Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI


PADA IBU POSTPARTUM

Oleh :

NITA ARENA PUTRI


NPM : 230108027

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

STASE NIFAS
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU POSTPARTUM

Target Stase Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas


Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Tanggal Tanggal 18 November 2023

Praktikan

NITA ARENA PUTRI


NPM : 230108027

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Praktik Pembimbing Akademik

Arie Eka Wulandari, S.ST Yuni Sulistiawati, S.ST., Bdn., M.Tr.Keb


NIP. 19861014 201704 2 005 NIDN. 219068701

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan Laporan Kasus Nifas yang berjudul
“Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi pada Ibu postpartum”,
dapat saya selesaikan. Penyelesaian Laporan Kasus Nifas ini juga berkat dorongan
dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
menghaturkan rasa terimakasih kepada yang terhormat :
1. Sukarni, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Yayasan Aisyah Lampung.
2. Wisnu Probo Wijayanto, S.Kep, Ners, MAN, selaku Rektor Universitas Aisyah
Pringsewu Lampung.
3. Ikhwan Amirudin, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.
4. Yuni Sulistiawati, S.ST., M.Tr.Keb, Selaku Kepala Program Studi Kebidanan
Program Profesi Kebidanan Aisyah Pringsewu Lampung
5. Arie Eka Wulandari, S.ST, selaku pembimbing Praktik.
6. Yuni Sulistiawati, S.ST., Bdn., M.Tr.Keb, selaku pembimbing akademik
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Amin.

Pringsewu, November 2023


Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR .............................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................... 3
C. Manfaat.......................................................................................... 3
D. Waktu dan Tempat ........................................................................ 3

BAB II TINJAUAN LITERATUR ............................................................... 4


A. Konsep Masa Nifas ....................................................................... 4
B. Produksi ASI ................................................................................. 7
C. Pijat Oksitoksin ............................................................................. 13
D. Standar Pelayanan Asuhan Kebidanan Nifas ................................ 16
E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas................................................ 21
F. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ............................ 22
G. Penelitian Terkait .......................................................................... 25

BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................ 26


A. Data Subjektif ................................................................................ 26
B. Data Objektif ................................................................................. 26
C. Analisis Data ................................................................................. 28
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 28

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 38
A. Nifas .............................................................................................. 43

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA
DOKUMETASI
LEMBAR KONSULTASI

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Evin Novita Sari,
M.Keb, 2018). Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirk ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari perubahan yang terjadi pada ibu
nifas meliputi seluruh sistem tubuh salah satunya peningkatan produksi
ASI.((Evin Novita Sari, M.Keb, 2018) Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil
sekresi kelenjar payudara ibu, yang merupakan makanan pertama, utama, dan
terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah (Retmiyanti, 2019).
ASI esklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi selama 6 bulan
pertama kehidupan tanpa tambahan makanan dan minuman lain (WHO.
2016). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan di Indonesia ditetapkan
melalui keputusan mentri kesehatan nomor 450/SK/Menkes/ VIII/2012 dan
peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 Tahun 2015. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) mengajurkan bahwa masa menyusui dimulai dari
satu jam setelah bayi dilahirkan, pemberian ASI eksklusif dilakukan selama 6
bulan pertama, dan pemberian ASI disertai makanan pelengkap dilakukan
selama 6 bulan hingga bayi berusia minimal 2 tahun.
Tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI karena
pengeluaran ASI suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang berpengaruh terhadap
pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruhi oleh
isapan bayi juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus,
bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara reflektoris dikeluarkan
oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli

1
2

oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu
postpartum. Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dan faktor yaitu
produksi dan pengeluaran (AmbarWati, 2010).
Pengeluaran ASI dipengaruhi oleh Hormon oksitosin akan keluar melalui
rangsangan keputing susu melalui isapan mulut bayi atau pijatan pada tulang
belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri
dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan
ASI pun cepat keluar (WBW, 2017).
Banyaknya cara untuk melancarkan ASI yaitu: Makanan-makanan
berserat, membersihkan puting dan melakukan pijatan, Minum air putih yang
bayak, Memompa ASI, kompres payudara, Pijat Oksitosin (Depkes R.I.,
2013) Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi tidak
lancaran ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktif dan oksitosin setelah melahirkan
pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosinyang dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar ( Roesli, 2017).
Pijatan ini berfungsi untuk meningkat kan hormon oksitosin yang dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. Pijat Oksitosin ini lebih
mudah dilakukan tidak butuh biaya dan ibuibu bisa melakukan dirumah
seperti rileks apa lagi Zaman sekarang bayak Orang tua yang tidak faham
terhadap pengeluaran ASI, jadi dengan kita melakukan Pijat Oksitosin itu jadi
Orang-orang bisa tahu,apa lagi sekarang yang Nikah Dini sedangkan orang
yang Nikah Dini Rata –rata tidak tahu cara mengeluarkan ASIyang benar dan
masih bayak juga ASI yang tidak keluar karna ASI tidak keluar makanya kita
melakukan Pijat Oksitosin (Lutfiana Puspita Sari, SST, MPH, 2017).

B. Tujuan
Untuk memberikan asuhan kepada ibu postpartum dalam rangka melakukan
pijat oksitoksin terhadap produksi asi pada ibu postpartum.
3

C. Manfaat
Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan asuhan kebidanan
pada ibu postpartum dan dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswa
sehingga dapat memberi manfaat khususnya menambah wawasan dan
menambah refrerensi tentang asuhan kebidanan khususnya pada ibu
postpartum.

D. Waktu dan Tempat


Praktek dilakukan pada bulan November tahun 2023 tempat asuhan dilakukan
di TPMB Meiciko Indah, S.ST.
4

BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Masa Nifas


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas merupakan masa persalinan dan segera setelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi
kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (F.Gary Cunnimgham,Mac
Donald,1995:281) (Noviana sari & Khotimah, 2014).
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang bersama
selama 6 minggu atau 40 hari perubahan yang terjadi pada ibu nifas
meliputi seluruh sistem tubuh salah satunya meningkatkan produksi ASI
(Evin Novita Sari, M.Keb, 2018).
2. Asuhan Nifas
Asuhan nifas bertujuan untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologiknya.
b. Melaksanakan screening yang komprehensip, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi yang sehat
d. Memberikan pelayanan KB,
e. Mempercepat involusi alat kandung.
f. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.
g. Mengingatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolism.(astuti, 2015)

4
5

3. Peran Dan Tanggung Jawab Dalam Masa Nifas


Dalam asuhan masa nifas Bidan memiliki peran penting, hal ini
dikarenakan Bidan memahami kondisi ibu pada saat masa nifas. Berikut
ini peran utama Bidan dalam masa nifas adalah :
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi keteganagn fisik dan
psikologis selama masa nifas.
b. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
c. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan
ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
d. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
f. Mendukung kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai
orang tua.
g. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
h. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan
serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi
selama periode nifas (yusari asih, 2016)
4. Tahapan Masa Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Keuntungan dari puerperium dini adalah
ibu merasa lebih sehat dan kuat, faal usus dan kandung kemih lebih
baik, ibu dapat segera belajar merawat bayinya.
6

b. Puerperium untermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat


genetalia yang lamanya 6-8 minggu. Alat genetalia tersebut meliputi
uterus, luka jalan lahir, servik, endometrium dan ligament-ligamen.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna
bermingguminggu, berbulan-bulan atau tahunan (astuti, 2015)
5. Program Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan masa nifas paling sedikit ada 4 kali kunjungan yang
dilakukan.Tujuan kunjunganini untuk menilai status ibu dan bayi baru
lahir, untuk mencegah dan mendeteksi serta menangani masalah-masalah
yang terjadi pada saat masa nifas.
a. Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk
bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan caramencegah hipotermi
2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan) :
a) Memastikan involusi uteus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perndarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda-
tanda penyakit.
7

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada


bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam.
c) Memastikan ibu mendapat nutrisi, cairan dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik
e) Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara merawat
bayi dan bagaimana cara menjaga bayi agar tetap hangat.
4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) :
a) Menanyakan ibu tentang peyakit-penyakit yang dialami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.(astuti, 2015)
6. Perubahan Fisik Masa Nifas
a. Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involus)
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochea)
c. Kelelahan karena proses melahirkan.
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
e. Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK
f. Gangguan otot (betis,dada,perut,panggul dan bokong)
g. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan). Involusi alat kandungan
h. Uterus, secara berangsunr-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya seperti sebelum hamil
Involusi Berat uterus
Bayi baru lahir 1000 gram
Uri lahir 750 gram
1 minggu 500 gram
2 minggu 350 gram
6 minggu 50 gram
8 minggu 30 ram
8

7. Perubahan Psikis Masa Nifas


a. Perasan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan
sampai hari ke 2 (Fase taking in )
b. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncyl
perasaan sedih ( Baby Blues disebut Fase taking hold (hari ke 3-10)
c. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut Fase
Letting Go (hari ke 10-akhir masa nifas).
8. Pengeluaran Lochea
a. Lochea rubra : hari ke 1-2.
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sisa-sisa vernix
kaseosa,lanugo, dan mekonium.
b. Lochea : hari ke 3-7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan
c. Lochea serpsa : hari ke 7-14
Berwarna kekuningan.
d. Lochea alba : hari ke 14-selesai nifas
Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan
terinfksi disebut lochea purulent (Noviana sari & Khotimah, 2014)

B. Konsep Air Susu Ibu (ASI)


1. Pengertian
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung
nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti
inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan
(Hubertin, 2003).ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah
yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan
kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat gizi dalam air susu
ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling
baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga
sangat kaya akan sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel otak
dan perkembangan sistem saraf
9

