Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

STUDI LITERATUR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM HARI PERTAMA DI
RUMAH SAKIT

OLEH:

HENNY SUZAN KATAYANE

12114201160109

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Marmi (2016) Postpartum adalah masa beberapa jam lahirnya plasenta

sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post partum dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa

sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Pendapat lain

mengatakan post partum adalah masa setelah kelahiran yang meliputi

minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke

keadaan yang normal pada saat sebelum hamil. Postpartum adalah masa atau

waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari Rahim, sampai 6

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang

berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan.

Masalah yang muncul Setelah persalinan adalah kurangnya produksi

ASI. Setelah persalinan seorang ibu akan masuk pada masa menyusui. Masa

menyusui adalah masa yang paling sensitif dalam kehudupan ibu, baik secara

fisik maupun emosional. Kehadiran seorang bayi akan mengubah kehidupan

ibu secara fisik emosional dan psikologis. Tentu banyak hal yang harus di

persiapkan dan salah satu terpenting adalah pemberian ASI, karena dengan

menyusui bayi berarti telah memberikan nutrisi penting, melindunginya dari

penyakit dan infeksi dan yang terpenting adalah menjalin hubungan yang
spesial dengan bayi. Sangat disayangkan, kadang muncul keluhan dan

kesulitan menyusui. Salah satunya dengan ASI yang tidak keluar lancar.

Upaya yang di lakukan selain melatiha bayi mesnyusu ibu harus

mempersiapkan kosndisi fisik banyak istirahat dan makan makanan yang

bergizi. Dalam proses menyusui seorang ibu di pengaruhi oleh 2 hormon

yaitu prolactin dan oksitosin. Menyusui sendiri mempunyai 2 arti yaitu

produksi dan pengeluaran ASI. Proses produksi ASI di kenal sebagai

hormonal (Indriati 2014).

Hormon prolaktin adalah hormon yang berperan dalam produkasi ASI,

karenanya produkasi ASI akan terganggu jika ibu menyusui mengalami

kelelahan kegelisahan dan ketidaknyamanan secara psikilogis. Keadaan

psikologis ibu sangat berpengharu terhadap kelancaran produkasi ASI,

keadaan ibu setelah melahirkan masih mengalami kesulitan untuk menyusui

bahkan beberapa penilitian menemuka bahwa ibu yang merasa pesimitis

mengenai jumlah ASI yang dapat di hasilkan ternyata benar-benar dapat

mengalami gangguan produksi ASI. Sebaiknya perasaan rileks nyaman dan

ada ikatan emosional antara ibu dan bayi saat proses menyusui, merangsang

produksi ASI karena semakin sering menghisap payudarah ibu maka makin

banyak ASI yang di produksi. Pengosongan payudarah semakin tuntas

merangsang kerja hormon bekerja mengirim pesan ke otak bahwa jumlah ASI

yang di produksi habis terpakai atau di keluaran melalui hisapan bayi


sehingga ASI baru harus di produksi lagi untuk memenuhi kebutuhan

berikutnya. Selanjutnya proses pengeluaran ASI atau pengosongan payudarah

secara umum akan mempengaruhi keberhasilan menyusui hormon oksitosin

memacu kontraksi atau otot agar ASI dapat di pompa keluar (Februhartanty

2014).

ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada

bulanbulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal

dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan

bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang berada pada tingkat terbaik. Pada

saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang

mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf.

Karena itu amat dianjurkan setiap ibu hanya memberikan ASI sampai bayi

berumur 6 bulan. Seorang ibu sering mengalami masalah dalam pemberian

ASI, salah satu kendala utamanya yakni produksi ASI yang tidak lancar. Hal

ini akan menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI kepada

bayi baru lahir (Wulandari dan Handayani,2011).

Menurut WHO (2016) cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya

sekitar 36% selama tahun 2014. Menurut data Riskesdas (2018) yang di ambil

dari tahun 2014-2018 cakupan ASI di Indonesia pada tahun 2014 sebesar

37,3%, tahun 2015 55,7%, tahun 2016 sebesar 54%, tahun 2017 sebesar

61,33% dan pada tahun 2018 mengalami penurunan yang signifikan yaitu
sebesar 37,3%. Sedangkan untuk profinsi Maluku tahun 2018 sekitar 36.36%,

tahun 2019 sekitar 56,55 % dan tahun 2020 sekitar 57,19% setiap tahunnya

mengalami peningkatan.

Nellu (2019) Adapun masalah dalam pemberian ASI yaitu produksi

ASI yang tidak lancar. Ada tiga faktor yang berhubungan dengan

kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum hari pertama yaitu. pola

makan, faktor istirahat, perawatan payudara. Pola makan adalah suatu

cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan

gambaran informasi meliputi mempertahankan kesehatan, status

nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan

yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat

pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan

untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta perkembangan otak

dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai

dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang

dana man, berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi

dan kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2016).

