Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.

2 Tahun 2017

NAMA : SUGIYANTI

NPM : 200102185P

KELAS : B

P (PASIEN) Di Indonesia pada tahun 2014 cakupan ASI Ekslusif masih di bawah target nasional 80% yaitu
52,3%, kemudian di Propinsi Jawa Tengah sebesar 60 %. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014 : 114).
Sedangkan di kabupaten Boyolali pada tahun 2014 cakupan ASI eksklusif hanya mencapai 15,6 %
dan untuk cakupan ASIEksklusif di kecamatan Cepogo 65,1 %. Indikator angka kematian yang
berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB),
dan Angka Kematian Balita (AKABA). Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG’s 2015
yaitu sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi
bayi baru lahir / neonatal menjadi prioritas utama. Adapun indikator kesehatan anak salah satunya
ASI Eksklusif.

I (INTERVENSI) Penelitian yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen dengan rancangan post test only
control group desain. Dimana dalam penelitian ada 2 kelompok kontrol dan perlakukan, yang
semuanya akan diamati di akhir. (Notoatmodjo, 2005). Kelompok kontrol adalah ibu nifas dengan
breast care dan kelompok perlakuan adalah ibu nifas dengan pijat oksitosin. Responden adalah ibu
nifas hari ke-1 dan ke-2 yang diberikan breast care untuk kelompok kontrol dan diberikan pijat
oksitosin untuk kelompok perlakuan 2x sehari kemudian diobservasi produksi ASI-nya pada hari
ke-4. Responden sejumlah30 ibu nifas, diambil dengan tehnik purposive samplingterdiri dari 15
ibu nifas dengan breast care dan 15 ibu nifas dengan pijat oksitosin. Analisis data menggunakan
independet t test menunjukkan nilai t-hit (4,000) > t-tab (2,048) atau nilai ρ(0,000) < 0,05 yang
artinya ada perbedaan produksiASI pada ibu post partum dengan Pijat Oksitosin dan Breast Care
dimana produksi ASI pada ibu post partum dengan Pijat Oksitosin lebih lancar dibandingkan
produksi ASI pada ibu post partum dengan Breast Care (mean 5,33 > 4,00).

C (COMPRENSI) Pemberian ASI eksklusif diberikan kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan sangat penting
karena ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi. Komposisinya tepat
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, melindungi dari berbagai penyakit, infeksi,
mempererat hubungan batin ibu dan bayi sehingga bayi akan lebih sehat dan cerdas. Namun pada
beberapa ibu proses pemberian air susu ibu (ASI) bisa saja mengalami hambatan dengan alasan

1
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

produksi ASI berhenti. Persoalan ini dialami oleh banyak ibu menyusui, tidak semua ibu menyusui
melakukan dengan benar, ada yang memberi makanan padat atau susu formula sebelum bayi
berusia empat atau enam bulan ataupun ibu mengalami stress atau cemas yang berkepanjangan.
(Utami, 2005: 10). Upaya atau rangsangan untuk meningkatkan produksi ASI banyak di lakukan
adalah breast care. Sementara ada metode baru yaitu pijat oksitosin yang dapat dilakukan oleh
keluarga terutama suami karena selain dapat meningkatkan hormon oksitosin juga memberikan
kenyamanan bagi ibu pada saat menyusui. (Suherni, dkk. 2007).

Manfaat breast care post partumantara lain melancarkan reflex pengeluaran ASI atau refleks let
down, cara efektif meningkatkan volume ASI peras/perah, serta mencegah bendungan pada
payudara/payudara bengkak. (Roesli, 2008). Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan oleh
suami pada ibu menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk meningkatkan
pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami akan memberikan
kenyamanan pada ibu sehingga akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui (Suherni,
dkk, 2007). Menurut Suherni dkk, 2007 manfaat pijat oksitosin adalah membantu ibu secara
psikologis,menenangkan, tidak stress; membangkitkan rasa percaya diri; membantu ibu agar
mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya, meningkatkan produksi ASI;

memperlancar ASI; melepas lelah, ekonomis serta praktis.

O (Hasil) Produksi ASI pada ibu post partum dengan Pijat Oksitosin sebagian besar lancar sebanyak 12
responden (80 %) dan yang tidak lancar sebanyak 3 responden (20 %).

Produksi ASI pada ibu post partum dengan Breast Care mayoritas tidak lancar sebanyak 10
responden (66,7 %) dan sebanyak 5 responden (33,3%) tidak lancar.