2. Komposisi ASI
a. Mengandung zat gizi (nutrien)
Menurut Dewi (2011), ASI mengandung zat yang sangat
dibutuhkan bayi, yang terdiri dari:
1) Lemak
Lemak merupakan sumber kalori (energi) utama dalam ASI
dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu sebesar 50%. Lemak ASI
juga merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi, tetapi
mudah diserap oleh bayi karena sudah berbentuk emulsi. Lemak
ASI terdiri dan trigliserida (98- 99%). Enzim lipase yang
terdapat dalam sistempencernaan bayi dan ASI akan mengurangi
trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Salah satu
keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial,
yaitu docosahexaenoic acid (DHA) dan arachidnoic acid (AA).
Selain itu juga mengandung kadar kolesterol yang tinggi.
2) Karbohidrat
Karbohidrat utama (kadarnya paling tinggi) dalam ASI adalah
lactose yang mempertinggi penyerapan kalsium yang
dibutuhkan bayi.
3) Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein
whey= 60 : 40. Selain itu, protein ASI mempunyai kandungan
alfa-laktabumin, asam amino esensial taurin yang tinggi, serta
kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sintesis protein
pada ASI yang tinggi.
4) Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi
adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet
ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium,
kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Bayi yang
diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam
10

yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di


bawah kondisi umum
5) Air
Sekitar 88% ASI terdiri atas ASI yang berguna melarutkan sat-
sat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan
rangsangan haus dari bayi.
6) Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D
dan C cukup.Sementara itu, golongan vitamin B kecuali
riboflafin dan asam penth pthenik lebih kurang.
a) Vitamin A; air susu manusia yang sudah masak (dewasa)
mengandung 280 IU, vitamin A dan kolostrum mengandung
2 kali itu.
b) Vitamin D; vitamin D larut dalam air dan lemak terdapat
dalam ASI
c) Vitamin E; kolostrum manusia kaya akan vitamin E,
fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan
tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari
cedera akibat oxide.
d) Vitamin K; diperlukan untuk sintesis faktor pembekuan
darah.
e) Vitamin B kompleks ; semua vitamin B pada tingkat yang
diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan.
f) Vitamin C; vitamin C sangat penting dalam sintesis
kolagen, ASI mengandung 43 mg/ml vitamin C.
b. Mengandung zat protektif
Menurut Perinasia (2009), mengemukakan bahwa ASI
mengandung zat protektif untuk mencegah infeksi yang terdiri dari :
1) Laktobasilus bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi
asam laktat dan asam asetat.Kedua asam ini menjadikan
saluran pencernaan bersifat asam segingga menghambat
11

pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang


sering menyebabkan diare.Laktobasilus mudah tumbuh cepat
dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI mengandung
polisakarida yang berikatan dengan nitrogen yang diperlukan
untuk pertumbuhan laktobasilus bifidus.
2) Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat
besi.Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100ml
tertinggi diantara semua cairan biologis.Dengan mengikat zat
besi, maka laktoferin bermanfaat untuk menghambat
pertumbuhan kuman tertentu, yaitu stafilokokus dan E coli
yang juga mengeluarkan zat besi untuk pertumbuhannya.Selain
menghambat bakteri tersebut, laktoferin dapat pula
menghambat pertumbuhan jamur kandida.
3) Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
dan anti inflamantori, bekerja sama dengan peroksida dan
askorbat untuk menyerang E Coli dan salmonela.
Konsentarsinya dalam ASI sangat banyak dan merupakan
komponen terbesar dalam fraksi whey ASI. Keunikan lisozim
lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya
sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6
bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan
keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan
makanan padat dan lisozim merupakan faktor protektif
terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan penyakit
diare pada periode ini.
4) Komplemen C3 dan C4
Kedua komplemen ini walaupun kadarnya dalam ASI rendah,
mempunyai daya opsonik, anafilaktosis, dan kemotaktik yang
bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat
dalam ASI.
12

5) Faktor antistreptokokus
Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi
bayi terhadap infeksi kuman tersebut.
6) Antibodi
Secara elektroforetik, kromatografik dan radio imunoassay
terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung
imunoglobulin yaitu secretori IgA, IgE, IgM, dan IgG.Dari
semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah
IgA.Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran
pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim
proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada
mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan
enterovirus masuk ke dalam mukosa usus
3. Jenis ASI
Menurut Dewi (2011), ASI dibedakan dalam 3 stadium yaitu sebagai
berikut:
a. Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum,
yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, dan
antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada sekitar hari
ke 3 atau hari ke 4.Kolostrum berubah selanjutnya menjadi ASI yang
matang.ASI yang matang sekitar 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu
menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui maka proses
adanya ASI akan meningkat. Kolostrum merupakan cairan dengan
viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan.Kolostrum
mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel
darah putih, dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur.Selain itu,
kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.Protein
utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA, dan Igm),
yang digunakan sebagi zat antibodi untuk menceah dan menetralisir
bakteri, virus, jamur, dan parasit.Meskipun kolostrum yang keluar
sedikit menurun, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara
13

mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume


kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan
pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus
bayi.
b. ASI transisi atau peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10.Selam 2
minggu, volume ASI bertambah banyak dan berubah warna, serta
komposisinya.Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan
lemak dan laktosa meningkat.
c. ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya.ASI matur
tampak berwarna putih, kandungannya ASI relatif konstan.ASI yang
mengalir pertama kali atau saat 5 menit pertama disebut
foremilk.Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah
lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjunya ASI
berbah menjadi hindmilk yang kaya akan lemak dan nutrisi.
Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
Tabel 2.1 Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur
No Kandungan Kolostrum ASI Transisi ASI Matur
1 Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
2 Laktosa(gr/100m 6,5 6,7 7,0
3 Lemak 2,9 63 3,8
4 Protein 1,195 0,965 1,324
5 minera 0,3 0,3 0,3
Imunoglobulin :
1 IgA 335,9 119,6
2 IgG 5,9 2,9
3 IgM 17,1 2,9
4 Lisosin 14,2-16,4 24,3-27,5
5 Laktoferin 420-520 250-270
Sumber; Dewi (2011)
14

4. Jumlah Produksi ASI


Air susu ibu diproduksi dalam „alveolli‟, pada bagian awal saluran
kecil air susu. Jaringan di sekeliling saluran-saluran air susu dan alveoli
terdiri dari jaringan lemak, jaringan pengikat tersebut menentukan ukuran
payudara. Selama masa kehamilan, payudara membesar dua sampai tiga
kali ukuran normalnya, dan saluran-saluran air susu serta alveoli
dipersiapkan untuk masa laktasi. Pada proses laktasi tedapat 2 refleks
yang berperan yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul
akibat perangsangan puting karena isapan bayi.
a. Refleks prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi.Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
korpus luteum maka estrogen dan progesteron menjadi
berkurang.isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Isapan bayi akan merangsang puting susu dan
kalang payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus
malalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran
faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi
prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi
normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada
saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan
bayi, namun pengeluaran ASI tetap berlangsung. Produksi hormon
prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti anastesi, operasi,
stress atau pengaruh psikis, hubungan seks, rangsangan puting susu.
Sedangkan keadaan yang menghambat pengeluaran hormon
15

prolaktin adalah gizi ibu yang jelek serta penggunaan obat-obatan


(KB).
b. Refleks aliran (let down refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke
hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin.Melalui
aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi. Kontaraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulu bayi.
Faktor yang meningkatkan let down refleks adalah; melihat
bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk
menyusui bayi. Sedangkan faktor yang menghambat refleks let down
adalah keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan cemas.
ASI dihasilkan oleh kerja gabungan hormon dan refleks. Selama
kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang akan menyiapkan
jaringan kelenjar (alveolli) untuk memproduksi ASI. Pada waktu
bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks, yaitu refleks
prolaktin dan reffleks oksitosin yang akan menyebabkan ASI keluar
pada saat dan dalam jumlah yang tepat. Pemahaman yang tepat
mengenai refleks ini dapat menerangkan mengapa dan bagaimana
seorang ibu dapat memproduksi ASI.
Hormon prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa depan yang
berada di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk
memproduksi ASI. Sedangkan rangsangan pengeluaran prolaktin ini
adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (sinus lactiferus).Makin
banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara, makin banyak ASI
yang diproduksi.
Sebaliknya apabila bayi berhenti menghisap atau sama sekali
tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI.
Sehingga apabila seorang ibu ingin menambah produksi ASI-nya,
cara yang terbaik adalah dengan merangsang bayi untuk menghisap
16

lebih lama dan lebih sering. Harus tetap dipahami, bahwa semakin
sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak produksi ASI-
nya. Semakin jarang ibu menyusui, makin berkurang jumlah
produksi ASI-nya (Roesli, 2007).
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipotesa
yang terdapat didasar otak.Sama halnya dengan hormon prolaktin,
hormon ini diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara di rangsang
oleh isapan bayi.Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara,
membuat otot-otot payudara mengerut dan disebut hormon oksitosin.
Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI (let down reflex).
Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi
menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut
sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat
merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan
bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveolli) ke gudang
susu (ductus latiferous) Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup
apabila hanya mengandalkan refleks prolaktin saja, akan tetapi harus
dibantu oleh refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja, maka
bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun
produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan
refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan
kejiwaan atau sensasi ibu.Perasaan ibu dapat meningkatkan dan
menghambat produksi ASI (Roesli, 2007). Air Susu Ibu sebaiknya
diberikan segera setelah bayi lahir. Air susu pertama yang bertahan
sekitar 4-5 hari, masih berupa kolustrum. Banyaknya kolustrum yang
disekresikan setiap hari berkisar antara 10-100 cc, dengan rata-rata
30 cc. Air susu sebenarnya baru keluar setelah hari kelima. Ibu harus
menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga seluruh puting dan
areola “tergenggam” oleh mulut bayi. Tugas mengalirkan susu
jangan dibebankan pada satu payudara saja. Perlakuan berat sebelah
ini, jika memang terjadi, akan menurunkan fungsi payudara sebagai
produsen ASI.
17

5. Fisiologi Pemberian ASI


Menurut (Ambarwati, 2010), pemberian ASI tidak hanya bermanfaat
untuk bayi saja tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara.
a. Manfaat pemberian ASI untuk bayi
1) Kesehatan Kandungan antibody yang terdapat dalam ASI tetap
ampuh di segala zaman.Karenanya bayi yang mendapat ASI
eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak
mendapat ASI.ASI juga mampu mencegah terjadinya. Manfaat
ASI untuk kesehatan lainnya adalah bayi terhindar dari alergi,
mengurangi kejadian karies dentist dan kejadian malokulasi
yang disebabkan oleh pemberian susu formula.
2) kecerdasan dalam ASI terkandung docosahexaenoic acid (DHA)
terbaik, selain laktosa yang berfungsi untuk mielinisasi otak
yaitu proses pematangan otak agar dapat berfungsi optimal.
Selain itu saat dilakukan pemberian ASI terjadi peroses
stimulasi yang merangsang terjalinya jaringan saraf dengan
lebih bayak.
3) emosi saat menyusui, bayi berada dalam dekapan ibu. Ini akan
merangsang terbentunya EI (Emotional intelegence). Sealin itu
ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi.
b. manfaat pemberian ASI untuk ibu
1) Aspek kesehatan ibu isapan bayi pada payudara akan
merangsang pembentukan oksitosin oleh kelenjar hipofisis.
Oksitosin membantu involus uterus dan mencegah terjadinya
pendarahan pasca persalinan.Penurunan haid dan berkurangnya
pendarahan pasca persalinan mengurang prevalensi anemia
defisiensi besi.kejadian karsinoma mammae pada ibu yang
menyusui lebih rendah daripada ibu yang tidak
menyusui.Mencegah kangker haya dapat diperoleh ibu yang
memberikan ASI secara eksklusif.
2) Aspek kontrasepsi Isapan mulut bayi pada puting susu
merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterisor
18

hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke induk


telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98%
metode kontrasepsi yang efesien selama 6 bulan pertama
sesudah kelahiran bila diberikan haya ASI saja (eksklusif) dan
belum terjadi menstruasi kembali.
3) Aspek penurunan berat badan ibu menyusui dengan cara
eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali keberat
badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan
bertambah berat, selain karena ada janin juga karna penimbulan
lemak pada tubuh.Cadangan lemak ini sebetulnya memang
disiapkan sebagai sumber tenaga dalam produksi ASI. Pada saat
menyusui tubuh akan menghasilakan ASI lebih bayak sehingga
timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan
terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusui, berat badan
ibu akan segera kembali seperti sebelum hamil.
4) Aspek pisikologis keuntungan menyusui bukan hanya
bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa
bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh sesama
manusia.
c. Manfaat pemberian ASI untuk keluarga
1) Aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli sehingga uang yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga
disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebh jarang sakit
sehingga mengurang biaya berobat.
2) Aspek psikologi Kebahagiaan keluarga bertambah karena
kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan
dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis karena dapat
diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu
menyiapkan air, botol, susu formula dan sebagainya.
19