Penelitian Sanima (2017) tentang hubungan pola makan dengan

kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum didapatkan bahwa berdasarkan

analisis data dengan menggunakan uji Spearman rank ditemukan bahwa p-

value= (0,002) < (0,050) sehingga Ho ditolak, yang artinya ada hubungan
pola makan dengan produksi ASI pada ibu post partum di Rumah Sakit.

Berdasarkan hasil tabulasi silang menunjukan dari 19 (63,3%) responden yang

melakukan pola makan baik berdampak pada produksi ASI sangat baik pada

14 (46,7%) ibu postpartum. Hasil penelitian ini sepaham dengan penelitian

yang dilakukan oleh Permatasari (2017). Membuktikan ada hubungan asupan

gizi dengan produksi ASI pada ibu postpartum. Berdasarkan hal tersebut,

dapat dipahami bahwa makanan yang dikonsumsi ibu mempengaruhi jumlah

ASI yang dikeluarkan sehingga mencukupi untuk kebutuhan bayi.

Hidayat (2018) istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya

tekanan emosional bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas tetapi juga

kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti

sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk melepaskan diri dari segala

hal yang membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan.

Christina Nur Widayati (2015) tentang hubungan pola istirahat dengan

kelancaran produksi ASI ibu post partum hasil penelitian menunjukan bahwa

responden yang memiliki pola istirahat buruk dan memproduksi ASI cukup

sejumlah 3 orang (9,7%), sedangkan responden yang memiliki pola istirahat

buruk dan produksi ASI baik sejumlah 5 orang (15,1%). Responden dengan

pola istirahat baik dan produksi ASI cukup sejumlah 4 orang (12,9%),

sedangkan responden yang memiliki pola istirahat baik dan produksi ASI baik

sejumlah 23 orang (74,2%). Hasil analisis menggunakan Chi-Square

didapatkan bahwa nilai X2 hitung adalah 1,373, dan nilai p-value = 0,0241
dengan α = 0,05 maka disimpulkan bahwa pola istirahat ada hubungan dengan

produksi ASI ibu postpartum.

Kumalasari (2015) perawatan payudara merupakan suatu tindakan

untuk merawat payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar

produksi ASI. Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan

tetapi dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap

payudara bertujuan melancarkan sirkulasi darah dan mencegah sumbatan

saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI.

Penelitian Syamsinar (2015) tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum di Rumah Sakit.

Penelitian ini didapatkan bahwa dari hasil uji statistic memperlihatkan X2

hitung sebesar 15.039, sedangkan X2 tabel berdasarkan df = 1 dengan taraf

signifikasi 5% sebesar 3.841 dan nilai signifikansi Chi-Square korelasi fisher

exact test sebesar 0,001. Oleh karena X2 hitung > X2 tabel (15,039 > 3,841)

dan nilai signifikansi < 5% (p=0.001 < α= 0,05) maka Ha diterima dan Ho

ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara perawatan

payudara dengan kelancaran produksi ASI ibu postpartum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan

kelancaran produksi ASI pada ibu post partum hari pertama.


C. Tujuan penilitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penilitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post

partum hari pertama.

2. tujuan khusus

mengetahui hubungan pengetahuan tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelancaram produksi ASI ibu post partum hari

pertama.

D. Manfaat penilitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan bermanfaat dalam menambah wawasan dan

pengetahuan tentang faktor yang berhubungan dengan kelancaran ASI, dan

dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya dijadikan bahan masukkan untuk

proses penerapan berfikir alamiah dalam memahami dan menganalisis suatu

masalah yang terjadi dilapangan serta untuk meningkatkan mutu pendidikan

dan referensi perpustakaan tentang faktor yang memengaruhi kelancaran ASI.


2. Manfaat Praktis

a. bagi ibu

di harapkan dapat memberikan informasi pada ibu tentang

manfaat kelancaran ASI bagi bayi sejak lahir sampai usia 6

bulan tanpa di berikan makanan pendamping ASI dan susu

formula lainnya.

b. bagi tenanga kesehatan

di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan informasi dan

pertimbangan dalan memberikan informasi kepada ibu

menyusui agar dapat memberikan ASI dengan lancar kepada

bayinya.

c. bagi peniliti selanjutnya

dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan peniltian

sejenis dan lebih lanjut dalan bidang yang sama.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG POSTPARTUM DAN AIR SUSU IBU (ASI)

1. Pengertian post partum

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga di sebut masa

nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum

adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi

sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Partus di anggap

spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi

komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinan

selesai dalam 24 jam (Bobak 2016).

2. Pengertian ASI

Menurut world health organization (WHO 2015) ASI adalah

pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi

berumur 0-6 bulan, bahkan air putih tidak di berikan dalam tahapan ASI
ini. Adapun pendapat Roesli (2015) air susu ibu(ASI) adalah suatu emulsi

lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang

disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi

bayi. ASI selama 6 bulan pertama bayi adalah yang terbaik.

