Oleh :
STASE NIFAS
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU POSTPARTUM
Praktikan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan Laporan Kasus Nifas yang berjudul
“Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi pada Ibu postpartum”,
dapat saya selesaikan. Penyelesaian Laporan Kasus Nifas ini juga berkat dorongan
dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
menghaturkan rasa terimakasih kepada yang terhormat :
1. Sukarni, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Yayasan Aisyah Lampung.
2. Wisnu Probo Wijayanto, S.Kep, Ners, MAN, selaku Rektor Universitas Aisyah
Pringsewu Lampung.
3. Ikhwan Amirudin, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.
4. Yuni Sulistiawati, S.ST., M.Tr.Keb, Selaku Kepala Program Studi Kebidanan
Program Profesi Kebidanan Aisyah Pringsewu Lampung
5. Arie Eka Wulandari, S.ST, selaku pembimbing Praktik.
6. Yuni Sulistiawati, S.ST., Bdn., M.Tr.Keb, selaku pembimbing akademik
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Amin.
iii
DAFTAR ISI
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 38
A. Nifas .............................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMETASI
LEMBAR KONSULTASI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Evin Novita Sari,
M.Keb, 2018). Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirk ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari perubahan yang terjadi pada ibu
nifas meliputi seluruh sistem tubuh salah satunya peningkatan produksi
ASI.((Evin Novita Sari, M.Keb, 2018) Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil
sekresi kelenjar payudara ibu, yang merupakan makanan pertama, utama, dan
terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah (Retmiyanti, 2019).
ASI esklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi selama 6 bulan
pertama kehidupan tanpa tambahan makanan dan minuman lain (WHO.
2016). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan di Indonesia ditetapkan
melalui keputusan mentri kesehatan nomor 450/SK/Menkes/ VIII/2012 dan
peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 Tahun 2015. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) mengajurkan bahwa masa menyusui dimulai dari
satu jam setelah bayi dilahirkan, pemberian ASI eksklusif dilakukan selama 6
bulan pertama, dan pemberian ASI disertai makanan pelengkap dilakukan
selama 6 bulan hingga bayi berusia minimal 2 tahun.
Tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI karena
pengeluaran ASI suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang berpengaruh terhadap
pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruhi oleh
isapan bayi juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus,
bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara reflektoris dikeluarkan
oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli
1
2
oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu
postpartum. Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dan faktor yaitu
produksi dan pengeluaran (AmbarWati, 2010).
Pengeluaran ASI dipengaruhi oleh Hormon oksitosin akan keluar melalui
rangsangan keputing susu melalui isapan mulut bayi atau pijatan pada tulang
belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri
dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan
ASI pun cepat keluar (WBW, 2017).
Banyaknya cara untuk melancarkan ASI yaitu: Makanan-makanan
berserat, membersihkan puting dan melakukan pijatan, Minum air putih yang
bayak, Memompa ASI, kompres payudara, Pijat Oksitosin (Depkes R.I.,
2013) Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi tidak
lancaran ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktif dan oksitosin setelah melahirkan
pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosinyang dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar ( Roesli, 2017).
Pijatan ini berfungsi untuk meningkat kan hormon oksitosin yang dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. Pijat Oksitosin ini lebih
mudah dilakukan tidak butuh biaya dan ibuibu bisa melakukan dirumah
seperti rileks apa lagi Zaman sekarang bayak Orang tua yang tidak faham
terhadap pengeluaran ASI, jadi dengan kita melakukan Pijat Oksitosin itu jadi
Orang-orang bisa tahu,apa lagi sekarang yang Nikah Dini sedangkan orang
yang Nikah Dini Rata –rata tidak tahu cara mengeluarkan ASIyang benar dan
masih bayak juga ASI yang tidak keluar karna ASI tidak keluar makanya kita
melakukan Pijat Oksitosin (Lutfiana Puspita Sari, SST, MPH, 2017).
B. Tujuan
Untuk memberikan asuhan kepada ibu postpartum dalam rangka melakukan
pijat oksitoksin terhadap produksi asi pada ibu postpartum.