d. Manfaat pemberian ASI untuk Negara


a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor
protektif dan nutrien dalam ASI menjamin status gizi bayi baik
sehingga kesakitan dan kematian anak menurun.
b) Menghemat devisa Negara. ASI dapat dianggap sebagai
kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat
menghemat devisa sebesar Rp 8,6 miliar yang seharusnya
dipakai untuk membeli susu formula.
c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. Subsidi untuk rumah
sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama
rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikas persalinan dan
infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan
untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih
jarang sakit dibanding anak yang mendapat susu formula.
d) Peningkatan kualitas penerus bangsa. Anak yang mendapat ASI
akan bertumbuh dan berkembang optimal sehingga kualitas
generasi penerus bangsa akan terjamin. Menurut (Dewi, 2010),
bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mandapat kecukupan ASI bila
mencapai keadaan sebagai berikut:
a) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapat ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
b) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan
warna menjadi lebih mudah pada hari ke 5 setelah lahir.
c) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari
d) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
e) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah
habis
f) Warna bayi merah, dan kulit terasa kenyal
g) Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi sesuai
dengan grafik pertumbuhan
h) Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya
sesuai dengan rentang usianya)
20

i) Bayi kelihatan puas, sewaktu saat lapar akan bangun dan


tidur dengan cukup
j) Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan
tertidur pulas

C. Pijat Oksitosin
1. Pengertian
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI.Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-
keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009).Pijat oksitosin
yang sering dilakukan dalam rangka meningkatkan ketidaklancaran
produksi ASI adalah Pijat oksitosin, bisa dibantu pijat oleh ayah atau
nenek bayi.
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang efleks oksitosin atau
reflex let down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat
oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangibengkak
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan
hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi
sakit (Depkes, 2013). Dalam tradisi medis di negara barat, hippocrates
(460-377 B.C.E) menemukan bahwa terapi yang sangat penting untuk
memuat relaksi salah satunya dengan pemijatan.sentuhan yang yang
lembut dan ringan memberikan efek menenangkan bagi tubuh. Pada abad
1800an, florence Nightingale merekomendasikan pemijatan sebagai
terapi non farmakologi untuk perawatan kesehatan. Tetapi ini dianggap
sebagai pengobatan yang efektif untuk mengobati beberapa penyakit dan
kondisi seperti stress, konstipasi,insomnia ( Ruffin, 2016).
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan terapi pemijatan dapat
meningkatkan respon yang positif seperti kesejahteraan,kesenangan,
kenyamanan, relaksasi dan kepercayaan diri, serta dapat menurunkan
emosi yang negatif seperti kecemasan, nyeri, strees, merasa sendiri,
merasa tidak berarti dan mengurangi trauma akibat gejala
21

fisiologi(puspita sari, 2017) Berdasarkan hasil riset telat dikembangkan


untuk mengevaluasi pengalaman mental dalam hubungannya dengan
proses fisiologis hal ini terkait dengan interaksi antara pikiran dan tubuh,
otak merupakan kunci dari organ yang menerima masukan sensorik
eksternal dan internal dari tubuh Informasi yang diterima oleh otak
kemudia diintegrasikan dengan peristiwa kehidupan
sebelumnya,perbedaan genetik, dan berbagai faktor kontekstual individu
yang berarti bahwa stimulasi sensorik yang sama bisa dialami secara
berbeda oleh individu yang berbeda dan oleh individu yang sama pada
konteks yang berbeda.berdasarkan informasi yang masuk, otak dapat
mengontrol dan mengatur emosi, kognisi, perilaku, dan respon fisiologis
untuk menyesuaikan keseimbangan dalam tubuh.kemampuan tubuh
untuk menjaga keseimbangan bahkan saat menjalani perubahan,
memiliki dampak besar pada interaksi pikiran-tubuh dan karena itu
mungkin berinteraksi atau bekerja sama dengan rangsangan eksternal
seperti sentuhan/pijatan (puspita sari, 2017) Oksitosin adalah hormon
yang dapat membuat relaks, menurunkan tekanan darah dan kadar
kortisol (hormon yang berpengaruh terhadap stres).
Oksitosin dapat meningkatkan ambang rasa nyeri, memiliki efek
menurunkan kecemasan, serta dapat merangsang berbagai interaksi sosial
yang positif. Oksitosin dilepaskan oleh berbagai jenis stimulasi sensrik
seperti sentuhan dan kehangatan serta mekanisme psikologi. Ini berarti
bahwa dengan interaksi sosial yang positif seperti melibatkan sentuhan
dan dukungan psikologi dapat membantu sekresi hormon oksitosin.
Selama peroses pemijatan, tingkat aliran darah oksitosin terbukti
meningkat. Oksitosin juga berperan penting dalam menfasilitasi berbagai
fungsi fisiologis seperti menginduksi rasa nyeri persalinan dan laktasi.
Dalam proses laktasi, okstosin bertanggung jawab untuk mengalirkan
ASI dari kelenjar hipofisis posterior yang disebabkan oleh berbagai
rangsangan terutama melalui imlus syaraf akibat dari sentuhan dan proses
pemijatan
22

2. Manfaat Pijat Oksitosin


Manfaat terkait dengan pijat oksitosin telah dibuktikan pada
beberapa penelitian, berdasarakan hasil systematic review dengan meta
analisis beberpa penelitian, pemijatan merupakan metode yang efektif
dalam menrunkan tingkat kecemasan pada ibu pasca melahirkan (setelah
melahirkan ). Riset yang baru-baru ini dilakukan juga membuktikan
bahwa pemijatan disekitar tulang belakang dapat meningkatkan hormon
noradenalin ibu mencapai kondisi yang tenang. Hormon noradrnalin
merupakan hormon yang dihasilkan oleh medulla dan memberikan efek
ketenangan pada sistem syaraf simpatis. Ibu yang mencapai kondisi
tentang dan relaks akan meningkatkan produksi oksitsin dan prolaktin
dimna kedua hormon ini sangatberpengaruh terhadap lancarnya dan
jumlah produksi ASI yang dihasilkan (latifses et al, 2015).
Oksitosin memiliki efek pisikologis yang sangat penting. Selain
memberikan efek ketenangan dan relaksasi, oksitosin dapat mengurangi
stres pada ibu pasca melahirkan. Dengan dilakukan pijat oksitosin maka
akan membantu sekresi hormon oksitosin, prolaktin dan endorifin.ibu
menjadi termotivasi untuk sering menyusui bayinya, dengan adanya
kontak kulit (skin to skin) antara ibu dan bayi maka akan terbentuk ikatan
batin dan kasih sayang yang kuat antara ibu dengan bayi.
Pemijatan yang dilakukapada waita sejak kehamilan memberikan
efek positif pada pengendalian stres. Pijat punggung dapat menurunkan
kadar hormon noradrenalin pada saat kehamilan dan pasca melahirkan
sehingga akan meningkatkan ketenangan pada ibu. Ketenangan yang
dimiliki oleh ibu membantu kelancaran Produksi ASI yang merupakan
salah satu faktor keberhasilan menyusui (lee at al, 2014). Menurut
rahayu, 2016 manfaat pijat oksitosin adalah sebagai berikut:
a. membantu ibu secara pisikologis, menenangkan, dan tidak stres.
b. Membangkitkan rasa percaya diri.
c. Membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tenang
bayinya.
d. Meningkatkan ASI.
23

e. Memperlancar ASI.
f. Melepas lelah.
g. Perakis. 37 Manfaat pijatoksitosin bagi pisi
Manfaat pijatoksitosin bagi pisikologis ibu, yaitu:
a. Membangkitkan rasa kepercayaan diri ibu,
b. Mengurangi sumber rasa sakit dan takut,
c. Membantu ibu agar memiliki pikiran dan perasaan yang baik tentang
bayinya.
3. Teknik Pijat Oksitosin Sesuai dengan Rekomendasi WHO
Untuk merangsang refleks oksitosin keluar, maka perlu dilakukan
pijat oksitosin.Ibu dapat melakukan sendiri ataupu dapat dilakukan oleh
keluarga. Jika ibu ingin melakukan sendiri maka ibu dapat memijat
ringan payudaranya atau merangsang puting susu sambil memandang
sang bayi jika dekat. Ibu juga dapat meminta bantuan suami/keluarga
untuk melakukan pemjatan pada daerah kedua sisi tulang punggung dan
bahu (pijat oksitosin). Dukungan suami yang dapat dilakukan oleh wanita
yang sedang menyusui adalah dengan melakukan pijat oksitosin secara
teratur sehingga memberikan hasil yang maksimal terkait dengan
pyoduksi ASI yang dihasilkan.Namun jika hal tersebut tidak
memungkinkan maka pemijatan dapat dilakukan oleh keluarga
terdekat/ibu.
Pijat oksitosin dapat dilakukan pada 24 jam pertama setelah
persalinan utnuk ibu yang bersalin secara normal, namun untuk ibu yang
bersalin secara section secarea dapat dilakukan pada 24 jam kedua pasca
persalinan. Hal ini berbeda karena adanya keterbatasan fisikdan
mobilisasi yang dialami oleh ibu post section secarea pada 24 jam
pertama sehingga belum dapat dilakukan proses pemijatan
Persiapan dan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pijat
oksitosin adalah :
a. Persiapan ruangan yang mendukung privacy ibu (dapat dilakukan di
kamar / ruangan khusus untuk ibu menyusui.
b. Peralatan yang dibutuhkan :
24

1) minyak kelapa / baby oil ;


2) kom kecil untuk minyak kelapa;
3) waslap;
4) handuk;
5) air hangat
4. Langkah- Langkah Pijat Oksitosin
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin dengan metode oksitosin
sebagai berikut (Depkes, 2013):
a. Melepaskan baju ibu bagian atas.
b. Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal, namun ada
dua posisi alternatif, yaitu: boleh telungkup di meja seperti ini

c. Memasang handuk.
d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil.
e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepala tangan, dengan ibu jari menunjuk ke
depan. Area tulang belakang leher, cari daerah dengan tulang yang
paling menonjol, namanya processus spinosus/cervical vertebrae 7.