3. Manfaat ASI dan menyusui

Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusui hingga 6

bulan setelah itu dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia 6

bulan, keuntungan menyusui meningkat siring dengan meningkatnya lama

pemberian ASI sampai 2 tahun. Beberapa manfaat ASI dan menyusui

menurut Suryono(2012) antar lain :

a. Manfaat untuk bayi

ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi

praktis,ekonomis,mudah dicerna memiliki komposisi, zat gisi yang

ideal sesuia dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi,dapat

juga melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung

betalactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga

mengandung zat pelindung (antibody) yang dapat melindungi bayi

selama 5-6 bulan pertama, seperti immunoglobin, lysozyme,

complemen C3 dan C4 antistapiloccocus, lactobacillus, bifidus,

lactoferin.ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi

serta meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding)

b. Manfaat untuk ibu.


Suatu rasa kebanggan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan

kehidupan kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara

alamiah terjadi kontak elit yang erat, bagi perkembangan psikis dan

emosienal antara ibu adan anak. Dengan menyusui, Rahim ibu akan

berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian Rahim ke ukuran

sebelum hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post

partum. Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang

untuk beberapa bulan dan dapat mejarangkan kehamilan. ASI juga

dapat mengurangi kemungkinan resiko kanker payudarah. (Kodrat

2014)

4. Komposisi ASI

Keadaan yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan

kandungan protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial

dalam jumlah yang berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan nutrium

yang rekatif rendah tetapi adekuat, beban solute yang rendah di

bandingkan dengan susu sapid an absorbs yang sangat baik untuk zat besi,

kalsium dan seng, yang menyediakan jumlah yang adekuat dari zat-zat

nutrisi ini untuk bayi dan di susui asi secara penuh selama 4-6 bulan

(Ambarwati 2015)

ASI tidak saja mengandung makronutrien, vitamin dan mineral tetapi

juga faktor pertumbuhan, hormon, dan faktor protektif. Paling sedikit

terdapat 100 komponen pada ASI termasuk zat yang belum teridentifikasi
dan belum jelas perannya. Dalam alquran ASI di sebut sebagai “darah

putih”. Hal ini merupakan penjelasan yang sangat tepat karna susu awal

memiliki lebih banyak sel darah putih daripada darah sendiri (Yetti 2012)

Sifat khas manusia adalah otak yang besar dan rumit, yang mengalami

banyak perkembagan selama 2 tahun pertama. ASI menyediakan laktosa,

sistein, kolestrol, dan tromboplastin yang di perlukan untuk sintesis

jaringan system saraf pusat. Namun karena ASI merupakan nutrisi yang

sempurna, analisis komponennya memungkinkan kita memproduksi

pengganti untuk di tambahkan ke dalam susu formula. Maka dari itu susu

formola tidak akan secara sempurna menyerupai ASI. Walaupun ASI

mungkin dapat di anggap nutrisi yang sempurna, komposisinya

bervariasi. Komposisi ASI bervariasi dari orang ke orang dari satu periode

laktasi ke periode lain, dan setiam jam dalam sehari adapun komposisi

ASI antara lain mengandung protein, lemak karbohidrat, garam mineral,

air, dan vitamin seperti pada kolostrum.

Kolostrum mengandung zat kekebalan vitamin A yang tinggi lebih

kebtal dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu kolostrum harus

di berikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-pertama masih

sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin

dan masakan pralaktan (sebelum ASI Lancar di produksi) lain harus di

hindari. Kolostrum merupakan sekresi payudarah yang bersifat alkali,

yang mungkin mulai di hasilkan selama bulan-bulan terakhir kehamilan


dan pada 2-4 hari peratam setelah melahirkan. Memounyai berat jenis

yang lebih besar (1,040-1,060), kandungan protein yang lebih tinngi,

vitamin larut lemak, mineral, kandungan karbohidrat, dan lemak yang

lebih rendah dari pada ASI biasa. Kolostrum mengandung IgA sekretori,

leukosit, dan sel-sel imun lainnya yang berperan dalam mekanisme

pertahanan neunates (Indiarti 2015)

5. Fungsi ASI terhadap kecerdasan anak

Kelangsungan hidup seorang bayi yang baru lahir sangat membutuhkan

makanan yang tepat. Uniknya ASI sangat besar peranannya dalan

kelangsungan hidup bayi. Penelitian di luar negeri menunjukan bila

seorang anak mengalami gangguan gizi setelah perkembangan otak yang

pesat, ia tidak akan mengalami penurunan inteligensia. Dalam hal ini

ternyata ASI banyak berperan karna komposisi ASI telah membangun

dendrite (serabut saraf otak) dengan sempurna walaupun setelah umur 3

tahun anak mengalami kekurangan gizi. (Hubertin Sri Purwati 2012).

