Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.

2 Tahun 2017

PERBEDAAN METODE PIJAT OKSITOSIN DAN BREAST CARE


DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM
(Dibiayai oleh Kemristekdikti Tahun Anggaran 2017
No. 082/K6/KM/SP2H/PENELITIAN/2017)

Titik Wijayanti, Atik Setiyaningsih

Prodi D3 Kebidanan STIKES Estu Utomo Boyolali


titikeub.tw@gmail.com

ABSTRAK
Cakupan ASI Eksklusif di Boyolali pada tahun 2014 masih dibawah target
nasional 80% yaitu 15,6 %, demikian juga di Cepogo sebesar 65,1% (Profil
Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2014). Banyak faktor yang mempengaruhi
rendahnya cakupan ASI Eksklusif, salah satunya adalah faktor rangsangan yang
berupa perawatan payudara. Apabila seorang ibu nifas diberi rangsangan berupa
metode breast care secara rutin akan membantu meningkatkan produksi ASI
sehingga ibu bisa menyusui secara eksklusif. (Soetjiningsih, 2010). Faktor
rangsangan yang lain adalah dengan melakukan pemijatan di daerah tulang
belakang untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin sehingga produksi
ASI meningkat serta untuk meningkatkan kenyamanan ibu saat menyusui.
(Suherni, dkk, 2007).
Penelitian yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen dengan rancangan
post test only control group desain. Dimana dalam penelitian ada 2 kelompok
kontrol dan perlakukan, yang semuanya akan diamati di akhir. (Notoatmodjo,
2005). Kelompok kontrol adalah ibu nifas dengan breast care dan kelompok
perlakuan adalah ibu nifas dengan pijat oksitosin. Responden adalah ibu nifas hari
ke-1 dan ke-2 yang diberikan breast care untuk kelompok kontrol dan diberikan
pijat oksitosin untuk kelompok perlakuan 2x sehari kemudian diobservasi
produksi ASI-nya pada hari ke-4. Responden sejumlah 30 ibu nifas, diambil
dengan tehnik purposive sampling terdiri dari 15 ibu nifas dengan breast care
dan 15 ibu nifas dengan pijat oksitosin.
Analisis data menggunakan independet t test menunjukkan nilai t-hit (4,000) > t-
tab (2,048) atau nilai ρ (0,000) < 0,05 yang artinya ada perbedaan produksi ASI
pada ibu post partum dengan Pijat Oksitosin dan Breast Care dimana produksi
ASI pada ibu post partum dengan Pijat Oksitosin lebih lancar dibandingkan
produksi ASI pada ibu post partum dengan Breast Care (mean 5,33 > 4,00).

Kata Kunci : Produksi ASI, Pijat Oksitosin, Breast Care.

PENDAHULUAN cerdas, dan berkualitas serta untuk

Upaya pemeliharaan kesehatan menurunkan angka kematian anak.

anak ditujukan untuk mempersiapkan Upaya pemeliharaan kesehatan anak

generasi yang akan datang yang sehat, dilakukan sejak janin masih dalam

1
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

kandungan, dilahirkan,setelah mencapai tumbuh kembang optimal

dilahirkan, dan sampai berusia 18 yaitu pemberian ASI segera dalam

(delapan belas) tahun. Upaya waktu 30 menit setelah bayi lahir,

kesehatan anak antara lain diharapkan pemberian ASI eksklusif, pemberian

mampu menurunkan angka kematian MP-ASI sejak bayi berusia 6 – 24

anak. Indikator angka kematian yang bulan serta meneruskan pemberian

berhubungan dengan anak yakni ASI sampai 24 bulan.(Depkes, 2011)

Angka Kematian Neonatal (AKN), Di Indonesia pada tahun 2014

Angka Kematian Bayi (AKB), dan cakupan ASI Ekslusif masih di bawah

Angka Kematian Balita (AKABA). target nasional 80% yaitu 52,3 %,

Untuk mencapai target penurunan kemudian di Propinsi Jawa Tengah

AKB pada MDG’s 2015 yaitu sebesar sebesar 60 %. (Profil Kesehatan

23 per 1.000 kelahiran hidup maka Indonesia, 2014 : 114). Sedangkan di

peningkatan akses dan kualitas kabupaten Boyolali pada tahun 2014

pelayanan bagi bayi baru lahir / cakupan ASI eksklusif hanya

neonatal menjadi prioritas utama. mencapai 15,6 % dan untuk cakupan

Adapun indikator kesehatan anak ASI Eksklusif di kecamatan Cepogo

salah satunya ASI Eksklusif. (Profil 65,1 %. (Profil Kesehatan Kab.