3
C. Manfaat
Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan asuhan kebidanan
pada ibu postpartum dan dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswa
sehingga dapat memberi manfaat khususnya menambah wawasan dan
menambah refrerensi tentang asuhan kebidanan khususnya pada ibu
postpartum.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
4
5
2. Komposisi ASI
a. Mengandung zat gizi (nutrien)
Menurut Dewi (2011), ASI mengandung zat yang sangat
dibutuhkan bayi, yang terdiri dari:
1) Lemak
Lemak merupakan sumber kalori (energi) utama dalam ASI
dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu sebesar 50%. Lemak ASI
juga merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi, tetapi
mudah diserap oleh bayi karena sudah berbentuk emulsi. Lemak
ASI terdiri dan trigliserida (98- 99%). Enzim lipase yang
terdapat dalam sistempencernaan bayi dan ASI akan mengurangi
trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Salah satu
keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial,
yaitu docosahexaenoic acid (DHA) dan arachidnoic acid (AA).
Selain itu juga mengandung kadar kolesterol yang tinggi.
2) Karbohidrat
Karbohidrat utama (kadarnya paling tinggi) dalam ASI adalah
lactose yang mempertinggi penyerapan kalsium yang
dibutuhkan bayi.
3) Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein
whey= 60 : 40. Selain itu, protein ASI mempunyai kandungan
alfa-laktabumin, asam amino esensial taurin yang tinggi, serta
kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sintesis protein
pada ASI yang tinggi.
4) Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi
adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet
ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium,
kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Bayi yang
diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam
10
5) Faktor antistreptokokus
Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi
bayi terhadap infeksi kuman tersebut.
6) Antibodi
Secara elektroforetik, kromatografik dan radio imunoassay
terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung
imunoglobulin yaitu secretori IgA, IgE, IgM, dan IgG.Dari
semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah
IgA.Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran
pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim
proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada
mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan
enterovirus masuk ke dalam mukosa usus
3. Jenis ASI
Menurut Dewi (2011), ASI dibedakan dalam 3 stadium yaitu sebagai
berikut:
a. Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum,
yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, dan
antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada sekitar hari
ke 3 atau hari ke 4.Kolostrum berubah selanjutnya menjadi ASI yang
matang.ASI yang matang sekitar 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu
menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui maka proses
adanya ASI akan meningkat. Kolostrum merupakan cairan dengan
viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan.Kolostrum
mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel
darah putih, dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur.Selain itu,
kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.Protein
utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA, dan Igm),
yang digunakan sebagi zat antibodi untuk menceah dan menetralisir
bakteri, virus, jamur, dan parasit.Meskipun kolostrum yang keluar
sedikit menurun, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara
13
lebih lama dan lebih sering. Harus tetap dipahami, bahwa semakin
sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak produksi ASI-
nya. Semakin jarang ibu menyusui, makin berkurang jumlah
produksi ASI-nya (Roesli, 2007).
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipotesa
yang terdapat didasar otak.Sama halnya dengan hormon prolaktin,
hormon ini diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara di rangsang
oleh isapan bayi.Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara,
membuat otot-otot payudara mengerut dan disebut hormon oksitosin.
Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI (let down reflex).
Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi
menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut
sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat
merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan
bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveolli) ke gudang
susu (ductus latiferous) Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup
apabila hanya mengandalkan refleks prolaktin saja, akan tetapi harus
dibantu oleh refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja, maka
bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun
produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan
refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan
kejiwaan atau sensasi ibu.Perasaan ibu dapat meningkatkan dan
menghambat produksi ASI (Roesli, 2007). Air Susu Ibu sebaiknya
diberikan segera setelah bayi lahir. Air susu pertama yang bertahan
sekitar 4-5 hari, masih berupa kolustrum. Banyaknya kolustrum yang
disekresikan setiap hari berkisar antara 10-100 cc, dengan rata-rata
30 cc. Air susu sebenarnya baru keluar setelah hari kelima. Ibu harus
menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga seluruh puting dan
areola “tergenggam” oleh mulut bayi. Tugas mengalirkan susu
jangan dibebankan pada satu payudara saja. Perlakuan berat sebelah
ini, jika memang terjadi, akan menurunkan fungsi payudara sebagai
produsen ASI.
17
C. Pijat Oksitosin
1. Pengertian
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI.Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-
keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009).Pijat oksitosin
yang sering dilakukan dalam rangka meningkatkan ketidaklancaran
produksi ASI adalah Pijat oksitosin, bisa dibantu pijat oleh ayah atau
nenek bayi.