Menurut (Arifin 2014), berdasarkan waktu di produksinya, ASI dapat di

bagi menjadi 3 yaitu:

a. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali diskresi oleh kelenjar

payudara, mengandung tissue dan residual material yang terdapat

dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah
masa puerperium. Diskresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama

sampai hari ketiga atau keempat Komposisi dari kolostrum ini dari

hari ke hari selalu berubah.

Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuningkuningan,

lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. Merupakan

pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi

yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi

bagi makanan yang akan datang. Lebih banyak mengandung protein

dengankan dengan ASI yang matur, tetapi berlainan dengan ASI yang

matur pada kolostrum protein yang utama adalah globulin (gamma

globulin). Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan

ASI yang matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai

umur 6 bulan.

Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan

ASI matur. Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi

jika dibandingkan dengan susu matur. Total energi lebih rendah jika

dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 Kal/100 ml kolostrum.

Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan

ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi

atau lebih rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI

matur tidak. pH lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur.


Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin

dibandingkan dengan ASI matur. Terdapat tripsin inhibitor, sehingga

hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini

akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada bayi. Volume

berkisar 150-300 ml/24 jam.

b. Air susu Masa Peralihan (Masa transisi)

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang

matur. Diskresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi,

tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru

terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein

makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin

meninggi. Juga volume akan makin meningkat. Komposisi ASI

menurut penyelidikan dari Kleiner I.S. & Osten J.M.

c. Air Susu Matur

Merupakan ASI yang di skresi pada hari ke-10 dan seterusnya,

komposisi relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-

5). Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini

merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk

bayi sampai umur 6 bulan. Merupakan suatu cairan berwarna putih

kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari Garam Ca-caseinat,


riboflavin dan karoten yang terdapat didalamnya. Tidak menggumpal

bila di panaskan. Volume 300-850 ml/24 jam. Terdapat anti

microbacterial factor, yaitu antibody terhadap bakteri dan virus, enzim

(lysozyme lactoperoxidese), protein ( lactoferrin B12 ginding protein),

faktor resisten terhadap staphylococcus (C3 dan C4).

Selama kehamilan, hormone praloktin dari plasenta meningkat

tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih di hambat oleh kadar

estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pascapersalinan,

kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga penggaruh

prolactin lebig dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.

Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu,

terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin

lancar

Dua refleks pada ibu yang sangat penting pada proses laktasi

yaitu refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh

hisapan bayi.

1) Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusui ujung saraf peraba yang

terdapat pada pusing susu terangsang. Rangsangan tersebut

oleh serabut afferent di bawah ke hipotalamus di dasar

otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan


hrmon prolaktin ke dalm darah. Melalui sirkulasi prolaktin

memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.

Jumlah prolaktin yang di sekresi an jumlah susu yang di

produksi berkaitan dengan stimulus hisapan, yaitu

frekuensi intensitas dan lamanya bayi mengisap.

2) Refleks Aliran (Let Down Refleks)

Rangsangan yang di timbulkan oleh bayi saat menyusu

selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan

hormone prolaktin juga mempngaruhi hipofise posterior

mengeluarkan hormon oksitosin. Di mana setelah oksitosin

di lepas ke dalam darah akan memacu otot-otot polos yang

mengelilingi Alveoli dan duktulus dan sinus menuju

putting susu. Beberapa refleks yang memungkinkan bayi

baru lahir untuk memperoleh ASI adalah sebagai berikut:

1. Manajemen laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang di lakukan untuk

menungjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya

terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan


dan pada masa menyusui selanjutnya. Menurut arifin (2014)

adapun upaya-upaya yang di lakukan adalah sebagai berikut:

a. Pada masa kehamilan (antenatal)

Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat

keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun

bayinya, di samping bahaya pemberian susu botol.

Pemeriksaan kesehatan kehamilan dan payudarah / keadaan

putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu

perlu di pantau kenaikan berat badan ibu hamil. Lakukan

poerawatan payudarah mulainkehamilan umur enam bulan agar

ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.

Memperhatikan gizi/makanan di tambah mulai dari kehamilan

trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat

belum hamil. Menciptaan suasana keluarga yang meyenagkan.

dalam hal ini perlu di perhatikan keluarga terutama suami

kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan

dan membesarkan hatinya.

b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

Ibu dibantu menyusui selama 30 menit setelah kelahiran dan di

tunjukan cara menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang

posisi dan cara meletakan bayi pada payudarah ibu. Membantu

terjadinya kontak langsung antara bayi adan ibu selama 24 jam


sehari agar menyusui dapat di lakukan tanpa jadwal. Ibu nifas

dapat di berikan kapsul vitamin A dosis tinggi dalam waktu

dua minggu setelah melahirkan.

c. Pada masa menyusui selanjutnya

Menyusui di lanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama

usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan

atau minuman lainnya. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui,

perlu makan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum

minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan

menjaga ketenangan pikiran dan keberhasilan menyusui.

Menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi asi

tidak terhambat. Pengertian dan dukungan keluarga terutama

suami penting untuk menunjang. Rujuk ke posyandu atau

puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan

menyusui seperti payudarah banyak di sertai demam.

Menghubungi kelompok pendukung ASI untuk meminta

pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui anaknya.

Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 6

bulan berikan MP ASI yang cukup, baik kuantitas maupun

kualitas.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG KANDUNGAN GIZI ASI


ASI mengandung banyak sekali zat gizi dan vitamin yang di perlukan

oleh tubuh bayi untuk tumbuh dan berkembang. Zat-zat tersebut antara lain

adalah:

a. Karbohidrat

Karbohidrat ASI terasa manis dan segar rasanya, yang menjadi

penyusun utama ASI adalah laktosa adalah zat gizi yang penting yang

berfungsi suntuk pertumbuhan dan perkembagan otak, sebagai sumber

energi dan meningkatkan absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan

lactobacillus bifidus. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua

kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu

formula. Penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu

sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu

tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi 17-

14 hari setelah melahirkan. Sesudah melewati masa ini, maka kadar

karbohidrat ASI relatif stabil (Roesli 2014)

b. Protein

Protein dalam ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan

protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak

terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi,

sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein kasein yang lebih

sulit dicerna oleh usus bayi. Kualitas protein ASI juga lebih baik
dibandingkan susu sapi yang terlihat dari profil asam amino (unit yang

membentuk protein), (Roesli 2014).

ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan

susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin. Taurin

diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam

amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang

sedang berkembang. ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai

jenis senyawa organik yang tersusun dari basa nitrogen, karbohidrat, dan

fosfat) dibandingkan dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam

jumlah sedikit. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan

pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik

dalam usus, serta meningkatkan penyerapan besi dari daya tahan tubuh.

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi

dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk

mendukung pertumbuhan otak yang cepat selaa masa bayi. Lemak omega-

3 dan omega6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak

ditemukan dalam ASI. Selain itu, ASI juga mengandung banyak asam

lemak rantai panjang, diantaranya asam dokosaheksanoat

(docosahexaenoic acid, DHA) dan asam arakidonat (arachidonic acid,


ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina

mata.

ASI mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh yang seimbang

dibandingkan dengan susu sapi yang lebih banyak mengandung asam

lemak jenuh. Seperti yang telah kita ketahui, konsumsi asam lemak jenuh

dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan

pembuluh darah. Hendarto dan Pringgadini (2012).

d. Karnitin

Karnitin berperan dalam membantu proses pembentukan energi yang

diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung

kadar karnitin yang tinggi terutama pada tiga minggu pertama menyusui,

bahkan di dalam kolostrum, kadar karnitin ini lebih tinggi lagi.

Konsentrasi karnitin bayi yang mengkonsumsi ASI lebih tinggi

dibandingkan bayi yang mengkonsumsi susu formula. Hendarto dan

Pringgadini (2012).

e. Vitamin

Kadar Vitamin A B C D dan E yang ada dalam ASI lebih tinggi jika

di bandingkan dengan susu formula. Vitamin K yang berfungsi sebagai

faktor pembentukan jumlahnya sekitar seperampat jika dibandingkan

dengan kadar dalam susu formula. Dengan demikian, untuk mencegah

terjadinya perdarahan, maka perlu diberikan vitamin K pada bayi baru


lahir yang diberikan dalam bentuk suntikan. Demikian pula dengan

vitamim D, karena jumlahnya yang juga sedikit, maka bayi tetap

membutuhkan tambahan vitamin D yang berasal dari cahaya matahari. Hal

inilah yang menjadi alasan pentingnya bayi baru lahir untuk berjemur

pada pagi hari.

Vitamin lainnya yang juga terdapat dalam ASI adalah vitamin A dan

vitamin E. Vitamin A yang terdapat dalam ASI jumlahnya cukup tinggi.

Tidak hanya itu, ASI juga memproduksi beta-karoten sebagai bahan baku

pembentukan vitamin A. Vitamin A penting untuk kesehatan mata, dan

juga untuk kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Vitamin E memiliki fungsi

yaitu dalam ketahanan dinding sel darah merah. Selain juga sudah

disebutkan sebelumnya, ada juga vitamin larut air yang terkandung dalam

ASI, diantaranya adalah vitamin B1, B2, B6, B9, (asam folat), dan vitamin

C. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini

dalam ASI. (Kodrat 2014).

f. Mineral

Mineral terdapat dalam dalam ASI mempunyai kualitas yang sangat

baik dan kebih mudah di serap di bandingkan dengan mineral yang

terkandung dalam susu formula. ASI adalah kalsium, fosfor, magnesium,

vitamin D, dan lemak. Komposisi fosfor, magnesium, dan vitamin D ini


mengakibatkan kalsium dalam ASI bisa diserap dengan baik oleh bayi.

