ABSTRAK
Pendahuluan: Menyusui merupakan salah satu proses adaptasi yang dialami ibu postpartum. Bila seorang ibu dibantu
dengan baik pada saat mulai menyusui, ibu akan berhasil untuk terus menyusui. Produksi ASI yang sedikit pada harihari
pertama melahirkan menjadi kendala dalam pemberian ASI. Acupressure points for lactation merupakan solusi untuk
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Tindakan tersebut membantu memaksimalkan reseptor prolaktin dan oksitosin,
serta meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan
perbandingan antara Acupressure Points for Lactation dan pijat oksitosin dalam meningkatkan comfort dan produksi ASI
pada ibu postpartum. Metode: Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan pre-post test design with
control group. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling, sebanyak 27 ibu postpartum primipara, dibagi 3
kelompok. Kenyamanan diukur dengan GCQ (General Comfort Questionarre), produksi ASI diukur dengan Weighing
Test. Data diukur sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, kemudian dianalisa dengan ANOVA dengan α = 0,05.
Hasil: Hasil analisa untuk comfort didapatkan nilai p: 0.035 yang berarti ada perbedaan comfort yang signifi kan antara
Acupressure Points for Lactation, pijat oksitosin dan kelompok kontrol. Hasil pengukuran produksi ASI didapatkan nilai
p = 0.000 yang berarti ada perbedaan produksi ASI yang signifi kan antara Acupressure Points for Lactation, pijat
oksitosin dan kelompok kontrol. Analisis dan Diskusi: Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Acupressure Points for
Lactation dapat meningkatkan comfort dan produksi ASI pada ibu postpartum di RSUD Kabupaten Kediri. Tindakan ini
dapat digunakan sebagai intervensi alternatif dalam melakukan perawatan pada Ibu Postpartum,. Perawat perlu
mengajarkan teknik ini kepada Ibi Postpartum agar lebih mandiri dalam mengatasi masalah laktasi.
ABSTRACT
Introduction: Breastfeeding is the adaptation process experienced by postpartum mothers. If she has assisted carlier in
breastfeeding, the mothers will succeed to continue breastfeeding. In reality milk ejection very little on the fi rst days
after birth is a constraint in early breastfeeding. Acupressure points for lactation can increase milk production, help
maximize prolactin and oxytocin receptors and minimize the side effects of delaying in the breastfeeding process. The
objective of this study was to prove the difference effect of Acupressure Points for lactation and oxytocin massage to
increase milk production and comfort on postpartum mothers. Method: This study used a quasy-experiment design with
pre-post test design with control group. The sample of this study was recruited using consecutive sampling, consist of 27
mother postpartum primiparous, divided into 3 groups. Comfort was measured with GCQ, and milk production measured
with Weighing Test. Data measured before and after the intervention, and analyzed by ANOVA with α = 0.05. Results:
The results showed there was a signifi cant difference in comfort between the Acupressure Points for Lactation, oxytocin
massage and control group (p = 0.035). and there was a a signifi cant difference in milk production between the
Acupressure Points for Lactation, oxytocin massage and Control group (p = 0013). Analysis and Discussion:
Conclusion, Acupressure Points for Lactation effective to increase comfort and milk production in postpartum mothers in
Kediri District Hospital. This technique should be used as an alternative intervention in treatment of postpartum
mothers. Nurses need to teach these techniques to postpartum mothers to be more independent in reduxing the problem of
lactation.