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang efleks oksitosin atau
reflex let down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat
oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangibengkak
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan
hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi
sakit (Depkes, 2013). Dalam tradisi medis di negara barat, hippocrates
(460-377 B.C.E) menemukan bahwa terapi yang sangat penting untuk
memuat relaksi salah satunya dengan pemijatan.sentuhan yang yang
lembut dan ringan memberikan efek menenangkan bagi tubuh. Pada abad
1800an, florence Nightingale merekomendasikan pemijatan sebagai
terapi non farmakologi untuk perawatan kesehatan. Tetapi ini dianggap
sebagai pengobatan yang efektif untuk mengobati beberapa penyakit dan
kondisi seperti stress, konstipasi,insomnia ( Ruffin, 2016).
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan terapi pemijatan dapat
meningkatkan respon yang positif seperti kesejahteraan,kesenangan,
kenyamanan, relaksasi dan kepercayaan diri, serta dapat menurunkan
emosi yang negatif seperti kecemasan, nyeri, strees, merasa sendiri,
merasa tidak berarti dan mengurangi trauma akibat gejala
21
e. Memperlancar ASI.
f. Melepas lelah.
g. Perakis. 37 Manfaat pijatoksitosin bagi pisi
Manfaat pijatoksitosin bagi pisikologis ibu, yaitu:
a. Membangkitkan rasa kepercayaan diri ibu,
b. Mengurangi sumber rasa sakit dan takut,
c. Membantu ibu agar memiliki pikiran dan perasaan yang baik tentang
bayinya.
3. Teknik Pijat Oksitosin Sesuai dengan Rekomendasi WHO
Untuk merangsang refleks oksitosin keluar, maka perlu dilakukan
pijat oksitosin.Ibu dapat melakukan sendiri ataupu dapat dilakukan oleh
keluarga. Jika ibu ingin melakukan sendiri maka ibu dapat memijat
ringan payudaranya atau merangsang puting susu sambil memandang
sang bayi jika dekat. Ibu juga dapat meminta bantuan suami/keluarga
untuk melakukan pemjatan pada daerah kedua sisi tulang punggung dan
bahu (pijat oksitosin). Dukungan suami yang dapat dilakukan oleh wanita
yang sedang menyusui adalah dengan melakukan pijat oksitosin secara
teratur sehingga memberikan hasil yang maksimal terkait dengan
pyoduksi ASI yang dihasilkan.Namun jika hal tersebut tidak
memungkinkan maka pemijatan dapat dilakukan oleh keluarga
terdekat/ibu.
Pijat oksitosin dapat dilakukan pada 24 jam pertama setelah
persalinan utnuk ibu yang bersalin secara normal, namun untuk ibu yang
bersalin secara section secarea dapat dilakukan pada 24 jam kedua pasca
persalinan. Hal ini berbeda karena adanya keterbatasan fisikdan
mobilisasi yang dialami oleh ibu post section secarea pada 24 jam
pertama sehingga belum dapat dilakukan proses pemijatan
Persiapan dan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pijat
oksitosin adalah :
a. Persiapan ruangan yang mendukung privacy ibu (dapat dilakukan di
kamar / ruangan khusus untuk ibu menyusui.
b. Peralatan yang dibutuhkan :
24
c. Memasang handuk.
d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil.
e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepala tangan, dengan ibu jari menunjuk ke
depan. Area tulang belakang leher, cari daerah dengan tulang yang
paling menonjol, namanya processus spinosus/cervical vertebrae 7.
G. Penelitian Terkait
Penelitian Saputri (2019) dengan judul Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Postpartum. Jenis penelitian ini adalah
preexperimental dengan One Group Pre and Post Test Design Data produksi
ASI diambil menggunakan gelas ukur yang kemudian dianalisis. Berdasarkan
hasil Wilcoxon Signed Rank Test, rata-rata produksi ASI ibu postpartum
sebelum pijat oksitosin adalah 9,90 sedangkan rerata ibu postpartum produksi
ASI setelah pijat oksitosin adalah 13,50. Ada pengaruh signifikan pijat
oksitosin terhadap produksi ASI dengan p-value = 0,008 (p 0,05). Disarankan
bagi tenaga kesehatan untuk dapat melaksanakan pijat oksitosin untuk
meningkatkan produksi ASI pada ibu nifas.
