Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran ibu sangat penting dalam awal perkembangan anak ketika
proses kehamilan hingga pasca kelahiran. Modal dasar pembentukan
manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI
eksklusif. Menyusui telah dikenal dengan baik sebagai cara untuk
melindungi, meningkatkan dan mendukung kesehatan bayi dan anak usia
dini. ASI memelihara pertumbuhan perkembangan otak bayi, sistem
kekebalan, fisiologi tubuh secara optimal, dan merupakan faktor yang vital
untuk mencegah penyakit. Menyusui menyebabkan pengeluaran hormon
pertumbuhan, meningkatkan perkembangan mulut yang sehat dan
membangun hubungan saling percaya antara ibu dan bayi.
ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi.. ASI sangat
penting bagi bayi umur 6 bulan, terutama untuk bayi yang baru lahir. Air
susu ibu (ASI) merupakan makanan tunggal dan terbaik yang memenuhi
semua kebutuhan tumbuh kembang bayi sampai usia 6 bulan (Astuti, 2015).
Word Heald Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI pada
bayinya dilakukan pada 1 jam pertama setelah melahirkan dan melanjutkan
setelah usia 6 bulan pertama di kehidupan bayi. sehingga bayi dapat
memenuhi nutrisi makanan yang memadai dengan terus menyusui sampai 2
tahun (WHO, 2015).
Dalam Riskesdas 2013 yang menjadi salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk PHBS sesuai dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh
Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu memberi ASI eksklusif. Proses mulai
menyusui terbanyak terjadi pada 1-6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan
kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini) sebesar 34,5%. Sedangkan proses
mulai menyusui terendah terjadi pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu
sebesar 3,7% (Kemenkes RI, 2015). Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu

1
2

pernah memberikan ASI, namun penelitian IDAI (Yohmi dkk, 2015)


menemukan hanya 49,8% yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6
bulan sesuai rekomendasi WHO. Rendahnya cakupan pemberian ASI
ekslusif ini dapat berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa
dan juga pada perekonomian nasional. (IDAI, 2016).
Survei di Indonesia melaporkan bahwa 38% ibu berhenti
memberikan ASI karena kurangnya produksi ASI. Air susu ibu yang tidak
lancar menjadikan ibu merasa cemas dan menghindar untuk menyusui dan
berdampak pada kurangnya isapan bayi, hal tersebut mempengaruhi
penurunan produksi dan kinerja hormon oksitosin dan prolaktin sehingga
produksi ASI semakin menurun, bahkan menyebabkan pembendungan dan
statis ASI, sehingga ibu mengambil langkah berhenti menyusui dan
mengganti dengan susu formula, padahal menyusui dapat berperan dalam
menurunkan angka kematian anak. Hal tersebut diperkuat oleh WHO yang
menetapkan the international code of martketing of breastmilk substitutes
mengenai larangan pemasaran susu formula kepala petuga kesehatan, karena
pemasaran susu formula bayi 0-6 merupakan pelanggaran kode etik, dan
bayi diharuskan mendapat ASI selama 6 bulan pertama dilanjutkan hingga
umur 2 tahun serta didampingi oleh makanan pendamping ASI (MP-ASI)
(Kim et al, 2018).
Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan
ASI tidak terpenuhi sehingga bayi mengalami ketidakpuasan setelah
menyusu, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras dan payudara
terasa membesar. Namun kenyataannya, ASI sebenarnya tidak kurang
sehingga terkadang timbul masalah bahwa ibu merasa ASInya tidak
tercukupi dan ada keinginan untuk menambah susu formula. Kecukupan
dapat dinilai dari penambahan berat badan bayi secara teratur, frekuensi
BAK paling sedikit 6x sehari. Adanya mitos serta persepsi yang salah
mengenai ASI dan media yang memasarkan susu formula, serta kurangnya
dukungan masyarakat menjadi hal- hal yang dapat mempengaruhi ibu dalam
menyusui. (Widiyanti, 2015).
3