9
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 9–19
mendukung kenaikan berat badan bayi yang melahirkan adalah saat yang sangat penting
adekuat (Binns, 2002), sehingga hal tersebut untuk keberhasilan menyusui selanjutnya.
menjadikan menyusui merupakan hal yang Pada jam-jam pertama setelah melahirkan,
dapat menimbulkan stress bagi seorang ibu dikeluarkan hormon oksitosin dan prolaktin
post partum (Anamed, 2012). yang bertanggung jawab terhadap kelancaran
Pemberian ASI secara eksklusif selama produksi ASI, jadi pada jam-jam pertama
6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun di tersebut bayi harus tetap disusui (IDAI,
samping pemberian Makanan Pendamping 2010)
ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti Penurunan produksi ASI pada harihari
merupakan salah satu intervensi efektif dapat pertama setelah melahirkan dapat disebabkan
menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin
(Sitaresmi, 2010). Target nasional untuk dan oksitosin yang sangat berperan dalam
pemberian ASI Eksklusif adalah 80%, kelancaran produksi ASI. Penelitian yang
sedangkan dari data didapatkan bahwa ibu dilakukan oleh Blair (2003) menunjukkan
yang berhasil memberi ASI secara Eksklusif bahwa pada 95 ibu postpartum yang
tercatat sebesar 61,5% pada tahun 2010. menyusui bayinya ditemukan produksi ASI-
Sementara di Jawa Timur, ibu yang memberi nya menurun jika rangsangan hisapan bayi
ASI sebesar 64.08% pada tahun 2012 dan di menurun atau berkurang. Demikian pula
Kabupaten Kediri ibu yang memberikan ASI penelitian yang dilakukan oleh Pace (2001)
sebesar 65,25% (Seksi Gizi Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa penurunan hisapan bayi
Proponsi Jawa Timur, 2013) juga menurunkan stimulasi hormon prolaktin
Dari hasil wawancara dengan Kepala dan oksitosin.
Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Kediri Ada beberapa faktor yang
didapatkan data bahwa pelaksanaan Inisiasi mempengaruhi keberhasilan laktasi baik
Menyusu Dini (IMD) belum bisa dilakukan faktor internal maupun faktor eksternal. Pada
secara optimal dan pemberian ASI seringkali hakikatnya semua wanita dapat menyusui.
tertunda diakibatkan ibu enggan untuk Jarang ada wanita yang tidak dapat menyusui
menyusui karena produksi ASI-nya belum karena kelainan patofi siologis (WHO, 2003).
keluar dan kuatir bayinya kurang ASI, Menurut WHO diperkirakan 97% wanita
sehingga bayi tersebut diberi susu formula. subur mempunyai kemampuan untuk
Dari hasil pengkajian pada 7 ibu postpartum menyusui
hari I yang sedang dirawat di Ruang Bersalin (Iglesias, 2011).
RSUD Kabupaten Kediri didapatkan, Kegagalan dalam proses menyusui
sebanyak 5 (71,43%) ibu postpartum hari I sering disebabkan karena timbulnya beberapa
yang ASI-nya belum keluar. masalah, baik masalah pada ibu maupun pada
Saat terpenting waktu menyusui adalah bayi. Masalah pada ibu yang timbul selama
beberapa hari pertama setelah melahirkan. menyusui dapat dimulai sejak sebelum
Bila seorang ibu dibantu dengan baik pada persalinan (periode antenatal), pada masa
saat ia mulai menyusui, kemungkinan ibu pasca-persalinan dini, dan masa
tersebut akan berhasil untuk terus menyusui pascapersalinan lanjut. Masalah menyusui
(Siregar A, 2004). Kenyataan di lapangan dapat pula diakibatkan karena keadaan
menunjukkan produksi dan ejeksi ASI yang khusus. Ibu mengeluhkan bayinya sering
sedikit pada hari-hari pertama setelah menangis atau menolak menyusu yang
melahirkan menjadi kendala dalam pemberian kemudian diartikan bahwa ASI-nya tidak
ASI secara dini. Menurut Cox (2006) cukup atau tidak baik sehingga menyebabkan
disebutkan bahwa ibu yang tidak menyusui diambilnya keputusan untuk menghentikan
bayinya pada hari-hari pertama menyusui menyusui (Widiasih, 2008).
disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu Rasa cemas yang disebabkan oleh
akan kurangnya produksi ASI serta perasaan takut yang tidak berdasar akan
kurangnya pengetahuan ibu tentang proses gagalnya menyusui (tidak mampu
menyusui. Dua puluh empat jam setelah menghasilkan ASI) dan tidak memiliki ASI
10
Produksi ASI Ibu dengan Intervensi Acupresure Point for Lactation (Dwi Rahayu, dkk.)
yang cukup adalah suatu alasan yang paling yaitu dengan mempengaruhi area otak,
sering dikemukakan oleh ibu yang mulai menstimulasi sekresi beta-endorphin dan
gagal menyusui, berhenti menyusui terlalu enkepalin pada otak dan spinal cord.
cepat, atau memulai pemberian makanan Pelepasan neurotransmitter mempengaruhi
tambahan sebelum makanan itu dibutuhkan. sistem imun dan sistem antinoceptive.
Dukungan psikologis akan membantu (Saputra, 2000). Endorfi n merupakan opiat
memperkuat keyakinan dari ibu bahwa dia tubuh secara alami dihasilkan oleh kelenjar
dapat berhasil menyusui (WHO, 2003). pituitary yang berguna untuk mengurangi
Sampai saat ini tidak ada bukti bahwa nyeri, mempengaruhi memori dan mood yang
terapi konvensional untuk mengatasi kemudian akan memberikan perasaan rileks
ketidakcukupan produksi ASI yang tidak (Tuner, 2010 dalam Apriany, 2010).
menimbulkan efek samping. Lebih dari Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
ribuan tahun yang lalu akupuntur telah sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai
dipromosikan untuk peningkatan produksi tulang costae kelima - keenam dan
ASI. Pada saat ini, banyak penelitian tentang merupakan usaha untuk merangsang hormon
Traditional Chinese Acupuncture (TCA) prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan
untuk mengatasi ketidakcukupan produksi (Biancuzzo, 2003; Yohmi & Roesli, 2009).
ASI, akan tetapi semua penelitian tersebut Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan
tidak menggunakan kelompok kontrol. Untuk hormon oksitosin yang dapat menenangkan
evaluasi klinik yang lebih kredibel, ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar.
diperlukan kelompok kontrol dalam Peningkatan rasa nyaman merupakan
penelitian ini (Watson, 1991). Dalam salah satu tujuan dari comfort theory yang
penelitian ini, peneliti melakukan intervensi dikembangkan oleh Kolcaba. Kolcaba
acupressure point for lactation dan pijat menyatakan bahwa perawatan untuk
oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI meningkatkan kenyamanan memerlukan
dengan pendekatan comfort theory dari sekurangnya tiga tipe intervensi comfort
Kolcaba. yaitu: teknis pengukuran kenyamanan,
Teknik acupressure points for lactation coaching (mengajarkan) dan comfort food for
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi the soul (Kolcaba, 2011). Pada penelitian ini,
ketidaklancaran produksi ASI (Anamed, intervensi yang digunakan oleh penelti adalah
2012). Tindakan tersebut dapat membantu comfort food for the soul, terapi untuk
memaksimalkan reseptor prolaktin dan kenyamanan pasien yang meliputi pemijatan.
oksitosin serta meminimalkan efek samping Dalam hal ini peneliti mengaplikasikan teknik
dari tertundanya proses menyusui oleh bayi acupressure point for lactation dan pijat
(Evariny, 2008). Acupressure points for oksitosin untuk memberikan stimulasi
lactation juga dapat meningkatkan perasaan kutaneus yang diharapkan akan meningkatkan
rileks pada ibu postpartum. Acupressure kenyamanan pasien, merangsang keluarnya
points for lactation melalui titik meridian oksitosin, sehingga terjadi peningkatan
sesuai dengan organ yang akan dituju dapat produksi ASI.