2
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

PERBEDAAN METODE PIJAT OKSITOSIN DAN BREAST CARE


DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM
(Dibiayai oleh Kemristekdikti Tahun Anggaran 2017
No. 082/K6/KM/SP2H/PENELITIAN/2017)

Titik Wijayanti, Atik Setiyaningsih

Prodi D3 Kebidanan STIKES Estu Utomo Boyolali


titikeub.tw@gmail.com

ABSTRAK
Cakupan ASI Eksklusif di Boyolali pada tahun 2014 masih dibawah target
nasional 80% yaitu 15,6 %, demikian juga di Cepogo sebesar 65,1% (Profil
Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2014). Banyak faktor yang mempengaruhi
rendahnya cakupan ASI Eksklusif, salah satunya adalah faktor rangsangan yang
berupa perawatan payudara. Apabila seorang ibu nifas diberi rangsangan berupa
metode breast care secara rutin akan membantu meningkatkan produksi ASI
sehingga ibu bisa menyusui secara eksklusif. (Soetjiningsih, 2010). Faktor
rangsangan yang lain adalah dengan melakukan pemijatan di daerah tulang
belakang untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin sehingga produksi
ASI meningkat serta untuk meningkatkan kenyamanan ibu saat menyusui.
(Suherni, dkk, 2007).
Penelitian yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen dengan rancangan
post test only control group desain. Dimana dalam penelitian ada 2 kelompok
kontrol dan perlakukan, yang semuanya akan diamati di akhir. (Notoatmodjo,
2005). Kelompok kontrol adalah ibu nifas dengan breast care dan kelompok
perlakuan adalah ibu nifas dengan pijat oksitosin. Responden adalah ibu nifas hari
ke-1 dan ke-2 yang diberikan breast care untuk kelompok kontrol dan diberikan
pijat oksitosin untuk kelompok perlakuan 2x sehari kemudian diobservasi
produksi ASI-nya pada hari ke-4. Responden sejumlah 30 ibu nifas, diambil
dengan tehnik purposive sampling terdiri dari 15 ibu nifas dengan breast care
dan 15 ibu nifas dengan pijat oksitosin.
Analisis data menggunakan independet t test menunjukkan nilai t-hit (4,000) > t-
tab (2,048) atau nilai ρ (0,000) < 0,05 yang artinya ada perbedaan produksi ASI
pada ibu post partum dengan Pijat Oksitosin dan Breast Care dimana produksi
ASI pada ibu post partum dengan Pijat Oksitosin lebih lancar dibandingkan
produksi ASI pada ibu post partum dengan Breast Care (mean 5,33 > 4,00).

Kata Kunci : Produksi ASI, Pijat Oksitosin, Breast Care.

PENDAHULUAN cerdas, dan berkualitas serta untuk

menurunkan angka kematian anak.


Upaya pemeliharaan kesehatan
Upaya pemeliharaan kesehatan anak
anak ditujukan untuk mempersiapkan
dilakukan sejak janin masih dalam
generasi yang akan datang yang sehat,

3
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

kandungan, dilahirkan,setelah mencapai tumbuh kembang optimal


dilahirkan, dan sampai berusia 18 yaitu pemberian ASI segera dalam
(delapan belas) tahun. Upaya waktu 30 menit setelah bayi lahir,
kesehatan anak antara lain diharapkan pemberian ASI eksklusif, pemberian
mampu menurunkan angka kematian MP-ASI sejak bayi berusia 6 – 24
anak. Indikator angka kematian yang bulan serta meneruskan pemberian
berhubungan dengan anak yakni ASI sampai 24 bulan.(Depkes, 2011)
Angka Kematian Neonatal (AKN), Di Indonesia pada tahun 2014
Angka Kematian Bayi (AKB), dan cakupan ASI Ekslusif masih di bawah
Angka Kematian Balita (AKABA). target nasional 80% yaitu 52,3 %,
Untuk mencapai target penurunan kemudian di Propinsi Jawa Tengah
AKB pada MDG’s 2015 yaitu sebesar sebesar 60 %. (Profil Kesehatan
23 per 1.000 kelahiran hidup maka Indonesia, 2014 : 114). Sedangkan di
peningkatan akses dan kualitas kabupaten Boyolali pada tahun 2014
pelayanan bagi bayi baru lahir / cakupan ASI eksklusif hanya
neonatal menjadi prioritas utama. mencapai 15,6 % dan untuk cakupan
Adapun indikator kesehatan anak ASI Eksklusif di kecamatan Cepogo
salah satunya ASI Eksklusif. (Profil 65,1 %. (Profil Kesehatan Kab.
Kesehatan Indonesia, 2014 : 106). Boyolali, 2014).
ASI eksklusif harus diberikan Pemberian ASI eksklusif diberikan
dalam 6 bulan pertama, dengan kepada bayi sejak lahir sampai usia 6
demikian bayi akan mencapai bulan sangat penting karena ASI
tumbuh kembang yang optimal. adalah satu-satunya makanan dan
WHO/ UNICEF merekomedasi empat minuman terbaik untuk bayi.
hal yang harus diperhatikan dalam Komposisinya tepat untuk