Kendala ibu tidak menyusui bayinya pada hari pertama karena


adanya ketakutan ibu yang tidak memiliki cukup ASI, puting rata, payudara
bengkak, abses pada payudara, puting lecet atau pecah-pecah, (Sutanto,
2015). Produksi ASI yang kurang dapat ditingkatkat dengan cara
farmakologi maupun dengan non farmakologi. Farmakologi adalah dengan
menggunakan obat-obatan serta penggunaan susu formula khusus untuk ibu
menyusui. Adapun yang non farmakologi dapat dilakukan dengan pola
makan dengan gizi seimbang untuk ibu menyusui, mobilisasi dini, dengan
pijat oksitosin dan perawatan payudara (Depkes RI, 2016).
Memperbanyak produksi ASI salah satunya dapat dilakukan dengan
teknik pijat oksitosin. Hormon oksitosin sendiri menyebabkan sel otot
saluran pembuat susu menjadi berkontraksi sehingga mendorong ASI untuk
keluar dan siap untuk dihasap oleh bayi. Selain merangsang produksi ASI
pijat bayi juga bermanfaat untuk mengurangi bengkak pada payudara,
memberikan kenyamanan pada ibu, mencegah sumbatan ASI dan dapat
mempertahankan produksi ASI saat ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2016).
Prosedur Pijat oksitosin merupakan pemijatan yang bertujuan untuk
merangsang hormone oksitosin dan prolaktin setelah ibu melahirkan, untuk
memperlancar produksi ASI (Indriyani, 2016). Pijat oksitosin adalah
pemijatan pada tulang belakang yang di mulai pada tulang belakang servikal
(cervical vertebrae) sampai tulang belakang torakalis dua belas, dan
merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah
melahirkan. Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon
oksitosinyang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun keluar dengan
sendirinya. Pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI dengan cara
mengurangi tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar
pengeluaran ASI (Latifah, 2015).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan studi


literature review mengenai “Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi
ASI Ibu Postpartum”.
4

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari studi literature review ini adalah bagaimana


pengaruh pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu postpartum ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan studi literature review ini adalah untuk mengetahui secara


spesifik mengenai pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu
postpartum.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari studi literature review ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil studi literature review ini diharapkan dapat memberikan
kajian yang lebih mendalam mengenai pelaksanaan pijat oksitosin
terhadap produksi ASI ibu postpartum untuk perkembangan ilmu
pengetahuan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil studi literature review ini dapat dijadikan sebagai bahan
informasi yang dapat digunakan untuk menambah literature dan
pengembangan program pembelajaran tentang pengaruh pijat oksitosin
terhadap produksi ASI pada ibu postpartum.
3. Bagi Masyarakat
Hasil studi literature review dapat dijadikan sebagai program
kesehatan di masyarakat misalnya dengan melakukan penyuluhan dan
mengadakan program pijat oksitosin pada ibu postpartum untuk
meningkatkan kelancaran ASI.
5

E. Ekstrasi Hasil Penelitian

Judul Tujuan Intervensi Sampel Hasil


1. Pengaruh Pijat Untuk mengetahui Pemijatan oksitosin Sampel dalam penelitian Berdasarkan hasil analisis data dan
Oksitosin Terhadap pengaruh pijat setelah 3 jam postpartum ini diambil melalui cara pembahasan penelitian dapat disimpulkan ada
Produksi ASI Pada oksitosin terhadap dan selama 5 hari tiap purposive sampling. pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi
Ibu Nifas produksi ASI pada ibu pagi dan sore hari Sampel berjumlah 32 ASI pada ibu nifas di BPM Lia Maria
(Asih, Yusari 2017) nifas di BPM Lia selanjutnya dilakukan orang yang terdiri dari Kecamatan Sukarame Tahun 2017
Maria observasi pada hari ke-6 16 orang sebagai
responden yang di
intervensi dan 16 orang
sebagai variabel kontrol
2. Pengaruh Pijat Penelitian ini ingin Pijat oksitosin di hari Sampel dalam penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, hasil uji
Oksitosin Terhadap mengetahui pertama ibu postpartum ini sebanyak 30 statistik yang telah di lakukan oleh peneliti
Pengeluaran Asi pengeluaran ASI normal responden dengan dapat diketahui bahwa pijat oksitosin
Pada Ibu sebelum dan sesudah kriteria ibu postpartum memiliki pengaruh terhadap pengeluaran ASI
Postpartum dilakukan intervensi hari pertama yang pada ibu post partum primipara
Primipara pijat oksitosin bersedia menjadi
(Sulaeman dkk, sampel, berdomisili di
2018) kota Mataram,
postpartum normal
primipara, adanya suami
atau tinggal bersama
suami.
3. Peningkatan Mengetahui pengaruh Intervensi yang diberikan Sampel penelitian non Terdapat perbedaan jumlah produksi antar
Produksi ASI Ibu perbedaan intervensi yaitu pijat oksitosin dan probability sampling kelompok yang diberikan tindakan pijat
Menyusui Pasca pijat oksitosin dan terapi music klasik pada dengan metode oksitosin dengan kelompok yang diberi
Melalui Pemberian terapi music klasik kelompok yang berbeda purposive sampling tindakan terapi musik klasik (mozart), dimana
6