membantu mengurangi rasa
ketidaknyamanan. Akupresur akan
meningkatkan kadar endorfi n dalam darah BAHAN DAN METODE
maupun sistemik. Stimulasi akupresur dapat Desain penelitian ini adalah quasi
membawa hubungan subtansi untuk eksperimen dengan rancangan pre-post test
pelepasan zat yang mampu menghambat with control group. Teknik pengambilan
sinyal rasa sakit ke otak. Efek rangsangan sampel adalah consecutive sampling,
titik akupresur dapat melalui saraf dan dapat sebanyak 27 ibu postpartum primipara, dibagi
melalui transmiter humoral yang belum dapat 3 kelompok (kelompok acupressure points
diterangkan dengan jelas (Garret et al. 2003, for lactation, pijat oksitosin, dan kelompok
dalam Apriany, 2010;Saputra, 2000). Teori kontrol) dengan kriteria inklusi: 1) bayi tidak
neurotransmitter yang menghasilkan endorfi n diberikan susu formula pada saat dilakukan
11
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 9–19
penelitian; 2) refl ek hisap bayi baik kenyamanan dan produksi ASI, setelah itu
(dilakukan penilaian dengan instrumen dilakukan tindakan (pijat oksitosin dan
LATCH), 3) BB bayi > 2500 gram; 4) ibu dan acupressure points for lactation pada tiap-tiap
bayi dirawat dalam 1 ruang (rawat gabung), kelompok) tiap 2 hari sekali selama 2 minggu
5) bentuk puting pada kedua payudara ibu (6 kali tindakan), setelah tindakan selesai
menonjol. Kriteria eksklusi dalam penelitian dilakukan pengukuran kenyamanan dan
ini adalah: 1) ibu mengalami komplikasi produksi ASI.
persalinan (misalnya perdarahan postpartum,
infeksi postpartum), 2) ibu postpartum
dengan gangguan anatomi payudara HASIL
(misalnya puting masuk/datar), 3) bayi yang Usia merupakan salah satu faktor
dilahirkan meninggal. fisiologis yang secara langsung dapat
Pengumpulan data menggunakan mempengaruhi proses pengeluaran ASI.
General Comfort Questionarre (GCQ) untuk Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa
kenyamanan dan weighing test untuk dari 27 responden, sebagian besar berada
produksi ASI. Pre-test dilakukan pada pada rentang usia 21-30 tahun yaitu sebanyak
kelompok kontrol terlebih dahulu dengan 77,78%, di mana pada usia ini merupakan
melakukan pengukuran kenyamanan, setelah usia produktif dan waktu yang tepat untuk
itu dilakukan follow up tiap 2 hari selama 2 hamil dan melahirkan serta merupakan usia
minggu, setelah itu dilakukan post-test pada yang paling baik dalam memproduksi ASI
kelompok kontrol. Pada kelompok pijat (Biancuzzo, 2003). Dalam penelitian ini,
oksitosin dan acupressure points for seluruh responden berada dalam rentang usia
lactation, sebelumnya dilakukan pengukuran produktif untuk memproduksi ASI.
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
Pijat Acupressure Uji Pijat Acupressure
Karakteristik Kontrol Points for Kontrol Points for
Oksitosin Lacatation Homogenitas OksitosinLacatation
f % f % f %
Usia
≤ 20 tahun 2 22 3 33 2 22 p = 0.122
21–30 tahun 7 78 6 67 7 78
Pendidikan
SD 2 22 2 22 1 12
SMP 2 22 4 44 4 44 p = 0.750
SMA 5 56 3 34 4 44
IMT
Normal 7 78 5 56 3 33 p = 0.331
Overweight 2 22 4 44 6 67
BBL (Gram)
2500–3000 2 22 4 44 5 56
3001–3500 6 67 4 44 2 22 p = 0.648
3501–4000 1 11 1 12 2 22
12
Produksi ASI Ibu dengan Intervensi Acupresure Point for Lactation (Dwi Rahayu, dkk.)