4
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

pertumbuhan dan perkembangan bayi, dimana apabila hati ibu senang,


melindungi dari berbagai penyakit, bahagia maka produksi ASI akan
infeksi, mempererat hubungan batin melimpah. Faktor rangsangan
ibu dan bayi sehingga bayi akan lebih berupa perawatan payudara dengan
sehat dan cerdas. Namun pada metode breast caresecara rutin juga
beberapa ibu proses pemberian air akan membantu meningkatkan
susu ibu (ASI) bisa saja mengalami produksi ASI sehingga ibu bisa
hambatan dengan alasan produksi menyusui secara eksklusif.
ASI berhenti. Persoalan ini dialami (Soetjiningsih, 2010). Faktor
oleh banyak ibu menyusui, tidak rangsangan yang lain adalah dengan
semua ibu menyusui melakukan melakukan pemijatan di daerah tulang
dengan benar, ada yang memberi belakang untuk meningkatkan
makanan padat atau susu formula pengeluaran hormon oksitosin
sebelum bayi berusia empat atau sehingga produksi ASI meningkat
enam bulan ataupun ibu mengalami serta untuk meningkatkan
stress atau cemas yang kenyamanan ibu saat menyusui.
berkepanjangan. (Utami, 2005: 10). (Suherni, dkk, 2007).
Banyak faktor yang Upaya atau rangsangan untuk
mempengaruhi rendahnya cakupan meningkatkan produksi ASI yang
ASI Eksklusif diantaranya banyak di lakukan di BPM baru
pengetahuan, sosial budaya, breast care, termasuk di BPM Ngudi
psikologis, fisik ibu, Raharjo Cepogo milik bidan Paryati,
perilaku/rangsangan dan tenaga Amd.Keb. Itupun hanya dilakukan di
kesehatan. Dari faktor psikologis ibu, klinik dan ketika pasien sudah pulang
akan berkaitan dengan produksi ASI, biasanya tidak lagi dilakukan karena

5
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

kendala kurangnya pengetahuan dari down, cara efektif meningkatkan


keluarga. Sementara ada metode baru volume ASI peras/perah, serta
yaitu pijat oksitosin yang dapat mencegah bendungan pada
dilakukan oleh keluarga terutama payudara/payudara bengkak. (Roesli,
suami karena selain dapat 2008).
meningkatkan hormon oksitosin juga Pijat oksitosin adalah tindakan
memberikan kenyamanan bagi ibu yang dilakukan oleh suami pada ibu
pada saat menyusui. (Suherni, dkk. menyusui yang berupa back massage
2007). pada punggung ibu untuk
Breast care post partum adalah meningkatkan pengeluaran hormon
perawatan payudara pada ibu setelah oksitosin. Pijat oksitosin yang
melahirkan sedini mungkin. dilakukan oleh suami akan
Perawatan payudara adalah suatu memberikan kenyamanan pada ibu
kegiatan yang dilakukan secara sadar sehingga akan memberikan
dan teratur untuk memelihara kenyamanan pada bayi yang disusui
kesehatan payudara dengan tujuan (Suherni, dkk, 2007). Menurut
untuk mempersiapkan laktasi pada Suherni dkk, 2007 manfaat pijat
waktu post partum. Adapun oksitosin adalah membantu ibu secara
pelaksanaan breast care post partum psikologis,menenangkan, tidak stress;
ini dilakukan pada hari ke 1 – 2 membangkitkan rasa percaya diri;
setelah melahirkan minimal 2 kali membantu ibu agar mempunyai pikiran
dalam sehari. dan perasaan baik tentang bayinya,

Manfaat breast care post partum meningkatkan produksi ASI;

antara lain melancarkan refleks memperlancar ASI; melepas lelah,

pengeluaran ASI atau refleks let ekonomis serta praktis.

6
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

Rendahnya cakupan ASI Eksklusif Kabupaten Boyolali dari bulan Maret


disebabkan karena kurangnya - Juni 2017. Penelitian yang
produksi ASI. Produksi ASI dapat digunakan adalah penelitian pra
ditingkatkan dengan pemberian eksperimen dengan rancangan post
rangsangan pada payudara. test only control group desain.
Rangsangan tersebut dapat berupa Dimana dalam penelitian ada 2
breast care ataupun pijat oksitosin. kelompok kontrol dan perlakukan,
Tujuan dari penelitian ini untuk yang semuanya akan diamati di akhir
menganalisis perbedaan produksi ASI (Notoatmodjo, 2005).
pada ibu post partum dengan Pijat Populasi dalam penelitian ini
Oksitosin dan Breast Care. adalah seluruh ibu post partum hari 1
Manfaat dari penelitian ini untuk dan 2 di BPM Paryati, Amd.Keb,
meningkatkan pengetahuan dan Cepogo, Boyolali dari bulan Maret -
kemampuan ibu nifas dan keluarga Juni 2017 sejumlah 60 ibu post
dalam melakukan Breast Care atau partum. Pengambilan sampel melalui
Pijat Oksitosin sebagai salah satu teknik purposive sampling atau
upaya dalam meningkatkan produksi sampel bertujuan. Tujuan peneliti
ASI serta meningkatkan cakupan ASI memilih sampel bertujuan adalah
Eksklusif di kecamatan Cepogo dan karena adanya pertimbangan bahwa
Kabupaten Boyolali pada umumnya. peneliti menggunakan 2 sampel yaitu

kelompok eksperimen (pijat


METODE PENELITIAN oksitosin) dan kelompok kontrol
Penelitian ini dilaksanakan di (breast care). Pertimbangan lain
BPM Ngudi Raharjo milik bidan adalah ibu post partum normal
Paryati, Amd.Keb, Cepogo, primipara serta bersedia dijadikan

7
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

responden. Jumlah responden adalah care adalah lembar observasi/ ceklist,


15 ibu post partum untuk kelompok variabel pijat oksitosin alatnya ceklist,
pijat oksitosin dan 15 ibu post partum sedangkan untuk variabel produksi
untuk kelompok breast care, ASI adalah lembar observasi. Data
sehingga jumlah sampel keseluruhan yang digunakan ada data primer baik
ada 30 ibu post partum. Penelitian untuk variabel produksi ASI, breast
dilakukan dengan memberikan pijat care maupun pijat oksitosin.
oksitosin dan breast care pada masing Setelah semua data terkumpul,
kelompok pada post partum hari ke 1 akan dilakukan uji prasyarat analisi
dan 2 dengan frekuensi 2x/hari. terlebih dahulu yaitu uji normalitas
Peneliti ingin mengidentifikasi dengan rumus Kolmogorov-Smirnov
perbedaan metode breast care dan dimana data dapat dikatakan normal
pijat oksitosin dalam meningkatkan apabila probabilitas (sig) > 0,05.
produksi ASI pada ibu post partum Berdasarkan hasil perhitungan dengan
dengan memberikan perlakukan pada SPSS didapatkan hasil nilai
2 kelompok ibu post partum 1 – 2 hari probabilitas (sig) adalah 0,685 > 0,05
, 1 kelompok diberi perlakukan breast artinya data penelitian berdistribusi
care dan 1 kelompok diberi normal.
perlakukan pijat oksitosin kemudian Selanjutnya data juga akan diuji
pada hari ke – 4 dilihat produksi ASI- homogenitasnya dengan rumus One
nya dimana pada hari ke-4 produksi Way Anova dimana data dapat
ASI peralihan dimulai. dikatakan homogen/ sama apabila

nilai signifikansinya > 0,05.


Alat yang digunakan untuk Berdasarkan hasil perhitungan dengan
pengumpulan data varibale breast SPSS didapatkan hasil nilai

8
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

signifikansi adalah 0,089 > 0,05 Berdasarkan tabel 1, menunjukkan


artinya varian data penelitiannya bahawa produksi ASI pada ibu
homogen/ sama. post partum dengan pijat oksitosin
Terakhir kemudian dilakukan sebagian besar dalam kategori
analisis data dengan menggunakan lancar sebanyak 12 responden atau
independet t test (Riwidigdo, H; 80 % dan hanya 3 responden
2008). (20%) yang produksi ASInya

kurang lancar. Sedangkan untuk


HASIL DAN PEMBAHASAN produksi ASI pada ibu post partum
1. Hasil dengan breast care sebagian besar
Distribusi frekuensi produksi ASI dalam kategori lancar sebanyak 8
pada ibu post partum dengan Pijat responden atau 53,3 % dan 7
Oksitosin dan Breast Care dapat di responden (46,7 %) produksi
lihat pada tabel di bawah ini. ASInya tidak lancar.

Tabel 1 Hasil uji statistik perbedaan


Distribusi Frekuensi Produksi ASI
Pada Ibu Post Partum produksi asi dengan pada ibu post
PRODUKSI PIJAT OKSITOSIN BREAST CARE
NO partum dengan Pijat Oksitosin dan
ASI JML % JML %
1 Lancar 12 80 8 53,3 %
2 Tidak lancar 3 20 7 46,7 % Breast Care, dapat di lihat pada
Total 15 100 15 100
tabel di bawah ini.
Sumber: Data Primer, 2016

Tabel 2
Group Statistics
Std. Std. Error
Kelompok N Mean Deviation Mean
Nilai 1 1 5.3 .976 .252
2 5 3 .845 .218
9
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

1 4.0
5 0

10
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidenc
Std. e Interval
Sig Mean Erro of the
. Differe r Difference
F Sig. t df (2- n ce Diff Lower Upper
tailed) e
renc
e
Nilai Equal variances
1.577 . 4.000 28 .000 1.333 .333 .651 2.016
assumed
220
Equal variances
4.000 27.440 .000 1.333 .333 .650 2.017
not assumed

Hasil analisis data dengan (20 %) pada kelompok pijat


independent t test di atas oksitosin produksi ASInya tidak
menunjukkan bahwa rata-rata lancar, demikian juga pada
produksi ASI pada kelompok 1 kelompok breastcare terdapat 7
(pijat oksitosin) lebih lancar responden (46,7 %) produksi
dibandingkan dengan kelompok 2 ASInya tidak lancar. Hal ini
(breast care) yaitu 5,33 > 4,00 dipengaruhi oleh beberapa faktor
serta nilai thit > ttab (4,00 > 2,048) yang sudah penulis identifikasi
atau nilai ρ : 0,000 < 0,05 yang diantaranya adalah berat badan
artinya ada perbedaan antara rata lahir dan psikologis ibu (post
– rata produksi ASI pada ibu post partum blues). Hal ini sesuai teori
partum dengan pijat oksitosin dan bahwa berat badan lahir
breast care. mempengaruhi produksi ASI, di
2. Pembahasan mana hal ini berkaitan dengan
Dari hasil penelitian diatas kekuatan untuk mengisap,
diketahui terdapat 3 responden frekuensi, dan lama
penyusuan yang lebih sedikit dibandingkan dengan breast care
dibanding bayi dengan berat post partum. Hal ini sesuai dengan
badan lebih besar. ASI semakin teori yang menyatakan bahwa
sering disedot bayi, semakin produksi ASI dipengaruhi oleh
banyak ASI yang faktor rangsangan yaitu pijat
diproduksi.Semakin jarang bayi oksitosin atau breascare post
menyusu, semakin sedikit ASI partum. Faktor rangsangan dapat
yang diproduksi. Jika bayi berupa isapan bayi serta
berhenti menyusu, maka payudara perawatan fisik yaitu perawatan
juga akan berhenti memproduksi payudara (breast care) dan pijat
ASI. (Rusli, U, 2008). Kemudian oksitosin. Dengan adanya
psikologi ibu dalam hal ini post perawatan payudara pada hari-hari
partum blues juga mempengaruhi pertama masa nifas dapat
produksi ASI, dimana ibu yang melancarkan aliran darah pada
cemas dan stres dapat payudara, selanjutnya dapat
mengganggu laktasi sehingga mengurangi tekanan intraduktal
mempengaruhi produksi ASI yang diakibatkan oleh ASI yang
karena menghambat pengeluaran terkumpul pada duktus laktiferus
ASI. Pengeluaran ASI kemudian penarikan pada puting
akan berlangsung baik pada ibu susu dapat melenturkan dan
yang merasa rileks dan nyaman membuka duktus laktiferus,
(Rusli, U, 2008). sehingga memudahkan bayi untuk
Dari hasil analisis data diketahui mengisap ASI. Penarikan puting
bahwa pijat oksitosin lebih efektif juga dapat merangsang ujung
meningkatkan produksi ASI saraf sensoris sekitar puting susu,
sehingga rangsangan ini selanjutnya air susu mengalir
dilanjutkan ke hipotalamus melalui duktus laktiferus masuk
melalui medula spinalis dan ke mulut bayi. ( Rusli, U, 2008).
mesensephalon. Hipotalamus akan Pijat oksitosi lebih efektif karena
menekan pengeluaran faktor yang dengan melakukan pemijatan
menghambat sekresi prolaktin dan sepanjang daerah tulang belakang
sebaliknya akan merangsang (vertebrae) sampai tulang costae
pengeluaran faktor yang memacu kelima-keenam akan membuat ibu
sekresi prolaktin. Faktor pemacu merasa rileks dan nyaman
sekresi prolaktin akan merangsang merangsang hormon prolaktin dan
hipofise anterior untuk oksitosin setelah melahirkan
memproduksi prolaktin. Hormon ( Purnama, 2013 ). Hal lain yang
prolaktin ini selanjutnya akan membuat pijat oksitosin lebih
merangsang sel alveoli untuk efektif adalah pemijatan dapat
membuat air susu. Kemudian dilakukan oleh suami, privasi ibu
pemijitan pada daerah punggung lebih terjaga sehingga akan
(tulang belakang) dapat memberikan kenyamanan pada
merangsang hipofise posterior ibu, ibu merasa tenang sehingga
untuk mengeluarkan oksitosin. poduksi ASI menjadi lebih
Oksitosin yang sampai pada banyak (Suherni, dkk. 2007).
alveoli akan mempengaruhi sel Sesuai teori bahwa ibu yang
mioepitelium, kontraksi cemas dan stres dapat
mioepitelium akan memeras air mengganggu laktasi sehingga
susu yang dibuat di alveoli dan mempengaruhi produksi ASI
masuk ke sistem duktulus, karena menghambat pengeluaran
ASI. Pengeluaran ASI nilai thit > ttab (4,00 > 2,048) yang
akan berlangsung baik pada ibu artinya pijat oksitosin lebih efektif
yang merasa rileks dan nyaman. meningkatkan produksi ASI
(Rusli, U. 2008). dibandingkan dengan breast care

post partum.

PENUTUP Saran

Kesimpulan a. Melaksanakan program pijat

oksitosin untuk meningkatkan


a. Produksi ASI pada ibu post
produksi ASI.
partum dengan Pijat Oksitosin
b. Meningkatkan partisipasi keluarga
sebagian besar lancar sebanyak 12
dalam meningkatkan cakupan ASI
responden (80 %) dan yang tidak
Eksklusif melalui fasilitasi pijat
lancar sebanyak 3 responden (20
oksitosin pada ibu post partum.
%).
c. Meningkatkan peran serta kader
b. Produksi ASI pada ibu post
dalam promosi ASI Eksklusif
partum dengan Breast Care
melalui penyuluhan.
mayoritas tidak lancar sebanyak

10 responden (66,7 %) dan


DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 5 responden (33,3%)
Depkes RI, 2011. ASI Eksklusif Untuk
tidak lancar.
Mencapai Tumbuh
c. Terdapat perbedaan antara rata- Kembang Optimal.

rata produksi ASI pada kelompok


Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan
pijat oksitosin lebih lancar Indonesia Tahun 2014.

dibandingkan dengan kelompok


Dinkes Boyolali. 2014. Profil
breast care yaitu 5,33 > 4,00 serta Kesehatan Kabupaten
Boyolali Tahun 2014.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi PenelitianKesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Purnama, 2013. Efektifitas Pijat Oksitosin dan Breastcare terhadap Produksi ASI pada Ibu
Post Partum dengan Sectio Caesarea di RSUD Banyumas. http:

//keperawatan.unsoed.ac.id/ sites/default/files/halaman
%20depan%20.pdf. (diaksestanggal05
Desember 2015).

Riwidigdo, H. 2008. Metode Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya.


Roesli, Utami. 2005. Bayi Sehat Berkat Asi Eksklusif, Makanan Pendamping Tepat dan
Imunisasi Lengkap. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda

Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Suherni, dkk, 2007. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : EGC.

Widuri, 2013. Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta : Pustaka Bara.

Anda mungkin juga menyukai