f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-


gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.
g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah
bawah, dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.
h. Mengulangi pemijatan hingga 2-3 kali.
25

i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin


secara bergantian
5. Kapan Dapat Mulai Dilakukan Pijat Oksitosin dan Sampai Kapan
untuk Mendapatkan Hasil yang Maksimal Terkait dengan Produksi
ASI.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Gorewit and Gassman
(1985) mengenai waktu pemijatan dihubungkan dengan produksi ASI
(jumlah oksitosin yang keluar) pada 5 waktu yang berbeda yaitu tidak
dilakukan pemijatan,5 menit, 15 menit, 30 menit dan 60 menit sebelum
menyusui, didapatkan hasil bahwa waktu yang paling efektif untuk
melakukan pemijatan adalah 15 menit sebelum menyusui, karena hal ini
akan memberikan peningkatan pengeluaran jumlah hormon oksitosin
yang keluar, sehingga hormone prolaktin juga akan mengalami
peningkatan (kosova et al.,2016). Jadi pijat oksitosin dapat dilakukan 1x
dalam sehari.Sebaiknya dilakukan pagi dan sore sebelum mandi dan 15
menit sebelum menyusui supya mendapatkan hasi yang lebih maksimal.
Mungkin perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan durasi
dan selisih dari pemijatan menuju proses menyusui dengan dilakukan
pengukuran kadar hormon oksitosin dan prolaktin pasca dilakukan
pemijatan sehingga memperkuat hasil penelitian terdahulu sehingga
dapat dijadikan acuan untuk para tenaga medis dalam memberikan
pelayanan terkait dengan pelayanan komplementer pada ibu nifas(SARI,
2017)

D. Standar Pelayanan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas


Berikut ini standart pelayanan nifas dalam kebidanan adalah :
1. Standart 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.
Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang
hal – hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu
untuk memulai pemberian ASI.
2. Standart 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.
26

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan


rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu ke enam setelah
persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan, atau
perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
Imunisasi.
Disamping standart untuk pelayanan kebidanan dasar ( antenatal, persalinan,
dan nifas ), berikut merupakan standart penanganan obstetric-neonatus yang
harus dikuasai bidan untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi :
1. Standart 21 : Penanganan perdarahan post partum primer
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan ( perdarahan postpartum primer ) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan
2. Standart 22 : Penanganan perdarahan post partum sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama
untuk menyelamatkan jiwa ibu dan atau merujuknya
3. Standart 23 : Penanganan sepsis puerpuralis
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerpuralis,
serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya
E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Asuhan kebidanan pada ibu merupakan bentuk catatan dari asuhan
kebidanan yang diberikan pada ibu nifas. Beberapa teknik penulisan dalam
dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas antara lain :
1. Mengumpulkan Data
Data yang dikumpulkan pada akseptor antara lain identitas pasien,
keluhan utama tentang keinginan menjadi akseptor, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehtana dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
menstruasi (bagi akseptor wanita), riwayat perkawinan, riwayat KB,
27

riwayat obsestri, keadaaan psikologis, pola kebiasaan sehari-hari; riwayat


sosial, budaya, dan ekonomi , pemeriksaan fisik dan penunjang.
2. Melakukan intrepestasi data
Interprestasi data dasar yang akan dilakukan adalah berasal dari
beberapa data yang ditemukan pada saat pengkajian ibu nifas.
3. Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan
mengantisipai penanganannya.
Beberapa hasil dari interprestasi data dasar dapat digunakan dalam
mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial kemungkinanan
sehingga ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial ibu nifas.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah
potensial pada ibu atau akseptor KB.
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi
pasien seperti kebutuhan KIE ( komunikasi, informasi dan edukasi).
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan menyeluruh pada ibu nifas yang dilakukan
sebagaimana contoh berikut : apabila ibu merasa nyeri terhadap luka
jahitan, dan cemas akan ASI yang keluar sedikit maka diberikan asuhan
sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh ibu nifas.
6. Melaksankan perencanaan
Pada tahap ini dilakukan rencana asuhan kebidanan menyeluruh
yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada ibu nifas.
7. Evaluasi
Evaluasi pada ibu nifas dapat menggunakan bentuk SOAP sebagai
berikut :
S : Data subjektif, berisi tentang data dari pasien melalui anamesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau
masalah persalinan
O : Data objektif, data yang diapat dari hasil observasi melalui
pemeriksaaan fisik sebelum atau selama nifas
28

A : Analisis dan interprestasi, berdasarkan data yang terkumpul


kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipassi diagnosis
atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera
P : Perencanaan, merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium,
serta konseling untuk tindak lanjut.

F. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan, dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien Proses
manajemen terdiri dari 7 langkah berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalahyang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Sulistyawati,
2015).
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalahyang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Sulistyawati,
2015).
Manajemen kebidanan terdiri atas langkah-langkah berikut ini:
1. Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat pasien masuk dan
dilanjutkan secara terus-menerus selama proses asuhan kebidanan
berlangsung data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber melalui tiga
teknik, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagai berikut:
29

a. Data Subjektif: biodata, alasan datang dan keluhan utama, Riwayat


kebidanan, Riwayat kesehatan, Kebiasaan, Kebutuhan sehari-hari
(pola makan, eliminasi, personal hygiene, aktivitas sehari-hari, pola
istirahat, dan pola seksual), respon ibu, suami, dan keluarga terhadap
persalinan, status perkawinan, adat istiadat setempat yang berkaitan
dengan masa nifas, dan pengetahuan ibu tentang masa nifas.
b. Data Objektif: keadaan umum, kesadaran, tanda vital, pemeriksaan
kepala sampai kaki, pemeriksaan obstetric, pemeriksaan penunjang /
data laboratorium.
2. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah,
dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan.
3. Diagnosis Kebidanan/Nomenklatur
Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain: paritas,
usia persalinan dalam minggu, keadaan janin, normal atau tidak normal.
a. Masalah
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
b. Kebutuhan Pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya.
c. Merumuskan Diagnosis/masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga.
4. Mengantisipasi Penanganan Segera
Pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera
(emergensi) bidan harus segera melakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasien, tetapi kadang juga berada pada situasi pasien
yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter,
atau bahkan mungkin juga pasien yang memerlukan konsultasi dengan
tim kesehatan lain.
30

5. Merencanakan Asuhan kebidanan


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang di buat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date,
perawatan berdasarkan bukti, serta divalidasikan dengan asumsi
mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien.
6. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah disusun
dilaksanakan secara efisien dan aman.
7. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang diberikan
kepada pasien (Sulistyawati, 2015).

G. Penelitian Terkait
Penelitian Saputri (2019) dengan judul Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Postpartum. Jenis penelitian ini adalah
preexperimental dengan One Group Pre and Post Test Design Data produksi
ASI diambil menggunakan gelas ukur yang kemudian dianalisis. Berdasarkan
hasil Wilcoxon Signed Rank Test, rata-rata produksi ASI ibu postpartum
sebelum pijat oksitosin adalah 9,90 sedangkan rerata ibu postpartum produksi
ASI setelah pijat oksitosin adalah 13,50. Ada pengaruh signifikan pijat
oksitosin terhadap produksi ASI dengan p-value = 0,008 (p 0,05). Disarankan
bagi tenaga kesehatan untuk dapat melaksanakan pijat oksitosin untuk
meningkatkan produksi ASI pada ibu nifas.
Penelitian Asih (2017) dengan judul Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi Asi Pada Ibu Nifas Hasil Uji statistik menggunakan chi-square (x2 )
diperoleh p-value= 0,037 (p-value ≤0,05) yang berarti ada pengaruh
signifikan antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum
di BPM Lia Maria Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi tenaga kesehatan
terutama bidan sebagai pelaksana sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
ibu akan pijat oksitosin dan dapat memotivasi ibu dan keluarga untuk
31

melakukan pijat oksitosin dan memberikan bimbingan serta penyuluhan


kepada ibu nifas tentang manfaat pijat oksitosin
Penelitian Doko (2019) dengan judul Pengaruh Pijat Oksitosin Oleh
Suami Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Nifas. Hasil penelitian,
pemberian pijat oksitosin oleh suami berpengaruh terhadap peningkatan
produksi Air Susu Ibu (ASI) dengan indikator bayi berat badan (p<0,05),
frekuensi menyusui (p<0,05), lama tidur bayi (p <0,05), frekuensi buang air
besar bayi (BAB) (p<0,05), frekuensi buang air kecil bayi (BAK) (p<0,05),
dan istirahat tidur ibu (p<0,05). Kesimpulan, memberi. Pijat oksitosin oleh
suami dapat meningkatkan produksi Air Susu Ibu (ASI) dalam ibu nifas
dilihat dari berat badan bayi saat ini, frekuensi menyusui, lama tidur bayi,
frekuensi buang air besar bayi (BAB), frekuensi buang air besar bayi (BAK),
dan istirahat tidur ibu.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. DATA SUBJEKTIF
ASUHAN KEBIDANAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
IBU POSTPARTUM PADA Ny. L DI PMB ANI
WIDIYAWATI S.ST., M.KES

1. MASA NIFAS
OBSERVASI (6 Jam Post Partum)
Tanggal : 21 Oktober 2023
Pukul : 21.30 WIB
Oleh : Nita Arena Putri

2. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas
2. Ibu mengatakan dia dan keluarga sudah mengerti cara massase uterus
3. Ibu mengatakan masih merasa lelah
4. Ibu mengatakan ibu makan-makanan yang diberikan bidan yaitu nasi, ikan,
telur, sayuran hijau dan buah jeruk untuk menambah tenaga
5. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan sudah mencoba menyusui
bayinya.
6. Ibu mengatakan sudah bisa berjalan perlahan ke kamar mandi di temani
suami
7. Riwayat persalinan
1) Tempat melahirkan : BPM
2) Penolong : Bidan
3) Jenis persalinan : Normal
4) Komplikasi : Tidak Ada
5) P3A0
Lama persalinan : Kala I : 4 jam 30 menit
33

Kala II : jam 25 menit


Kala III : jam 10 menit
Kala IV :2 jam
Jumlah : 7 jam 5 menit
6) Waktu pecahnya ketuban : 15.00 WIB
7) Keadaan air ketuban : Jernih
8) Jumlah perdarahaan : Kala I :+ 0 cc
Kala II :+0cc
Kala III :+50cc
Kala IV :+100cc +
Total pendarahan : +150 cc
9) Lilitan tali pusat : Tidak ada
10) Obat-obatan yang diberikan : Oksitosin 1ampul
11) Lilitan tali pusat : Tidak ada
12) Bayi jenis kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 3.300 gr
Panjang Badan : 49 cm
Anus :+
13) Placenta
a. Lahir : Lengkap
b. Panjang tali pusat : ± 49 cm
c. Dimeter : ± 20 cm
d. Tebal : ± 2 cm
e. Berat : ± 500 gram
f. Selaput kotiledon : Lengkap
g. Kelainan : Tidak ada
14) Perineum : Tidak ada robekan

B. OBJEKTIF (O)
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Keadaan Emosional : Stabil
34

4. Tanda-tanda vital
TD : 120/70mmHg
R : 78 x/menit
N : 20 x/menit
T : 370C
5. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Tidak ada oedema pada kelopak mata, konjungtiva
merah muda (ananemis) dan sklera putih (anikterik)
b. Mulut dan Gigi : Bibir simetris, ada kelembapan, lidah bersih
berwarna kemerahan. Tidak ada caries gigi dan tidak
ada pembengkakan pada gusi dan gigi ibu tidak ada
lubang.
c. Payudara : Simetris, putting susu menonjol kanan dan kiri,
hyperpigmentasi aerola, tidak ada rasa nyeri tekan,
ASI belum keluar.
d. Abdomen
a. Bekas luka operasi : Tidak ada
b. Konsistensi Uterus : keras
c. TFU : 2 jari dibawah pusat
e. Anogenital
1) Vulva : baik
2) Perineum : tidak ada robekan
3) Pengeluaran cairan : lochea rubra
f. Ekstremitas
Tidak odema, reflek patella (+) kanan dan kiri.