Pijat Oksitosin Dan pada kelompok yang sebanyak 34 responden produksi ASI sesudah pemberian terapi pijat
Terapi Musik Klasik berbeda terhadap yaitu 15 kelompok pijat oksitosin lebih tinggi dibandingkan produksi
(Mozart) Wilayah peningkatan produksi oksitosin dan 15 ASI sesudah pemberian terapi musik klasik
Kerja Puskesmas ASI kelompok terapi musik (Mozart)
Kradenan 2 klasik (mozart)
(Maryatun, Dyah
Kusuma Wardhani,
& Eska Dwi P,
2019)
4. Pengaruh Pijat Tujuan penelitian ini Kelompok intervensi
Penelitian ini Pemberian pijat oksitosin oleh suami dari hari
Oksitosin Oleh adalah untuk diberi pijat oksitosin oleh
menggunakan 40 sampel pertama sampai hari ke 14 pada ibu nifas
Suami Terhadap mengetahui pengaruh suami dan breast care
yang akan dibagi normal berpengaruh terhadap peningkatan
Peningkatan pemberian pijat dari hari pertama sampai
menjadi dua kelompok, produksi ASI yang ditunjukan dari: Berat
Produksi Asi Pada oksitosin oleh suami hari ke 14 kemudian
yaitu kelompok badan bayi, frekuensi menyusui, frekuensi
Ibu Nifas pada ibu nifas normal diukur produksi ASI pada
intervensi dan kelompok buang air besar bayi (BAB), Frekuensi buang
(Doko, Tabita terhadap peningkatan variabel dependent
control dengan kriteria air kecil bayi (BAK), lama tidur bayi, dan
Mariana., Kun produksi ASI yaitu Ibu tidak istirahat tidur ibu
Aristiati., & menggunakan
Suhoryo kontrasepsi hormonal,
Hadisaputro, 2019) umur 15 – 35 tahun, usia
kehamilan aterm (37-42
minggu), berat badan
lahir ≥ 2500 gram
dengan lahir cukup
bulan
5. Pengaruh Pijat Mengetahui pengaruh Ada dua kelompok Sample penelitian Terdapat perbedaan yang signifikan antara
Oksitosin Terhadap pijat oksitosin antara ekperimen, yang diberi adalah sebanyak 36 kelompok eksperimen yang diberikan pijat
Pengeluaran ASI kelompok yang perlakuan dan satu responden (18 kelompok oksitosin dan kelompok control.
7

Pada Ibu Post dilakukan intervensi kelompok kontrol yang eksperimen dan 18
Partum Primipara dan tidak dilakukan tidak diberi perlakuan. kelompok control)
Di RSIA Srikandi intervensi Pada keduanya tidak
IBI (Kholisotin., dilakukan pre-test, akan
Zainal Munir., & tetapi dilakukan post test
Lina Yulia Astutik, saja
2019)
6. Pengaruh Pijat Untuk mengetahui Peneliti menanyakan Jumlah sampel Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
Oksitosin Terhadap pengaruh pijat produksi ASI sebelum penelitian adalah 21 produksi ASI, karena ada perbedaan yang
Peningkatan oksitosin terhadap dan sesudah dilakukan reponden. Penelitian signifikan antara produksi ASI sebelum dan
Produksi ASI Ibu peningkatan produksi pijat oksitosin. Peneliti dilakukan selama 2 sesudah perlakuan
Menyusui Di ASI ibu menyusui melakukan kunjungan minggu dimana
Puskesmas Plus rumah selama 3 hari responden kode 1-10
Mandiangin berturut-turut untuk dilakukan pada minggu
(Delima, Mera., melakukan pijat oksitosin pertama sedangkan
Gina Zulfia Arni., dan menanyakan produksi responden kode 11-21
& Ernalinda Rosya, ASI pada hari ke 4 dilakukan pada minggu
2016) kedua
7. Pengaruh Pijat Mengetahui perbedaan Peneliti menganalisis Sampel yang akan Terdapat perbedaan kelancaran asi yang
Oksitosin Terhadap pengaruh pijat perbedaan kelancaran ASI diteliti adalah 66 orang. bermakna antara kelompok kasus dengan
Kelancaran ASI oksitosin terhadap pada kelompok setelah Dimana 33 responden perlakuan pijat oksitosin dengan kelompok
Pada Ibu Post kelancaran ASI pada dilakukan intervensi dan pada kelompok kontrol tanpa perlakuan. Ada
Partum kelompok yang kelompok yang tidak intervensi dan 33 PengaruhPijatOksitosinTerhadapKelancaranA
(Batubara, Novita dilakukan intervensi dilakukan intervensi responden pada SI padaibupost partum di Wilayah
Sari & Sri Sartika dan tidak dilakukan kelompok kontrol KerjaPuskesmasLabuhan Rasoki.
Sari Dewi, 2019) intervensi
8. Perawatan Payudara Untuk mengetahui Peneliti menghitung dan Besar sampel ideal Nilai harmonic mean yang dihasilkan antara
Dan Pijat Oksitosin produksi ASI ibu membandingkan produksi menurut hitungan rumus kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
8

Meningkatkan postpartum sebelum ASI ibu postpartum frederer adalah untuk berada dalam kolom subset yang berbeda.
Produksi Asi Pada dan sesudah dilakukan sebelum dan sesudah setiap perlakuan 6 orang Pijat oksitosin memiliki nilai mean tertingi.
Ibu Post Partum intervensi perawatan dilakukan intervensi hari partum primipara. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
Primipara payudara dan pijat pertama, ke 2, dan ke 3 Sedangkan dalam pengeluaran ASI pada ibu post partum
(Handayani, oksitosin pada serta pada kelompok yang penelitian ini ada 3 primipara di Puskesmas Sumbergempol
Ernawati Tri & kelompok berbeda dan tidak dilakukan intervensi perlakuan, yaitu Kabupaten Tulungagung terbanyak adalah
Ernik Rustiana, kelompok control yang perawatan payudara, perlakuan pijat oksitosin
2020) tidak dilakukan pijat oksiosin dan
intervensi kontrol, jadi jumlah
sampel yang diperlukan
adalah 18 orang ibu post
partum primipara
9. Penerapan Terapi Untuk membandingkan Intervensi dilakukan Sampel dalam penelitian Penerapan terapi pijat oksitosin terhadap
Pijat Oksitosin data post test antara mulai hari pertama ibu yang diambil adalah ibu pengeluaran produksi ASI ibu postpartum
Terhadap kelompok yang postpartum, dilakukan postpartum hari pertama pada pengukuran hari ke-21 ada perbedaan
Pengeluaran ASI dilakukan pijat selama tiga hari sebanyak dengan jumlah 10 antara kelompok intervensi yang telah
Pada Ibu oksitosin dan dua kali/hari pada responden yang dibagi diberikan perlakuan terapi pijat oksitosin
Postpartum Di kelompok kontrol kelompok perlakuan. menjadi dua kelompok lebih besar produksi ASI nya lancar
RSUD Tugurejo Pada saat dilakukan yaitu 5 responden dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
Semarang intervensi, responden kelompok intervensi tidak diberikan perlakuan terapi pijat
(Liza, Kurniawati & dibantu dengan keluarga yang memenuhi kriteria oksitosin
Sukesi Niken, diberikan kesempatan peneliti dan 5 responden
2016) untuk melakukan pijat kelompok kontrol yang
oksitosin. Peneliti tidak diberikan
melakukan kunjungan perlakuan
rumah pada hari ke-21
untuk mengetahui
produksi ASI lancar dapat
9

dilihat dari mengukur BB


bayi, frekuensi BAK,
frekuensi menyusu dan
jumlah jam bayi
tenang/tidur setelah
menyusu
10. Pengaruh Pijat Untuk mengetahui Metode pengumpulan Sampel pada penelitian Ada pengaruh yang signifikan pijat oksitosin
Oksitosin Terhadap pengaruh pijat data yang digunakan ini adalah sebagian ibu terhadap produksi ASI ibu post partum di
Produksi ASI Pada oksitosin terhadap dalam penelitian ini post partum hari ke 2 BPM Meli Rosita Palembang Tahun 2018
Ibu Post Partum Di produksi ASI sebelum melalui observasi secara yang berjumlah 15 orang dengan nilai p value = 0,004 < 0,05.
BPM Meli R. dan sesudah dilakukan langsung dengan
Palembang Tahun intervensi mencatat hasil observasi
2018 sebelum pijat oksitosin
(Italia & Meli Sri dan sesudah pemberian
Yanti, 2018) pijat oksitosin terhadap
produksi ASI ibu post
partum.

11. Pengaruh Pijat Jenis penelitian ini Pijat oksitosin dilakukan Populasi dalam Sebagian besar ibu nifas merasakan manfaat
Oksitosin Terhadap adalah “quasy kepada ibu nifas hari penelitian ini adalah pijat oksitosin dimana produksi ASI sebelum
Produksi ASI experiment“ dengan pertama seluruh ibu nifas hari dilakukan pijat oksitosin menjadi lancar
(Maita, Liva 2016) rancangan penelitian pertama yang ada di setelah dilakukan pijat oksitosin
“pre and post test BPM Ernita, Amd.Keb
design” yaitu untuk sebanyak 37 orang
melihat pengaruh pijat
oksitosin terhadap
produksi ASI
12. Pengaruh Pijat Untuk mengetahui Peneliti memberikan Populasi penelitian ibu Hasil analisis bivariate menunjukkan ada
10

Oksitosin Terhadap pengaruh pijat kuesioner kepada yang sedang menyusui pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi
Produksi ASI Ibu oksitosin terhadap responden kemudian ASI ekslusif tinggal di ASI ibu menyusui di Desa Merbuh
Menyusui produksi ASI ibu melakukan pijat oksitosin Desa Merbuh Singorojo Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal
(Mayasari, Tiur menyusui kepada ibu menyusui satu Kendal sebanyak 30 dengan nilai p value=0.000(p value<0,05).
Wulan., Yulia kali setiap hari selama 14 responden, teknik
Susanti., & Livana hari berturut-turut, sampling yang
PH, 2017) kemudian memberikan digunakan total
kuesioner untuk menilai sampel/sampling jenuh
perubahan produksi ASI
13. Efektivitas Untuk mengetahui Peneliti melakukan Sampel dalam penelitian Pijat Oksitosin lebih efektif daripada
Perawatan Payudara efektifitas sebelum dan observasi terhadap ini sebanyak 60 perawatan payudara terhadap pengeluaran
Dan Pijat Oksitosin sesudah perawatan produksi ASI pada saat responden, dengan ASI dengan nilai p value 0,000 (p<0,005).
Terhadap payudara dan pijat sebelum dan sesudah responden intervensi
Pengeluaran ASI Di oksitosin terhadap dilakukan intervensi baik perawatan payudara 30
Puskesmas Putri pengeluaran ASI pada perawatan payudara orang dan intervensi
Ayu Kota Jambi kelompok yang maupun pijat oksitosin pijat oksitosin 30 orang
Tahun 2019 berbeda
(Diniyati., Lidwina
Trieleventa
Lumruan
Sihombing., dan
Enny Susilawati,
2019)
14. Pengaruh Pijat Diketahuinya pengaruh Peneliti melakukan Teknik sampling yang Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
Oksitosin Terhadap pijat oksitosin terhadap observasi produksi ASI digunakan adalah teknik produksi ASI pada ibu nifas dengan
Produksi ASI Pada produksi ASI pada ibu melalui penambahan BB purposive didapatkan menggunakan uji statistik independent t test
Ibu nifas Di nifas di Puskesmas bayi selama 8 hari, baik sampel 30 orang dibuktikan dengan p value = 0,000 (p value <
Puskesmas Jetis Jetis Kota pada tahun pada kelompok intervensi 0,05).
11

Kota Yogyakarta 2016 pijat oksitosin maupun


(Husniyah, kelompok kontrol
Musyrifatul 2017)

Anda mungkin juga menyukai