayi
meskipun ASI belum keluarr, menyusi dini dengan teratur serta
melakukan pijat oksitosin.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
4. Melakukan perawatan payudan serta mengajarkan ibu tentang
teknik melakukan perawatan payudara.
Perawatan payudara yang dilakukan baik oleh ibu post partum
maupun dibantu oleh orang lain yang dilaksanakan mulai hari
pertama atau hari kedua pasca melahirkan. Pijat merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran Produksi ASI.
Pemijatan area payudara dengan tekanan ringan hingga sedang
merupakan usaha merangsang prolaktin dan okstosin setelah
melahirkan
Hasil : Ibu merasa nyaman dan mengatakan akan mengulangi
melakukan perawatan dirumah
5. Menjelaksan dan Menganjurkan ibu untuk mobilitas ringan misalnya
miring kiri kanan, bangun duduk atau berjalan disekitar tempat tidur.
Hasil : ibu mau melakukan mobilisasi dengan Gerakan miring kanan
dan miringkiri serta jalan jalan kecil
6. Menjelaskan dan Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga vulva
hygiene dan personal hygine memberikan kenyamamn dan
mencegah infeksi dengan tetap menjaga kebersihan diri dan
kebersihan daerah genitalia.
Hasil : ibu mengerti dan memhami penjelasan yang diberikan
7. Menjelaskan tanda bahaya pada ibu nifas yaitu demam lebih dari 2
hari, payudara bengkak disertai nyeri, mengalami gangguan jiwa,
bengkak pada wajah, penglihatan kabur, tekanan darah meningkat,
adanya tanda-tanda infeksi pada vagina, dan perdarahan jalan lahir.

25
Jika terdapat tanda-tanda tersebut segera kunjungi fasilitas
kesehatan terdekat.
Hasil : Ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang
diberikan.
8. Menjelaskan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang
bernutrisi.
Hasil : ibu mengerri dengan penjelasan yang diberikan serta mau
menjaga pola makan dan jenis makanan
9. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi nya sesering mungkin
hingga 6 bulan (ASI Eksklusif)
Hasil : Ibu bersedia
10. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi obat yang diberikan
a. Amoxicillin 3x1 500 mg (sampai habis)
b. Asam Mefenamat 3x1 500 mg (jika nyeri)
c. Tablet Fe 1x1

26
Laporan Kasus Dengan Metode Phatway Asi Kurang

Nama Mahasiswa : Ana Maria Bumarop


Tempat Pengkajian : Puskesmas Tanah Merah
Ny “M” P2 A0 Post Partum hari keempat
dengan ASI Kurang

Patofisiologi (Sesuai
Tanda/Gejala/Keluhan yang
dialami pasien)
Tanda/gejala/keluhan secara Payudara yang mengalami Tanda/Gejala/Keluhan yang
teori. pembengkakan tersebut dialami pasien)
- Payudara bengkak dan sangat sukar disusu oleh bayi
karena kadang payudara lebih
keras
menonjol, puting lebih datar Keluhan Utama: Ibu
- Nyeri pada payudara dan sukar dihisap oleh bayi. mengatakan ASI keluar
- Terjadi 3 – 5 hari setelah Bila keadaan sudah demikian, dan sangat sedikit dan
persalinan kulit pada payudara nampak takut tidak mampu
- Frekuensi menyusui kurang lebih mengkilat, ibu merasa memberikan ASi kepada
- Bayi Rewel demam dan payudara ibu anaknya
- Kedua payudara terkena terasa nyeri sehingga Asi akan
sulit untuk keluar. (Mansyur,
(Sarwono, 2020)
2019)

27
Asuhan yang diberikan : Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
1. Melakukan informed concent 1. Breast care dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi darah,
2. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan merawat puting payudara agar bersih dan tidak mudah lecet,
benar serta mempelancar produksi ASI. Mengajarkan ibu cara
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap melakukan breast care agar ibu dapat melakukannya sendiri
2 jam sekali atau sesuai permintaan bayi di rumah secara rutin
4. Menganjurkan ibu untuk menggunakan BH yang 2. Teknik menyusui yang baik dan benar dapat menjalin
tidak terlalu ketat dan dapat menopang payudara hubungan batin ibu dan anak, memberikan kenyamanan bayi
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan menghisap air susu, memperlancar produksi ASI, dan dapat
sehat dan bergizi dan tidak memantang makanan mencegah puting susu lecet
apapun 3. Dengan menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau sesuai
6. Menganjurkan ibu untuk tidur yang cukup, dengan permintaan bayi dapat memnuhi kebutuhan nutrisi bayi
tidur siang minimal 1 jam dan tidur malam 8 jam sehingga bayi dapat tumbuh optimal
serta beristirahat saat bayi tertidur 4. Dengan menggunakan BH yang tidak terlalu ketat dan dapat
7. Menjelaskan tanda bahaya nifas pada ibu menopang payudara dapat memberikan rasa nyaman pada
ibu serta dapat memperlancar aliran darah di payudara
5. Makanan bergizi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan
dapat membantu memperlancar produksi ASI. Makanan
yang dianjurkan yaitu sayuran hijau, buah-buahan, ikan,
daging, telur, tempe tahu, susu, dll. Tidak ada pantangan
makan selama nifas agar nutrisi ibu tetap terpenuhi
6. Istirahat yang cukup memungkinkan ibu untuk
meminimalisir aktivitas sehingga kerja jantung tidak terlalu
berat dan ibu tidak terlalu kelelahan
7. Dengan mengetahui tanda bahaya nifas, ibu dapat segera ke
fasilitas kesehatan apabila mengalami tanda-tandanya,
seperti sakit kepala hebat, pandangan kabur, sesak, demam,
nyeri dan payudara bengkak, luka / perdarahan pada puting,
nyeri perut hebat, bengkak pada tangan kaki dan tungkai,
perdarahan berlebihan, dan sekret vagina berbau (Sarwono,
2020)

Evaluasi

1. Ibu menegrti dan bersedia melakukan


anjuran bidan
2. Ibu mengerti dan bersedia melakukan
anjuran bidan
3. Ibu mengerti dan bersedia melakukan
anjuran bidan
4. Ibu menegetahui makanan yang bergizi
5. Ibu bersedia melakukn anjuran bidan
6. Ibu bersedia mengkonsumsi obat yang
diberikan
7. Ibu mengetahui tanda bahaya masa nifas

28
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen
asuhan kebidanan menurut SOAP pada Ny “M” Post Partum normal hari
ke. Empat dengan ASI Kurang secara terperinci mulai dari langkah
pertama yaitu pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan sebagai
langkah terakhir. Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara praktek dengan teori yang
ada.
Pada bagian pengkajian data, penulis mengkaji identitas pasien
dengan nama Ny. M pada hari pertama. Saat ini Ibu mengatakan telah
mendapkatkan lahir anak pertama. Hal ini sesuai dengan teori Bawaulu
(2019) Data subjektif merupakan informasi yang diperoleh berdasarkan
persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Pada klien anak atau
bayi, data subjektif didapat dari orangtua atau sumber lainnya.
Setelah dikakukan pemeriksaan pada pasien didapatkan hasil
pemeriksaan objektif pengeluaran ASI sedikit, pada keluhan Ibu
mengatakan ASI keluar dan sangat sedikit dan takut tidak mampu
memberikan ASi kepada anaknya. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya
intensitas menyusui, perlekatan yang tidak tepat, ibu merasa stress dan
kurangnya mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi
ASI hal ini sesuai dengan teori Gustrini tahun 2021 bahwa penyebab ASI
keluar sangat sedikit adalah dipengaruhi oleh isapan bayi, ketentraman
jiwa dan pikiran ibu dan mengkonsumsi makanan bergizi seperti kacang-
kacangan dan yang mengandung almond serta melakukan perawatan
paudara.
Setelah itu penulis memberikan konseling kepada pasien tentang
usaha-usaha yang bisa dilakukan guna untuk melancarkan produksi ASI
agar pasien bisa memberikan asi nya dengan lancar, yaitu melakukan
perawatan payudara sedini mungkin Hal ini sesuai dengan teori Hukia F.K
Dkk, 2019 bahwa usaha-usaha yang bisa dilakukan guna untuk

29
melancarkan produksi ASI dengan perawatan payudara yang baik meliputi
melakukan pumping ASI, perawatan atau pemijatan payudara,
membersihkan putting susu, sering- sering menyusui bayi meskipun ASI
belum keluar, menyusi dini dengan teratur serta melakukan pijat oksitosin.
Penulis memberikan penjelasan ke pasien manfaat dari pemberian
ASI untuk bayi dan ibu nya yaitu mudah, murah, praktis tidak merepotkan
dan selalu tersedia kapan saja; mempercepat involusi/memulihkan dari
proses persalinan dan dapat mengurangi perdarahan karena otot-otot di
rahim mengerut sehingga pasien tetap semangat memberikan ASI nya ke
bayi nya. hal ini sesuai dengan teori Syam tahun 2021 yang mengatakan
bahwa Manfaat ASI esklusif sangatlah besar, manfaat untuk bayi yaitu
melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal. Tercukupi kebutuhan zatn
gizinya, ASI juga mengandung zat protektif sehingga bayi jarang menderita
sakit, semestra itu, manfaat untuk ibunya sendiri yaitu menambah
kembalinya kesuburan pasca melahirkan sehingga menunda kehamilan
berikutnya dan mencegah anemia defisiensi karena kembalinya mentruasi
yang sempat tertunda dan ibu lebih cepat kembali langsing.
Untuk menghasilkan ASI yang banyak peneliti memberitahu
bagaimana cara perawatan payudara serta mengajarkan ibu tentang teknik
melakukan parwatan payudara yang dilakukan baik oleh ibu post partum
maupun dibantu oleh orang lain yang dilaksanakan mulai hari pertama
atau hari kedua pasca melahirkan, mengkonsumsi makanan yang
bernutrisi dan bergizi karena pada masa nifas dan menyusui kebutuhan
gizi meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan
cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu
menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi juga
perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. hal ini
sesuai dengan teori Nikmah tahun 2019 bahwa ibu nifas tetap untuk
mengkonsumsi makanan yang bernutrisi dan bergizi seperti kacang hijau

30
karena Kandungan sari kacang hijau yang dikonsumsi Ibu menjadi
makanan tambahan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi ibu menyusui
sehingga kualitas dan volume ASI bertambah sehingga mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI merupakan sumber lemak dan
protein yang penting bagi pertumbuhan dan nutrisi bayi. Kuantitas ASI
yang dikonsumsi oleh bayi dan kandungan gizi dalam ASI sering
digunakan untuk menilai kecukupan gizi selama proses menyusui(Ritonga
et al., 2019).
Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan
gejala yang timbul pada kebidanan pada Ny. M dengan plasenta previa
totalis. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus.
.

31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pranikah pada Ny. M usia 33 tahun dengan Asi
Kurang di Puskesmas Tanah Merah dengan manajemen SOAP dan
Pathway, disimpulkan:
1. Telah dilakukan penngkajian pada Ny. M usia 33 tahun dengan Asi
Kurang dengan hasil tidak adanya kesenjangan teori dangan kasus.

2. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan Ny. M usia


33 tahun dengan Asi Kurang.

3. Melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada Ny. M usia 33


tahun dengan Asi Kurang telah memberitahu klien hasil
pemeriksaan, memberikan KIE tentang nutrisi, istirahat cukup, dan
memberikan perawatan payudara.
4. Pelaksanaan yang diberikan pada pada Ny. M usia 33 tahun
dengan Asi Kurang telah memberitahu klien hasil pemeriksaan,
memberikan KIE tentang nutrisi, istirahat cukup, dan memberikan
perawatan payudara.
5. Evaluasi yang diberikan sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
yang telah diidentifikasi dalam diagnose. Klien bersedia melakukan
anjuran yang telah diberikan.
6. Pendokumentasian status Ny. M usia 33 tahun dengan Asi Kurang
sudah sesuai dengan standar pelayanan dan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan penerapan.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
Pemberian asuhan kebidanan pada pospartum harus sesuai
dengan teori yang terupdate sehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktik dan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi
serta mencegah stunting.

32
2. Bagi Bidan
Diharapkan senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan
dan kemampuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang
lebih profesional serta dapat melakukan perawatan payudara
sehingga meningkatkan produksi ASI dan mencegah stunting pada
bayi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Alexandre-Gouabau, M. C., Moyon, T., Cariou, V., Antignac, J. P., Qannari,


E. M., Croyal, M., Soumah, M., Guitton, Y., David-Sochard, A., Billard,
H., Legrand, A., Boscher, C., Darmaun, D., Rozé, J. C., & Boquien, C.
Y. (2018). Breast milk lipidome is associated with early growth
trajectory in preterm infants. Nutrients, 10(2).
https://doi.org/10.3390/nu10020164

Ani T Prianti, Rahayu Eryanti. K, R. (2020). Efektivitas Pemberian Sari


Kurma Terhadap Kelancaran Produksi Asi Ibu Post Partum Di Rskdia
Siti Fatimah Makassar. Jurnal Antara Kebidanan, 3(1), 11–20.

Aritonang, J., Nugraeny, L., Sumiatik, & Siregar, R. N. (2020). Peningkatan


Pemahaman Kesehatan pada Ibu hamil dalam Upaya Pencegahan
COVID-19. Jurnal SOLMA, 9(2), 261–269.
https://doi.org/10.22236/solma.v9i2.5522

Doko, T. M., Aristiati, K., & Hadisaputro, S. (2019). Pengaruh Pijat


Oksitosin oleh Suami terhadap Peningkatan Produksi Asi pada Ibu
Nifas. Jurnal Keperawatan Silampari, 2(2), 66–86.
https://doi.org/10.31539/jks.v2i2.529

Fang, X., Sun, W., Jeon, J., Azain, M., Kinder, H., Ahn, J., Chung, H. C.,
Mote, R. S., Filipov, N. M., Zhao, Q., Rayalam, S., & Park, H. J.
(2020). Perinatal docosahexaenoic acid supplementation improves
cognition and alters brain functional organization in piglets. Nutrients,
12(7), 1–21. https://doi.org/10.3390/nu12072090

Fatrin, T., Lia, nica nova, & Sari, Y. (2020). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ketidakcukupan Kunjungan Pada Ibu Masa Nifas di
Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang Tahun 2020. Cendekia
Medika, 6(1).

Francis, J., Mildon, A., Stewart, S., Underhill, B., Ismail, S., Ruggiero, E.
Di, Tarasuk, V., Sellen, D. W., & Connor, D. L. O. (2021).
Breastfeeding rates are high in a prenatal community support program
targeting vulnerable women and offering enhanced postnatal lactation
support : a prospective cohort study. 6, 1–13.

Gustirini, R. (2021). Perawatan Payudara Untuk Mencegah Bendungan


ASI Pada Ibu Post Partum. Midwifery Care Journal, 2(1), 9–14.