Penelitian Asih (2017) dengan judul Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi Asi Pada Ibu Nifas Hasil Uji statistik menggunakan chi-square (x2 )
diperoleh p-value= 0,037 (p-value ≤0,05) yang berarti ada pengaruh
signifikan antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum
di BPM Lia Maria Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi tenaga kesehatan
terutama bidan sebagai pelaksana sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
ibu akan pijat oksitosin dan dapat memotivasi ibu dan keluarga untuk
31
A. DATA SUBJEKTIF
ASUHAN KEBIDANAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
IBU POSTPARTUM PADA Ny. L DI PMB ANI
WIDIYAWATI S.ST., M.KES
1. MASA NIFAS
OBSERVASI (6 Jam Post Partum)
Tanggal : 21 Oktober 2023
Pukul : 21.30 WIB
Oleh : Nita Arena Putri
2. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas
2. Ibu mengatakan dia dan keluarga sudah mengerti cara massase uterus
3. Ibu mengatakan masih merasa lelah
4. Ibu mengatakan ibu makan-makanan yang diberikan bidan yaitu nasi, ikan,
telur, sayuran hijau dan buah jeruk untuk menambah tenaga
5. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan sudah mencoba menyusui
bayinya.
6. Ibu mengatakan sudah bisa berjalan perlahan ke kamar mandi di temani
suami
7. Riwayat persalinan
1) Tempat melahirkan : BPM
2) Penolong : Bidan
3) Jenis persalinan : Normal
4) Komplikasi : Tidak Ada
5) P3A0
Lama persalinan : Kala I : 4 jam 30 menit
33
B. OBJEKTIF (O)
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Keadaan Emosional : Stabil
34
4. Tanda-tanda vital
TD : 120/70mmHg
R : 78 x/menit
N : 20 x/menit
T : 370C
5. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Tidak ada oedema pada kelopak mata, konjungtiva
merah muda (ananemis) dan sklera putih (anikterik)
b. Mulut dan Gigi : Bibir simetris, ada kelembapan, lidah bersih
berwarna kemerahan. Tidak ada caries gigi dan tidak
ada pembengkakan pada gusi dan gigi ibu tidak ada
lubang.
c. Payudara : Simetris, putting susu menonjol kanan dan kiri,
hyperpigmentasi aerola, tidak ada rasa nyeri tekan,
ASI belum keluar.
d. Abdomen
a. Bekas luka operasi : Tidak ada
b. Konsistensi Uterus : keras
c. TFU : 2 jari dibawah pusat
e. Anogenital
1) Vulva : baik
2) Perineum : tidak ada robekan
3) Pengeluaran cairan : lochea rubra
f. Ekstremitas
Tidak odema, reflek patella (+) kanan dan kiri.
C. ASSASMENT (A)
Ny. S P3A0 Post Partum 6 Jam
D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu agar ibu
mengetahui kondisi kesehatannya saat ini
35
TD : 120/70 mmHg
R : 78 x/menit
N : 20 x/menit
T : 370C
Ibu tampak tenang dan senang setelah mengetahui kondisinya dalam keadaan
sehat
2. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mulas pada perutnya merupakan faktor
fisiologis karna ada proses involusi atau kembalinya rahim keukuran semula.
Ibu tampak sudah mengerti alasan mulas yang dirasakan ibu adalah faktor
fisiologis dan ibu tampak sudah tak cemas lagi
3. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi seimbang seperti
sayuran – sayuran hijau, buah – buahan, ikan, tempe, daging air putih, telur,
dan susu untuk membantu mengembalikan kesehatan dan memperbanyak
ASI.
Ibu akan makan makanan yang bergizi dan melakukannya setiap hari
4. Menjelaskan kepada ibu proses pengeluaran ASI, dari hari pertama sampai
hari ketujuh
Ibu sudah mengerti bahwa untuk hari pertama asi memang belum keuar atau
keluar sedikit, dan akan semakin banyak keluar ketika rajin menyusui
5. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pijat oksitosin
Pijat oksitosin telah dilakukan
6. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI secara eksklusif saja kepada
bayinya dan memberikan asi atau menyususi bayi secara on demand
Ibu sudah mengerti dan akan memberikan asi secara on demand kepada bayi
nya
7. Menjelaskan pada ibu manfaat ASI esklusif selama 6 bulan,
Manfaat untuk bayi nya :
a. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
b. Mengandung antibodi
c. ASI mengandung komposisi yang tepat
d. Mengurangi kejadian karies dentis
36
e. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu
dan bayi
f. Terhindar dari alergi
g. ASI meningkatkan kecerdasan bayi
h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
Manfaat untuk ibu ;
8. Aspek kontrasepsi
9. Aspek kesehatan ibu
10. Aspek penurunan berat badan
11. Aspek psikologis
Ibu sudah mengerti dan akan memberikan asi esklusif
8. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, untuk memulihkan organ – organ
reproduksinya dengan cara berbaring, setelah duduk, atau berbaring dan
miring kiri kanan, lalu mencoba berjalan- jalan disekitar kamar
Ibu sudah bisa berjalan perlahan ke kamar mandi di temani suami
9. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup agar tenaga ibu dapat pulih kembali
pasca persalinan.
Ibu mengatakan sudah mengerti dan ibu sudah mau istirahat setelah menyusui
bayinya.
10. Mengobservasi perdarahan ibu
Terdapat perdarahan yang normal : Lochea rubra
11. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan genitalianya untuk mencegah
infeksi
Ibu sudah mengerti dan akan menjaga kebersihan alat genitalia
12. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya nifas
a. Infeksi Nifas
b. Infeksi Saluran Kemih
c. Metritis
d. Bendungan Payudara
e. Infeksi Payudara
f. Abses Payudara
g. Abses Pelvis
37
h. Peritonitis
i. Infeksi Luka Perineum dan Luka Abdominal
j. Perdarahan Pervaginam
Ibu telah mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dan ibu
mengatakan akan segera ketenaga kesehatan apabila terjadi tanda-tanda
bahaya seperti diatas
13. Memberikan ibu minum tablet Fe 1 kali sehari selama masa nifas dan vitamin
A dengan dosis 200.000 IU 2 kali setelah melahirkan. Pemberian pertama
setelah melahirkan dan pemberian kedua selang waktu minimal 24 jam, tidak
lebih dari 6 minggu setelah melahirkan.
Ibu mengatakan akan meminum tablet Fe selama masa nifas dan vitamin yang
diberikan oleh bidan
C. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 110/80 mmHg, R: 22x/menit,
N : 79 x/menit T : 36,3 C
4. Mata : Konjungtiva merah muda tidak pucat
5. Mammae : Simetris kanan dan kiri,puting susu menonjol ASI
sudah keluar.
6. Kontraksi : baik
7. TFU : TFU 3 jari dibawah pusat.
8. Pengeluaran : pengeluaran pervaginam berupa darah segar
(lochea rubra).
9. Perineum : baik
D. ASSASEMENT
Ny. S P3A0 Post Partum hari ke-3
E. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu TD
: 110/80 mmHg, R: 22 x/menit, N: 79 x/menit, T : 36,30C, kontraksi baik,
ibu dalam keadaan normal.
Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaannya yang telah dilakukan dan ibu
dalam keadaan baik.
2. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu salah satunya seperti
posisi cradle hold dengan cara:
a. Gendong bayi dengan salah satu tangan ibu dengan posisi kepala di
lengan tangan yang tertekuk dan perut di tubuh ibu
b. Posisi kepala bayi dan lengan ibu yang tangan tertekuk berada di sisi
yang sama dengan bagian payudara di mana bayi menyusu
c. Agar leher bayi tidak tegang, jaga agar posisi kepala bayi tetap sejajar
dengan bagian tubuh yang lain
Ibu sudah diberitahu dan ibu akan mempraktekannya di rumah.
39
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nifas
1. Kunjungan 6 Jam Postpartum
Pada pengkajian masa nifas Ny S diperoleh hasil pemeriksaan yang
normal. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan ibu mengatakan
masih merasa lelah. Pada pemeriksaan objektif didapatkan keadaaan umum
baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Kontraksi uterus baik dan
involusi uterus baik. Pengeluaran kolostrum sudah ada, TFU 2 jari dibawah
pusat, pengeluaran pervaginam lochea rubra. Berdasarkan anamnesa
didapatkan hasil bahwa ibu masih merasa mulas. Hal ini bersifat fisiologis
karena pada saat ini uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil yang dikatakan sebagai
perubahan system tubuh pada masa postpartum (Wahyuningsih, 2018)
Pada kunjungan pertama hingga ke-3 ibu diajarkan pijat oksitosin
dalam upaya peningkatan ASI, menganjurkan ibu melakukan pijat oksitosin
dalam upaya peningkatan produksi ASI , Inilah tahapan persiapan memerah
ASI: Berikut ini langkah-langkah melakukan pijat oksitosin.
Cara melakukan pijat oksitosin :
1. Bantu ibu secara psikologis
2. Bangkitkan rasa percaya diri.
3. Coba mengurangi sumber rasa sakit atau rasa takut.
4. Bantu ibu untuk mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya.
5. Duduklah dengan rasa nyaman sambil bersandar ke depan,
bisa dengan cara melipat lengan di atas meja.
6. Letakan kepala di atas lengan.
7. Lepas bra dan baju bagian atas. Biarkan payudara tergantung lepas.
8. Lumuri kedua tangan dengan sedikit baby oil.
9. Kepalkan kedua tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan dimulai
dari bagian tulang yang menonjol di tengkuk , turun sedikit kebawah
kira-kira dua ruas jari dan gesser ke kanan ke kiri. Setiap kepalan tangan
41
BAB V
PENUTUP
Astuti, R. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta Timur: CV Trans Info
Media.
Di, P., Wilayah, B. P. M., & Klaten, K. (2010). Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi Asi Ibu Postpartum Di Bpm Wilayah Kabupaten
Klaten Emy Suryani, Kh Endah Widhi Astuti
Evin Noviana,. (2018). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Bogor: In
Media.
Ika Nur Saputri, Desideria Yosepha Ginting, and Ilusi Ceria Zendato, „PADA IBU
POSTPARTUM Experimental with the One Group Pre and Post Test
Design . The Population In‟, 2.1 (2019).
Pilaria, E., Sopiatun, R., & Kunci, K. (2018). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi Asi Pada Ibu Postpartum.Jakarta
Pilaria, Ema, Rita Sopiatun, and Kata Kunci, „Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi Asi Pada Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk
Kota Mataram Tahun 2017 The Effect of Oxytocin Massage on
Postpartum Mother
PIJAT OKSITOSIN
No Dokumen No. Revisi Halaman
1/ 1
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mempersiapkan pasien:
a. Atur posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban
fisik
PROSEDUR b. Memberi kesempatan kepada pasien untuk
PELAKSANAAN bertanya bila ada sesuatu yang kurang
dipahami/jelas
c. Bantu ibu secara psikologis : Bangkitkan rasa
percaya diri.
d. Coba mengurangi sumber rasa sakit atau rasa
takut.
e. Bantu ibu untuk mempunyai pikiran dan perasaan
baik tentang bayinya.
f. Mengukur jumlah ASI sebelum melakukan
pemijatan (pre test)
3. Anjurkan ibu untuk duduk dengan rasa nyaman
sambil bersandar ke depan, bisa dengan cara melipat
lengan di atas meja.
4. Letakan kepala di atas lengan.
5. Lepas bra dan baju bagian atas ibu. Biarkan
payudara tergantung lepas.
6. Lumuri kedua tangan dengan sedikit baby oil.
7. Kepalkan kedua tangan dengan ibu jari menunjuk ke
depan dimulai dari bagian tulang yang menonjol di
tengkuk, turun sedikit kebawah kira-kira dua ruas jari
dan gesser ke kanan ke kiri. Setiap kepalan tangan
sekitar dua ruas jari.
8. Dengan menggunakan kedua ibu jari, mulailah
memijat membentuk gerakan melingkar kecil menuju
tulang belikat atau daerah di bagian batas bawah bra
ibu.
9. Lakukan pijat ini sekitar 3 menit dalam 1hari selama
3hari.
10. Setelah selesai memijat sambil membersihkan sisa
baby oil, kompres pundak-punggung ibu dengan
handuk hangat.
11. Merapikan pasien
12. Mengukur jumlah ASI setelah melakukan pemijatan
(post test)
D.Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
perkembangan
DOKUMENTASI
LEMBAR KONSULTASI
PELAYANAN KEBIDANAN STASE NIFAS
Abstract
Newborns do not need any other intake besides breast milk, but not a few found
postpartum mothers who give formula milk to their babies because milk production is
little or not smooth, especially in the first days of life. The purpose of this study was to
determine the effect of oxytocin massage on breast milk production in postpartum
mothers. This type of research was pre- experimental with the One Group Pre and Post
Test Design. The population in this study were all postpartum mothers in June at the
Nining Pelawati Clinic in 2019. The sample in this study was postpartum mothers with
inclusion and exclusion criteria totaling 10 people. ASI production data is taken using a
measuring cup which is then analyzed. Based on the results of the Wilcoxon Signed Rank
Test, the average postpartum maternal breast milk production before oxytocin massage
was 9.90 while the mean postpartum maternal breast milk production after oxytocin
massage was 13.50. There was a significant effect of oxytocin massage on milk
production with p-value = 0.008 (p ≤ 0.05). It is recommended for health workers to be
able to carry out oxytocin massage to increase milk production in postpartum mothers.