Mineral lainnya yang juga terkandung di dalam ASI adalah zinc yang

berguna untuk membantu proses metabolisme, dan selenium yang sangat

dibutuhkan untuk pertumbuhan. Hendarto dan pringgadini (2014).

g. Zat besi

Meskipun asi mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter), bayi

yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini di kareakan

zat besi pada ASI memang lebih midah di serap (Kodrat 2014).

h. Sodium

Jumlah sodium pada ASI sangatlah cocok dengan kebutuhan bayi.

Sodium yang ada pada susu sapi lebih rendah dari pada ASI setelah

mendapat proses modefikasi (proses perubahan dari susu segar ke susu

kaleng atau bubuk), (Kodrat 2014).

i. Kalsium, fosfor, dan magnesium

Pada dasarnya kalsium, magnesium dan fosfor pada susu botol

memang lebih tinggi di bandingkan dengan ASI. Namun akibat akibat

proses modifikasi maka nilai ketiga zat dalam susu botol tersebut menjadi

berkurang. Oleh karenanya, meski secara umum kandungan ketiga zat

tersebut dalam ASI lebih sedikit namun ASI tetap harus di berikan bayi

secara eksklusif selama 6 bulan (Kodrat 2014).

j. Taurine
Fungsi taurine berperan dalam perkembangan mata si kecil. Pada mata,

taurine lebih banyak terdapat di retina, terutama terkonsentrasi di epitel

pigmen retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat dapat

menjaga penglihatan si kecil dari gangguanretina. Selain iti taurine juga

berperan dalam perkembangan otak dan system saraf (kodrat 2014)

k. Lactobacillus

Lactobacillus dalam ASI berfungsi menghambat pertumbuhan

mikroorganisme seperti bakteri E-coli yang sering menyebabkan diare

pada bayi. Bayi yang lebih banyak mengkonsumsi susu formula akan

lebih sering mengalami diare karena bakteri lactobacillus dalam susu sapi

sangatlah sedikit (Kodrat 2014).

l. Lactoferin dan lizosim

Lactoferin dapat bermanfaat bagi kebutuhan nutrisi bayi dengan

menghambat bacteri staphylococcus dan jamur candida. Sedangkan

kandungan lizosim dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi

insiden caries dentis dan maloklusi (kebiasaan lidah yang mendorong ke

depan akibat menyusu dengan botol dan dot), (Kodrat 2014).

m. Mengandung Air

ASI mengandung 88,1% air sehingga ASI yang di minum bayi selama

pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai

dengan kesehatan bayi. bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI
pertama (kolostrum) tidak membutuhkan tambahan cairan karena bayi

yang di lahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan

kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau

ke empat (Yuluarti 2014).

C. TINJAUAN UMUM TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST

PARTUM

1. Pola makan

Bagi seorang ibu menyusui adalah kewajiban yang harus di jalankan,

karena kelancaran produksi ASI sangat penting untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi dan gizi bayi. Salah satu cara meningkatkan produksi

ASI yaitu dengan melakukan pola makan yang baik seperti makan teratur

tercukupi dan bergizi. Produksi ASI sangat di pengaruhi oleh produksi

makanan yang dimakan oleh ibu (Utami 2016).

Pola makan yang baik dapat mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI.

Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang

teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar. Makanan yang
seharusnya di konsumsi yaitu makanan yang mengandung tinggi protein.

Untuk mengatasi masalah ketidaklancaran pengeluaran ASI maka

anjurkan pada Ibu nifas untuk makan makanan yang bergizi sehingga

kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan baik, anjurkan ibu nifas

minum air putih yang banyak agar ibu nifas tidak mengalami dehidrasi

sehingga suplai ASI dapat berjalan lancar dan ibu nifas juga harus banyak

istirahat agar kondisinya terjaga dengan baik (Natia Rizky 2017).

2. Faktor istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila

kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.