Kesehatan Indonesia, 2014 : 106). Boyolali, 2014).

ASI eksklusif harus diberikan Pemberian ASI eksklusif diberikan

dalam 6 bulan pertama, dengan kepada bayi sejak lahir sampai usia 6

demikian bayi akan mencapai bulan sangat penting karena ASI

tumbuh kembang yang optimal. adalah satu-satunya makanan dan

WHO/ UNICEF merekomedasi empat minuman terbaik untuk bayi.

hal yang harus diperhatikan dalam Komposisinya tepat untuk

2
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

pertumbuhan dan perkembangan bayi, dimana apabila hati ibu senang,

melindungi dari berbagai penyakit, bahagia maka produksi ASI akan

infeksi, mempererat hubungan batin melimpah. Faktor rangsangan

ibu dan bayi sehingga bayi akan lebih berupa perawatan payudara dengan

sehat dan cerdas. Namun pada metode breast caresecara rutin juga

beberapa ibu proses pemberian air akan membantu meningkatkan

susu ibu (ASI) bisa saja mengalami produksi ASI sehingga ibu bisa

hambatan dengan alasan produksi menyusui secara eksklusif.

ASI berhenti. Persoalan ini dialami (Soetjiningsih, 2010). Faktor

oleh banyak ibu menyusui, tidak rangsangan yang lain adalah dengan

semua ibu menyusui melakukan melakukan pemijatan di daerah tulang

dengan benar, ada yang memberi belakang untuk meningkatkan

makanan padat atau susu formula pengeluaran hormon oksitosin

sebelum bayi berusia empat atau sehingga produksi ASI meningkat

enam bulan ataupun ibu mengalami serta untuk meningkatkan

stress atau cemas yang kenyamanan ibu saat menyusui.

berkepanjangan. (Utami, 2005: 10). (Suherni, dkk, 2007).

Banyak faktor yang Upaya atau rangsangan untuk

mempengaruhi rendahnya cakupan meningkatkan produksi ASI yang

ASI Eksklusif diantaranya banyak di lakukan di BPM baru

pengetahuan, sosial budaya, breast care, termasuk di BPM Ngudi

psikologis, fisik ibu, Raharjo Cepogo milik bidan Paryati,

perilaku/rangsangan dan tenaga Amd.Keb. Itupun hanya dilakukan di

kesehatan. Dari faktor psikologis ibu, klinik dan ketika pasien sudah pulang

akan berkaitan dengan produksi ASI, biasanya tidak lagi dilakukan karena

3
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

kendala kurangnya pengetahuan dari down, cara efektif meningkatkan

keluarga. Sementara ada metode baru volume ASI peras/perah, serta

yaitu pijat oksitosin yang dapat mencegah bendungan pada

dilakukan oleh keluarga terutama payudara/payudara bengkak. (Roesli,

suami karena selain dapat 2008).

meningkatkan hormon oksitosin juga Pijat oksitosin adalah tindakan

memberikan kenyamanan bagi ibu yang dilakukan oleh suami pada ibu

pada saat menyusui. (Suherni, dkk. menyusui yang berupa back massage

2007). pada punggung ibu untuk

Breast care post partum adalah meningkatkan pengeluaran hormon

perawatan payudara pada ibu setelah oksitosin. Pijat oksitosin yang

melahirkan sedini mungkin. dilakukan oleh suami akan

Perawatan payudara adalah suatu memberikan kenyamanan pada ibu

kegiatan yang dilakukan secara sadar sehingga akan memberikan

dan teratur untuk memelihara kenyamanan pada bayi yang disusui

kesehatan payudara dengan tujuan (Suherni, dkk, 2007). Menurut

untuk mempersiapkan laktasi pada Suherni dkk, 2007 manfaat pijat

waktu post partum. Adapun oksitosin adalah membantu ibu secara

pelaksanaan breast care post partum psikologis,menenangkan, tidak stress;

ini dilakukan pada hari ke 1 – 2 membangkitkan rasa percaya diri;

setelah melahirkan minimal 2 kali membantu ibu agar mempunyai pikiran

dalam sehari. dan perasaan baik tentang bayinya,

Manfaat breast care post partum meningkatkan produksi ASI;

antara lain melancarkan refleks memperlancar ASI; melepas lelah,

pengeluaran ASI atau refleks let ekonomis serta praktis.

4
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

Rendahnya cakupan ASI Eksklusif Kabupaten Boyolali dari bulan Maret

disebabkan karena kurangnya - Juni 2017. Penelitian yang

produksi ASI. Produksi ASI dapat digunakan adalah penelitian pra

ditingkatkan dengan pemberian eksperimen dengan rancangan post

rangsangan pada payudara. test only control group desain.

Rangsangan tersebut dapat berupa Dimana dalam penelitian ada 2

breast care ataupun pijat oksitosin. kelompok kontrol dan perlakukan,

Tujuan dari penelitian ini untuk yang semuanya akan diamati di akhir

menganalisis perbedaan produksi ASI (Notoatmodjo, 2005).

pada ibu post partum dengan Pijat Populasi dalam penelitian ini

Oksitosin dan Breast Care. adalah seluruh ibu post partum hari 1

Manfaat dari penelitian ini untuk dan 2 di BPM Paryati, Amd.Keb,

meningkatkan pengetahuan dan Cepogo, Boyolali dari bulan Maret -

kemampuan ibu nifas dan keluarga Juni 2017 sejumlah 60 ibu post

dalam melakukan Breast Care atau partum. Pengambilan sampel melalui

Pijat Oksitosin sebagai salah satu teknik purposive sampling atau

upaya dalam meningkatkan produksi sampel bertujuan. Tujuan peneliti

ASI serta meningkatkan cakupan ASI memilih sampel bertujuan adalah

Eksklusif di kecamatan Cepogo dan karena adanya pertimbangan bahwa

Kabupaten Boyolali pada umumnya. peneliti menggunakan 2 sampel yaitu

kelompok eksperimen (pijat

METODE PENELITIAN oksitosin) dan kelompok kontrol

Penelitian ini dilaksanakan di (breast care). Pertimbangan lain

BPM Ngudi Raharjo milik bidan adalah ibu post partum normal

Paryati, Amd.Keb, Cepogo, primipara serta bersedia dijadikan

5
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

responden. Jumlah responden adalah care adalah lembar observasi/ ceklist,

15 ibu post partum untuk kelompok variabel pijat oksitosin alatnya ceklist,

pijat oksitosin dan 15 ibu post partum sedangkan untuk variabel produksi

untuk kelompok breast care, ASI adalah lembar observasi. Data

sehingga jumlah sampel keseluruhan yang digunakan ada data primer baik

ada 30 ibu post partum. Penelitian untuk variabel produksi ASI, breast

dilakukan dengan memberikan pijat care maupun pijat oksitosin.

oksitosin dan breast care pada masing Setelah semua data terkumpul,

kelompok pada post partum hari ke 1 akan dilakukan uji prasyarat analisi

dan 2 dengan frekuensi 2x/hari. terlebih dahulu yaitu uji normalitas

Peneliti ingin mengidentifikasi dengan rumus Kolmogorov-Smirnov

perbedaan metode breast care dan dimana data dapat dikatakan normal

pijat oksitosin dalam meningkatkan apabila probabilitas (sig) > 0,05.

produksi ASI pada ibu post partum Berdasarkan hasil perhitungan dengan

dengan memberikan perlakukan pada SPSS didapatkan hasil nilai

2 kelompok ibu post partum 1 – 2 hari probabilitas (sig) adalah 0,685 > 0,05

, 1 kelompok diberi perlakukan breast artinya data penelitian berdistribusi

care dan 1 kelompok diberi normal.

perlakukan pijat oksitosin kemudian Selanjutnya data juga akan diuji

pada hari ke – 4 dilihat produksi ASI- homogenitasnya dengan rumus One

nya dimana pada hari ke-4 produksi Way Anova dimana data dapat

ASI peralihan dimulai. dikatakan homogen/ sama apabila

nilai signifikansinya > 0,05.

Alat yang digunakan untuk Berdasarkan hasil perhitungan dengan

pengumpulan data varibale breast SPSS didapatkan hasil nilai

6
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

signifikansi adalah 0,089 > 0,05 Berdasarkan tabel 1, menunjukkan

artinya varian data penelitiannya bahawa produksi ASI pada ibu

homogen/ sama. post partum dengan pijat oksitosin

Terakhir kemudian dilakukan sebagian besar dalam kategori

analisis data dengan menggunakan lancar sebanyak 12 responden atau

independet t test (Riwidigdo, H; 80 % dan hanya 3 responden

2008). (20%) yang produksi ASInya

kurang lancar. Sedangkan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN produksi ASI pada ibu post partum

1. Hasil dengan breast care sebagian besar

Distribusi frekuensi produksi ASI dalam kategori lancar sebanyak 8

pada ibu post partum dengan Pijat responden atau 53,3 % dan 7

Oksitosin dan Breast Care dapat di responden (46,7 %) produksi

lihat pada tabel di bawah ini. ASInya tidak lancar.

Tabel 1 Hasil uji statistik perbedaan


Distribusi Frekuensi Produksi ASI
Pada Ibu Post Partum produksi asi dengan pada ibu post
PRODUKSI PIJAT OKSITOSIN BREAST CARE
NO partum dengan Pijat Oksitosin dan
ASI JML % JML %
1 Lancar 12 80 8 53,3 %
Breast Care, dapat di lihat pada
2 Tidak lancar 3 20 7 46,7 %
Total 15 100 15 100 tabel di bawah ini.
Sumber: Data Primer, 2016

Tabel 2
Group Statistics
Std. Std. Error
Kelompok N Mean Deviation Mean
Nilai 1 15 5.33 .976 .252
2 15 4.00 .845 .218

7
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Std. Interval of
Sig. Mean Error the
(2- Differen Diffe Difference
F Sig. t df tailed) ce rence Lower Upper
Nilai Equal variances
1.577 .220 4.000 28 .000 1.333 .333 .651 2.016
assumed
Equal variances
4.000 27.440 .000 1.333 .333 .650 2.017
not assumed

Hasil analisis data dengan (20 %) pada kelompok pijat

independent t test di atas oksitosin produksi ASInya tidak

menunjukkan bahwa rata-rata lancar, demikian juga pada

produksi ASI pada kelompok 1 kelompok breastcare terdapat 7

(pijat oksitosin) lebih lancar responden (46,7 %) produksi

dibandingkan dengan kelompok 2 ASInya tidak lancar. Hal ini

(breast care) yaitu 5,33 > 4,00 dipengaruhi oleh beberapa faktor

serta nilai thit > ttab (4,00 > 2,048) yang sudah penulis identifikasi

atau nilai ρ : 0,000 < 0,05 yang diantaranya adalah berat badan

artinya ada perbedaan antara rata lahir dan psikologis ibu (post

– rata produksi ASI pada ibu post partum blues). Hal ini sesuai teori

partum dengan pijat oksitosin dan bahwa berat badan lahir

breast care. mempengaruhi produksi ASI, di

2. Pembahasan mana hal ini berkaitan dengan

Dari hasil penelitian diatas kekuatan untuk mengisap,

diketahui terdapat 3 responden frekuensi, dan lama

8
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

penyusuan yang lebih sedikit dibandingkan dengan breast care

dibanding bayi dengan berat post partum. Hal ini sesuai dengan

badan lebih besar. ASI semakin teori yang menyatakan bahwa

sering disedot bayi, semakin produksi ASI dipengaruhi oleh

banyak ASI yang faktor rangsangan yaitu pijat

diproduksi.Semakin jarang bayi oksitosin atau breascare post

menyusu, semakin sedikit ASI partum. Faktor rangsangan dapat

yang diproduksi. Jika bayi berupa isapan bayi serta

berhenti menyusu, maka payudara perawatan fisik yaitu perawatan

juga akan berhenti memproduksi payudara (breast care) dan pijat

ASI. (Rusli, U, 2008). Kemudian oksitosin. Dengan adanya

psikologi ibu dalam hal ini post perawatan payudara pada hari-hari

partum blues juga mempengaruhi pertama masa nifas dapat

produksi ASI, dimana ibu yang melancarkan aliran darah pada

cemas dan stres dapat payudara, selanjutnya dapat

mengganggu laktasi sehingga mengurangi tekanan intraduktal

mempengaruhi produksi ASI yang diakibatkan oleh ASI yang

karena menghambat pengeluaran terkumpul pada duktus laktiferus

ASI. Pengeluaran ASI kemudian penarikan pada puting

akan berlangsung baik pada ibu susu dapat melenturkan dan

yang merasa rileks dan nyaman membuka duktus laktiferus,

(Rusli, U, 2008). sehingga memudahkan bayi untuk

Dari hasil analisis data diketahui mengisap ASI. Penarikan puting

bahwa pijat oksitosin lebih efektif juga dapat merangsang ujung

meningkatkan produksi ASI saraf sensoris sekitar puting susu,

9
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

sehingga rangsangan ini selanjutnya air susu mengalir

dilanjutkan ke hipotalamus melalui duktus laktiferus masuk

melalui medula spinalis dan ke mulut bayi. ( Rusli, U, 2008).

mesensephalon. Hipotalamus akan Pijat oksitosi lebih efektif karena

menekan pengeluaran faktor yang dengan melakukan pemijatan

menghambat sekresi prolaktin dan sepanjang daerah tulang belakang

sebaliknya akan merangsang (vertebrae) sampai tulang costae

pengeluaran faktor yang memacu kelima-keenam akan membuat ibu

sekresi prolaktin. Faktor pemacu merasa rileks dan nyaman

sekresi prolaktin akan merangsang merangsang hormon prolaktin dan

hipofise anterior untuk oksitosin setelah melahirkan (

memproduksi prolaktin. Hormon Purnama, 2013 ). Hal lain yang

prolaktin ini selanjutnya akan membuat pijat oksitosin lebih

merangsang sel alveoli untuk efektif adalah pemijatan dapat

membuat air susu. Kemudian dilakukan oleh suami, privasi ibu

pemijitan pada daerah punggung lebih terjaga sehingga akan

(tulang belakang) dapat memberikan kenyamanan pada

merangsang hipofise posterior ibu, ibu merasa tenang sehingga

untuk mengeluarkan oksitosin. poduksi ASI menjadi lebih

Oksitosin yang sampai pada banyak (Suherni, dkk. 2007).

alveoli akan mempengaruhi sel Sesuai teori bahwa ibu yang

mioepitelium, kontraksi cemas dan stres dapat

mioepitelium akan memeras air mengganggu laktasi sehingga

susu yang dibuat di alveoli dan mempengaruhi produksi ASI

masuk ke sistem duktulus, karena menghambat pengeluaran

10
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

ASI. Pengeluaran ASI nilai thit > ttab (4,00 > 2,048) yang

akan berlangsung baik pada ibu artinya pijat oksitosin lebih efektif

yang merasa rileks dan nyaman. meningkatkan produksi ASI

(Rusli, U. 2008). dibandingkan dengan breast care

post partum.

PENUTUP Saran

Kesimpulan a. Melaksanakan program pijat

a. Produksi ASI pada ibu post oksitosin untuk meningkatkan

partum dengan Pijat Oksitosin produksi ASI.

sebagian besar lancar sebanyak 12 b. Meningkatkan partisipasi keluarga

responden (80 %) dan yang tidak dalam meningkatkan cakupan ASI

lancar sebanyak 3 responden (20 Eksklusif melalui fasilitasi pijat

%). oksitosin pada ibu post partum.

b. Produksi ASI pada ibu post c. Meningkatkan peran serta kader

partum dengan Breast Care dalam promosi ASI Eksklusif

mayoritas tidak lancar sebanyak melalui penyuluhan.

10 responden (66,7 %) dan

sebanyak 5 responden (33,3%) DAFTAR PUSTAKA

tidak lancar. Depkes RI, 2011. ASI Eksklusif


Untuk Mencapai Tumbuh
c. Terdapat perbedaan antara rata- Kembang Optimal.

rata produksi ASI pada kelompok Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2014.
pijat oksitosin lebih lancar
Dinkes Boyolali. 2014. Profil
dibandingkan dengan kelompok Kesehatan Kabupaten
Boyolali Tahun 2014.
breast care yaitu 5,33 > 4,00 serta

11
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.2 Tahun 2017

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Roesli, Utami. 2005. Bayi Sehat


Penelitian Kesehatan. Berkat Asi Eksklusif,
Jakarta : Rineka Cipta Makanan Pendamping
Tepat dan Imunisasi
Purnama, 2013. Efektifitas Pijat Lengkap. Jakarta : Elex
Oksitosin dan Breastcare Media Komputindo.
terhadap Produksi ASI
pada Ibu Post Partum Roesli, Utami. 2008. Inisiasi
dengan Sectio Caesarea di Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif.
RSUD Banyumas. http: Jakarta : Pustaka Bunda
//keperawatan.unsoed.ac.id/
sites/default/files/halaman Soetjiningsih, 2010. Tumbuh
%20depan%20.pdf. Kembang Anak. Jakarta : EGC
(diakses tanggal 05
Desember 2015). Suherni, dkk, 2007. Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta :
Riwidigdo, H. 2008. Metode EGC.
Penelitian. Yogyakarta :
Fitramaya. Widuri, 2013. Cara Mengelola ASI
Eksklusif Bagi Ibu Bekerja.
Yogyakarta : Pustaka Bara.

12

Anda mungkin juga menyukai