C. ASSASMENT (A)
Ny. S P3A0 Post Partum 6 Jam

D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu agar ibu
mengetahui kondisi kesehatannya saat ini
35

TD : 120/70 mmHg
R : 78 x/menit
N : 20 x/menit
T : 370C
Ibu tampak tenang dan senang setelah mengetahui kondisinya dalam keadaan
sehat
2. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mulas pada perutnya merupakan faktor
fisiologis karna ada proses involusi atau kembalinya rahim keukuran semula.
Ibu tampak sudah mengerti alasan mulas yang dirasakan ibu adalah faktor
fisiologis dan ibu tampak sudah tak cemas lagi
3. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi seimbang seperti
sayuran – sayuran hijau, buah – buahan, ikan, tempe, daging air putih, telur,
dan susu untuk membantu mengembalikan kesehatan dan memperbanyak
ASI.
Ibu akan makan makanan yang bergizi dan melakukannya setiap hari
4. Menjelaskan kepada ibu proses pengeluaran ASI, dari hari pertama sampai
hari ketujuh
Ibu sudah mengerti bahwa untuk hari pertama asi memang belum keuar atau
keluar sedikit, dan akan semakin banyak keluar ketika rajin menyusui
5. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pijat oksitosin
Pijat oksitosin telah dilakukan
6. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI secara eksklusif saja kepada
bayinya dan memberikan asi atau menyususi bayi secara on demand
Ibu sudah mengerti dan akan memberikan asi secara on demand kepada bayi
nya
7. Menjelaskan pada ibu manfaat ASI esklusif selama 6 bulan,
Manfaat untuk bayi nya :
a. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
b. Mengandung antibodi
c. ASI mengandung komposisi yang tepat
d. Mengurangi kejadian karies dentis
36

e. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu
dan bayi
f. Terhindar dari alergi
g. ASI meningkatkan kecerdasan bayi
h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
Manfaat untuk ibu ;
8. Aspek kontrasepsi
9. Aspek kesehatan ibu
10. Aspek penurunan berat badan
11. Aspek psikologis
Ibu sudah mengerti dan akan memberikan asi esklusif
8. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, untuk memulihkan organ – organ
reproduksinya dengan cara berbaring, setelah duduk, atau berbaring dan
miring kiri kanan, lalu mencoba berjalan- jalan disekitar kamar
Ibu sudah bisa berjalan perlahan ke kamar mandi di temani suami
9. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup agar tenaga ibu dapat pulih kembali
pasca persalinan.
Ibu mengatakan sudah mengerti dan ibu sudah mau istirahat setelah menyusui
bayinya.
10. Mengobservasi perdarahan ibu
Terdapat perdarahan yang normal : Lochea rubra
11. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan genitalianya untuk mencegah
infeksi
Ibu sudah mengerti dan akan menjaga kebersihan alat genitalia
12. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya nifas
a. Infeksi Nifas
b. Infeksi Saluran Kemih
c. Metritis
d. Bendungan Payudara
e. Infeksi Payudara
f. Abses Payudara
g. Abses Pelvis
37

h. Peritonitis
i. Infeksi Luka Perineum dan Luka Abdominal
j. Perdarahan Pervaginam
Ibu telah mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dan ibu
mengatakan akan segera ketenaga kesehatan apabila terjadi tanda-tanda
bahaya seperti diatas
13. Memberikan ibu minum tablet Fe 1 kali sehari selama masa nifas dan vitamin
A dengan dosis 200.000 IU 2 kali setelah melahirkan. Pemberian pertama
setelah melahirkan dan pemberian kedua selang waktu minimal 24 jam, tidak
lebih dari 6 minggu setelah melahirkan.
Ibu mengatakan akan meminum tablet Fe selama masa nifas dan vitamin yang
diberikan oleh bidan

A. KUNJUNGAN KE-1 (HARI KE-3)


Tanggal : 22 Oktober 2023
Pukul : 16.00 WIB
Oleh : Nita Arena Putri
B. S : DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan makan 3x dalam sehari (nasi, lauk-pauk, sayur, air putih,
susu)
2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas
3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar dan hanya memberikan ASI saja kepada
bayinya
4. Ibu mengatakan bayi nya sudah mau menyusu
5. Ibu mengatakan sudah meminum tablet Fe dan vitamin yang telah
diberikan bidan
6. Ibu mengatakan BAK 4-5x sehari, dan BAB 1x sehari
7. Ibu mengatakan istirahat cukup
8. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan aktifitas sehari-hari seperti
mengurus bayinya yang dibantu oleh suami
38

C. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 110/80 mmHg, R: 22x/menit,
N : 79 x/menit T : 36,3 C
4. Mata : Konjungtiva merah muda tidak pucat
5. Mammae : Simetris kanan dan kiri,puting susu menonjol ASI
sudah keluar.
6. Kontraksi : baik
7. TFU : TFU 3 jari dibawah pusat.
8. Pengeluaran : pengeluaran pervaginam berupa darah segar
(lochea rubra).
9. Perineum : baik

D. ASSASEMENT
Ny. S P3A0 Post Partum hari ke-3
E. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu TD
: 110/80 mmHg, R: 22 x/menit, N: 79 x/menit, T : 36,30C, kontraksi baik,
ibu dalam keadaan normal.
Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaannya yang telah dilakukan dan ibu
dalam keadaan baik.
2. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu salah satunya seperti
posisi cradle hold dengan cara:
a. Gendong bayi dengan salah satu tangan ibu dengan posisi kepala di
lengan tangan yang tertekuk dan perut di tubuh ibu
b. Posisi kepala bayi dan lengan ibu yang tangan tertekuk berada di sisi
yang sama dengan bagian payudara di mana bayi menyusu
c. Agar leher bayi tidak tegang, jaga agar posisi kepala bayi tetap sejajar
dengan bagian tubuh yang lain
Ibu sudah diberitahu dan ibu akan mempraktekannya di rumah.
39

3. Memberitahu ibu kembali untuk menjaga personal hygiene dengan mandi


minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian ketika kotor, mengganti celana
dalam saat lembab dan mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.
Ibu mengerti dan bersedia untuk menjaga kebersihan dirinya.
4. Memberitahu ibu, bahwa akan dilakukan pijat oksitosin
Pijat oksitosin dilakukan, dan ibu mengerti bahwa manfaat dilakukan pijat
oksitosin
5. Memberitahu kembali kepada ibu untuk memakan makanan yang
berprotein tinggi, sayur-sayuran hijau, buah-buahan, dan minum air putih
minimal 8 gelas dalam sehari.
Ibu bersedia untuk minum dan makan seperti yang di anjurkan
6. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya nifas yaitu uterus teraba lembek,
perdarahan pervaginam >500 cc atau ganti pembalut lebih dari 2 kali
dalam sehari, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, demam dengan suhu
>38oC, pengeluaran darah berbau busuk. Jika terdapat tanda-tanda bahaya
tersebut maka segera mungkin untuk datang ke fasilitas kesehatan
terdekat.
Ibu sudah mengerti macam-macam tanda bahaya setelah persalinan dan
bersedia untuk datang ke fasilitas kesehatan terdekat jika terdapat tanda
bahaya tersebut.
7. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang ke 2 yaitu hari ke-7
Ibu mengerti dan akan kunjungan ulang
40

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Nifas
1. Kunjungan 6 Jam Postpartum
Pada pengkajian masa nifas Ny S diperoleh hasil pemeriksaan yang
normal. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan ibu mengatakan
masih merasa lelah. Pada pemeriksaan objektif didapatkan keadaaan umum
baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Kontraksi uterus baik dan
involusi uterus baik. Pengeluaran kolostrum sudah ada, TFU 2 jari dibawah
pusat, pengeluaran pervaginam lochea rubra. Berdasarkan anamnesa
didapatkan hasil bahwa ibu masih merasa mulas. Hal ini bersifat fisiologis
karena pada saat ini uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil yang dikatakan sebagai
perubahan system tubuh pada masa postpartum (Wahyuningsih, 2018)
Pada kunjungan pertama hingga ke-3 ibu diajarkan pijat oksitosin
dalam upaya peningkatan ASI, menganjurkan ibu melakukan pijat oksitosin
dalam upaya peningkatan produksi ASI , Inilah tahapan persiapan memerah
ASI: Berikut ini langkah-langkah melakukan pijat oksitosin.
Cara melakukan pijat oksitosin :
1. Bantu ibu secara psikologis
2. Bangkitkan rasa percaya diri.
3. Coba mengurangi sumber rasa sakit atau rasa takut.
4. Bantu ibu untuk mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya.
5. Duduklah dengan rasa nyaman sambil bersandar ke depan,
bisa dengan cara melipat lengan di atas meja.
6. Letakan kepala di atas lengan.
7. Lepas bra dan baju bagian atas. Biarkan payudara tergantung lepas.
8. Lumuri kedua tangan dengan sedikit baby oil.
9. Kepalkan kedua tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan dimulai
dari bagian tulang yang menonjol di tengkuk , turun sedikit kebawah
kira-kira dua ruas jari dan gesser ke kanan ke kiri. Setiap kepalan tangan
41

sekitar dua ruas jari.Dengan menggunakan kedua ibu jari, mulailah


memijat membentuk gerakan melingkar kecil menuju tulang belikat
atau daerah di bagian batas bawah bra ibu.
10. Lakukan pijat ini sekitar 3 menit dan dapat diulangi sebanyak 3 kali.
11. Setelah selesai memijat sambil membersihkan sisa baby oil, kompres
pundak- punggung ibu dengan handuk hangat (F.B. Monika, 2014).
Produksi ASI yang terhambat dan jumlah ASI yang tidak cukup bisa
dikarenakan kurangnya dukungan suami yang diberikan pada ibu sehingga
ibu kesulitan untuk menyusui dini (Patel & Gedam, 2019).Perasaan ibu
yang merasa sangat dicintai, senang, bahagia, dan mendengar tangisan
bayinya lalu memeluk dan mencium bayinya juga berpengaruh
meningkatkan produksi ASI (Roesli, 2013). Penelitian juga dilakukan guna
mengetahui dukungan keluarga terhadap produksi ASI, suami yang
mendukung ibu menyusui berpengaruh terhadap pengeluaran ASI
(Ramadani & Hadi, 2020)
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada daerah tulang belakang leher,
punggung atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kelima sampai keenam. Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan oleh
suami pada ibu menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu
untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang
dilakukan oleh suami akan memberikan kenyamanan pada ibu sehingga
akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui (Suherni, dkk,
2019).
Salah satu cara meningkatkan produksi ASI melalui salah satu faktor
yang mempengaruhinya dapat dilakukan intervensi berupa pijat oksitosin
dengan cara pengurutan atau massase diharapkan dapat memberi
rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi susu
tersebut (Wulandari, 2019). Pengertian pijat oksitosin sendiri adalah
pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan
mempercepat kerja saraf parasimpatis merangsang hipofise posterior untuk
mengeluarkan oksitosin (Marmi, 2018). dengan tujuan untuk memberi
rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi susu dan
42

memicu hormon oksitosin atau refleks let down serta memberikan


kenyamanan dan menciptakan rasa rileks pada ibu melalui hormon
endorphin yang disekresi karena rasa nyaman dan rileks tersebut yang
dialami ibu selama pemijatan dan support yang diberikan. produksi ASI
meningkat melalui rangsangan sentuhan pada punggung ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
myophite (Sulistyawati, 2018).
Hormon oksitosin berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di
dinding alveolus dan dinding saluran sehingga ASI dipompa keluar (Wiji,
2019). Refleks oksitosin lebih rumit dibanding refleks prolaktin. Pikiran,
perasaan dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi refleks ini.
Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran
oksitosin. Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi
saluran pembuat susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong
keluar dari saluran produksi ASI dan mengalir siap untuk dihisap oleh bayi
(Perinasia, 2021).
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan dan pijat oksitosin kontraksi
otot-otot polos, sensasi, pikiran dan perasaan ibu akan meningkat
diakibatkan oleh terproduksinya hormon endorphin yang menyebabkan
oksitosin terbentuk sehingga dapat memicu produksi ASI.
Secara keseluruhan dilakukan Asuhan Kebidanan selama 3 kali
kunjungan didapatkan : keadaan umum ibu baik, ibu mengerti bagaimana
pijat oksitosin, ibu dan suami sudah menerapkan pijat oksitosin Sehingga
dapat disimpulkan, pada langkah penerapan Asuhan Kebidanan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek. Pada kunjungan ke-2 sudah terlihat
hasil pengeluaran ASI lebih banyak di banding hari pertama, dan pada
kunjungan ke -3 ASI sudah keluar pada ibu dan bayi menyusu dengan baik.

2. Kunjungan 1 (3 Hari Postpartum)


Kunjungan pertama, hari ke 3 postpartum pada Ny. S tanggal 22
Oktober 2023, ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas hal ini adalah
keadaan yang normal karena proses involusi uterus sedang berlangsung
43

menurut (Wahyuningsih, 2018) mengatakan bahwa proses involusi adalah


kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan yang
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus
yang menyebabkan terjadinya rasa mulas pada perut.
Sedangkan dilakukan pemeriksaan objektif yang didapatkan hasil
TD:110/80, R :22x/menit, N:79x/menit, T: 36,30C kontraksi baik, ibu
dalam keadaan normal, konjungtiva ananemis, puting susu menonjol,
pengeluaran ASI (+), tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat, pengeluaran
lochea Rubra : berwarna merah yang terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah, yang berlangsung
pada hari pertama sampai hari ketiga. Perineum: terdapat jahitan pada
perineum, berwarna kemerahan dan sedikit oedema.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat ditegakkan diagnosis Ny S P3A0
Postpartum Hari Ke-3. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
yaitu Ny. S melahirkan anak ketiga dan belum pernah mengalami
keguguran, dilakukan pemeriksaan pada hari ketiga setelah ibu
melahirkan.
Penatalaksanaan dalam kunjungan ini adalah menjelaskan pada ibu
bahwa rasa mulas dan rasa perih pada daerah kewanitaan merupakan
sesuatu yang normal karena mulas merupakan proses involusi dan
kembalinya rahim ke ukuran semula. Mengajarkan ibu dan keluarga cara
melakukan massage uterus dengan cara meletakkan telapak tangan pada
perut lalu melakukan gerakan memutar searah jarum jam hingga uterus
teraba bulat dan keras. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh (Wahyuningsih, 2018) sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan praktek.

3. Kunjungan Ke-2 (7 Hari Postpartum)


Pada kunjungan hari ke-7, pada tanggal 26 Oktober 2023ibu
mengatakan tidak ada kesulitan dalam dalam memberikan ASI kepada
bayinya dan ibu sudah bisa berjalan dan merawat bayinya sehari-hari.
Pemeriksaan objektif dengan hasil TTV TD:120/80mmHg, R: 20 x/menit,
44

N: 78x/menit, T: 37,1°C, TFU pertengahan pusat simpisis, pengeluaran


lochea sanguilenta, perenium tidak terdapat luka jahitan, tidak ada kelainan
dan masalah pada ibu.
Penatalaksanaan menjelaskan pada ibu untuk sering menyusui bayinya
sesering mungkin tanpa terjadwal dan secara on demant, menganjurkan ibu
untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa memberikan
makanan pendamping, selain itu menganjurkan ibu untuk menjaga suhu
tubuh bayi supaya tetap hangat dengan membedongnya menggunakan
pakaian yang hangat dan bersih, hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Chairunnisa (2023) yang mengungkapkan untuk menjaga
kehangatan bayi dengan membedongnya menggunakan pakaian yang
hangat dan bersih.
Sesuai dengan teori menurut Wahyuningsih (2018) salah satu tujuan
yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan nifas
dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan jarak kelahiran,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat
serta memberikan pelayanan keluarga berencana, sesuai dengan pilihan
ibu.
Menurut pendapat peneliti, tindakan yang dilakukan ibu untuk
menjemur bayi di pagi hari ± 30 menit, melakukan pembedongan dan
memberikan susu secara on demant merupakan langkah yang tepat untuk
mencegah terjadinya ikterik pada bayi selain itu untuk mempertahankan
suhu tubuh bayi sehingga tidak terjadi hipotermi dan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi diberikan susu tanpat terjadwal
45

BAB V
PENUTUP

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah


kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Evin Novita Sari,
M.Keb, 2018). Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirk ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari perubahan yang terjadi pada ibu
nifas meliputi seluruh sistem tubuh salah satunya peningkatan produksi
ASI.((Evin Novita Sari, M.Keb, 2018) Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil
sekresi kelenjar payudara ibu, yang merupakan makanan pertama, utama, dan
terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah (Retmiyanti, 2019).
ASI esklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi selama 6 bulan
pertama kehidupan tanpa tambahan makanan dan minuman lain (WHO.
2016). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan di Indonesia ditetapkan
melalui keputusan mentri kesehatan nomor 450/SK/Menkes/ VIII/2012 dan
peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 Tahun 2015. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) mengajurkan bahwa masa menyusui dimulai dari
satu jam setelah bayi dilahirkan, pemberian ASI eksklusif dilakukan selama 6
bulan pertama, dan pemberian ASI disertai makanan pelengkap dilakukan
selama 6 bulan hingga bayi berusia minimal 2 tahun.
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek
antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang
berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon
oksitoksin selain dipengaruh oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh
reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi
lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang
berperan untuk memeras air susu dari alveoli (Soetjiningsih, 2013).
Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke puting susu
melalui isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang
ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa
46

tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya ,


sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.
Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neuro transmitter
akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke
hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam
dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
setelah melahirkan (Roesli, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas . Jogyakarta: Mitra Cndikita


Press.

Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian . Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Astuti, R. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta Timur: CV Trans Info
Media.

Budiarti, T. (2010). Efektifitas Pemberian Paket Sukses ASI Terhadap Produksi


ASI Ibu Menyusui. Jawa.

Di, P., Wilayah, B. P. M., & Klaten, K. (2010). Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi Asi Ibu Postpartum Di Bpm Wilayah Kabupaten
Klaten Emy Suryani, Kh Endah Widhi Astuti

Eko, M. (2011). Efektifitas Kombinasi Teknis marmet dan Pijat Oksitosin


Terhadap Produksi Asi Ibu Post . Jawa Tengah.

Endah Sn, Masdinarsah I. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran


Kolostrum Pada Ibu Post Partum Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung Tahun 2011. 2017 Sep;7–8

Evin Noviana,. (2018). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Bogor: In
Media.

Ika Nur Saputri, Desideria Yosepha Ginting, and Ilusi Ceria Zendato, „PADA IBU
POSTPARTUM Experimental with the One Group Pre and Post Test
Design . The Population In‟, 2.1 (2019).

Mardiningsih, Eko ( 2010). Efektifitas kombinasi teknik marmet dan pijat


oxytocin terhadap produksi ASI ibu post section cesarean di Rumah sakit
Wilayah jawa Tengah. Tesis . Universitas Indonesia:Jakarta

Pilaria, E., Sopiatun, R., & Kunci, K. (2018). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi Asi Pada Ibu Postpartum.Jakarta

Pilaria, Ema, Rita Sopiatun, and Kata Kunci, „Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi Asi Pada Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk
Kota Mataram Tahun 2017 The Effect of Oxytocin Massage on
Postpartum Mother

Puspita, S. (2017). Rahasia Sukses Mengoptimalkan Produksi ASI Dan Pijat


Oksitosin . Yogyakarta : Penerbit Fitramaya.
Rahayu D dan Yunasrih, (2018). ''Pengaruh Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan
Produksi ASI Pada Ibu Postprtum''.Journals Of Ners Community

Roesli, U. (2009). Mengenal Asi Eksklusif. Jakarta : Pt. Pustaka Pembangunan


Swadaya Nusantara.

Sari, L. P. (2017). Rahasia Suksespengoptimalkan Produksi Asi Dan Pijat


Oksitosin. Yogyakarta: Fitramaya
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PIJAT OKSITOSIN

PIJAT OKSITOSIN
No Dokumen No. Revisi Halaman
1/ 1

PENGERTIAN Melakukan pijatan untuk meningkatkan produksi asi


TUJUAN 1. Meningkatkan produksi ASI
2. Meningkatkan pemberian ASI eksklusif
KEBIJAKAN Ibu nifas dan menyusui
PETUGAS Bidan
PERALATAN -
A. Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien

C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mempersiapkan pasien:
a. Atur posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban
fisik
PROSEDUR b. Memberi kesempatan kepada pasien untuk
PELAKSANAAN bertanya bila ada sesuatu yang kurang
dipahami/jelas
c. Bantu ibu secara psikologis : Bangkitkan rasa
percaya diri.
d. Coba mengurangi sumber rasa sakit atau rasa
takut.
e. Bantu ibu untuk mempunyai pikiran dan perasaan
baik tentang bayinya.
f. Mengukur jumlah ASI sebelum melakukan
pemijatan (pre test)
3. Anjurkan ibu untuk duduk dengan rasa nyaman
sambil bersandar ke depan, bisa dengan cara melipat
lengan di atas meja.
4. Letakan kepala di atas lengan.
5. Lepas bra dan baju bagian atas ibu. Biarkan
payudara tergantung lepas.
6. Lumuri kedua tangan dengan sedikit baby oil.
7. Kepalkan kedua tangan dengan ibu jari menunjuk ke
depan dimulai dari bagian tulang yang menonjol di
tengkuk, turun sedikit kebawah kira-kira dua ruas jari
dan gesser ke kanan ke kiri. Setiap kepalan tangan
sekitar dua ruas jari.
8. Dengan menggunakan kedua ibu jari, mulailah
memijat membentuk gerakan melingkar kecil menuju
tulang belikat atau daerah di bagian batas bawah bra
ibu.
9. Lakukan pijat ini sekitar 3 menit dalam 1hari selama
3hari.
10. Setelah selesai memijat sambil membersihkan sisa
baby oil, kompres pundak-punggung ibu dengan
handuk hangat.
11. Merapikan pasien
12. Mengukur jumlah ASI setelah melakukan pemijatan
(post test)

D.Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
perkembangan
DOKUMENTASI
LEMBAR KONSULTASI
PELAYANAN KEBIDANAN STASE NIFAS

Nama Mahasiswa : Nita Arena Putri


NIM : 230108027
Pembimbing Akademik : Yuni Sulistiawati, S.ST., Bdn., M.Tr.Keb

No Hari/tanggal Keterangan TTD TTD


Pembimbing Pembimbing
Akademik Praktik
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU POSTPARTUM

Ika Nur Saputri1, Desideria Yosepha Ginting2, Ilusi Ceria Zendato2


1,2,3
Institut Kesehatan Medistra Lubuk PakamJl. Sudirman No 38
Lubuk Pakam
e-mail: ikanursaputri@gmail.com
DOI : https://doi.org/10.35451/jkk.v2i1.249

Abstract
Newborns do not need any other intake besides breast milk, but not a few found
postpartum mothers who give formula milk to their babies because milk production is
little or not smooth, especially in the first days of life. The purpose of this study was to
determine the effect of oxytocin massage on breast milk production in postpartum
mothers. This type of research was pre- experimental with the One Group Pre and Post
Test Design. The population in this study were all postpartum mothers in June at the
Nining Pelawati Clinic in 2019. The sample in this study was postpartum mothers with
inclusion and exclusion criteria totaling 10 people. ASI production data is taken using a
measuring cup which is then analyzed. Based on the results of the Wilcoxon Signed Rank
Test, the average postpartum maternal breast milk production before oxytocin massage
was 9.90 while the mean postpartum maternal breast milk production after oxytocin
massage was 13.50. There was a significant effect of oxytocin massage on milk
production with p-value = 0.008 (p ≤ 0.05). It is recommended for health workers to be
able to carry out oxytocin massage to increase milk production in postpartum mothers.

Keywords: Oxytocin Massage, Production ASI, Postpartum.

1. PENDAHULUAN ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah


itu bayi mulai diberika makanan
Bayi baru lahir perlu mendapatkan
pendamping ASI sampai usia mencapai 2
perawatan yang optimal sejak lahir,
tahun dan tetap menyusui (Arma, 2017).
salah satunya adalah makanan yang
Semua Laki-laki mempunyai potensi untuk
ideal. Bayi yang baru dilahirkan belum
memberikan ASI kepada anaknya, namun
membutuhkan asupan lain selain ASI
tidak semua ibu postpartum dapat langsung
dari ibunya. Namun pada
mengeluarkan ASI. Pengeluaran ASI
kenyataannya, pemberian ASI eksklusif
merupakan interaksi yang sangat kompleks
tidak semudah yang dibayangkan.
antara rangsangan mekanik, syaraf dan
Berbagai kendala bisa timbul dalam
bermacam-macam hormon yang
upaya memberikan ASI eksklusif
mempengaruhi keluarnya oksitosin (Endah,
selama enam bulan pertama kehidupan
2011 dalamWulandari,2014). Kendala dalam
bayi (Astutik, 2017).
memberikan ASI secara dini pada hari
Menurut data World Health
pertama setelah melahirkan yaitu produksi
Organization (WHO) dan UNICEF,
ASI yang sedikit.
cakupan ASI eksklusif pada bayi di
Keadaan emosi ibu yang berkaitan dengan
bawah 6 bulan adalah 41% dan
reflex oksitison ibu dapat mempengaruhi
ditargetkan mencapai 70% pada tahun
produksi ASI sekitar 80% sampai 90%..
2030 (2018 dalam Global
Breastfeeding Scorecard, 2018).
Standar pertumbuhan anak yang
diterapkan diseluruh dunia menurut
WHO yaitu menekankan pemberian
Kondisi emosional ibu dalam keadaan dari beberapa ibu postpartum di tempat
baik, nyaman dan tanpa tekanan maka penelitian didapatkan bahwa ibu
dapat meningkatkan dan memperlancar postpartum mengeluh ASInya tidak keluar
produksi ASI (Ramadani & Hadi, 2009 dan tidak lancar serta merasa produksi
dalam Rahayu dan Yunarsih, 2018). ASInya kurang terutama pada hari pertama
Untuk mengatasi hal ini dilakukan pijat kelahiran bayi, hal ini membuat ibu
oksitosin yang berfungsi untuk refleks khawatir sehingga ibu memilih untuk
let down dan memberikan kenyamanan memberikan susu formula untuk
pada ibu, mengurangi bengkak pada memenuhi kebutuhan bayinya dan ibu juga
payudara (engorgement), mengurangi belum pernah mendapatkan informasi
sumbatan Air Susu Ibu (ASI), mengenai pijat oksitoksin.
merangsang pengeluaran hormon Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
oksitosin, dan mempertahankan tertarik untuk melakukan penelitian tentang
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit pengaruh pijat oksitoksin terhadap produksi
(Delima M, dkk, 2016). ASI pada ibu postpartum di Klinik Pratama
Berdasarkan data dari profil kesehatan NiningPelawati tahun 2019.
Indonesia tahun 2017, cakupan
presentasi bayi yang mendapat ASI 2. METODE
eksklusif di Indonesia adalah sebesar Desain penelitian ini pra- eksperimen
61,33% (Profil Kesehatan Indonesia, (pre-experimental designs) dengan One
2017). Pemerintah telah menargetkan Group Pre and Post Test Design dan
pencapaian ASI Ekslusif di Indonesia dilaksanakan di Klinik Pratama Nining
sebesar 80%, namun hal itu masih Pelawati pada bulan Juni Tahun 2019.
belum tercapai hingga saat ini. Upaya Populasi adalah seluruh Ibu postpartum di
untuk meningkatkan cakupan ini Klinik Nining Pelawati pada bulan Juni
dengan memberikan informasi yang 2019. Sampel adalah ibu postpartum
benar dan tepat mengenai berbagai berjumlah 10 orang dengan kriteria ibu
manfaat ASI eksklusif bagi ibu maupun postpartum hari pertama-ketiga dan tanpa
bayi sehingga dapat meningkatkan kelainan payudara dengan teknik
kesadaran masyarakat mengenai pengambilan sampel accidental sampling.
pentingnya pemberian ASI Eksklusif Pengambilan data dilakukan dengan
pada bayi. menggunakan lembar observasi yang berisi
Hakekatnya penurunan Angka tentang hasil pre-test dan post- test
Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi produksi ASI menggunakan gelas ukur.
juga dapat diturunkan dengan ASI Analisa data menggunakan uji statistik
eksklusif dimana akan semakin banyak non-parametrik yaitu uji Wilcoxon Signed
bayi yang sehat maka akan Rank Test dengan nilaialpha 0,05.
mengurangi kejadian kesakitan dan
menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI). Di Indonesia, pemerintah telah
menetapkan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 33 tahun 2012 mengenai
Pemberian ASIEksklusif.
Berdasarkan hasil survey awal, data
yang diperoleh dari Klinik Pratama
Nining Pelawati jumlah ibu nifas pada
bulan Januari-Maret 2019 adalah 54
orang. Berdasarkan hasil wawancara
3. HASIL (p≤0,05).
Tabel 1 Rerata produksi ASI sebelum
dilakukan pijat oksitosin 4. PEMBAHASAN
Sering kali ibu merasa khawatir mengenai
ProduksiASI Mean n Standar
(pre-test) deviasi produksi ASInya pada hari pertama
(SD)
kelahiran. Perasaan ibu yang khawatir ini
9,90 10 5,782
akan menimbulkan ketidaknyamanan,
ketegangan emosional dan rasa tidak percaya
Berdasarkan tabel 1 diperoleh
diri. Menurut hasil penelitian Rahayu D dan
hasil bahwa rerata produksi ASI
Yunarsih (2018), bila ibu menyusui
sebelum dilakukan pijat oksitosin
mengalami stres atau
pada ibu postpartum adalah 9,90
ketidaknyamanan, maka akan terjadi
dengan standar deviasi 5,782.
hambatan dari refleks let downsehingga akan
menurunkan produksiASI.
Tabel 2 Rerata produksi ASI
Faktor yang mempengaruhi pengeluaran
sesudahdilakukan pijat oksitosin
ASI lainnya adalah Inisiasi Menyusu Dini
Produksi Mean n Standar
ASI deviasi (IMD) dimana pada bayi lahir cukup bulan
(post-test) (SD) akan memiliki naluri untuk menyusu pada
13,50 10 6,416 ibunya 20-30 menit setelah lahir. IMD
yang dilakukan segera setelah bayi lahir
Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil dan dengan cara yang tepat akan
bahwa rerata produksi ASI sesudah merangsang pengeluaran ASI atau yang
dilakukan pijat oksitosin pada ibu lebih dikenal sebagai kolostrum lebih
postpartum adalah 13,50 dengan cepat. Hal ini sesuai dengan penelitian
standar deviasi 6,416. Wulandari dkk (2014) didapatkan bahwa
rerata waktu pengeluaran kolostrum pada
Tabel 3 Perbedaan rerata Produksi kelompok eksperimen adalah 5,21 jam
ASISebelum dan Sesudah Pijat sedangkan rerata waktu pengeluaran
Oksitosin kolostrum pada kelompok non-eksperimen
adalah 8,16 jam. Menurut Wulandari dkk
Produksi Mea Sum of Z p- (2014), bahwa untuk menghasilkan
ASI n Rank value
produksi ASI yang baik maka ibu harus
Pre-test 0,00 0,00 dalam keadaan tenang.
Post- 5,00 45,00 - 0,008
test 2,67
Menurut asumsi peneliti bahwa kurangnya
3 produksi ASI pada awal setelah kelahiran
bayi selain disebabkan karena faktor
Berdasarkan tabel 3 diperoleh psikologis ibu seperti ketidaknyamanan,
rerata produksi ASI sebelum pijat ketegangan emosional dan rasa tidak
oksitosin adalah sebesar 0,00 dengan percaya diri juga disebabkan karena IMD
jumlah rata-rata 0,00. Sedangkan rata- yang kurang tepat dalam pelaksanaannya
rata produksi ASI sesudah pijat karena hal ini berkaitan dengan
oksitosin adalah sebesar 5,00 dengan kekuatan menghisap, frekuensi dan lama
jumlah rata-rata 45,00 sehingga dapat penyusuan.
terlihat adanya peningkatan rata-rata Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata
produksi ASI sebelum dan sesudah produksi ASI sesudah dilakukan pijat
pijat oksitosin dengan nilai Z adalah - oksitosin adalah 13,50 dengan standar
2,673 dan nilai p-value adalah 0,008 deviasi 6,416.
Hal ini menunjukkan bahwa ada produksi ASI yang diberi pijat oksitosin
peningkatan jumlah produksi ASI lebih tinggi daripada ibu yang tidak diberi
sesudah dilakukan pijat oksitosin. pijat oksitosin dengan nilai p = 0,000 (p ≤
Menurut Kiftia (2015), pemijatan 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan
adalah salah satu terapi bahwa rerata produksi ASI sebelum
nonfarmakologis untuk mengurangi diberikan intervensi pijat oksitosin adalah
ketidaknyamanan pada pasien dan 7,05 dengan standar deviasi 0,740
membantu pasien relaksasi. Ketika ibu sedangkan rerata produksi ASI sesudah
merasa rileks maka akan menurunkan diberikan intervensi pijat oksitosin adalah
kadar epinefrin dan non- epinefrin 9,00 dengan standar deviasi 1,183.
dalam darah sehingga ada Menurut asumsi peneliti bahwa pijat
keseimbangan. oksitosin yang dilakukan pada ibu
Hal ini sesuai dengan teori Guyton postpartum dapat meningkatkan produksi
dan Hall (2008) bahwa pijat yang ASI karena dapat memicu pengeluaran
dilakukan dibagian punggung dapat hormon oksitosin yang sangat penting
merangsang pengeluaran hormon dalam pengeluaran ASI. Ketika dilakukan
endorphin, hormon ini berfungsi untuk pijat oksitosin maka oksitosin akan
memberikan rasa santai dan memicu sel-sel myopitel yang mengelili
menimbulkan ketenangan sehingga alveoli dan duktus untuk berkontraksi
pemijatan dapat menurunkan sehingga mengalirkan ASI dari alveoli
ketegangan otot. Pada bagian (pabrik susu) ke duktus menuju sinus dan
punggung sering sekali terjadi puting susu sehingga terjadi pengeluaran
ketegangan otot, tetapi dengan ASI dan produksi ASI meningkat.
dilakukannya pijat oksitosin maka Hasil penelitian menunjukkan
akan memberikan kenyamanan pada bahwa rerata produksi ASI sebelum pijat
daerah punggung dan meningkatkan oksitosin adalah sebesar 0,00 dengan
produksi ASI. jumlah rata-rata 0,00. Sedangkan rata-rata
Produksi ASI sebelum dilakukan pijat produksi ASI sesudah pijat oksitosin
oksitosin adalah sebagian besar tidak adalah sebesar 5,00 dengan jumlah rata-
lancar yaitu sebanyak 29 orang rata 45,00 sehingga dapat terlihat adanya
(78,4%) dan sebagian kecil lancar yaitu peningkatan rata-rata produksi ASI
8 orang (21,6%) (Maita, 2016). Setelah sebelum dan sesudah pijat oksitosindengan
dilakukan pijat sebagian besar nilai Z adalah -2,673 dan nilai p-value
produksi ASI lancar yaitu sebayak 31 adalah 0,008 (p ≤ 0,05) maka dapat
orang (83,8%) dan sebagian kecil tidak disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
lancar yaitu sebanyak 6 orang (16,2%). signifikan terhadap produksi ASI sebelum
Produksi ASI menjadi lancar dapat dan sesudah dilakukan pijat oksitosin.
disebabkan karena peningkatan Pada penelitian ini terdapat 1 orang ibu
kenyamanan pada ibu yang secara postpartum yang tidak mengalami
otomatis akan merangsang keluarnya peningkatan produksi ASI, hal ini dapat
hormon oksitosin (refleks let down) disebabkan oleh berbagai faktor seperti
sehingga dapat merangsang umur,nutrisi, dan kondisi psikologis ibu
pengeluaran ASI pada ibu menyusui. yang tidak percaya diri untuk
Hasil ini sesuai dengan penelitian memproduksi ASI sebagaimana ibu yang
Delima, dkk (2016) diperoleh bahwa masih berusia lebih muda.
Berdasarkan hasil wawancara dari sehingga terjadi peningkatan produksi ASI.
ibu postpartum, diperoleh bahwa ibu Selain itu,
berusia di atas 35 tahun dan pijat oksitosin juga memiliki manfaat yang
merupakan ibu multipara dan juga lain seperti menenangkan dan mengurangi
didapatkan informasi bahwa ibu stress, membangkitkan rasa percaya diri,
mengeluh dan merasa tidak percaya membantu ibu postpartum agar
diri bahwa ia dapat memproduksi ASI mempunyai pikiran dan perasaan yang
dengan baik terutama karena umurmya baik tentang bayinya, dan sebagainya
yang sudah tidak muda lagi karena itu (Rahayu, 2019).
ia selalu memilih untuk memberikan Adapun keterbatasan dalam penelitian ini
susu formula kepada bayinya. adalah hanya menggunakan satu kelompok
Menurut Delima, dkk (2016) umur eksperimen saja tanpa menggunakan
merupakan salah satu faktor yang kelompok pembanding, sampel dalam
dapat mempengaruhi produksi ASI, penelitian ini hanya berjumlah 10 orang,
ibu yang lebih muda (21-35 tahun) dan variabel pengganggu dalam penelitian
akan lebih banyak memproduksi ASI ini tidak dikontrol oleh peneliti.
dibandingkan dengan ibu yang berusia
lebih tua (>35 tahun). Selain itu
beberapa hal lainnya juga turut 5. KESIMPULAN
a. Rerata produksi ASI sebelum
mempengaruhi produksi ASI seperti
makanan, frekuensi penyusuan, umur dilakukan pijat oksitosin adalah
kehamilan saat melahirkan dan berat 9,90.
b. Rerata produksi ASI sesudah
lahir bayi, stres dan penyakit akut,
konsumsi rokok, konsumsi alkohol, dilakukan pijat oksitosin adalah
pil kontrasepsi, dsb (Rukiyah, 2015). 13,50
c. Ada pengaruh yang signifikan
Ibu postpartum yang diberikan pijat
oksitosin mempunyai peluang 11,667 terhadap produksi ASI sebelum dan
kali memiliki produksi ASI cukup sesudah dilakukan pijat oksitosin
dibandingkan dengan ibu yang tidak pada Ibu Postpartum di Klinik
dilakukan pijat oksitosin dengan nilai Pratama Nining Pelawati Tahun
p= 0,037 (p ≤ 0,05) (Asih, 2017). Hal 2019 dengan nilai p-value = 0,008
ini sejalan dengan penelitian Pilaria E (p ≤ 0,05).
dan Sopiatun R (2017) dan Azriani D
DAFTAR PUSTAKA
dan Handayani S (2016) ada pengaruh
Arma, N., et.al, (2017). Asuhan
pijat oksitosin terhadap produksi ASI
Kebidanan. Medan
pada ibu postpartum dengan nilai p = Asih, Yusari, (2017). “Pengaruh Pijat
0,000 (p ≤ 0,05) dan nilai p = 0,039 (p Oksitosin terhadap Produksi ASI
≤ 0,05). pada Ibu Nifas”. Jurnal Keperawatan.
Menurut asumsi peneliti bahwa Volume XIII, No. 2, Oktober 2017.
peningkatan produksi ASI ini Diperoleh dari
disebabkan karena peningkatan rasa www.googlescolar.co.id. Diaksespada
tanggal 02 Mei 2019.
nyaman dan rileks pada saat diberikan Astutik, R.Y., (2017). Payudara dan
pijat oksitosin yang secara otomatis Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
akan merangsang keluarnya hormon Azriani, D dan Handayani S,
oksitosin (refleks let down) dari (2016). „The Effect of Oxytocin
kelenjar pituitari dimana hormon Massage on BreastMilk Production‟.
oksitosin akan merangsang Dama Internasional
Journal of
pengeluaran ASI pada ibu postpartum
Researchers. Vol 1, 8 Production: A study in Sukoharjo
August Provincial Hospital”. Journal of
2016, hal 47-50. Diperoleh Maternal and Child Health.
dari Volume
1 nomor 2, 2016, halaman 101-
109. Diperolehdari
www.googlescolar.com.
www.googlescolar.com. Diakses
Diakses pada tanggal 22 Mei
pada tanggal 22 Mei 2019.
2019.
Rukiyah, AY, et all, (2015). Asuhan
Delima, M, Arni GZ, Rosya E,
Kebidanan III (Nifas). Jakarta :
(2016). “Pengaruh Pijat
CV. Trans Info Media.
Oksitosin Terhadap
Pilaria E dan Sopiatun R, (2017). “The
Peningkatan Produksi ASI
Effect of Oxytocin Massage on
Ibu Menyusui Di Puskesmas
Postpartum Mother Breast Milk
Plus Mandiangin”. Jurnal
Production at Pejeruk Public
IPTEKS Terapan. Volume 9.
Health in the Year of 2017”. Jurnal
I4, 282-293. Diperoleh dari
Kedokteran YARSI.Volume
www.googlescolar.co.id.
26
Diakses pada tanggal, 01 April
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017
2019.
diakses pada 25 Maret 2019.
Global Breastfeeding Scorecard,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
2018.Diperoleh dari
Utara Tahun 2017 diakses pada 25
https://www.who.int/nutrition/
Maret 2019.
pub
Wijayanti dan Setyaningsih, (2017).
lications/infantfeeding/global-
“Perbedaan Metode Pijat Oksitosin
bf- scorecard-2018.pdf?ua=1.
dan Breast Care Dalam
Diaksespada 10 Mei 2019.
Meningkatkan Produksi ASI Pada
Guyton, A.C. (2008). Buku Ajar
Ibu Post Partum ”. Jurnal
Fisiologi Kedokteran. Edisi
Komunikasi Kesehatan .Vol.VIII
11. Jakarta: EGC
No.2 Tahun 2017. Hal. 1-12.
Hastono, S.P., (2016). Analisis
Diperoleh dari
Data Pada Bidang Kesehatan.
www.
Jakarta:Rajawali Pers.
www.googlescolar.co.id. Diakses
Kiftia, Mariatul, (2015). “Pengaruh
pada tanggal 01 April 2019.
Terapi Pijat Oksitosin
Wulandari, FT, Aminin F, Dewi U,
Terhadap Produksi ASI pada
(2014). “Pengaruh Pijat Oksitosin
Ibu Post Partum”. Jurnal IlmuKeperawatan. Volume 3, No. 1.
Terhadap Pengeluaran Kolostrum
2015. Hal. 42-49 Diperoleh
Pada Ibu Post Partum Di Rumah
dari www.
Sakit Umum Daerah Provinsi
www.googlescolar.co.id.
Kepulauan Riau”. Jurnal Kesehatan.
Diakses pada tanggal 01 Mei
Volume
2019.
Notoatmodjo, S., (2015). Metode
Maita, Liva, (2016). “Pengaruh
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Pijat Oksitosin terhadap
Rineka Cipta.
Produksi ASI”. Jurnal
Rahayu, Anik Puji, (2019). Panduan
Penelitian Kesehatan Suara
Pratikum Keperawatan Maternitas.
Forikes. Volume VII Nomor
Yogyakarta: Deepublish.
3, Juli 2016. Diperoleh dariwww.googlescolar.co.id. Diaksespada tanggal 01 April 2019.
Notoatmodjo, Soekidjo, (2015).
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Rahayuningsih, T, Mudigdo A,
Murti B, (2016).”Effect of
Breast Care and Oxytocin
Massage on Breast Milk

Anda mungkin juga menyukai