Handayani, S., Kapota, W. N., & Oktavianto, E. (2019). Hubungan Status


Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Batita Usia 24-36 Bulan
Di Desa Watugajah Kabupaten Gunungkidul. Medika Respati : Jurnal

34
Ilmiah Kesehatan, 14(4), 287. https://doi.org/10.35842/mr.v14i4.226

INDRASARI, N. (2019). Meningkatkan Kelancaran ASI dengan Metode


Pijat Oksitoksin pada Ibu Post Partum. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai
Betik, 15(1), 48. https://doi.org/10.26630/jkep.v15i1.1325

Juliastuti & Sulastri. (2018). Pengaruh Pemberian Massage Depan ( Breast


Care ) Dan Massage Belakang ( Pijat Oksitosin ) Terhadap Produksi
Asi. Jurnal Ilmiah PANNMED, 12(3), 227–231.

Mardiana, Arsin, A. A., Sirajuddin, S., & Syafar, M. (2020). Polymorphism


nucleotide oligomerization domain-2 (NOD2) in neonatal with early
breastfeeding initiation. Enfermeria Clinica, 30(Cards 15), 247–249.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.10.016

Mardiana, Usman, A. N., Sinrang, A. W., Alasiry, E., & Bahar, B. (2020).
Potential of acupressure to be complementary care by midwives in
postpartum women’s breast milk production. Enfermeria Clinica, 30,
589–592. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.12.001

Meihartati, T. (2016). Hubungan Antara Perawatan Payudara dengan


Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Nifas di Poskesdes Sumber baru
Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. http://idr.uin-
antasari.ac.id/id/eprint/6818

Ningsih, E. S., Sugesti, R., & ... (2021). Persepsi Ibu, Dukungan Suami dan
Dukungan Tempat Kerja dengan Pemberian Asi Ekslusif pada Ibu
Bekerja di CV X. SIMFISIS Jurnal Kebidanan …, 01, 12–22.
https://journals.mpi.co.id/index.php/SJKI/article/view/2

Nurliana, M., & Krasida, D. A. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa
Nifas. Foreign Affairs, 91(5), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Rachmawati, I. N., Allenidekania, A., & Wijayarini, M. A. (2014). Identifikasi


Kebutuhan Perawatan Mandiri Ibu Nifas. In Jurnal Keperawatan
Indonesia (Vol. 5, Issue 2, pp. 60–66).
https://doi.org/10.7454/jki.v5i2.107

Ritonga, N. J., Mulyani, E. D., Anuhgera, D. E., Damayanti, D., Sitorus, R.,
& Siregar, W. W. (2019). Sari Kacang Hijau Sebagai Alternatif
Meningkatkan Produksi Air Susu Ibu (Asi) Pada Ibu Menyusui. Jurnal
Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 2(1), 89–94.
https://doi.org/10.35451/jkf.v2i1.272

Sampara, N., & Ernawati, S. (2020). Efektivitas Pijat Stimulasi Oksitosin


Terhadap Penurunan Involusio Uteri Pada Ibu Postpartum Di

35
Puskesmas Biru Kabupaten Bone Effectiveness Of Oxytosin
Stimulation Massage On The Decrease Of Uteri Involution In
Postpartum Mother In Puskesmas Biru Bone Dis. 6(1), 21–25.

Siti Muawanah, & Desi Sariyani. (2021). Pengaruh Pijat Laktasi Terhadap
Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Baby Spa Pati. Jurnal
Ilmu Kebidanan Dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and
Health), 12(1), 7–15. https://doi.org/10.52299/jks.v12i1.77

Suri yani, Rosdianah, Ilcham Syarif, H. P. (2021). Correlation between


Nutrition Status and Timing of Colostrum Discharge on Postpartum
Mother in Regional General Hospital of Makassar. GHIZAI : Jurnal Gizi
Dan Keluarga Volume, 1(1), 14–20.

Terefe, A. N., & Gelaw, A. B. (2019). Determinants of Antenatal Care Visit


Utilization of Child-Bearing Mothers in Kaffa, Sheka, and Bench Maji
Zones of SNNPR, Southwestern Ethiopia. Health Services Research
and Managerial Epidemiology, 6, 233339281986662.
https://doi.org/10.1177/2333392819866620

World Health Organization. (2021). Breastfeeding. World Health


Organization.

36

Anda mungkin juga menyukai