13
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 9–19
antara 25004000 gram, sehingga faktor berat kelompok acupressure points for lactation
badan bayi dianggap tidak berpengaruh tidak ada perbedaan yang signifi kan.
terhadap variabel dependen. Tabel 5 menunjukkan hasil uji statistik
Berdasarkan uji homogenitas berat perbedaan peningkatan produksi ASI antara 3
badan bayi saat lahir responden antara kelompok, yang didapatkan bahwa ada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan perbedaan yang signifi kan antara kelompok
menggunakan kruskall walis didapatkan p = kontrol dan kelompok acupressure points for
0,648 yang berarti bahwa distribusi berat lactation, dengan didapatkan nilai p = 0,004
badan bayi saat lahir antara kelompok kontrol (p < 0,05). hasil yang tidak signifi kan antara
dan kelompok perlakuan homogen, sehingga kelompok kontrol dan kelompok pijat
variasi faktor berat badan bayi saat lahir pada oksitosin, dengan nilai p = 0.349 (p > 0.05),
kelompok responden dianggap tidak dan perbedaan yang signifi kan antara
berpengaruh terhadap variabel dependen. kelompok acupressure points for lactation
Dari hasil uji statistik dengan uji dan kelompok pijat oksitosin, dengan nilai p
statistik parametrik ANOVA pada tabel 2 = 0.037 (p < 0,05).
didapatkan ada perbedaan antara kelompok
acupressure points for lactation, pijat
oksitosin dan kelompok yang tidak dilakukan PEMBAHASAN
perlakuan dengan nilai p = 0,035 (p < 0,05). Pengukuran kenyamanan yang
Untuk mengetahui kelompok mana yang dilakukan kepada responden sebelum
berbeda dilanjutkan dengan uji LSD pada diberikan tindakan pijat oksitosin dan
tabel 3 yang menunjukkan ada perbedaan acupressure points for lactation didapatkan
kenyamanan yang signifi kan antara peningkatan kenyamanan pada responden.
kelompok kontrol dan kelompok acupressure Akan tetapi ada sebagian responden yang
points for lactation, dengan nilai p: 0.011 (p mengalami penurunan kenyamanan hal ini
< 0,05). Namun, antara kelompok kontrol dan dikarenakan ibu mengalami puting lecet. Pada
pijat oksitosin serta pijat oksitosin dengan kelompok kontrol terdapat 3 responden yang
14
Produksi ASI Ibu dengan Intervensi Acupresure Point for Lactation (Dwi Rahayu, dkk.)
15
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 9–19
(Biancuzzo, 2003). Ibu yang menghasilkan et al., 2003, dalam Apriany, 2010; Saputra,
cukup ASI pada penelitian Pudjiaji (2005) 2000).
yaitu ibu yang berumur 19–23 tahun Hal tersebut didukung oleh teori gate
dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya control, di mana dalam teori tersebut
lebih dari 35 tahun. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perangsangan pada suatu
diperkuat oleh Suraatmadja (2009) titik acupoint pada suatu jalur meridian akan
menyatakan bahwa ibu yang umurnya lebih diteruskan oleh serabut saraf A-Beta
muda lebih banyak memproduksi ASI berdiameter besar menuju saraf spinal yang
dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. kemudian dalam medulla spinalis terdapat
Penjelasan di atas memberikan gambaran subtansi gelatinosa bekerja sebagai gate
bahwa dalam penelitian ini, salah satu faktor control sebelum diteruskan oleh serabut saraf
yang berpengaruh terhadap produksi ASI aferen menuju sel-sel transmisi, sel transmisi
adalah faktor usia. menyalurkan ke sistem saraf pusat dengan
Ibu-ibu postpartum dalam penelitian ini menurunkan rasa ketidaknyamanan (Hakam,
tinggal di kalangan yang sudah cukup modern Krisna & Tutik, 2009).