Berdasarkan pengambilan data pola istirahat dapat mempengaruhi

produksi ASI karena ibu nifas yang kelelahan cenderung malas meneteki

dan menyebabkan produksi ASI menjadi terganggu dan mempengaruhi

pengeluaran produkasi ASI. Ibu nifas yang baru saja melahirkan banyak

yang mengalami kelelahan dan merasa ingin tidur terus. Untuk mengatasi

ketidaklancaran pengeluaran ASI yaitu dengan menganjurkan ibu untuk

meneteki sesering mungkin sehingga dapat merangsang payudara dan

mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormone prolaktin dan

oksitosin. Hormone prolaktin mempengaruhi proses pengeluaran ASI

sehingga pengeluaran ASI menjadi lancar dan bayi cukup ASI (Natia

Rizky 2017).
3. Faktor perawatan payudarah

Rahayu (2012) menyatakan bahwa produksi dan keluarnya ASI terjadi

setelah bayi di lahirkan yang di susul kemudian dengan peristiwa

penurunan kadar hormone estrogen yang mendorong naiknya kadar

prolactin untuk produksi ASI. Sekalipun pada hari pertama ASI yang

keluar hanya sedikit, ibu harus tetap menyusui. Tindakan ini selain di

maksudkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi tetapi agar bayi belajar

menyusui atau membiasakan menhisap putting payudarah ibu serta

mendukung produksi ASI. Bayi saat menyusui sehingga bayi tidak

mengalami kesulitan mengisap putting susu. Hal tersebut menyebabkan

bayi mudah menyusui dan meningkatkan produksi ASI.

Menurut Mitrami (2017) hal ini menunjukan bahwa perawatan

payudarah yang benar akan memperlancar produksi ASI. Perawatan

payudara berpengharu terhadap kelancaran pengeluaran ASI. bisa di

lakukan saat masa kehamilam. Dengan merangsang payudara Perawatan

payudara akan mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan hotmon

progesterone, estrogen dan oksitosin lebih banyak lagi. Hormone

aksitosin menimbulkan kontraksi pada sel-sel sekitar alveoli sehingga

mengakibatkan susu mengalir turun kearah putting dan bisa di hisap oleh

bayi. Perawatan payudarah adalah usaha yang dilakukan agar kondisi

payudara baik, demi mencapai keberhasilan menyusui. Perawatan

payudara sebaiknya di lakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan
sore. Untuk menguragi rasa sakit pada payudara maka lakukan pengurutan

payuda secara perlahan kompres air hangat sebelum menyusui bayi karena

panas dapat merangsang aliran ASI kemudian komores air dingin setelah

menyusui untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan (Natia Rizky

2017).

1. Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar

dibawah ini :

Vaktor Independen Vaktor Dependen

pola makan

faktor istirahat Kelancaran


prodiksi ASI ibu
postpartum hari
Perawatan payudara pertama

Keterangan :

: variabel independen

: variabel dependen
: arah hubungan

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Jenis penilitian

Jenis penilitian yang di gunakan adalah deskriptif dengan menggunakan

metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi literature yang

bersifat sistematik, jelas, menyeluruh dengan mengidentifikasi, menganalisis,

mengevaluasi melalui pengumpulan data-data yang sudah ada ada dengan

metode pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis dalam

pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu peniliti lebih

memahami latar belakang dari penilitian yang menjadi subyek topik yang di

cari serta memahami bagaimana hasil dari penilitian tersebut sehingga dapat

menjadi acuan bagi peniliti baru.

B. Tahapan Systematic Review


Dalam penilitian yang menggunakan metode Sistematic Review ada

beberapa tahapan yang harus di lakukan sehingga hasil dari studi literatur

tersebut dapat di akui kredibikitasnya. Adapun tahapan – tahapan tersebut

sebagai berikut:

1. Identifikasi pertanyaan penilitian

Berdasarkan judul penilitian diatas kita dapat menentukan PICO

(populasion in Question of Interest, Comparator dan Outome) tersebut.

a. (P) Populasi atau problem adalah masalah yang menjdi pertanyaan

klinis atau sumber dari masalah klinis yang terjadi. Populasi dalam

penulisan ini adalah ibu post partum.

b. (I) Intervensi adalah tindakan atau paparan yang ada dalam pertanyaan

klinis yang di lakukan. Intervensi pada penulisan ini adalah kelancaran

produksi ASI.

c. (C) Comparator merupakan intervensi perbandingan dan dalam

penulisan ini adalah faktor-faktor yang berhungan dengan kelancaran

produksi ASI dan ibu post partum hari pertama.s

d. (O) Outcome merupakan hasi yang di capai dari pertanyaan klinis atau

hasil dari intervensi terhadap problem yang terjadi. Outcome dari

penulisan ini adalah terdapat hubungan antara kelancaran produksi

ASI ibu post partum dengan status gizi yang terkandung dalam ASI.
Pertayaan penilitian berdasarka “PICO” Adalah faktor-faktor apa saja

yang berhubungan dengan kelancaran produksi ASI Ibu post partum

hari pertama di rumah sakit?