dan tidak mengenal mitos-mitos mengenai Pijatan yang dilakukan dalam
hal-hal untuk memperbanyak produksi ASI. akupresur akan menghilangkan ketegangan
Makanan yang disediakan oleh pihak rumah dan dapat menyebabkan relaksasi otot tubuh
sakit dikonsumsi oleh ibu. Namun dalam (Gach, 1990; Hongzhu, 2002). Hal ini akan
penelitian ini tidak dilihat kadar yang memberi rasa enak dan nyaman yang berarti
terkandung dalam makanan yang dikonsumsi secara psikis memberi dampak positif bagi
oleh ibu. Setelah dilakukan follow up di rasa tenang, nyaman, rileks dan stres yang
rumah sampai dengan 6 kali kunjungan menurun (Adikara, 1998). Gach (1990)
selama 2 minggu, didapatkan hasil bahwa menyatakan bahwa pijatan akupresur akan
seluruh responden tidak membatasi makanan menstimulasi peningkatan morphin tubuh
tertentu, makanan yang dikonsumsi oleh yaitu endorfi n. Suasana yang nyaman, tenang
responden termasuk makanan yang tinggi dan rileks akan mendatangkan emosi positif
kalori dan tinggi protein, di mana jenis yang dapat meningkatkan sekresi
makanan ini juga merupakan salah satu faktor neurotransmiter endorphin melalui POMC
yang dapat meningkatkan produksi ASI. yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit
Hasil penelitian didapatkan bahwa pada dan pengendali sekresi CRF secara berlebihan
kelompok responden yang dilakukan tindakan (Sholeh, 2006). Respons positif ini melalui
acupressure points for lactation terdapat jalur HPA akan merangsang hipotalamus
peningkatan comfort yang signifi kan menurunkan sekresi CRF yang diikuti
dibandingkan dengan kelompok yang lain. penurunan ACTH, dan medula adrenal akan
Hal ini dikarenakan pada kelompok yang merespons dengan menurunkan sekresi
dilakukan akupresur akan menjadi lebih rileks katekolamin, kemudian tahanan perifer dan
dan merasa lebih nyaman. cardiac output akan menurun sehingga
Acupressure points for lactation tekanan darah menurun (Putra, 2005).
melalui titik meridian sesuai dengan organ Keadaan relaksasi yang dirasakan oleh ibu
yang akan dituju dapat membantu tersebut akan meningkatkan kenyamanan ibu
mengurangi rasa ketidaknyamanan. sehingga semakin meningkatkan refl ek let
Akupresur akan meningkatkan kadar endorfi down dan meningkatkan jumlah hormon
n dalam darah maupun sistemik. Stimulasi prolaktin dan oksitosin.
akupresur dapat membawa hubungan subtansi Acupressure points for lactation
untuk pelepasan zat yang mampu merupakan tindakan yang berfungsi
menghambat sinyal rasa sakit ke otak. Efek merangsang diproduksinya hormon prolaktin
rangsangan titik akupresur dapat melalui saraf dari otak. Hormon ini yang mempengaruhi
dan dapat melalui transmiter humoral yang banyak sedikitnya ASI. Dengan dilakukannya
belum dapat diterangkan dengan jelas (Garret acupressure points for lactation di titik-titik
tertentu yang sesuai dengan acupoints pada
16
Produksi ASI Ibu dengan Intervensi Acupresure Point for Lactation (Dwi Rahayu, dkk.)
17
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 9–19
18
Produksi ASI Ibu dengan Intervensi Acupresure Point for Lactation (Dwi Rahayu, dkk.)
Garret et. al. 2003. Treating nausea and Novianti, R. 2009. Cara dahsyat memberikan
vomiting in palliative care: a review. ASI untuk bayi sehat dan cerdas.
Clinical intervention; (6). 243–295. Yogyakarta: Octopus.
Hakam, M., Krisna dan Tutik. 2009. Pace, B. 2001. Breastfeeding. The Journal of
Intervensi spiritual emotional freedom the American Medical Association.
technique (seft) untuk mengurangi rasa Poedianto, 2002. Kiat sukses menyusui.
nyeri pasien kanker. Makara, Jakarta: Aspirasi Pemuda.
Kesehatan, 13 (2), 95–99. Pudjiadi, 2005. Ilmu gizi klinis pada anak.
Hongzhu, J. 2000. Chinese tuina (Massage). Edisi 4. Jakarta: FK UI
China: Shanghai University of Putra, S.T 2005. Psikoneuroimunologi
Traditional Chinese Medicine. kedokteran. Surabaya: Graha
Iglesias S. M. Gonzales, Cuesta, Argelles, masyarakat Ilmiah Kedokteran
Zarnello, Riva. 2011. Effectiveness of Fakultas Kedokteran Universitas
an implementation strategy for a Airlangga Press.
breastfeeding guideline in primary Riordan J & Aurbach, K. G, 2010.
care: cluster randomized trial. BMC Breastfeeding and Human Lactation.
Family Practice, 1–8. London: Jones an barlett Publishers
Indriyani, D. 2006. Pengaruh menyusui dini International.
dan teratur terhadap produksi ASI Saputra, K. 2000. Akupunktur dalam ilmu
pada ibu post partum dengan Sectio kedokteran. Surabaya: Airlangga
caesarea di RSUD Dr. Soebandi University Press.
Jember dan Dr. H. Koesnadi Saputra dkk, 2000. Akupunktur klinis.
Bondowoso. Tesis. Depok: FIK UI. Cetakan I. Surabaya: Airlangga
JM, W. 2011. Maternal prepregnancy body University Press.
mass index and initiation and duration Sholeh, M. 2006, Pelatihan sholat tahajud:
of breastfeeding: a review of the menyembuhkan berbagai penyakit.
literature, Journal Women Health, 341– Cetakan XXI. November 2006. Mizan
7. Medika Utama. Bandung.
King, F.S. 2003. Nutrition for developing Siregar. 2004. Pemberian ASI eksklusif dan
countries. New York: Oxfort faktor-faktor yang mempengaruhinya.
University Diakses tanggal 27 april 2013 http://
Press Inc repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
Kolcaba, 2011. Comfort theory kolcba. http. 89/32726/1/fkm-arifi n4.pdf
currentnursing.com. Diakses pada Tackett, K. 2007. A new paradigm for
tanggal 26 September 2013. depression in new mothers: The control
Kramer, M, Kakuma, R. 2002. The optimal role of infl ammation and low
duration of exclusive breastfeeding. A breastfeeding and anti-inflammatory
systematic review, WHO, Switzerland. treatments protect maternal mental
Lawrence, R.A. 2004. Breastfededing a guide health. International Breastfeeding
for the medical profession. St Louis: Journal, 2–6.
Cv Mosby. Watson, K, 1991. The philosophical basis of
Linkages, 2009. Melahirkan, memulai traditional chinese medicine and the
pemberian ASI dan tujuh hari pertama implication of its clinical evaluation.
setelah melahirkan. Diambil dari http:// Journal of Chinese Medicine. (36).
www.linkagesproject.org. Diakses 199: 14–17.
tanggal 26 September 2013. Welford, H. 2009. Menyusui bayi anda.
Moore, E. R., Coty, M.B. 2006. Prenatal and Jakarta: Dian Rakyat
postpartum focus groups with WHO, 2003. Protecting promoting and
primiparas, breastfeeding attitudes, supporting breastfeeding: The special
support, barriers, self-efficacy, and role of maternity services. A join
intention. Journal Pediatrics Health WHO/ UNICEF statement. Genewa:
Care, 20, 35–46. World Health Organization.
19
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 9–19
20