2. Menyusun protokol

Merupakan detail perencanaan yang di siapkan secara matang yang

mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria untuk

menilai kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi) skala penilitian yang akan

di lakukan untuk menyusun protokol review kita menggunakan metode

PRISMA (preferred Reporting Items For Systematic Reviews and Meta

Analyses)

a. Pencarian data

Pencarian data mengacu pada sumber data base Google Scholar yang

di sesuikan dengan judul penilitian, abstrak dan kata kunci yang di

gunakan untuk pencarian artikel. Kata kunci ini dapat di sesuikan

dengan pertanyaan penilitian yang telah di buat sebelumnya


gambar 1 diagram PRISMA tahapan systematic review

“studi literatur faktor-faktor yang berhubungan dengan kelancaran

produksi ASI Ibu postpartum hari pertama”

Pencarian pada situs


(google Scholar)

mkjhgjddksasasfsdfoencarian
Hasil jurnal secara keseluruhan
(n = 633)

Screening

Screening a. Rentang waktu publikasi 7 tahun


terakhir dari januari 2013-januari 2020
(n = 100) b. Jurnal menggunakan bahasa Indonesia

Jurnal yang dapat di akses full text


Google scholar (n=42)

Criteria inklusi :
a. Jurnal yang berkaitan dengan
kelancaran produksi ASI pada ibu
postpartum hari pertama
b. Jurnal yang berkaitan dengan pola
makan
c. Jurnal yang berkaitan dengan faktor
istirahat
d. Jurnal yang berkaitan dengan
perawatan payudara

Jurnal akhir yang sesuai


dengan criteria inklusi
( n = 10)
b. Skrining data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel penilitian)

yang bertuju untuk memilih masalah penilitian yang sesuai dengan

topik atau judul, abstrak dan kata sandi yang di teliti.

c. Penilaian kualitas (kelayakan) data

Penilaian kualitas atau kelayakandi dasarkan pada data (Artikel

penilitian) dengan teks lengkap (full text) dengan memenuhi criteria

yang di tentukan (kriteria inklusi dan eksklusi).

d. Hasil pencarian data

Semua data (artikel penilitian) berupa artikel penilitian kuantitatif atau

kualitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria untuk dilakukan

analisa lebih lanjut.

3. Menyusun strategi pencarian.

Strategi pencarian di lakukan mengacu pada protokol yang telah dibuat

dan menentukan lokasi atau sumber database untuk pencarian data serta

dapat melibatkan orang lain untuk membantu review.

4. Ekstrasi data

Ekstrasi data dapat di lakukan setelah proses protokol telah di lakukan

dengan menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data dapat di lakukan

secara manual dengan membuat formulir yang berisi tentang, tipe artikel,

nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penilitian

dan lain-lain.
C. Populasi, sampel dan teknik sampling

1. Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penilitian ini adalah jurnal

nasional yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kelancaran ASI ibu post partum hari pertama di rumah sakit. Jurnal yang

dapat diproses keseluruhan teks dan di saring jurnal yang berkaitan

dengan variabel independen.

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi yang dapat di pergunakan sebagai

subjek penilitian melalui total sampling. Sebagai contoh sampel dalam

penilitian ini 10 artikel sesuai dengan kriteria inklusif dan jurnal yang di

pakai jurnal nasional yang berkaitan dengan judul penilitan “Faktor-faktor

yang berhubungan dengan kelancaran produksi ASI ibu post partum hari

pertama di rumah sakit.

3. Teknik sampling

Pengambilan sampel pada penilitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang di kehendaki

penilitian (tujuan dan masalah dalam penilitian), sehingga sampel dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah di ketahui sebelumnya.

Berdasarkan karakteristik populasi yang telah diketahui maka, di buat

kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah semua aspek yang
harus ada dalam semua penilitian yang akan kita review dan kriteria

akskulasi adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan sebuah penilitian

menjadi tidak layak untuk direview, sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Artikel penilitian nasional dan internasional yang berkaitan dengan

faktor-faktor yang berhubungan dengan kelancaran produksi ASI

Ibu post partum hari pertama di rumah sakit.

2) Artikel penilitian di terbitkan dalam rentang waktu 7 tahun

3) Tipe artikel penilitian Review articles, research articles

4) Artikel penilitian yang dapat di akses secara penuh

b. Kriteria Eksklusif

1) Artikel penilitian nasional dan internasional yang tidak berkaitan

dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kelancaran

produksi ASI ibu post partum hari pertama di rumah sakit.

D. Variabel penilitian

Variabel penilitian adalah suatu atrubut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh

peniliti untuk di pelajari kemudian di Tarik kesimpulannya. Variabel dalam

penilitian ini meliputi:

1. Variabel Independen

Variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel dependen (Sugiyono,


2013). Variabel independen dalam penilitian ini adalah pola makan, faktor

istirahat dan perawatan payudara.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau terkait adalah variabel yang di pengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013)

variabel dependen dalam penilitian ini adalah kelancaran produksi ASI ibu

postpartum hari pertama.

E. Analisa Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstraksi data, maka

analisis data di lakukan dengan menggabungkan semua data yang telah

memenuhi kriteria inklusi menggunakan teknik secara deskriptif untuk

memberikan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kelancaran

pruduksi ASI ibu postpartum hari pertama di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai